03.05.2013 Views

pasang surut dan energinya - Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

pasang surut dan energinya - Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

pasang surut dan energinya - Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Indonesiapun saat ini telah menjadi net importir<br />

minyak mentah dunia, tetapi sumber-sumber<br />

bahan bakar fosil lebih sukar didapat, sehingga<br />

dapat diperkirakan produksinya dari tahun ke<br />

tahun pasti menurun tajam, akibatnya harganya<br />

semakin mahal. Sementara itu teknologi<br />

alternatif untuk sumber energi lain belum<br />

sepenuhnya dikembangkan <strong>dan</strong> diterapkan di<br />

Indonesia. Kesenjangan antara kebutuhan <strong>dan</strong><br />

persediaan energi merupakan masalah penting<br />

yang perlu segera dicari pemecahannya. Oleh<br />

karena itu, keadaan ini harus diantisipasi dengan<br />

melakukan diversifikasi energi guna mengurangi<br />

ketergantungan sumber energi pada BBM<br />

dengan memanfaatkan sumber energi alternatif,<br />

antara lain gas bumi, batu bara serta sumber<br />

energi nir-konvensional dari lautan. Sumber<br />

energi nir-konvensional dari lautan misalnya<br />

Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC).<br />

OTEC memanfaatkan perbedaan suhu<br />

permukaan <strong>dan</strong> suhu air kedalaman pada laut<br />

dalam yang dapat menghasilkan tenaga listrik.<br />

Selain itu yaitu gelombang arus atau perbedaan<br />

salinitas perairan <strong>dan</strong> <strong>pasang</strong>-<strong>surut</strong> yang<br />

<strong>energinya</strong> menghasilkan tenaga listrik juga.<br />

PASANG-SURUT<br />

Pasang-<strong>surut</strong> (pasut) merupakan salah<br />

satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni<br />

suatu gerakan vertikal (naik turunnya air laut<br />

secara teratur <strong>dan</strong> berulang-ulang) dari seluruh<br />

partikel massa air laut dari permukaan sampai<br />

bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan<br />

tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi<br />

(gaya tarik menarik) antara bumi <strong>dan</strong> bulan,<br />

bumi <strong>dan</strong> matahari, atau bumi dengan bulan <strong>dan</strong><br />

matahari.<br />

Pasang-<strong>surut</strong> laut merupakan hasil dari<br />

gaya tarik gravitasi <strong>dan</strong> efek sentrifugal, yakni<br />

dorongan ke arah luar pusat rotasi. Hukum<br />

gravitasi Newton menyatakan, bahwa semua<br />

massa benda tarik menarik satu sama lain <strong>dan</strong><br />

gaya ini tergantung pada besar massanya, serta<br />

Oseana, Volume XXXII No. 1, 2007<br />

16<br />

sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />

jarak di antara massa tersebut. Gravitasi<br />

bervariasi secara langsung dengan massa, tetapi<br />

berbanding terbalik terhadap jarak. Sejalan<br />

dengan hukum di atas, dapat dipahami bahwa<br />

meskipun massa bulan lebih kecil dari massa<br />

matahari tetapi jarak bulan ke bumi jauh lebih<br />

kecil, sehingga gaya tarik bulan terhadap bumi<br />

pengaruhnya lebih besar dibanding matahari<br />

terhadap bumi. Kejadian yang sebenarnya dari<br />

gerakan <strong>pasang</strong> air laut sangat berbelit-belit,<br />

sebab gerakan tersebut tergantung pula pada<br />

rotasi bumi, angin, arus laut <strong>dan</strong> keadaankeadaan<br />

lain yang bersifat setempat. Gaya tarik<br />

gravitasi menarik air laut ke arah bulan <strong>dan</strong><br />

matahari <strong>dan</strong> menghasilkan dua tonjolan (bulge)<br />

<strong>pasang</strong> <strong>surut</strong> gravitasional di laut. Lintang dari<br />

tonjolan <strong>pasang</strong> <strong>surut</strong> ditentukan oleh deklinasi,<br />

yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi <strong>dan</strong> bi<strong>dan</strong>g<br />

orbital bulan <strong>dan</strong> matahari (WARDIYATMOKO<br />

& BINTARTO,1994).<br />

Pasang-<strong>surut</strong> purnama (spring tides)<br />

terjadi ketika bumi, bulan <strong>dan</strong> matahari berada<br />

dalam suatu garis lurus (matahari <strong>dan</strong> bulan<br />

dalam keadaan oposisi). Pada saat itu, akan<br />

dihasilkan <strong>pasang</strong> tinggi yang sangat tinggi <strong>dan</strong><br />

<strong>pasang</strong> rendah yang sangat rendah, karena<br />

kombinasi gaya tarik dari matahari <strong>dan</strong> bulan<br />

bekerja saling menguatkan. Pasang-<strong>surut</strong><br />

purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni<br />

pada saat bulan baru <strong>dan</strong> bulan purnama (full<br />

moon). Se<strong>dan</strong>gkan <strong>pasang</strong>-<strong>surut</strong> perbani (neap<br />

tides) terjadi ketika bumi, bulan <strong>dan</strong> matahari<br />

membentuk sudut tegak lurus, yakni saat bulan<br />

membentuk sudut 90° dengan bumi. Pada saat<br />

itu akan dihasilkan <strong>pasang</strong> tinggi yang rendah<br />

<strong>dan</strong> <strong>pasang</strong> rendah yang tinggi. Pasang-<strong>surut</strong><br />

perbani ini terjadi dua kali, yaitu pada saat<br />

bulan 1/4 <strong>dan</strong> 3/4 (WARDIYATMOKO &<br />

BINTARTO, 1994).<br />

Pasang-sumt laut dapat didefinisikan<br />

pula sebagai gelombang yang dibangkitkan oleh<br />

a<strong>dan</strong>ya interaksi antara bumi, matahari <strong>dan</strong><br />

bulan. Puncak gelombang disebut <strong>pasang</strong> tinggi<br />

(High Water/RW) <strong>dan</strong> lembah gelombang

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!