68 69 Ade Candra Kusuma PEMBAHARUAN ... - UIN Suska Riau
68 69 Ade Candra Kusuma PEMBAHARUAN ... - UIN Suska Riau
68 69 Ade Candra Kusuma PEMBAHARUAN ... - UIN Suska Riau
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
<strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong><br />
<strong>PEMBAHARUAN</strong> PENEMUAN HUKUM ISLAM :<br />
PENDEKATAN TERPADU HUKUM ISLAM DAN<br />
SOSIAL<br />
Abstract<br />
Hukum Islam sebagai suatu pranata sosial memiliki<br />
fungsi; Pertama, sebagai kontrol sosial. Kedua, sebagai nilai<br />
baru dan proses perubahan sosial. Hukum lebih merupakan<br />
produk sejarah sebagai justifikasi terhadap tuntutan<br />
perubahan sosial, budaya, dan politik. Oleh karenanya<br />
dalam konteks ini hukum Islam dituntut akomodatif terhadap<br />
persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasarnya,<br />
sebab kalau tidak, maka hukum Islam akan mengalami<br />
kemandulan fungsi bagi kepentingan umat. Karena apabila<br />
para mujtahid/para pemikir hukum tidak memiliki<br />
kemampuan dan keberanian untuk mereformulasi dan<br />
mengantisifasi setiap persoalan dalam masyarakat dan<br />
menyelesaikan hukumnya, maka hukum Islam akan<br />
kehilangan aktualitasnya.<br />
Untuk menjawab permasalahan di atas, dalam tulisan<br />
ini akan dipaparkan sebuah alternatif pendekatan terpadu<br />
hukum Islam dan sosial yang dikenal dengan istilah a unified<br />
to shari’ah and social inference. Pendekatan yang digunakan<br />
tidak lain adalah untuk menjelaskan fenomena sosial dengan<br />
berangkat dari ajaran Islam, yaitu Islam dipahami sebagai<br />
sistem penjelasan atas kenyataan sosial, Islam sebagai sistem<br />
teori keilmuan untuk menjelaskan semua realitas kehidupan<br />
umat.<br />
Pendahuluan<br />
Kontruksi metodologi hukum Islam secara garis besar<br />
terdiri dari : (1) Pola Bayani (kajian semantik), pola ini lebih<br />
menitikberatkan pada kajian bahasa dalam bentuk penafsiran<br />
gramatikal, seperti kapan suatu kata itu berarti hakiki atau<br />
majazi. Bagaimana cara memilih salah satu arti kata<br />
musytarak, mana yang qath’i serta mana ayat yang zanni dan<br />
sebagainya. (2) Pola Ta’lili (penentuan illat atau faktor<br />
hukum), pola kedua ini lebih menitikberatkan pada kajian<br />
penentuan illat (penentuan faktor hukum yang menjadi<br />
hambatan hukum) yang secara prosedural dibahas cara-cara<br />
menentukan illat. Syarat-syarat illat, penggunaan illat dalam<br />
qiyas serta perubahan hukum jika kemudian ditemukan illat<br />
yang baru. (3) Pola Istilahi (pertimbangan kemaslahatan atau<br />
kepentingan masyarakat), bagian ketiga ini lebih<br />
menitikberatkan pada kajian yang berhubungan dengan<br />
masalah-masalah baru yang tidak ada dalam al-Qur’an dan<br />
sunnah Nabi, yang biasanya muncul karena adanya kemajuan<br />
ilmu dan teknologi. 1<br />
Dari kontruksi hukum Islam di atas kemudian para<br />
ahli hukum melakukan penggalian dan penemuan hukum.<br />
Namun dalam penerapannya tidak sesederhana itu perlu<br />
pemahaman dan keberanian para mujtahid, karena persoalan<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
hukum yang timbul dalam masyarakat sangat kompleks.<br />
Padahal teks-teks nas itu terbatas sedangkan problematika<br />
hukum yang memerlukan solusi tidak terbatas, hal ini<br />
disebabkan oleh perubahan sosial budaya yang terus bergerak<br />
karena pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh<br />
karenanya hukum Islam harus senantiasa mampu mengikuti<br />
dan menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi melalui<br />
pengembangan dan pembaharuan metodologi hukum Islam<br />
itu sendiri.<br />
Hukum Islam sebagai suatu pranata sosial memiliki<br />
fungsi; Pertama, sebagai kontrol sosial. Kedua sebagai nilai<br />
baru dan proses perubahan sosial. Hukum lebih merupakan<br />
produk sejarah sebagai justifikasi terhadap tuntutan<br />
perubahan sosial, budaya, dan politik. Oleh karenanya dalam<br />
konteks ini hukum Islam dituntut akomodatif terhadap<br />
persoalan umat tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasarnya,<br />
sebab kalau tidak, maka hukum Islam akan mengalami<br />
kemandulan fungsi bagi kepentingan umat. Karena apabila<br />
para mujtahid/para pemikir hukum tidak memiliki<br />
kemampuan dan keberanian untuk mereformulasi dan<br />
mengantisifasi setiap persoalan dalam masyarakat dan<br />
menyelesaikan hukumnya, maka hukum Islam akan<br />
kehilangan aktualitasnya. 2<br />
Dalam konteks ini para sarjana-sarjana muslim sudah<br />
banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk<br />
pembaharuan hukum Islam. antara lain misalnya;<br />
Fazlurrahman yaitu ajaran nilai moral Islam dimana hukum<br />
merupakan interpretasi nilai moral itu untuk menghadapi<br />
situasi sosial, an-Na’im dengan teori pesan kedua Islam, dan<br />
Syahrur melalui teori limit (nazariyyah al-hudud). Begitu<br />
juga tentang gerakan Islamisasi pengetahuan yang dimotori<br />
oleh Ismail al-Faruqi, inti pokok pikiran gerakan ini adalah<br />
menyeimbangkan wahyu dan akal sebagai sumber<br />
pengetahuan Islam. Terhadap ilmu-ilmu sekuler dilakukan<br />
Islamisasi ilmu dengan merestorasi fungsi wahyu sebagai<br />
sumber pengetahuan, dan terhadap ilmu-ilmu keislaman<br />
termasuk hukum Islam dikembangkan melalui pendekatan<br />
empiris dan historis yaitu merestorasi fungsi akal sebagai<br />
sumber pengetahuan. Inilah kemudian yang dikenal dengan<br />
metode terpadu hukum Islam dan sosial (a unified to shari’ah<br />
and social inference). 3<br />
Di Indonesia sendiri juga banyak dilontarkan para<br />
pemiki-pemikir yang mengarah pada pembaharuan pemikiran<br />
Islam termasuk misalnya mengembalikan peran misi rasional<br />
dan empiris Islam. misalnya lima program reinterpretasi yang<br />
ditawarkan oleh Kuntowijoyo, antara lain : (1) perlunya<br />
dikembangkan penafsiran sosial struktural dari pada<br />
penafsiran individual ketika memahami ketentuan-ketentuan<br />
yang terdapat dalam al-Qur’an. (2) mengubah cara berpikir<br />
subjektif kepada cara berpikir objektif. Tujuannya adalah<br />
menyuguhkan Islam pada cita-cita objektif. Di sini<br />
dicontohkan tentang Zakat. Dimana secara subjektif tujuan<br />
zakat adalah untuk membersihkan harta dan jiwa kita.<br />
Adapun secara objektif, zakat berrtujuan untuk mewujudkan<br />
kesejahteraan sosial. Disini kemudian dapat dikembangkan<br />
lebih luas upaya Islam dalam mewujudkan kesejahteraan<br />
sosial disamping zakat. (3) mengubah Islam yang bersifat<br />
normatif menjadi teoritis. Selama ini kecenderungan dalam<br />
menafsirkan ayat pada tataran normatif, dan kurang<br />
dikembangkan menjadi kerangka-kerangka teori ilmu. (4)<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
mengubah pemahaman yang a historis menjadi historis. Dan<br />
terkahir (5) merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang<br />
umum (general) menjadi formulasi-formulasi yang spesifik<br />
dan empiris. 4 Namun secara sistematis dalam bentuk<br />
metodologi belum terlihat jelas dalam perkembangan<br />
pemikiran di atas. untuk itu di bawah ini secara sistematis<br />
dapat penulis sajikan untuk menjawab persoalan dalam studi<br />
Islam.<br />
Untuk mewakili pendekatan terpadu hukum Islam dan<br />
sosial, penulis akan mengutip pandangan Louay Safi dalam<br />
tulisannya: Foundation of Knowledge: a Comparative Study<br />
in Islamic and Western Method of Inquiry, terjemahannya<br />
berjudul : Ancangan Metodologi Alternatif: Sebuah Refleksi<br />
Perbandingan Metode Penelitian Islam dan Barat. Dalam<br />
tulisan ini, Safi membahas metode-metode penelitian dan<br />
pendekatan-pendekatan metodologis yang terkait dengan<br />
keilmuan muslim klasik dan Barat modern. Kajian ini<br />
bertujuan tidak hanya memahami metode-metode yang<br />
mempengaruhi perkembangan tradisi-tradisi muslim dan<br />
Barat, tetapi lebih melihatnya sejauh mana metode-metode<br />
itu dapat dimasukkan dalam sebuah metodologi Islam<br />
modern guna menjawab problematika sosial dan intelektual<br />
masyarakat. Karena selama ini metode yang digunakan dalam<br />
menjawab berbagai persoalan adalah bersumber dari tradisi<br />
Barat atau tradisi muslim klasik. Metode-metode yang<br />
berumber dari tradisi Barat memiliki banyak manfaat, tetapi<br />
tidak luput dari kekurangan yang sangat serius yaitu tidak<br />
mengakui wahyu sebagai sumber pengetahuan. Sedangkan<br />
metode muslim klasik lebih terpokus pada pemahaman teksteks<br />
suci dan kurang tertarik pada persoalan sosial. Inilah<br />
kemudian pencarian sebuah metodologi alternatif dalam<br />
studi-studi keislaman modern saat ini sangat dibutuhkan dan<br />
menjadi sebuah keniscayaan bagi umat Islam. 5<br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
Tidak dijadikannya wahyu sebagai sumber<br />
pengetahuan dalam tradisi ilmiah Barat terutama dalam hal<br />
pertentangan wahyu dengan akal. Dimana pengetahuan<br />
wahyu disingkirkan dari wilayah ilmu karena wahyu<br />
disamakan dengan keyakinan mistik, sementara ilmu<br />
didasarkan pada rasionalitas. 6 Tetapi upaya pemisahan ini<br />
merupakan pendapat yang keliru dan tidak dapat<br />
dipertahankan. 7 Dalam konteks ilmu sosial misalnya,<br />
pengaruh prinsip-prinsip transendental yang terpancar dari<br />
wahyu tidak terbatas pada tataran dasar konseptual dan<br />
landasan motivasional ilmu-ilmu sosial, tetapi meluas sampai<br />
pada pembentukan teoritis dari ilmu itu, misalnya gagasan<br />
tentang persamaan manusia yang menjadi teori poilitik<br />
modern. Sementara konsep persamaan manusia dapat digali<br />
dari wahyu. Oleh karenanya untuk menghindari bahkan<br />
membuang jauh sikap apologis, hukum Islam harus mampu<br />
mencakup dua hal yaitu secara deduktif dari nash dan<br />
induktif (empiris) sebagai hasil penelitian atau kajian yang<br />
nyata. Karena selama ini hukum Islam terutama masalah<br />
sosial belum dengan jelas dikembangkan secara metodologis.<br />
Konsekuensinya, bukan hanya dianggap normatif, namun<br />
juga dianggap bahwa hukum Islam selama ini lebih bersifat<br />
menghakimi atau bersifat memutus terhadap kasus yang ada,<br />
tidak dikembangkan secara keilmuan. 8 Begitu juga misalnya<br />
sebagaimana yang dijelaskan oleh Syamsul Anwar bahwa<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
gagasan pemaduan wahyu dan akal dalam teori hukum Islam<br />
yang merupakan cikal bakal landasan epistimologis bagi<br />
pengembangan metode penemuan hukum Islam (syar’i)<br />
secara khusus, dan metode penelitian hukum Islam secara<br />
umum sudah dimunculkan oleh Imam al-Ghazali, namun<br />
tidak didukung oleh pengembangan analisis empiris lebih<br />
lanjut sebagai wujud dari pemaduan wahyu dan akal<br />
tersebut. 9<br />
Inilah kemudian diperlukannya pengembangan<br />
penelitian hukum Islam yang tidak hanya bersumber dari<br />
teks-teks saja (bersifat sui-generis), tetapi juga mampu<br />
memadukannya dengan pengalaman dalam kehidupan<br />
manusia dan prilaku masyarakat melalui penelitian sui<br />
generis-empiris. Pemaduan ini dibangun secara dialektis,<br />
yaitu teks-teks dapat menjadi sumber dalam memberikan<br />
arahan tingkah laku dalam kehidupan, sebaliknya<br />
pengalaman yang muncul dalam masyarakat dapat<br />
memberikan gagasan bagaimana teks-teks nash itu dipahami<br />
dan ditafsirkan. 10 Secara umum pengembangan penelitian ini<br />
bertujuan: pertama, mencakup prosedur untuk<br />
menderivasikan aturan-aturan (hukum seperti pernyataanpernyataan)<br />
baik dari wahyu maupun sejarah. Kedua,<br />
metodologi ini memungkinkan terjadinya integrasi dari dua<br />
sumber tersebut. Lebih lanjut akan dijelaskan di bawah ini.<br />
Analisa Tekstual<br />
Untuk menderivasikan aturan-aturan dan konsep dari<br />
wahyu maka dapat dilihat prosedur inferensi tekstual berikut<br />
dan bagan di bawahnya.:<br />
1. Menghimpun ayat/nash yang relevan yang terkait<br />
dengan permasalahan yang dikaji. Antara lain melalui<br />
pendekatan linguistik.<br />
2. menganalisa, menafsirkan untuk medapatkan<br />
pemahaman yang tepat, bisa melalui interpretasi/<br />
penafsiran maudhu’i misalnya, ta’lili dan lain<br />
sebagainya.<br />
3. mencari alasan hukum/kausasi hukum.<br />
4. membangun/membuat suatu aturan yang<br />
umum/universal, asas-asas, atau nilai-nilai dasar.<br />
Sehingga menjadi sebuah teori yang nantinya dapat<br />
diterapkan dalam permasalahan yang ada. Atau dalam<br />
istilah hukum Islam yaitu suatu prinsip-prinsip<br />
(qowa’id). 11<br />
Prosedur Inferensi Tekstual<br />
Identifikasi pernyataan-pernyataan yang relevan<br />
Interpretasi (tafsir) pernyataan<br />
Penjelasan (ta’lil) pernyataan<br />
Sistemisasi aturan dan konsep yang telah<br />
diderivasikan<br />
Sumber : Louay Safi<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
Analisa Fenomena Sosial<br />
1. menganalisa tindakan manusia terhadap fenomena<br />
sosial yang dihadapi. Tujuan analisis ini adalah untuk<br />
melihat bagaimana : tujuannya, motifnya, dan<br />
aturannya. Tujuan adalah seluruh objek yang<br />
dikemukakan oleh pelaku/aktor untuk diwujudkan.<br />
Motif adalah dorongan psikologis, motivasi untuk<br />
berbuat tersebut dapat berupa komitmen moral atau<br />
demi kepentingan sendiri. Adapun aturan adalah<br />
prosedur teknis yang harus diikuti oleh pelaku untuk<br />
mencapai tujuan.<br />
2. klasifkasi tindakan-tindakan.<br />
3. mengidentifikasi aturan umum/universal.<br />
4. selanjutnya dibangun sistemisasi aturan-aturan<br />
universal. 12<br />
Prosedur Inferensi Historis<br />
Derivasi aturan dan konsep general<br />
Pengelompokan aksi yang sama dalam satu<br />
kategori<br />
Identifikasi aturan universal yang membangun<br />
relasi inter-kelompok<br />
Sistemisasi aturan-aturan universal<br />
Sumber : Louay Safi<br />
Langkah-langkah pendekatan terpadu<br />
Sebagaimana telah dijelaskan di atas secara ringkas,<br />
maka bangunan metode terpadu antara hukum Islam dan<br />
sosial dapat dirumuskan sebagai berikut :<br />
1. Analisis teks atau fenomena ke dalam komponenkomponen<br />
dasarnya.<br />
2. pengelompokkan pernyataan atau aksi yang sama di<br />
bawah satu kategori.<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
3. mengidentifikasi aturan-aturan yang menyatukan<br />
berbagai kategori<br />
4. identifikasi aturan-aturan dan tujuan general yang<br />
membangun interaksi atau inter-relasi berbagai<br />
kategori.<br />
5. terakhir melakukan sistemisasi aturan-aturan yang<br />
diperoleh melalui prosedur-prosedur sebelumnya<br />
(menghilangkan kontrakdiksi).<br />
Prosedur Inferensi tekstual dan Historis yang padu<br />
Analisa teks/fenomena ke dalam komponennya<br />
Pengelompokan pernyataan dan perbuatan yang<br />
sama ke dalam satu kategori<br />
Identifikasi aturan yang menyatukan berbagai<br />
kategori<br />
Sistemisasi aturan yang diperoleh melalui<br />
prosedur teks/aksi<br />
Sumber : Louay Safi<br />
Ilustrasi berikut dapat dijadikan contoh pemaduan<br />
antara hukum Islam dan sosial, misalnya tentang<br />
- Wasiat wajib untuk anak angkat dan orang tua angkat<br />
Dalam kompilasi hukum Islam (KHI) pada pasal 209<br />
dinyatakan : bahwa harta peninggalkan anak angkat dibagi<br />
berdasarkan pasal-pasal 176 sampai 193, sedangkan terhadap<br />
orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat<br />
wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan anak<br />
angkat. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat,<br />
diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta<br />
warisan orang tua angkatnya. 13<br />
Istilah wasiat wajibah merupakan hal yang baru<br />
diperkenalkan dalam istilah hukum Islam (figh), karena<br />
dalam kitab figh klasik istilah ini tidak ditemukan, baru<br />
kemudian pada abad ke-20 dan seterusnya diperkenalkan,<br />
seperti di Mesir, Tunisia, Syiria, Iran, Maroko, dan<br />
Pakistan. 14 Ketentuan wasiat wajibah untuk anak angkat dan<br />
orang tua angkat yang tercantum dalam KHI di Indonesia<br />
yang memberikan hak waris kepada anak angkat dan orang<br />
tua angkat merupakan ketentuan yang baru yang belum diatur<br />
dalam Al-Qur’an, karena dalam Al-Qur’an secara jelas tidak<br />
mengakui keberadaan anak angkat atau orang tua angkat dan<br />
karenanya tidak mempunyai akibat hukum. Oleh karena itu<br />
kasus ini sangat menarik untuk dianalisa bagaimana dalam<br />
kaitannya dengan pendekatan terpadu hukum Islam dan<br />
Sosial.<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
- Ekonomi Islami<br />
Ilmu ekonomi konvensional mengunakan pendekatan<br />
positivisme-induktifisme, atau juga disebut dengan<br />
emperical-based. Pendekatan ini juga disebut sebagai<br />
mainstream atau pendekatan ilmiah (scientific approach). Hal<br />
ini lazim dikarenakan banyak ilmu sosial, termasuk bidang<br />
ekonomi mengacu pada pola pikir atau penalaran umum yang<br />
dipakai dalam dunia eksakta atau kealaman. Namun<br />
metodologi ini tidak luput dari kritikan dan kelemahan<br />
terutama yang terkait dengan penerapannya dalam ilmu sosial<br />
yang sangat berbeda dengan ilmu alam yang senantiasa<br />
mengalami perubahan dan perkembangan. Apalagi misalnya<br />
kritikan tersebut dikaitkan dengan aspek etik dan nilai-nilai<br />
kemanusian yang hilang dari ilmu ekonomi konvensional.<br />
Kenyataan ini dipertegas lagi misalnya bagaimana ekonomi<br />
yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan manusia justru<br />
sebaliknya. Atau paling tidak belum mampu menjawab<br />
permasalahan tentang kebahagian manusia. Disinilah<br />
metodologi ekonomi Islami mendapatkan moment yang<br />
penting di dalam menjawab permasalahan tersebut. 15<br />
Maka dapat dipetakan bagaimana posisi metodologi<br />
konvensional dan Islam antara lain :<br />
1. pendekatan ilmiah selama ini menafikan unsurunsur<br />
ilahiah. Konsekuensinya pendekatan ilmiah<br />
tidak mengenal konsep tauhid.<br />
2. atas dasar arogansi kemampuan pikir (akal)<br />
semata, pendekatan ilmiah justru<br />
mempertentangkan antara wahyu dan akal.<br />
3. berdasarkan prinsip Islam yang menghargai akal,<br />
maka sesungguhnya hasil penalaran akal melalui<br />
kajian ilmiah tidak mutlak harus ditolak, karena<br />
sebagian dapat diterima.<br />
4. berdasarkan strata dan urutan prinsip metode yang<br />
dikenal, maka pendekatan ilmiah selama ini pada<br />
dasarnya hanyalah bagian dari metode dalam<br />
Islam. 16<br />
Untuk melihat bagaimana pemaduan antara hukum<br />
Islam (wahyu) dengan ekonomi sehingga melahirkan<br />
ekonomi Islam kita dapat melihat model pemaduan yang<br />
disampaikan oleh Muhammad Anas az-Zarqa’ salah seorang<br />
tokoh pendukung pendekatan terpadu hukum Islam dan sosial<br />
di bawah ini. 17<br />
Pernyataan Islam<br />
Pernyataan normatif<br />
Pernyataan deskriptif<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005<br />
1<br />
2<br />
3<br />
5<br />
2<br />
4 6<br />
Pernyataan ekonomi<br />
Pernyataan normatif<br />
Pernyataan deskriptif
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
Keterangan :<br />
1 = memuat pernyataan normatif (wahyu)<br />
2 = pernyataan deskriptif (positif) wahyu<br />
5 = pernyataan normatif ekonomi<br />
6 = pernyataan deskriptif ekonomi<br />
kelompok 3 dan 4 merupakan pernyataan bersama antara<br />
Islam (wahyu) dan ekonomi. 18<br />
Untuk konteks Ekonomi Islam, pendekatan terpadu<br />
ini sangat relevan untuk dikaji secara serius karena saat ini<br />
perkembangan ekonomi Islam baik secara konseptual<br />
maupun aplikasinya dalam berbagai sangat pesat.<br />
Disamping itu yang perlu diperhatikan juga bahwa<br />
ekonomi Islam bukan hanya sekedar konsepsi. Ia merupakan<br />
hasil suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang<br />
membentuk kerangka serta perangkat kelembagaan dan<br />
pranata ekonomi yang hidup dan berproses dalam kehidupan<br />
masyarakat. Adanya konsep pemikiran dan organisasiorganisasi<br />
yang dibentuk atas nama sistem ini sudah tentu<br />
bisa dinilai sebagai model dan awal pertumbuhannya. Tapi ia<br />
masih membutuhkan model-model banyak lagi, agar<br />
membentuk kesatuan yang lebih terpadu serta memiliki daya<br />
kemampuan untuk menghasilkan atau darinya dapat ditarik<br />
kesimpulan-kesimpulan yang dapat diuji dalam penelitian<br />
dan praktek. 19<br />
Sumber-sumber Islam mengandung koleksi hukum<br />
yang sangat luas mengenai berbagai bidang kegiatan<br />
ekonomi. Oleh karenanya perlu diarahkan ke suatu bentuk<br />
yang jelas dan tegas, sehingga dapat disusun menjadi suatu<br />
sistem ekonomi Islam. 20 Salah satu perhatian yang besar<br />
dalam hal ini adalah perbankan Islam. Karena memang<br />
bidang uang, perbankan, dan kebijakan moneter menjadi<br />
kajian yang sangat populer saat ini, baik pada tataran teoritis<br />
maupun praktis. Popularitas perbankan terus tumbuh dan<br />
jumlah deposan tambah meningkat cepat. Pada dasawarsa<br />
1950-an dan 1960-an, perbankan Islam hanyalah suatu<br />
impian akademis, sangat sedikit orang yang menyadarinya,<br />
kini hampir setiap muslim tahu tentang bank Islam.<br />
Perbankan Islam telah menjadi topik perbincangan dan<br />
diskusi dalam berbagai pertemuan. 21<br />
Perkembangan perbankan Islam di berbagai belahan<br />
dunia Islam sebagai suatu proses transformasi nilai-nilai<br />
Islam paling tidak dilatarbelakangi sedikitnya dua alasan;<br />
pertama, adanya keinginan masyarakat untuk melakukan<br />
berbagai kegiatan ekonomi termasuk transaksi perbankan<br />
sesuai dengan nilai dan prinsip syari’ah. 22 Kedua, keunggulan<br />
sistem operasional dan produk perbankan syari’ah, antara lain<br />
mengutamakan moralitas, keadilan, dan transparansi dalam<br />
kegiatan operasional perbankan syari’ah. 23<br />
Diantara alasan tersebut di atas yang menjadi faktor<br />
pendorong munculnya perbankan Islam di berbagai belahan<br />
dunia Islam, demikian juga halnya di Indonesia. 24<br />
PENUTUP<br />
Upaya mencari sebuah metode alternatif pendekatan<br />
terpadu hukum Islam dan sosial dalam studi Islam merupakan<br />
kelanjutan dan pengembangan lebih mendalam dari cita-cita<br />
besar gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan secara umum,<br />
atau Islamisasi ilmu-ilmu sosial secara khusus.<br />
Pada prinsipnya upaya ini bertujuan; Pertama<br />
bagaimana Islam merumuskan, mengenali, menjelaskan<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
fenomena kehidupan sosial. Dimana pendekatan yang<br />
digunakan tidak lain adalah untuk menjelaskan fenomena<br />
sosial dengan berangkat dari ajaran Islam, yaitu Islam<br />
dipahami sebagai sistem penjelasan atas kenyataan sosial,<br />
Islam sebagai sistem teori keilmuan untuk menjelaskan<br />
semua realitas kehidupan umat. Tentu saja hal ini tidak hanya<br />
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam wahyu (tersurat)<br />
tetapi juga yang terdapat dalam alam atau sunnatullah<br />
(tersirat). Kedua, Islam yang sudah melembaga menjadi<br />
sistem nilai, ideologi, ekonomi, sosial, budaya, politik dan<br />
sebagainya dalam masyarakat tertentu harus dipahami dengan<br />
teori yang pas.<br />
Sebagai catatan akhir, menurut hemat penulis<br />
pendekatan ini masih memerlukan pendalaman lebih jauh<br />
oleh para intelektual dan ahli hukum muslim, sehingga<br />
pendekatan ini benar-benar mampu diterapkan dan dapat<br />
menjawab berbagai problematika umat.<br />
Endnotes :<br />
1. Sidik Tono, Penafsiran Hukum dalam Proses Perubahan Sosial:<br />
Sebuah Kajian Perspektif Metodologi Hukum Islam, dalam Jurnal Al-<br />
Mawarid, Edisi VII, Februari 1999, p. 59. Namun pengklasifikasian<br />
metode penemuan hukum Islam diatas menurut Syamsul Anwar yang<br />
ketiga adalah metode penyelarasan (sinkronisasi, at-taufiq), dimana<br />
metode qiyasi dan metode istilahi dimasukkan dalam kategori metode<br />
kausasi. Sehingga metode penemuan hukum Islam menjadi tiga<br />
bagian yaitu ; (1) metode interpretasi linguistik (at-turuq albayaniyyah),<br />
(2) metode kausasi (ta’lil), dan (3) metode penyelarasan<br />
(sinkronisasi, at-taufiq), Syamsul Anwar, Teori Konfomitas dalam<br />
Metode Penemuan Hukum Islam Al-Ghazali, dalam M. Amin<br />
Abdullah, dkk., Antologi Studi Islam: Teori & Metodologi<br />
(Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2000), p. 275.<br />
2. Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia (Yogyajarta<br />
: Gama Media, 2001), p. 98-99.<br />
3. Syamsul Anwar, Pengembangan Metode Penelititan Hukum Islam,<br />
dalam Anurrofiq (ed), Mazhab Jogya; Mengagas Paradigma Ushul<br />
Figh Kontemporer, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2002), p. 81-82.<br />
4. Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi (Bandung :<br />
Mizan, 1998), Cet.VII. p. 283-285.<br />
5. Louay Safi, Ancangan Metodologi Alternatif: sebuah Refleksi<br />
Perbandingan Metode Penelitian Islam dan Barat, Alih Bahasa,<br />
Imam Khoiri, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), p. 1-3.<br />
6. Ibid, p. 207.<br />
7. Konflik/benturan antara wahyu dan akal dalam sejarah hukum Islam<br />
merupakan salah satu analisa Noel J Coulson dalam melihat<br />
persoalan penting dalam hukum Islam itu sendiri. Walaupun<br />
kemudian dalam kajian selanjutnya ia menjelaskan bahwa pada<br />
hakekatnya dalam tradisi keilmuan Islam antara wahyu dan akal tidak<br />
terjadi pertentangan, namun lebih merupakan simbiosis saling<br />
berhubungan atau saling melengkapi (komlementar) antara wahyu<br />
dan akal. Lihat dalam Noel J Coulson, Konflik dalam Yurisprudensi<br />
Islam, alih Bahasa: Drs. H. Fuad, M.A., (Yogyakarta : IKAPI, 2001).<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
8.<br />
A. Qodri Azizy, Ekletisisme Hukum Nasional:Kompetisi Hukum<br />
Islam dan Hukum Umum (Yogyakarta: Gama Media, 2002), p. 45-46.<br />
9.<br />
Syamsul Anwar, Teori Hukum Islam Al-Ghazali dan Pengembangan<br />
Metode Penemuan Hukum Syair’ah, dalam M. Amin Abdullah<br />
(et.al.), Tafsir Baru Studi Islam dalam Era Multikurtur (Yogyakarta :<br />
Kurnia Kalam Semesta, 2002), p. 198.<br />
10.<br />
Syamsul Anwar, ……..Mazhab Yogya, p. 162.<br />
11.<br />
Louay Syafi, Op.Cit, p. 218-222.<br />
12.<br />
Ibid, p. 223-227.<br />
13.<br />
Cik Hasan Bisri, (et.al.), Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan<br />
Agama:dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos, 1999), p.<br />
206.<br />
14.<br />
Kasus ini merupakan salah satu penjelasan M. Atho’ Mudzhar dalam<br />
melihat pendekatan Hukum Islam dengan sosial, lihat tulisannya<br />
Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan Liberasi<br />
(Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1998), p. 163-164.<br />
15.<br />
Fenomena ini misalanya terlihat sejak dari munculnya pemikiran<br />
ekonomi Islam pada dekade 50-an dan baru berkembang luas sejak<br />
tahun 90-an sampai saat ini. Lihat dalam M. Akhyar Adnan,<br />
Metodologi Konvensional dan Penelitian Ekonomi Islami, dalam M.<br />
Amin Abdullah, dkk., Antologi Studi Islam: Teori & Metodologi<br />
(Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2000), p. 294-297.<br />
16.<br />
Ibid, p. 301.<br />
17.<br />
Syamsul Anwar,……………..Tafsir Baru dalam Studi Islam dalam<br />
Era Multikurtur Op.Cit, p. 202-203.<br />
18.<br />
Ibid, p. 203-204.<br />
19.<br />
M. Dawam Rahardjo, Perspektif Deklarasi Makkah menuju Ekonomi<br />
Islam, (Bandung : Mizan, 1989), Cet.1, p. 86.<br />
20.<br />
Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam,<br />
penerjemah : M. Hashem (Jakarta : Pustaka Zahra, 2002), Cet.1, p.<br />
167-1<strong>68</strong>.<br />
21.<br />
M. Umer Chapra, Masa Depan Ekonomi Islam : Sebuah tinjauan<br />
Islam, penerjemah : Ikhwan Abidin B (Jakarta : Gema Insani Press,<br />
2001), p. 229.<br />
22.<br />
Keinginan ini terutama misalnya permasalahan bebas riba. Kontribusi<br />
para ekonom muslim dalam aspek ini antara lain diselenggarakannya<br />
konferensi internasional tentang ilmu ekonomi Islam yang<br />
dilaksanakan di Mekkah pada tahun 1976, konferensi internasioanl<br />
tentang Islam dan tata ekonomi yang baru yang diadakan di London<br />
pada tahun 1977, dua seminar tentang fiskal dan moneter Islam yang<br />
dilaksanakan di Mekkah tahun 1982 dan Islamabad (1981),<br />
konferensi tentang perbankan Islam dan strategi untuk kerjasama<br />
ekonomi yang dilaksanakan di Badan-badan Jerman Barat pada tahun<br />
1982, serta konferensi internasional kedua tentang ilmu ekonomi<br />
Islam yang dilaksanakan di Islamabad pada tahun 1983. dari<br />
konferensi ini memperlihatkan sumbangann yang berharga dalam<br />
upaya untuk penghapusan riba dari perekonomian modern.<br />
Bandingkan dalam M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam,<br />
penerjemah : Ikhwan Abidin Basri (Jakarta : Gema Insani Press,<br />
2001).<br />
23. Adiwarman A.K., Perbankan Syari’ah memiliki Keunggulan, Koran<br />
Harian Kedaulatan Rakyat, Edisi, 18 Maret 2002.<br />
24. Lihat M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah; Dari Teori ke Praktek<br />
(Jakarta : Gema Insani Press, 2001).<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005<br />
1<br />
<strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong>,Calon Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu<br />
Hukum <strong>UIN</strong> Sultan Syarif Kasim <strong>Riau</strong>. Alumnus Program S2 IAIN Sunan<br />
Kalijaga Yogyakarta (2003).
<strong>68</strong> <strong>Ade</strong> <strong>Candra</strong> <strong>Kusuma</strong> Pembaharuan Penemuan Hukum Islam: <strong>69</strong><br />
Pendekatan Terpadu Hukum Islam dan Sosial<br />
1<br />
2<br />
3<br />
4<br />
5<br />
6<br />
7<br />
8<br />
9<br />
10<br />
11<br />
12<br />
13<br />
14<br />
15<br />
16<br />
17<br />
18<br />
19<br />
20<br />
21<br />
22<br />
23<br />
24<br />
Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005 Hukum Islam. Vol. 12 No. 10. September 2005