05.04.2013 Views

PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...

PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...

PERKAWINAN ADAT SUMBAWA DAN PERMASALAHAN HAK ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Soemali, SH., M.Hum.: Perkawinan Adat Sumbawa dan Permasalahan Hak Waris<br />

bila ditinjau menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974<br />

JURNAL FAKULTAS HUKUM VOLUME XX, No. 20, April 2011<br />

Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya<br />

108<br />

Ayat (2) “Pengadilan dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini hanya<br />

memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri<br />

lebih dari seorang apabila:<br />

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.<br />

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat<br />

disembuhkan.<br />

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.<br />

Pasal 11 ayat (1) yang berbunyi:<br />

“Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka<br />

waktu tunggu”.<br />

Pasal 8 menyatakan perkawinan dilarang antara dua orang yang:<br />

a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke<br />

atas;<br />

b. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara<br />

saudara, antara seorang dengan saudara orangtua antara seorang<br />

dengan saudara neneknya;<br />

c. Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan<br />

ibu/bapak tiri.<br />

Pasal 10 menyatakan “Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi<br />

satu dengan yang lainnya dan bercerai lagi untuk kedua<br />

kalinya, maka di antara mereka tidak boleh dilangsungkan<br />

perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing agama dan<br />

kepercayaan itu dari yang bersangkutan tidak menentukan<br />

lain”.<br />

Melihat pasal-pasal tersebut disimpulkan bahwa syarat-syarat<br />

perkawinan menurut Undang-Undang tersebut:<br />

1. Persetujuan kedua orangtua mempelai.<br />

2. Adanya izin dari kedua orangtua bagi yang belum memenuhi umur 21<br />

tahun.<br />

3. Adanya dispensasi bagi calon yang belum cukup umur.<br />

4. Tidak terikat tali perkawinan.<br />

5. Adanya jangka waktu bagi yang telah putus perkawinannya.<br />

6. Tidak melanggar larangan kawin.<br />

7. Tidak sedang bercerai untuk kedua kalinya dengan suami-istri yang<br />

akan dikawin<br />

Ad. b. Syarat Formil<br />

Adapun syarat-syarat formil sebagai berikut:<br />

a. Pemberitahuan kehendak akan melangsungkan perkawinan kepada<br />

pegawai pencatat perkawinan.<br />

Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik<br />

Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Perkawinan<br />

dalam pasal 3 ayat (1) yang mengatakan:<br />

“Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan<br />

memberitahukan kehendaknya itu kepada Pegawai Pencatat di tempat<br />

perkawinan akan dilangsungkan”.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!