12.04.2013 Views

Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Azmairit Aziz

Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Azmairit Aziz

Wira Y Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Azmairit Aziz

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

PEMBUATAN NUKLEOTIDA BERTANDA [γ- 32 P]ATP<br />

SEBAGAI PELACAK MUTASI GENETIK.<br />

<strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, <strong>Endang</strong> <strong>Sarmini</strong>, <strong>Herlina</strong>, <strong>Azmairit</strong> <strong>Aziz</strong>,Triyanto, Hambali<br />

Pusat Teknologi Nuklir Bahan Radiometri- BATAN<br />

E-mail: wira@batan.go.id<br />

ABSTRAK<br />

PEMBUATAN NUKLEOTIDA BERTANDA [γ- 32 P]ATP SEBAGAI PELACAK MUTASI<br />

GENETIK. Penyakit akibat infeksi atau ketidaknormalan genetik dapat didiagnosa<br />

dengan mendeteksi deret asam nukleatnya yang spesifik untuk setiap penyakit,<br />

diagnosa meliputi PCR (Polymerase Chain Reaction) dan hibridisasi dot blot<br />

menggunakan pelacak berlabel radioaktif P-32 yaitu nukleotida bertanda [γ- 32 P]ATP.<br />

Metode untuk mendeteksi gen tersebut menggunakan teknik Southern Blotting.<br />

Pembuatan nukleotida bertanda ini dilakukan dengan reaksi enzimatis yang<br />

merupakan bagian dari proses glikolisis, diawali dari fruktosa 1,6-diphosphat,<br />

32<br />

nukleotida ADP dan H3 PO4 dengan menggunakan enzim aldolase, gliseraldehid 3phosphat,<br />

3-phosphogliseratkinase dan laktat dehidrogenase. Sementara<br />

karakterisasinya menggunakan Thin Layer Chromatography (TLC) PEI Cellulose dan<br />

32<br />

Liquid Scintilation Counter (LSC). H3 PO4 yang digunakan mempunyai kemurnian<br />

radiokimia 99,85% sedangkan ATP bertanda yang dihasilkan dengan penambahan air<br />

pada temperatur 36⁰C berada pada Rf 0,2 dengan hasil penandaan 33,46%. Hasil<br />

penelitian ini diharapkan sebagai acuan produksi nukleotida bertanda lainnya.<br />

Kata kunci : nukleotida bertanda [γ- 32 P]ATP, reaksi enzimatis, proses glikolisis<br />

ABSTRACT<br />

PRODUCTION OF LABELED NUCLEOTIDE [γ- 32 P])ATP AS THE GENETIC<br />

MUTATION TRACKER. Infectious disease or genetic abnormality can be diagnosed<br />

by detecting the nucleic acid sequence that are specific to each disease, diagnostics<br />

includes PCR and dot blot hybridization using P-32 labeled tracer that is<br />

labeled nucleotide [γ-32P]ATP. The method to detect the gene using Southern Blotting<br />

technique. The preparation of labeled nucleotides is done by enzimatic reactions that<br />

are part of the glycolisis pathway, starting from fructose 1.6-diphosphate, ADP<br />

nucleotide, and H332PO4, using the enzym aldolase, glyseraldehide 3-phosphate, 3phosphoglycerate<br />

kinase, and lactate dehydrogenase. While its characterization using<br />

Thin Layer Chromatography (TLC) PEI Cellulose and Liquid Scintilation Counter<br />

(LSC). H332PO4 who used to have radiochemical purity of 99.85% while ATP labeled<br />

which is produced by adding water at a temperature of 36⁰C marked at Rf 0.2 with<br />

33.46% tagging results. Labeled nucleotide [γ32P]-ATP which is resulted as basis for<br />

other labeled nucleotide synthesis.<br />

Key word : [γ- 32 P]ATP labeled nucleotide, enzimatic reaction, glycolysis pathways<br />

PENDAHULUAN<br />

S<br />

elama dekade terakhir ini aplikasi radioisotop<br />

telah berkembang dengan cepat tidak hanya<br />

digunakan dalam pencitraan untuk memperoleh<br />

informasi fungsional suatu zat senyawa, juga untuk<br />

mendalami berbagai macam proses fisiologi dan<br />

patologi. Kendala utama dalam pengobatan<br />

penyakit infeksi adalah ditemukannya organisme<br />

yang tahan terhadap obat, antibiotika atau<br />

insektisida yang disebabkan adanya mutasi<br />

genetik. Diagnosis penyakit infeksi dengan biologi<br />

molekul adalah mendeteksi asam nukleat<br />

mikroorganisme penyebab dengan menggunakan<br />

pelacak DNA. Untuk mendeteksi kelainan genetik<br />

yang diakibatkan oleh virus, kuman atau bakteri<br />

dapat dengan pelacak DNA/RNA menggunakan<br />

teknik Southern Blotting [1,4,5,6] . Dimana prinsip<br />

dari teknik tersebut adalah memisahkan sampel<br />

DNA utas ganda menjadi utas tunggal dan<br />

mentransfernya ke membran nilon. Saat diinkubasi<br />

dengan membran dalam larutan, pelacak mengikat<br />

<strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk. ISSN 1410 – 8178 Buku II hal 25


PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

bagian-bagian yang merupakan pasangannya<br />

dalam DNA dan "melekat" pada membran. Setelah<br />

itu, dilakukan kontak antara membran dengan<br />

selembar film fotografis yang sensitif terhadap<br />

emisi radioaktif. Hanya bagian-bagian dari sampel<br />

tempat lokasi gen yang terlihat sebagai titik gelap<br />

pada film, karena hanya bagian itulah yang terikat<br />

pada pelacak radioaktif.<br />

Salah satu radioisotop yang bisa<br />

digunakan untuk pelacak DNA/RNA adalah P-32<br />

dalam senyawa [γ- 32 P]ATP. Pemanfaatan<br />

teknologi nuklir [γ- 32 P]ATP dalam bidang<br />

kesehatan menggunakan teknik biologi molekul<br />

dengan cara mendeteksi DNA virus, kuman atau<br />

bakteri tersebut, melalui DNA virus bisa diketahui<br />

apakah virus tersebut menjadi penyebab kanker<br />

atau bukan, DNA kuman tersebut sudah resisten<br />

atau tidak dengan antibiotika yang akan digunakan<br />

[3,4,8] . Sehingga bisa diketahui lebih awal dan bisa<br />

ditentukan pengobatan yang tepat dan jangka<br />

waktu pengobatan sehingga pengobatan lebih<br />

efektif dan efisien.<br />

Proses pembuatan [γ- 32 P]ATP dapat<br />

dilihat pada Gambar 1., dimana sintesis [γ-<br />

32 P]ATP dilakukan dengan penandaan senyawa<br />

nukleotida secara enzimatis, dengan<br />

memanfaatkan proses glikolisis. Diawali dari<br />

perubahan fruktosa -1, 6-difosfat yang memiliki 6<br />

buah atom C menjadi 3-difosfogliseral-dehida<br />

(dengan 3 buah atom C) dan dihidroksi-asetonfosfat<br />

dengan bantuan enzim aldolase. Dihidroksi<br />

aseton fosfat kemudian menjadi 3- fosfogliseral-<br />

Buku II hal 26<br />

dehida juga dengan pertolongan enzim glycerol -3-<br />

phosphate dehydrogenase. Selanjutnya<br />

fosfogliseraldehida bersenyawa dengan suatu asam<br />

fosfat (H3 32 PO4) dan berubah menjadi 1,3 –<br />

disfosfogliseraldehida. 1,3 – difosfogliseraldehida<br />

berubah menjadi asam 1,3 –difosfogliserat dengan<br />

bantuan enzim dehidrogenase serta ion – ion Mg ++ ,<br />

membantu proses ini. Perubahan terakhir dalam<br />

glikolisis adalah pelepasan satu fosfat dari asam 2fosfoenol<br />

piruvat menjadi asam piruvat, sedang<br />

ADP meningkat menjadi ATP. Pada proses<br />

enzimatis ini ada faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi kerja enzim yaitu : temperatur,<br />

kadar air, pH (derajat keasaman), konsentrasi<br />

enzim dan substrat serta zat-zat penghambat<br />

(inhibitor) [1,2,3] .<br />

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan<br />

[γ- 32 P]ATP dari H3 32 PO4 dengan reaksi enzimatis.<br />

H3 32 PO4 direaksikan dengan campuran enzim dan<br />

diinkubasikan dengan memvariasikan waktu<br />

inkubasi, kadar air dan temperatur, diharapkan dari<br />

penelitian ini diperoleh senyawa nukleotida<br />

bertanda [γ- 32 P]ATP dengan kemurnian yang<br />

memenuhi persyaratan yang diizinkan. Sehingga<br />

penelitian ini bisa memenuhi kebutuhan senyawa<br />

nukleotida bertanda [γ- 32 P]ATP di Indonesia,<br />

dalam rangka pemberantasan penyakit mutasi<br />

genetik yang diakibatkan oleh virus, kuman atau<br />

bakteri. Dan juga akan sangat mendukung<br />

peningkatan kemampuan di bidang biologi<br />

molekul dan dapat mengurangi ketergantungan<br />

impor.<br />

Gambar. 1. Bagian dari proses glikolisis dengan reaksi enzimatispembentukan ADP menjadi ATP<br />

dengan penambahan fosfat radioaktif (H3 32 PO4)<br />

ISSN 1410 – 8178 <strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk


TATA KERJA<br />

PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

Bahan Yang Digunakan<br />

Bahan-bahan yang digunakan adalah<br />

H3 32 PO4 bebas pengemban dengan kemurnian<br />

radiokimia diatas 97 % yang diperoleh dari<br />

pemurnian H3 32 PO4 yang diproses di PTNBR<br />

Bandung. Enzim aldolase 9 unit/mg, 10 mg/ml,<br />

gliseraldehid-3-phosphat dehidrogenase 80<br />

unit/mg, 10 mg/ml, phosphogliserat kinase 450<br />

unit/mg, 10 mg/ml, fruktosa 1.6-bisphosphat,<br />

sodium pyruvat, dithiothreitol, Tris-HCL, EDTA<br />

dari Sigma Aldrich, laktat dehidrogenase 250<br />

unit/mg, 5 mg/ml, ADP, β-NAD, magnesium<br />

klorida dari E.Merck.<br />

Bahan penunjang yang digunakan kolom<br />

kromatografi DEAE Sephadex dengan pendingin,<br />

TLC plastik PEI Cellulose dari E.Merck, kertas<br />

indikator pH universal serta peralatan gelas dan<br />

mikrotube.<br />

Alat Yang Digunakan<br />

Peralatan yang digunakan refrigerator<br />

sentrifus, penangas air Memmert, Mini TLC<br />

Scanner Bioscan AR-2000, dan LSC.<br />

1. Preparasi pereaksi campuran yang digunakan<br />

Pembuatan larutan campuran A : 100<br />

μl campuran berikut ini dibuat dalam satu<br />

mikrotube<br />

500 mM Tris-HCl ⎫<br />

120 mM Magnesium Klorida ⎬ (pH 8.0) 50 μl<br />

1 mM EDTA ⎭<br />

125 mM Natrium piruvat 20 μl<br />

200 mM Dithiothreitol 15 μl<br />

20 mM FDP 5 μl<br />

5 mM ADP 5 μl<br />

20 mM β-NAD 5 μl<br />

2. Preparasi pereaksi campuran untuk pelarutan<br />

pellet enzim<br />

Pembuatan larutan campuran B : 50 μl<br />

larutan berikut disiapkan dalam satu<br />

miktotube<br />

500 mM Tris-HCl ⎫<br />

120 mM Magnesium Klorida ⎬ (pH 8,0) 5 μl<br />

1 mM EDTA ⎭<br />

200 mM Dithiothreitol 1,5 μl<br />

air 43,5 μl<br />

3. Preparasi campuran enzim<br />

Pembuatan campuran enzim : 12 μl campuran<br />

enzim berikut dibuat didalam satu mikrotube<br />

Aldolase 6 μl (0,54 units)<br />

Glyceraldehydes 3-phosphate 2 μl (1,6 units)<br />

dehydrogenase<br />

Lactate dehydrogenase 2 μl (2,5 units)<br />

3-phosphoglycerate kinase 2 μl (0,9 units)<br />

Campuran enzim tersebut disentrifuse<br />

pada kecepatan 15000 rpm selama 20 menit<br />

Setelah diambil cairan supernatantnya, endapannya<br />

dilarutkan dengan 10 μl larutan campuran B.<br />

4. Proses penandaan [γ- 32 P]ATP<br />

Ke dalam mikrotube bervolume 1,5 ml<br />

dimasukkan 40 μl H3 32 PO4 (aktivitas terukur)<br />

diatur pH 7 – 9 dengan larutan NaOH 5 M.<br />

Selanjutnya ke dalam larutan tersebut ditambahkan<br />

berturut-turut 40 μl larutan campuran A dan 10 μl<br />

campuran enzim. Inkubasi dilakukan selama (t)<br />

menit dan dicuplik setiap waktu tertentu selama 1<br />

jam. Reaksi dihentikan dengan memasukkan<br />

mikrotub ke dalam penangas air pada temperatur<br />

70⁰C selama 3 menit untuk menghentikan aktivitas<br />

enzim.<br />

5. Pengujian hasil penandaan [γ- 32 P]ATP<br />

Hasil penandaan diuji dengan KLT PEI<br />

Cellulose sebagai fasa diam dan KH2PO4 0,5 M<br />

pH 3,5 sebagai fasa gerak. Kemudian ditentukan<br />

Rf-nya dengan Bioscanner.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Radioisotop P-32, berupa larutan<br />

H332PO4 (dalam bentuk orto-fosfat) ternyata tidak<br />

stabil selama beberapa hari penyimpanan dan<br />

mudah berubah menjadi senyawa polifosfat. Hasil<br />

pemeriksaan H332PO4 dengan Bioscanner seperti<br />

ditampilkan pada Gambar 2., terlihat bahwa<br />

kemurnian H332PO4 86,48 % dan Rf-nya pada<br />

0,7, dengan kemurnian di bawah 97% ini bisa<br />

mengakibatkan terjadinya proses inhibisi yang<br />

akan menghambat kerja enzim, sehingga proses<br />

sintesis [γ-32P]ATP tidak bisa maksimal. Untuk<br />

mengatasi hal tersebut H332PO4 yang akan<br />

digunakan harus dimurnikan terlebih dahulu ke<br />

dalam kolom penukar kation Dowex AG 50 (1 x 8)<br />

yang telah dikondisikan dengan HCl 1M, sehingga<br />

diperoleh larutan H332PO4 dengan kemurnian<br />

radiokimia yang tinggi dan layak digunakan untuk<br />

pembuatan nukleotida bertanda [γ-32P]ATP.<br />

Gambar 2. Radiokromatogram dari larutan<br />

H3 32 PO4 sebelum proses pemurnian<br />

<strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk. ISSN 1410 – 8178 Buku II hal 27


PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

Pengujian kemurnian radiokimia<br />

dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)<br />

PEI cellulose, dengan melewatkan larutan H3 32 PO4<br />

ke dalam kolom terjadi peningkatan kemurnian<br />

larutan H3 32 PO4 dari 86,48 % menjadi 99,85 %<br />

seperti terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.<br />

Gambar 3.Radiokromatogram dari larutan H3 32 PO4<br />

setelah proses pemurnian<br />

Larutan H3 32 PO4 setelah proses pemurnian<br />

ini diinkubasikan dengan campuran enzim, selama<br />

reaksi enzimatik berlangsung pada tiap (t) menit<br />

inkubasi dicuplik untuk melihat pembentukan [γ-<br />

32 P]ATP yang diuji dengan KLT PEI Cellulose.<br />

Hasil pemeriksaan KLT PEI cellulose<br />

menggunakan bioscanner dari reaksi inkubasi<br />

tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Pada gambar<br />

tersebut menunjukkan hasil penandaan [γ- 32 P]ATP<br />

33,46 %, dengan nilai Rf 0,241. Selain itu dari<br />

hasil penandaan tersebut masih terdapat H3 32 PO4<br />

bebas dengan persentase 65,90% dengan Rf 0,608.<br />

Rendahnya hasil penandaan [γ- 32 P]ATP tersebut<br />

disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat<br />

mempengaruhi tidak maksimalnya daya kerja<br />

campuran enzim, yaitu kadar air dan temperatur.<br />

Buku II hal 28<br />

Gambar 4. Radiokromatogram pembentukan [γ-<br />

32 P]ATP setelah inkubasi (60) menit<br />

Pada Gambar 5. terlihat penambahan<br />

kadar air sebanyak 50 μl sangat berpengaruh<br />

terhadap persentase rendemen penandaan [γ-<br />

32 P]ATP yang dihasilkan, dibandingkan dengan<br />

tanpa penambahan kadar air. Selain itu dari<br />

Gambar 5. terlihat pola yang hampir sama antara<br />

reaksi yang ditambahkan kadar air dan yang tidak<br />

ditambahkan kadar air untuk waktu inkubasi (t) 50<br />

menit dan (t) 60 menit, dimana ADP telah<br />

terfosforilasi menjadi ATP sehingga pembentukan<br />

[γ- 32 P]ATP sudah stabil.<br />

Sedangkan pengaruh temperatur terhadap<br />

hasil penandaan [γ- 32 P]ATP ditampilkan pada<br />

Gambar 6., dari gambar tersebut menunjukan<br />

bahwa pada suhu 36⁰C mempunyai rendemen<br />

pembentukan lebih tinggi dibandingkan pada suhu<br />

kamar (22⁰C). Adanya perbedaan tersebut<br />

dikarenakan kerja enzim lebih maksimal dengan<br />

adanya penambahan air pada temperatur 36⁰C<br />

dengan persentase penandaan 33,46 %.<br />

Gambar 5. Pengaruh penambahan kadar air (50 μl) pada hasil penandaan [γ- 32 P]ATP<br />

ISSN 1410 – 8178 <strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk


PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

Gambar 6. Pengaruh temperatur pada hasil penandaan [γ-32P]ATP<br />

KESIMPULAN<br />

Larutan H3 32 PO4 yang digunakan untuk<br />

pembuatan nukleotida bertanda [γ- 32 P]ATP dalam<br />

penyimpanannya tidak stabil mudah berubah<br />

menjadi senyawa polifosfat. Sebelum digunakan<br />

terlebih dahulu dimurnikan untuk meningkatkan<br />

kemurnian radiokimianya. Setelah dilakukan<br />

proses pemurnian didapatkan hasil pemurnian<br />

larutan H3 32 PO4 meningkat menjadi 99,85%.<br />

Pembuatan nukleotida bertanda [γ- 32 P]ATP<br />

menggunakan larutan H3 32 PO4 hasil pemurnian<br />

dengan campuran enzim menghasilkan rendemen<br />

pembentukan 33,46 % dengan Rf 0,241 setelah<br />

ditambahkan air dan temperatur inkubasi 36⁰C.<br />

Diharapkan rendemen hasil penandaan bisa<br />

mencapai diatas 90%. Hasil penandaan ini<br />

dipengaruhi oleh kadar air reaktan, temperatur dan<br />

waktu inkubasi. Untuk meningkatkan hasil<br />

penandaan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut<br />

dengan menaikkan aktivitas H3 32 PO4 yang<br />

digunakan.<br />

UCAPAN TERIMAKASIH<br />

Penulis mengucapkan terimakasih kepada<br />

sejawat dari PTNBR – BATAN Bandung, atas<br />

kerjasamanya yang baik dalam penyediaan P-32<br />

(H3 32 PO4), Bapak Abdul Mutalib yang telah<br />

memberikan kepercayaan untuk melakukan<br />

penelitian ini, Ibu Santi Nurbaiti dari Kelompok<br />

Keahlian Biokimia, Fakultas Matematika & Ilmu<br />

Pengetahuan Alam, ITB dan Bapak Sunarhadiyoso<br />

S. yang telah membantu dalam penulisan ini.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Lehninger, A.L,”Dasar-dasar Biokimia Jilid I”,<br />

Erlangga, Jakarta, 1982<br />

2. Roger A. Johnson, Timothy F.<br />

Walseth,”Enzymatic Process For Preparing [γ-<br />

32<br />

P]-Labeled Nucleotides”, United State Patent,<br />

1980<br />

3. F. Sakamoto, M. Izumo, K. Hashimoto, Y.<br />

Fuji,”Study of optimum condition for synthesis<br />

of [y-32P]ATP with high specific<br />

radioactivity”, Journal of Radioanalytycal and<br />

Nuclear Chemistry, Vol. 239, No.2 (1999) 423-<br />

427.<br />

4. Mukh Syaifudin dan Devita Tetriana,<br />

“ANALISIS MUTASI GEN inhA UNTUK UJI<br />

RESISTENSI M. tuberculosis TERHADAP<br />

ISONIAZID DENGAN METODE SSCP<br />

RADIOAKTIF”, Pusat Teknologi Keselamatan<br />

dan Metrologi Radiasi, BATAN Jakarta<br />

5. Maria Lina R, “Deteksi Resistensi<br />

Mycobacterium Tuberculosis Terhadap<br />

Rifampisin Berdasarkan Mutasi Gen RPOO<br />

(RNA Polymerase Sub Unit B) Dengan Metode<br />

PCR (Polymerase Chain Reaction) - Hibridasi<br />

DOT Blot dan PCR-Sekuensing, Jurnal Respir<br />

Indo, Vol 7, no. 3 Juli 2007<br />

6. Suharsono, ”Struktur dan Ekspresi gen”,<br />

Jurusan Bilologi FMIPA Institut Pertanian<br />

Bogor.<br />

7. Maria Lina R, Budiman Bela, dan Andi<br />

Yasmon, ”Deteksi Mutasi Gen KATG<br />

(Mycobacterium Tuberculosis) dengan Metode<br />

PCR (Polymerase Chain Reaction) –<br />

Hibridisasi Dot Blot menggunakan Pelacak<br />

Oligonukleotida Bertanda 32 P”, Jurnal Ilmiah<br />

<strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk. ISSN 1410 – 8178 Buku II hal 29


Buku II hal 30<br />

PROSIDING SEMINAR<br />

PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR<br />

Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan<br />

Yogyakarta, 27 Juli 2011<br />

Aplikasi Isotop dan Radiasi Vol. 5 No. 1 Juni<br />

2009.<br />

8. Budiawan, ”Pengembangan Teknik 32P-<br />

Postlabelling untuk Mendeteksi Dini Resiko<br />

Kanker”, Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian<br />

dan Pengembangan Teknologi Isotop dan<br />

Radiasi, 2000.<br />

9. <strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, <strong>Endang</strong> <strong>Sarmini</strong>, <strong>Herlina</strong>,<br />

dkk, ”Sintesa ATP Bertanda P-32 Sebagai<br />

Perunut Biologi Molekul”, Pertemuan Ilmiah<br />

Radioisotop, Radiofarmaka dan Siklotron,<br />

2010.<br />

10. IAEA-TECDOC-1340,”Manual for Reactor<br />

Produced Radioisotop”, International Atomic<br />

Energy Agency, IAEA, January 2003.<br />

TANYA JAWAB<br />

Budi Setiawan<br />

Apa arti PCR ?<br />

Hasil Randemen 33,46% apakah sesuai target?<br />

<strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong><br />

Arti PCR adalah Polymerase Chain Reaction,<br />

reaksi untuk melipatgandakan fragmenfragmen<br />

DNA yang sudah berhasil diisolasi<br />

Sebetulnya randemen pembentukan 33,46%<br />

belum mencapai target yang diinginkan,<br />

diharapkan rendemen pembentukannya<br />

adalah diatas 90% banyak faktor yang<br />

mempengaruhi randemen pembentukan<br />

tersebut, yang terutama adalah enzim-enzim<br />

yang digunakan, sama seperti radioisotop<br />

enzimpun mempunyai waktu paruh<br />

ISSN 1410 – 8178 <strong>Wira</strong> Y <strong>Rahman</strong>, dkk

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!