1 PENDAHULUAN Latar Belakang Istilah segitiga ... - Directory UMM
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Istilah segitiga ... - Directory UMM
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Istilah segitiga ... - Directory UMM
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Latar</strong> <strong>Belakang</strong><br />
<strong>PENDAHULUAN</strong><br />
<strong>Istilah</strong> <strong>segitiga</strong> siku–siku telah kita kenal sejak kecil. Jenis <strong>segitiga</strong> ini<br />
memang pantas untuk dipelajari, sebab bangun datar ini memiliki banyak terapan.<br />
Segitiga siku–siku adalah suatu bangun datar yang memiliki sisi sebanyak 3 buah<br />
dengan salah satu sudutnya 90º. Perbandingan sisi–sisi pada <strong>segitiga</strong> siku–siku<br />
oleh bangsa Mesir dan Babilonia dijadikan sebagai dasar ilmu selanjutnya, yaitu<br />
trigonometri.<br />
Trigonometri merupakan cabang ilmu Matematika yang melibatkan dua<br />
bidang teori penting, yaitu teori bilangan dan geometri. Secara geometris,<br />
trigonometri dikembangkan berdasarkan studi bintang–bintang. Trigonometri<br />
memiliki banyak penerapan praktis, misalnya dalam teknik bangunan dan<br />
arsitektur, digunakan untuk mengukur rangka atap dan sudut elevasi pada sebuah<br />
kawat penyangga jembatan. Serta dapat digunakan sebagai aplikasi dalam<br />
menghitung panjang baja yang dibutuhkan dalam pembuatan jembatan dengan<br />
gelagar rangka (trapesium), yang mepunyai sisi berbetuk <strong>segitiga</strong>-<strong>segitiga</strong>.<br />
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang akan tetapi tingkat<br />
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan<br />
studi yang menarik. Jembatan merupakan sarana penghubung antarwilayah yang<br />
dipisahkan oleh sungai dan jurang. Seiring bertambahnya waktu, bertambah pula<br />
teknologi pembangunan jembatan. Dalam merancang kerangka sebuah jembatan,<br />
perhitungan yang dilakukan tidaklah mudah. Beban, tegangan, serta gaya yang<br />
bekerja pada jembatan menjadi pertimbangan utama para perancang untuk<br />
mengkonstruksikan model rancangannya.<br />
Banyak jenis jembatan yang dibangun, salah satunya adalah jembatan<br />
bergelagar rangka yang berbahan baja yaitu jembatan dengan pemikul lintang dan<br />
pemikul memanjang, gelagar induknya adalah gelagar dinding penuh yang<br />
dikonstruir atau gelagar pekerjaan vak. Gelagar jembatan itu sendiri mempunyai<br />
fungsi sebagai pemikul beban bergerak (kendaraan mobil, kereta api dan<br />
manusia). Gelagar ini dapat dibuat dari beton, baja atau kayu.<br />
1
Dalam pembuatan jembatan bergelagar rangka (trapesium) ini lebih efektif<br />
menggunakan bahan baja, karena baja mempunyai banyak kelebihan. Misalnya,<br />
memberikan kekuatan struktur yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lain,<br />
beberapa jenis baja konstruksi sekarang ada yang tahan terhadap korosi<br />
(Oentoeng, 1999:1). Baja yang dimaksud adalah baja paduan rendah yang<br />
memiliki sifat tahan karat yang beberapa kali lebih besar dari baja yang lainnya.<br />
Walaupun harganya pasti lebih mahal dari baja yang lain, tetapi tidak memerlukan<br />
biaya pemeliharaan yang terus menerus seperti pada baja jenis lain yang<br />
memerlukan pengecatan kembali untuk mencegah munculnya karat (Charles,<br />
1990:61). Ketahanan baja terhadap korosi akan meningkat pada temperatur 540ºC<br />
(Agus, 2008:25).<br />
Apabila dalam pembuatan gelagar pada jembatan menggunakan bahan<br />
kayu, dinilai tidak efektif. Mengingat keawetan kayu tergantung pada<br />
penempatannya. Kayu yang dilindungi terhadap hujan dan sinar matahari tidak<br />
akan lekas rusak. Tetapi jika ditempatkan di luar, dibiarkan terkena panas dan<br />
hujan, maka kayu akan lekas rusak (Heinz, 1981:15). Sama halnya dengan<br />
menggunakan bahan kayu, gelagar dengan bahan beton juga dinilai tidak efektif.<br />
Karena proses pembuatan beton memerlukan waktu yang lama dan harus<br />
memperhatikan cuaca (Poernomosidi, 1974:43). Secara otomatis mengakibatkan<br />
biaya untuk tenaga kerja menjadi tinggi (Jack, 2000:228).<br />
Dari uraian di atas penulis mempunyai gagasan untuk membahas aplikasi<br />
trigonometri pada jembatan bergelagar rangka trapesium, khususnya yang terbuat<br />
dari bahan baja karena di dalam gelagar rangka yang berbentuk trapesium di<br />
dalamnya membentuk <strong>segitiga</strong>-<strong>segitiga</strong> yang dapat diaplikasikan ke dalam<br />
trigonometri. Sebelumya perhitungan dalam pembuatan gelagar jembatan ini<br />
menggunakan rumus-rumus yang rumit. Oleh karena itu dengan menggunakan<br />
aplikasi trigonometri memudahkan dalam pengukuran baja yang akan digunakan .<br />
Rumusan Masalah<br />
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat suatu rumusan masalah<br />
yaitu Bagaimanakah aplikasi trigonometri pada pembuatan jembatan rangka<br />
trapesium?<br />
2
Tujuan Penulisan<br />
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi<br />
trigonometri pada pembuatan jembatan bergelagar rangka trapesium yang<br />
dilaksanakan sebagai pekerjaan vak, mengingat jembatan ini merupakan jembatan<br />
sederhana yang sudah banyak digunakan sebagai sarana penguhubung. Untuk<br />
memberikan alternatif lain terhadap masyarakat khususnya pemerintah dalam<br />
pembangunan jembatan bergelagar.<br />
Manfaat Penulisan<br />
Adapun manfaat penulisan ini adalah dapat digunakan sebagai referensi<br />
bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang<br />
trigonometri di kehidupan sehari-hari. Selain itu bagi masyarakat dapat dijadikan<br />
pengetahuan mengenai pembangunan jembatan. Serta dalam hal ini penulis<br />
mencoba memberikan alternatif bagi pemerintah untuk memaksimalkan<br />
pembangunan tanpa mengeluarkan biaya yang besar.<br />
3
Pengertian Jembatan<br />
GAGASAN<br />
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang akan tetapi tingkat<br />
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan<br />
studi yang menarik. Jembatan adalah suatu konstruksi yang berguna untuk<br />
meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan itu<br />
merupakan jalan lain yaitu jalan air atau jalan lalu lintas biasa. Jembatan<br />
merupakan sarana penghubung antarwilayah yang dipisahkan oleh sungai dan<br />
jurang. Seiring bertambahnya waktu, bertambah pula teknologi pembangunan<br />
jembatan. Dalam merancang kerangka sebuah jembatan, perhitungan yang<br />
dilakukan tidaklah mudah. Beban, tegangan, serta gaya yang bekerja pada<br />
jembatan menjadi pertimbangan utama para perancang untuk mengkonstruksikan<br />
model rancangannya.<br />
Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa jembatan merupakan suatu<br />
sistem transportasi untuk tiga hal, yaitu :<br />
1. Merupakan pengontrol kapasitas dari sistem<br />
2. Mempunyai biaya teringgi per-mil dari sistem<br />
3. Jika jembatan runtuh, maka sistem akan lumpuh (Bambang Supriyadi,<br />
2000:1).<br />
Dengan demikian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan<br />
jembatan, maka diperlukan proses perencanaan yang matang.<br />
Macam-macam Jembatan<br />
Jembatan–jembatan dapat dibagi dalam beberapa golongan seperti berikut<br />
ini (Struyk, 1983:15) :<br />
1. Jembatan-jembatan dapat digerakkan<br />
2. Jembatan-jembatan tetap<br />
Jembatan – jembatan dapat digerakkan, dapat dibagi dalam beberapa jenis<br />
diantaranya adalah :<br />
a. Jembatan – jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar, yaitu:<br />
1) Jembatan – jembatan angkat<br />
4
2) Jembatan – jembatan baskul<br />
3) Jembatan – jembatan lipat strauss.<br />
b. Jembatan – jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar juga<br />
termasuk poros – poros yang berpindah sejajar dan mendatar, seperti yang<br />
dinamakan jembatan – jembatan baskul berroda.<br />
c. Jembatan – jembatan yang dapat berputar atas suatu poros tegak, atau<br />
jembatan – jembatan putar.<br />
d. Jembatan yang dapat berkisar ke arah tegak lurus atau mendatar<br />
1) Jembatan angkat<br />
2) Jembatan berroda<br />
3) Jembatan goyah ponts transbordeur.<br />
Jembatan-jembatan tetap dapat dibagi dalam beberapa kategori :<br />
a. Jembatan kayu digunakan untuk lalu lintas biasa pada bentangan kecil dan<br />
untuk jembatan pembantu.<br />
b. Jembatan baja terbagi atas :<br />
1) Jembatan yang sederhana dimana lantai kendaraannya langsung berada<br />
diatas gelagar-gelagar.<br />
2) Jembatan dengan gelagar kembar yang digunakan untuk lalulintas kereta<br />
api.<br />
3) Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang dengan gelagar<br />
dinding penuh yang gelagar pekerjaan vak.<br />
4) Jembatan pelengkungan.<br />
5) Jembatan gantung.<br />
c. Jembatan dari beton.<br />
d. Jembatan batu.<br />
Dari beberapa macam jembatan di atas, penulis menggunakan jembatan tetap yang<br />
berstruktur baja. Karena baja mempunyai banyak kelebihan. Baja memberikan<br />
kekuatan struktur yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lain. Misalnya baja<br />
jenis paduan rendah yang memiliki sifat tahan karat yang beberapa kali lebih<br />
besar dari baja yang lainnya.<br />
5
Gelagar<br />
Gelagar jembatan itu sendiri mempunyai fungsi sebagai pemikul beban<br />
bergerak ( kendaraan mobil, kereta api dan manusia ). Gelagar ini dapat dibuat<br />
dari beton, baja atau kayu. Penggunaan dari bentuk gelagar yang dilaksanakan<br />
sebagai pekerjaan vak ini perlu diperhitungkan kemiringan sudutnya yang<br />
diberikan dalam persamaan trigonometri. Dalam perencanaan pembangunan<br />
jembatan ini diperlukan perencanaan awal yang matang. Salah satunya adalah<br />
perencanaan gelagar, dalam hal ini kita mengupayakan bagaimana mendapatkan<br />
suatu konstruksi yang ekonomis ditinjau dari variasi gelagar, baik gelagar<br />
memanjang maupun melintang, hingga kita dapat mengembangkan teknik<br />
perencanaan jembatan dengan menggunakan jumlah gelagar seideal mungkin<br />
(Sunarji.2009. Studi Perbandingan Jembatan dengan Variasi Jarak Gelagar<br />
Ditinjau Terhadap Kebutuhan Bahan. http://digilib.unitomo.ac.id).<br />
Macam – macam gelagar<br />
a. Gelagar parallel berdinding penuh atau gelagar pelat<br />
b. Gelagar jajar<br />
c. Gelagar trapesium<br />
d. Gelagar parabola<br />
e. Gelagar setengah parabola<br />
f. Pekerjaan vak belah ketupat<br />
g. Gelagar berbentuk ikan<br />
h. Gelagar pembagi empat ( Struyk, 1983 :17 ).<br />
Dalam makalah ini, membahas aplikasi trigonometri pada jembatan<br />
bergelagar rangka yang berbentuk trapesium yang terbuat dari baja. Karena<br />
jembatan baja berbanding penuh memberikan keuntungan seperti yang diberikan<br />
oleh jembatan yang mempunyai konstruksi sederhana, oleh karenanya biaya<br />
pembuatan tetap terbatas dan pemeliharaan sangat mudah. Selain itu pada gelagar<br />
rangka yang berbentuk trapesium didalamnya membentuk <strong>segitiga</strong>-<strong>segitiga</strong> sama<br />
kaki, sehingga perhitungannya dapat menggunakan aplikasi trigonomeri.<br />
6
Seperti yang ditampilkan pada gambar dibawah ini merupakan salah satu contoh<br />
jembatan baja dengan gelagar rangka trapesium :<br />
Gambar 1. Jembatan bergelagar rangka trapesium<br />
Gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada<br />
jembatan. Bila menggunakan bahan baja, tentunya akan memberikan kekuatan<br />
struktur yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lain. Akan tetapi, bila<br />
kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan bahan kayu, yang berupa balok<br />
tunggal dan atau balok susun, tergantung perencanaannya.(Bambang Supriyadi,<br />
2000:58).<br />
Namun, apabila dalam pembuatan gelagar pada jembatan menggunakan<br />
bahan kayu, dinilai tidak efektif. Mengingat keawetan kayu tergantung pada<br />
penempatannya. Kayu yang dilindungi terhadap hujan dan sinar matahari tidak<br />
akan lekas rusak. Tetapi jika ditempatkan di luar, dibiarkan terkena panas dan<br />
hujan, maka kayu akan lekas rusak.<br />
Proses Perencanaan Pembuatan Jembatan<br />
Dalam buku yang berjudul JEMBATAN karya Bambang Supriyadi dan<br />
Agus Setyo Muntohar tahun 2000, dijelaskan bahwa perencanaan jembatan<br />
dimungkinkan adanya perbedaan antara ahli satu dengan ahli lainnya, tergantung<br />
latar belakang kemampuan dan pengalamannya. Akan tetapi, perbedaan tersebut<br />
harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses perencanaan.<br />
7
Sebelum sampai tahap perencanaan konstruksi, paling tidak seorang ahli<br />
atau perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang<br />
berkaitan dengan pembangunan jembatan. Data tersebut merupakan bahan<br />
pemikiran dan pertimbangan sebelum kita mengambil keputusan akhir. Pada<br />
gambar berikut ditunjukkan suatu proses tahapan perencananaan yang perlu<br />
dilaksanakan.<br />
Gambar 2. Alur proses perencanaan pembuatan jembatan<br />
Data yang diperlukan dapat berupa:<br />
1. Lokasi<br />
a. Topografi<br />
b. Lingkungan<br />
c. Tanah dasar<br />
2. Keperluan : melintas sungai atau melintas jalan<br />
3. Bahan struktur:<br />
a. Karakteristik<br />
b. Ketersediannya<br />
4. Peraturan<br />
INPUT-<br />
DATA<br />
PROSES<br />
ANALISIS<br />
Dari data yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa,<br />
sebelum merencanakan pembangunan jembatan, hal yang pertama kali harus<br />
dilakukan oleh seorang perancang adalah mengumpulkan data mengenai lokasi<br />
dimana akan dibangun jembatan, keperluan yang dibutuhkan misalnya melintasi<br />
sungai atau jalan, bahan struktur yang digunakan baik karakteristik maupun<br />
ketersediaannya serta peraturan. Supaya selama proses pembangunan jembatan<br />
tidak terjadi masalah dan berjalan dengan lancar.<br />
EVALUASI<br />
OUTPUT<br />
HASIL<br />
8
Proses perencanaan secara detail dapat dijelaskan dengan diagram alir yang<br />
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :<br />
Ya<br />
Desain akhir :<br />
- Modifikasi akhir<br />
- Model struktur akhir<br />
- Hitungan akhir<br />
SURVEI DATA<br />
KOMPLIKASI<br />
EVALUASI DATA<br />
Ya<br />
Desain Awal :<br />
Penentuan :<br />
- Type struktur<br />
- Bahan struktur<br />
- Model struktur<br />
- Dimensi model struktur<br />
- Hitungan awal<br />
Evaluasi Desain<br />
Awal<br />
- Gambar<br />
- Pelaksnaan<br />
Tidak<br />
Tidak<br />
Gambar 3. Alur proses perencanaan secara detail<br />
Modifikasi<br />
9
Aplikasi Trigonometri pada Pembuatan Jembatan Rangka Trapesium<br />
Adapun dalam pembuatan gelagar jembatan rangka yang berbentuk<br />
trapesium dapat menggunakan batas-batas fungsi trigonometri, yaitu sinus atau<br />
aturan cosinus.<br />
Gambar 4. Rangka gelagar berbentuk trapesium<br />
Untuk mencari sisi-sisi <strong>segitiga</strong> pada gelagar di atas yang sudah diketahui tinggi<br />
dan sudut-sudutnya, maka dapat menggunakan batas fungsi fungsi trigonometri,<br />
yaitu sinus atau aturan cosinus.<br />
Sin 65º = 300<br />
X<br />
X<br />
X = 300<br />
0,906307787<br />
X = 331,0133757cm<br />
X ≈ 331cm<br />
Sin 25º = Y<br />
331,0133757<br />
Y = 331,0133757 x 0,4226182617<br />
Y = 139,8922974cm<br />
Y ≈ 140cm<br />
Y<br />
25º 25º<br />
25º 25º<br />
65º 65º 65º 65º<br />
Jadi, alas satu <strong>segitiga</strong> pada gelagar jembatan ≈ 280cm.<br />
65º<br />
t =<br />
300cm<br />
65º<br />
25º 25º<br />
10
Berdasarkan pustaka yang telah dikumpulkan didapatkan gagasan bahwa<br />
jembatan merupakan sarana penghubung antarwilayah yang dipisahkan oleh<br />
sungai dan jurang. Jembatan merupakan suatu sistem transportasi untuk tiga hal,<br />
yaitu merupakan pengontrol kapasitas dari sistem, mempunyai biaya teringgi per-<br />
mil dari sistem, jika jembatan runtuh, maka sistem akan lumpuh. Supaya sistem<br />
transportasi jembatan dapat terwujud, harus melalui proses perencanaan yang<br />
matang.<br />
Pada saat yang penting untuk membangun jembatan, akan muncul<br />
pertanyaan, jembatan apa yang tepat untuk dibangun?. Dari catatan desain, ada<br />
banyak kemungkinan, sehingga kreativitas dan kemampuan perencana<br />
mempunyai peranan besar dalam menjawab pertanyaan di atas. Oleh karena itu,<br />
penulis memberikan solusi jenis dan bahan apa yang sesuai dalam pembuatan<br />
jembatan, yaitu jembatan dengan gelagar rangka trapesium yang terbuat dari<br />
bahan baja. Gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada<br />
jembatan. Bila menggunakan bahan baja, tentunya akan memberikan kekuatan<br />
struktur yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lain. Akan tetapi, bila<br />
kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan bahan kayu, yang berupa balok<br />
tunggal dan atau balok susun, tergantung perencanaannya. Namun, apabila dalam<br />
pembuatan gelagar pada jembatan menggunakan bahan kayu, dinilai tidak efektif .<br />
Dengan adanya aplikasi trigonometri dalam pembuatan jembatan<br />
bergelagar rangka trapesium, kita dapat mengetahui berapa panjang baja yang<br />
akan diperlukan dalam pembuatan jembatan tersebut. Dengan demikian,<br />
kesalahan dalam pemotongan baja akan dapat diminimalkan.<br />
Kemudian, data yang berhubungan dengan pembahasan tema ini<br />
didapatkan dengan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan cara pembacaan<br />
kritis terhadap ragam literatur yang berhubungan dengan tema pembahasan. Data<br />
yang digunakan adalah data dengan kriteria yang telah dipublikasikan kepada<br />
masyarakat melalui literatur yang diterbitkan, seperti buku dan internet. Dengan<br />
demikian penulis mengelompokan atau menyeleksi data dan informasi<br />
berdasarkan kategori dan relevansi untuk selanjutnya dianalisis dan disimpulkan.<br />
11
Kesimpulan<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jembatan merupakan<br />
keseimbangan dari suatu sistem transportasi untuk tiga hal, yaitu merupakan<br />
pengontrol kapasitas dari sistem, mempunyai biaya teringgi per-mil dari sistem,<br />
jika jembatan runtuh, maka sistem akan lumpuh.Supaya sistem transportasi<br />
jembatan dapat terwujud, harus melalui proses perencanaan yang matang. Dengan<br />
adanya gelagar jembatan akan mendukung semua beban yang bekerja pada<br />
jembatan. Bila menggunakan bahan baja, tentunya akan memberikan kekuatan<br />
struktur yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lain. Akan tetapi, bila<br />
kondisi tidak memungkinkan dapat digunakan bahan kayu, yang berupa balok<br />
tunggal dan atau balok susun, tergantung perencanaannya. Dengan demikian,<br />
aplikasi trigonometri dapat digunakan dalam meminimalisir kesalahan dalam<br />
pemotongan baja.<br />
Saran<br />
Saran yang diberikan kepada semua pihak bahwasanya jembatan<br />
mempunyai fungsi keseimbangan dari sistem transportasi, sehingga dalam<br />
pembuatannya harus diperhatikan bahan yang digunakan dan perencanaan yang<br />
matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan biaya yang memadai.<br />
Diharapkan nantinya dapat diketahui hasil dari pengukuran pada gelagar rangka<br />
trapesium, sehingga didapat perhitungan jumlah dan jarak yang seefisien mungkin<br />
dan bahan yang ekonomis serta aman penggunaannya.<br />
12
DAFTAR PUSTAKA<br />
Frick, Heinz.1981. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Yogyakarta : Kanisius.<br />
Hadjisarosa, Poernomosidi.1974. Peraturan Pelaksanaan Pembangunan<br />
Jembatan. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum.<br />
McCrommac, C. Jack. 2000. Desain Beton Bertulang. Jakarta : Erlangga.<br />
Oentoeng. 1999. Konstruksi Baja. Surabaya : Lembaga Penelitian dan Pengabdian<br />
Kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya.<br />
Rochman, Taufiq. 2004. Proseding Seminar Nasional Jembatan Berpenahan<br />
Kabel. Malang : Politeknik Negeri Malang.<br />
Salmon, G.Charles.1990. Struktur Baja Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.<br />
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Jakarta<br />
: Erlangga.<br />
Soedadyatmodjo. 1986. Buku Materi Pokok Trigonometri. Jakarta : Karunika.<br />
Struyk , dkk. 1983. Jembatan. Jakarta : Pradnya paramita.<br />
Supriyadi, Bambang. 2000. Jembatan. Catatan Kuliah Analisis Struktur Jembatan<br />
Teknik Sipil UGM. @ cipta. Yogyakarta.<br />
Sunarji. 2009. Studi Perbandingan Jembatan dengan Variasi Jarak Gelagar<br />
Ditinjau Terhadap Kebutuhan Bahan. (Online)<br />
Http://Digilib.Unitomo.ac.id. (Diakses tanggal 04 Januari 2010).<br />
13
Lampiran<br />
BIODATA PENULIS<br />
1. Nama Lengkap : Ning Masitah<br />
NIM : 09320039<br />
Tempat / Tgl. Lahir : Pasuruan, 05 Oktober 1991<br />
Alamat : Jln. Notojoyo 67B, Tegalgondo, Karangploso<br />
Malang<br />
Telp / HP : 08980375166<br />
Pendidikan :<br />
1. SD : MI Ma’arif NU Nampes Pandaan/1997-2003<br />
2. SMP : SMP Ma’arif NU Pandaan/ 2003-2006<br />
3. SMA : SMK N 1 Purwosari Pasuruan/ 2006-2009<br />
4. S1 jurusan Pendidikan Matematika dan Komputasi FKIP <strong>UMM</strong><br />
sampai sekarang.<br />
Pengalaman Menulis :<br />
Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja berjudul Pariwisata di<br />
Kabupaten Pasuruan.<br />
2. Nama Lengkap : Naviul Hasanah<br />
NIM : 09320040<br />
Tempat / Tgl. Lahir : Pasuruan, 26 Maret 1990<br />
Alamat : Jln. Notojoyo 67B, Tegalgondo, Karangploso<br />
Malang<br />
Telp / HP : 085736011092<br />
Pendidikan :<br />
1. SD : SDN Kalipucang 02 Tutur Pasuruan /1997 - 2003<br />
2. SMP : SMP N 1 Tutur Pasuruan /2003 - 2006<br />
3. SMA : SMK N 1 Purwosari Pasuruan /2006 - 2009<br />
4. S1 jurusan Pendidikan Matematika dan Komputasi FKIP <strong>UMM</strong><br />
sampai sekarang.<br />
Pengalaman Menulis :<br />
Pembuatan Laporan Tugas Akhir Pembuatan CD Company Profile<br />
Instansi.<br />
3. Nama Lengkap : Durrotus Sa’adah<br />
NIM : 07320012<br />
Tempat / Tgl. Lahir : Lamongan, 04 Juni 1988<br />
Alamat : Jln. Notojoyo 67B, Tegalgondo, Karangploso<br />
Malang<br />
Telp / HP : 085755513351<br />
Pendidikan :<br />
1. SD : MI Muhammadiyah 02 Solokuro<br />
2. SMP : SMP Muhammadiyah 12 Sendang Agung Paciran<br />
3. SMA : MA Al-Ishlah Sendang Agung Paciran<br />
4. S1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Komputasi FKIP <strong>UMM</strong><br />
sampai sekarang.<br />
14