24.09.2015 Views

56-65-1-PB

  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

HAFIDZAH / PENGARUH PAPARAN POLUTAN UDARA TERHADAP VO 2<br />

MAX<br />

Pengaruh Paparan Polutan Udara Terhadap VO 2 Max<br />

pada Pekerja Batik di Lingkungan Pabrik Batik<br />

Effect of Air Pollutant Exposure on VO 2<br />

Max<br />

to Batik Workers In Batik Factory Environment<br />

Farah Hafidzah<br />

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret<br />

ABSTRACT<br />

Background: Batik industry uses basic materials that contains wax. Wax will produce smoke when<br />

heated. Smoke of wax contains pollutants such as NO X<br />

, SO 2<br />

, CO, CO 2<br />

, HC, H 2<br />

S and particles. The<br />

pollutants can cause acute or chronic damage to lung tissue if inhaled by the workers, depending on<br />

the pollutant concentration, duration of exposure and vulnerability of the body. The purpose of this<br />

study is to determine the effect of air pollutants on V 2<br />

max to batik workers in batik factory environment.<br />

Methods: This study used an analytical cross sectional study using fixed exposure sampling technique<br />

conducted in July 2010. The sample consisted 60 batik factory workers both inside and outside the<br />

factory plant. Data were collected by use of questionnaire and the shuttle run test. The data were<br />

analyzed using multiple linear regression on SPSS version 16 and Stata Intercooled version 7.<br />

Results: The results showed that VO 2 max of batik factory workers was 3.9 mL / kg / minute lower than<br />

that of workers outside the factory batik (b =- 3.9, p = 0.003) after controlling for the effect of smoking<br />

habits, age, length of employment, and BMI.<br />

Conclusions: Working at batik factory significantly reduces VO 2 max by 3.9 mL/kg minute after controlling<br />

for smoking, age, length of employment, and BMI.<br />

Keywords: air pollutant, VO 2<br />

max, batik factory<br />

PENDAHULUAN<br />

Dewasa ini lebih dari dua milyar orang hidup dalam<br />

lingkungan yang dapat mengancam kesehatan para<br />

karyawan industri terpajan dengan faktor fisis, kimia,<br />

toksis, dan sebagainya yang dapat menimbulkan<br />

penyakit akibat kerja (Baratawidjaya, 2002).<br />

Industri batik sudah berkembang lama di Indonesia.<br />

Berdasarkan Seminar Nasional, 12 Maret 1996<br />

di Jakarta, Batik adalah seni kain yang menggunakan<br />

proses perintang lilin atau malam sebagai bahan<br />

media untuk menutup kain dalam proses pencelupan<br />

warna (Syafrina, 2004).<br />

Industri batik menggunakan bahan baku berupa<br />

malam batik yang dipanaskan sehingga keluar asap<br />

dari malam batik. Polutan yang terdapat dalam asap<br />

malam batik mengandung gas-gas NO 2<br />

, SO 2<br />

, CO,<br />

CO 2<br />

, HC, H 2<br />

S dan partikel. Hasil penelitian cross<br />

sectional terhadap 372 orang tenaga kerja tukang cat<br />

yang terpapar asap malam batik dan gas-gas alat<br />

pemanas didapatkan gangguan faal paru sebesar<br />

20.7% dengan perincian obstruksi 11.8%, restriksi<br />

7.8%, dan kombinasi 1.1%. Polutan tersebut jika<br />

dihirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan<br />

kerusakan akut maupun kronis pada jaringan paru<br />

tergantung konsentrasi polutan, lama pemaparan dan<br />

kerentanan tubuh. Bila proses ini berlangsung lama<br />

dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Gas-gas<br />

polutan bersifat iritan terhadap saluran pernafasan<br />

terutama gas SO 2<br />

dan NO X<br />

. Konsentrasi polutan<br />

dipengaruhi oleh kadar bahan-bahan tersebut. Jika<br />

dihirup dapat menimbulkan kelainan pada saluran<br />

pernapasan yang berupa penurunan kadar VO 2<br />

max<br />

dan keluhan saluran napas. (Santoso, 1993)<br />

Paparan SO 2<br />

0,4 ppm selama 20 menit dapat<br />

menimbulkan reaksi inflamasi saluran nafas. NO dan<br />

167


JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009<br />

NO 2<br />

bersama disebut NO 2<br />

. Dosis tinggi NO 2<br />

dapat<br />

menimbulkan kerusakan epithel dan silia, edema<br />

paru, kerusakan difus alveolus dan bronkhiolus terminal.<br />

NO 2<br />

juga meningkatkan infeksi yang<br />

berhubungan dengan gangguan sekresi mukus,<br />

kerusakan silia, gangguan fungsi makrofag dan<br />

imunitas humoral. Paparan >160 ppm NO 2<br />

dapat<br />

menyebabkan kematian (Baratawidjaja, 2002).<br />

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin<br />

meneliti hubungan polutan udara terhadap VO 2<br />

max<br />

di lingkungan pabrik batik.<br />

Dari latar belakang tersebut, maka dapat dibuat<br />

rumusan masalah sebagai berikut, “Adakah pengaruh<br />

paparan polutan udara terhadap VO 2<br />

max pada<br />

pekerja batik di lingkungan pabrik batik ?”<br />

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui<br />

pengaruh paparan polutan udara terhadap VO 2<br />

max<br />

pada pekerja batik di lingkungan pabrik batik.<br />

Adapun manfaat dari penelitian ini adalahdapat<br />

memberikan tambahan informasi perihal pengaruh<br />

paparan polutan udara di lingkungan kerja pabrik<br />

batik terhadap VO 2<br />

max, dan memberikan masukan<br />

agar pelayanan kesehatan bagi pekerja batik dapat<br />

lebih ditingkatkan,<br />

SUBJEK DAN METODE<br />

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan<br />

pendekatan cross sectional yang dilakukan di<br />

Kampung Batik Kauman Solo pada bulan Juli 2010.<br />

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik<br />

fixed exposure sampling, yaitu salah satu cara<br />

pengambilan sampel dengan memilih sampel<br />

berdasarkan status paparan subyek, yaitu terpapar<br />

atau tidak terpapar oleh faktor yang diduga<br />

mempengaruhi terjadinya penyakit. Dengan jumlah<br />

sampel 60 orang pekerja pabrik batik.<br />

Alat mendapatkan data yakni dengan kuesioner<br />

dan melakukan shuttle run test yang dilakukan di<br />

Kampung Batik Kauman Solo.<br />

Variabel bebas yang digunakan adalah polutan<br />

udara lingkungan pabrik batik dan variabel terikat<br />

yakni VO 2<br />

max. Selain itu, variabel perancu yang<br />

terkendali yakni masa kerja, merokok, usia, dan<br />

Indeks Massa Tubuh (IMT), sedangkan variabel<br />

perancu yang tidak terkendali adalah genetik, lemak<br />

tubuh, dan jumlah mitokondria di dalam sel tubuh.<br />

HASIL-HASIL<br />

Penelitian ini tentang pengaruh paparan polutan udara<br />

terhadap VO 2<br />

max pada pekerja batik di lingkungan<br />

pabrik dilaksanakan tanggal 19-21 Juli 2010 di pabrik<br />

batik di Surakarta, telah diperoleh 60 sampel yang<br />

terdiri dari 28 pekerja di dalam pabrik batik dan 32<br />

pekerja di luar pabrik batik (di kantor dan di toko),<br />

dengan rentang usia 20-60, baik wanita maupun lakilaki,<br />

perokok dan bukan perokok.<br />

Tabel 3. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kategorikal) berdasarkan status paparan<br />

Variabel n Persentase (%)<br />

Status paparan :<br />

- Luar pabrik<br />

- Dalam pabrik<br />

32<br />

53.3<br />

28<br />

46.7<br />

Total 60 100<br />

Pada penelitian ini, untuk mengukur VO2max<br />

sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu<br />

kelompok yang berada di luar pabrik (seperti tukang<br />

parkir, pramuniaga, dll) sebanyak 32 pekerja atau<br />

53.3%. Sedangkan kelompok yang berada di dalam<br />

pabrik (seperti pembatik, tukang cap, pencuci, dll)<br />

sejumlah 28 pekerja atau 46.7%.<br />

Tabel 4. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kategorikal) berdasarkan jenis kelamin<br />

Variabel n Persentase (%)<br />

Jenis kelamin :<br />

- Laki-laki<br />

- Wanita<br />

23<br />

37<br />

38.3<br />

61.7<br />

Total 60 100<br />

Berdasarkan jenis kelamin, penelitin ini memilih<br />

untuk sampel laki-laki berjumlah 23 pekerja atau<br />

38.3%, dan sampel wanita berjumlah 37 pekerja atau<br />

61.7%.<br />

Tabel 5. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kategorikal) berdasarkan status merokok<br />

Variabel n Persentase (%)<br />

Status merokok :<br />

- Tidak merokok<br />

- Merokok<br />

47<br />

13<br />

78.3<br />

21.7<br />

Total 60 100<br />

168


HAFIDZAH / PENGARUH PAPARAN POLUTAN UDARA TERHADAP VO 2<br />

MAX<br />

Menurut status merokoknya, penelitian ini telah<br />

menggunakan pekerja yang merokok sebanyak 13<br />

pekerja atau sebanyak 21.7% dan pekerja yang tidak<br />

merokok sebanyak 47 pekerja atau sebanyak 78.3%.<br />

Tabel 6. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kategorikal) berdasarkan lama bekerja di pabrik<br />

Variabel n Persentase (%)<br />

Lama kerja :<br />

- < 6 tahun<br />

- ≥ 6 tahun<br />

24<br />

36<br />

40.0<br />

60.0<br />

Total 60 100.0<br />

Karena lama bekerja mempengaruhi dari hasil<br />

VO 2<br />

max, maka pekerja batik tersebut dibagi menjadi<br />

kelompok yang bekerja kurang dari enam tahun<br />

sebanyak 24 pekerja (40%)dan yang bekerja lebih<br />

dari enam tahun sebanyak 36 pekerja (60%).<br />

Tabel 7. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kategorikal) berdasarkan status gizi<br />

Variabel n Persentase (%)<br />

BMI :<br />

- sangat kurang<br />

- kurang<br />

- normal<br />

- lebih<br />

1<br />

16<br />

30<br />

13<br />

1.7<br />

26.7<br />

50.0<br />

21.7<br />

Total 60 100.0<br />

Untuk distribusi sampel berdasarkan status gizi,<br />

dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok<br />

kelebihan gizi ada 13 orang atau 21.7%, kelompok<br />

gizi normal ada 30 pekerja atau sebanyak 50%, untuk<br />

kelompok kurang gizi ada 16 pekerja atau sebanyak<br />

26.7%, dan yang terakhir kelompok gizi sangat<br />

kurang ada 1 pekerja atau sebanyak 1.7%. Karena<br />

jumlah pekerja dengan status gizi hanya satu orang<br />

maka dimasukkan pada kelompok status gizi kurang,<br />

jadi kelompok status gizi kurang ada 17 orang atau<br />

sebanyak 28.4%.<br />

Tabel 8. Karakteristik sampel pekerja pabrik batik (data<br />

kontinu)<br />

Variabel n Mean SD Minimal Maksimal<br />

VO 2<br />

max 60 41.9 7.2 27.6 <strong>56</strong>.0<br />

(mL/kgBB/menit)<br />

Umur (tahun) 60 34.8 11.3 23 60<br />

Hasil pengukuran VO 2<br />

max dari 60 pekerja<br />

didapatkan paling sedikit 27.6 mL/kgBB/menit dan<br />

paling banyak <strong>56</strong> mL/kgBB/menit dengan rata-rata<br />

41.997 mL/kgBB/menit. Sampel yang diambil dalam<br />

penelitian ini yaitu dari pekerja yang berumur dari<br />

kisaran 20-60 tahun.<br />

Data hasil penelitian kemudian dimasukkan dan<br />

dianalisis dalam program SPSS versi 16.0 dan Stata<br />

Intercooled versi 7 untuk melakukan analisis regresi<br />

linier ganda.<br />

Pada Tabel 9. model 1, pekerja batik di dalam<br />

pabrik rata-rata memiliki VO 2<br />

max 3.9 mL/kgBB/<br />

menit lebih rendah daripada pekerja batik di luar<br />

pabrik batik, dan perbedaan itu secara statistik<br />

signifikan (b=-3.9; p=0.003). Perbedaan itu setelah<br />

mengontrol pengaruh faktor perancu merokok, umur,<br />

dan lama bekerja.<br />

Pada Tabel 9 model 1, didapatkan R Square Adjusted<br />

sebesar 71.3%, artinya dari hasil penelitian ini<br />

ada penurunan kadar VO2max sekitar 71.3% yang<br />

dapat dipengaruhi oleh variabel status paparan, umur<br />

pekerja, status merokok, lama bekerja.<br />

Tabel 9. Hasil analisis regresi linear ganda tentang pengaruh paparan polutan udara terhadap VO 2<br />

max pada pekerja batik di<br />

lingkungan pabrik batik dengan mengontrol pengaruh merokok, umur, lama kerja, dan BMI (Body Mass Index)<br />

Variabel<br />

Model 1 Model 2<br />

b t p b t p<br />

Bekerja di pabrik -3.9 3.09 0.003 -3.8 2.92 0.005<br />

Merokok -6.5 5.33


JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009<br />

Pada Tabel 9 model 2, pekerja batik di dalam<br />

pabrik rata-rata memiliki VO 2<br />

max 3.8 mL/kgBB/<br />

menit lebih rendah daripada pekerja batik di luar<br />

pabrik batik, dan perbedaan itu secara statistik<br />

signifikan (b=-3.8; p=0.005). Perbedaan itu setelah<br />

mengontrol pengaruh faktor perancu merokok, umur,<br />

lama bekerja, dan BMI (Body Mass Index).<br />

Jika dilihat Tabel 9.pada model 2, hasil yang<br />

didapat tidak jauh berbeda dengan model 1. Dapat<br />

disimpulkan bahwa BMI (Body Mass Index) dianggap<br />

tidak banyak berpengaruh pada jumlah VO 2<br />

max, hal<br />

ini dapat dilihat dari nilai p yang tidak signifikan,<br />

baik yang BMI normal maupun yang lebih.Juga dapat<br />

dilihat dari hasil perbandingan Adjusted R 2 , adanya<br />

perbedaan yang sedikit antar dua model tersebut,<br />

Adjusted R 2 dianggap berpengaruh jika ada perbedaan<br />

sampai 10-20%. Jadi dalam penelitian ini digunakan<br />

model 1, karena BMI dianggap tidak berpengaruh<br />

pada jumlah VO 2<br />

max.<br />

PEMBAHASAN<br />

Paparan partikel hirupan di tempat kerja merupakan<br />

salah satu sebab timbulnya gangguan pernapasan.<br />

Progresi gangguan tergantung intensitas dan durasi<br />

paparan bahan hirupan (Suradi, 2006).Penyakit yang<br />

ditimbulkan akibat inhalasi zat berbahaya di<br />

lingkungan disebut penyakit paru kerja.Penyakit<br />

paru kerja dapat timbul akibat terpapar polutan udara<br />

yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik.Pemeriksaan uji<br />

fungsi paru memberikan bukti objektif gangguan<br />

respirasi khususnya yang disebabkan oleh paparan<br />

tempat kerja (Budhi dan Ira, 2006).Salah satu<br />

pemeriksaan faal paru yang dapat dilakukan adalah<br />

pemeriksaan ambilan oksigen maksimal (VO 2<br />

max)<br />

(Mahler, 2004).Maximal oxygene uptake (VO 2<br />

max)<br />

adalah jumlah terbesar oksigen yang dapat digunakan<br />

selama latihan fisik (di atas permukaan laut) dan<br />

mencerminkan kemampuan untuk mengirimkan<br />

oksigen ke jaringan tubuh (Kadir, 2000).<br />

Penelitian mengenai pengaruh paparan polutan<br />

udara terhadap VO 2<br />

max pada pekerja batik di<br />

lingkungan pabrik batik dilaksanakan pada bulan Juli<br />

2010 di pabrik batik, Surakarta yang dilakukan<br />

menggunakan uji t dan regresi linear ganda. Pada<br />

penelitian ini, jumlah sampel yang diukur sebanyak<br />

60 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok,<br />

kelompok pertama adalah pekerja yang bekerja di<br />

dalam pabrik batik (pembatik, tukang cap, pencuci<br />

kain batik, dll) sejumlah 28 orang, sedangkan<br />

kelompok kedua adalah pekerja yang bekerja di luar<br />

pabrik batik (karyawan toko, tukang parkir, pegawai<br />

administrasi, dll) sejumlah 32 orang.<br />

Hasil data yang diolah menggunakan uji t dan<br />

regresi linear diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil<br />

pengukuran VO 2<br />

max yang signifikan antara pekerja yang<br />

berada di dalam pabrik batik dengan pekerja yang berada<br />

di luar pabrik batik. Di mana VO 2<br />

max pekerja yang di<br />

dalam pabrik lebih rendah daripada pekerja yang ada<br />

di luar pabrik batik. Pekerja batik di dalam pabrik ratarata<br />

memiliki VO 2<br />

max 3,9 mL/kgBB/menit lebih rendah<br />

daripada pekerja batik di luar pabrik batik dengan<br />

mengontrol mengontrol pengaruh faktor perancu<br />

merokok, umur, dan lama bekerja. Perincian ini dapat<br />

dilihat di Tabel 9.<br />

Jika faktor perancu BMI ikut dikontrol, maka<br />

hasilnya menjadi tidak signifikan, disimpulkan bahwa<br />

BMI dianggap tidak banyak berpengaruh pada<br />

jumlah VO 2<br />

max, hal ini dapat dilihat dari nilai p<br />

yang tidak signifikan, baik yang BMI normal<br />

maupun yang lebih. Juga dapat dilihat dari hasil<br />

perbandingan Adjusted R 2 , adanya perbedaan yang<br />

sedikit antar dua model tersebut.<br />

Faktor-faktor yang mempengaruhi VO 2<br />

max<br />

seseorang selain usia dan jenis kelamin antara lain<br />

IMT (Indeks Massa Tubuh), tekanan darah diastolik,<br />

aktivitas fisik, kapasitas vital paru, kadar Hb dalam<br />

plasma dan jumlah mitokondria dalam sel jaringan<br />

tubuh (Moeloek, 1984) (Sharkey, 2003) (Permaesih<br />

et al., 2001).<br />

Paparan asap di lingkungan pabrik batik<br />

terhadap saluran napas akan mengakibatkan<br />

terjadinya respon inflamasi berupa: edema epitel,<br />

hiperkresi mukus, melumpuhkan silia epitel saluran<br />

napas, bronkokonstriksi, dan memacu pengeluaran<br />

epinefrin. Hal ini menjadikan penumpukan debris<br />

dalam jalan napas dan retensi aliran udara sehingga<br />

pekerja di dalam pabrik akan kesukaran bernapas dan<br />

denyut jantung meningkat menyebabkan terjadinya<br />

penurunan VO 2<br />

max.<br />

VO 2<br />

max adalah volume oksigen maksimum<br />

udara yang dikonsumsi tubuh selama melakukan<br />

aktivitas intensif pada tekanan udara 1 atm. Dilihat<br />

dari definisi VO 2<br />

max tersebut, maka VO 2<br />

max<br />

170


HAFIDZAH / PENGARUH PAPARAN POLUTAN UDARA TERHADAP VO 2<br />

MAX<br />

dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang dapat masuk<br />

ke dalam tubuh. Jumlah oksigen yang masuk ke<br />

dalam tubuh dihitung menggunakan tes faal paru<br />

yang salah satunya mengukur kapasitas vital paru.Jadi<br />

ada suatu korelasi anatara VO 2<br />

max dengan kapasitas<br />

vital paru. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan<br />

di kota Surakarta dan Pekalongan menyebutkan<br />

bahwa adanya penurunan kapasitas vital pada pekerja<br />

batik, karena terpapar dari asap lilin batik dan gas<br />

alat pemanas, sehingga dapat menurunkan VO 2<br />

max<br />

pekerja tersebut (Santoso,1993)<br />

Jadi, hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori<br />

yang ada, dimana terdapat perbedaan nilai VO 2<br />

max<br />

yang bermakna pada pekerja yang ada di dalam pabrik<br />

dan pekerja yang di luar pabrik, dimana nilai VO 2<br />

max<br />

pekerja di dalam pabrik lebih rendah daripada pekerja<br />

yang ada di luar pabrik.<br />

Penelitian ini menyimpulkan, terdapat<br />

perbedaan jumlah VO 2<br />

max yang bermakna antara<br />

pekerja pabrik batik yang ada di dalam pabrik dan<br />

pekerja pabrik batik yang ada di luar pabrik batik.<br />

VO 2<br />

max pekerja di dalam pabrik batik 3.9 mL/kgBB/<br />

menit lebih rendah daripada pekerja batik di luar<br />

pabrik batik (b = -3,9; p=0,003) setelah<br />

memperhitungkan pengaruh kebiasaan merokok,<br />

umur pekerja, lamanya bekerja, dan body mass index.<br />

Penelitian ini menyarankan peningkatan<br />

kesehatan pekerja di lingkungan pabrik batik. Paparan<br />

polutan udara perlu dicegah dengan menggunakan<br />

alat penyaring udara (masker) dengan<br />

memperhatikan besar partikel polutan yang ada di<br />

lingkungan pabrik batik. Ventilasi dalam pabrik<br />

sehingga sirkulasi udara dapat berganti dengan baik.<br />

Perlu dilakukan penyuluhan tentang perilaku<br />

kesehatan di lingkungan kerja, faktor bahaya di<br />

tempat kerja, dan bagaimanan melakukan perilaku<br />

kerja yang baik. Perlu penelitian lebih lanjut<br />

mengenai efek paparan polutan udara di pabrik batik<br />

terhadap penurunan VO 2<br />

max dengan metode<br />

penelitian yang lebih akurat serta memperhitungkan<br />

kuantitas polutan udara yang dapat menyebabkan<br />

penurunan fungsi paru.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Antariksa B, Melintira I. (2006). The use of<br />

pulmonary function testing as epidemiologic<br />

tools in the study of occupational lung disease.<br />

Dalam Pertemuan Ilmiah Khusus XI- 2006.<br />

Batam: PDPI. Hal:18-25<br />

Baratawidjaja K. (2002). Dampak pencemaran<br />

lingkungan hidup pada kesehatan paru. Majalah<br />

Kedokteran Indonesia, Ditjen PPM dan PLP,<br />

Jakarta.<br />

Kadir A. (2000). Hubungan V02max dengan status<br />

gizi (Indeks Massa Tubuh). Peserta Diklat<br />

SPAMA DEPDIKNAS. http://www.depdiknas.<br />

go.id/publikasi/buletin/segJas/edisi_13_<br />

thVII_2001/Hubungan _VO2max.htm<br />

Mahler DA. (2004). ACSM: Panduan uji latihan<br />

jasmani dan peresapannya. Alih bahasa: Djaja<br />

Surya Atmadja, Muchsin Doewes. Jakarta: EGC,<br />

Hal. 54-66.<br />

Moeloek D (2001). Dasar fisiologi kesegaran jasmani<br />

dan latihan fisik. Dalam: Dangsina Moeloek, dan<br />

Arjatmo Tjokronegoro. Kesehatan dan Olahraga.<br />

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas<br />

Indonesia.<br />

Permaesih D, Rosmalina Y, Moeloek D, Herman S<br />

(2001). Cara Praktis penduga tingkat kesegaran<br />

jasmani. Bulletin Penelitian Kesehatan. 29(1):<br />

174-183.<br />

Santoso (1993). Gangguan faal paru pada pekerja<br />

batik di Kodya Surakarta dan Pekalongan. Jakarta:<br />

Universitas Indonesia. Disertasi.<br />

Sharkey BJ (2003). Kebugaran dan kesehatan.<br />

Terjemahan: Eri Desmarini Nasution. Jakarta:<br />

PT. Raja Grafindo Persada: Hal. 71-89.<br />

Suradi (2006). Occupational airbone exposure and<br />

the incidence of respiratory symptoms. Dalam:<br />

PIK XI-2006. Batam: PDPI. Hal. 29-30.<br />

Syafrina F (2004). Pemanfaatan teknik dan desain batik<br />

dalam berbagai media serta pemanfaatannya<br />

sebagai komoditi ekonomi. Seminar Dunia,<br />

November 2-6, 2004, Yogyakarta<br />

171

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!