PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...
PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...
PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Soemali, SH., M.Hum.: Perkawinan Adat Sumbawa dan Permasalahan Hak Waris<br />
bila ditinjau menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974<br />
JURNAL FAKULTAS HUKUM VOLUME XX, No. 20, April 2011<br />
Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya<br />
110<br />
dengan orang lain di catatan sipil. Akibatnya, mempelai yang satu tidak<br />
diketahui telah kawin secara sah berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-<br />
Undang Nomor 1 Tahun 1974 namun tidak diketahui lantaran tidak<br />
dilakukan pencatatan perkawinan di catatan sipil. 5<br />
Sedangkan menurut Abdurrahman, 6 pencatatan perkawinan bukanlah<br />
syarat menentukan sahnya perkawinan, karena segala perkawinan di<br />
Indonesia sudah dianggap sah apabila hukum agama dan kepercayaan sudah<br />
menyatakan sah. 7 Meskipun demikian, pencatatan perkawinan memegang<br />
peranan sangat menentukan karena pencatatan merupakan suatu syarat yang<br />
diakui-tidaknya suatu perkawinan oleh negara, yang membawa konsekuensi<br />
bagi yang bersangkutan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Abdurrahman<br />
bahwa sekalipun suatu perkawinan tidak dicatat, perkawinan tersebut sah<br />
menurut ajaran agama atau kepercayaannya, namun perkawinan tersebut<br />
tidak diakui oleh negara begitu pula segala akibat yang timbul dari<br />
perkawinan tersebut. 8<br />
Dari uraian tersebut sahnya perkawinan dalam UU Perkawinan<br />
dituangkan dalam pasal 6 sampai 12 yang dijelaskan dalam Bab II huruf<br />
secara ringkas:<br />
1. Persetujuan kedua orangtua mempelai.<br />
2. Usia kedua calon mempelai pria sudah memcapai 19 tahun atau lebih<br />
dan calon mempelai wanita sudah mencapai 16 tahun.<br />
3. Adanya izin dari kedua orangtua bagi yang belum memenuhi umur 21<br />
tahun.<br />
4. Antara calon mempelai pria dan wanita tidak hubungan<br />
darah/keluarga yang tidak boleh kawin.<br />
5. Adanya jangka waktu bagi yang telah putus perkawinannya.<br />
6. Tidak melanggar larangan kawin.<br />
7. Tidak sedang bercerai untuk kedua kalinya dengan suami-istri yang<br />
akan dikawin.<br />
C. Keabsahan Perkawinan Adat Sumbawa Dipandang dari Undang-Undang<br />
No. 1 Tahun 1974<br />
Syarat sahnya suatu perkawinan menurut hukum adat Sumbawa, bukan<br />
saja adanya persetujuan antarkedua calon mempelai. Namun ada beberapa<br />
syarat lain yang harus dipenuhi dalam suatu prosesi perkawinan adat<br />
Sumbawa. Selain persetujuan antarkedua calon mempelai, persetujuan dari<br />
keluarga/kerabat merupakan syarat utama dan yang paling penting.<br />
Pelaksanaan prosesi perkawinan juga harus memenuhi tata tertib hukum<br />
agama calon mempelai dan sesuai dengan adat istiadat daerah Sumbawa.<br />
Menurut hukum adat Sumbawa setiap pribadi walaupun sudah dewasa<br />
tidak bebas menyatakan kehendaknya untuk melakukan perkawinan, tanpa<br />
persetujuan orang tua/kerabatnya. Lebih-lebih pada masyarakat<br />
kekerabatan adat Sumbawa yang sistem klannya masih kuat, yang mana klan<br />
5 R. Soetojo Prawirohamdjojo, Pertumbuhan Hukum Keluarga Indonesia, 1991, h.<br />
6 Abdurrahman, “Sedikit Tentang Masalah Pencatatan Perkawinan Menurut UU No. 1 tahun<br />
1974, Bandung, 1978, h. 13<br />
7 Ibid, hal. 15-16<br />
8 Ibid, hal. 20-24