Kota Hijau Solusi Perubahan Iklim - Ditjen Cipta Karya
Kota Hijau Solusi Perubahan Iklim - Ditjen Cipta Karya
Kota Hijau Solusi Perubahan Iklim - Ditjen Cipta Karya
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
liPuTAn KHuSuS<br />
Mau Dibawa Kemana<br />
BKM Kita? 9<br />
Edisi 09/Tahun IX/September 2011<br />
inFo BARu 3<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Raih Peringkat II e-Government<br />
Award 2011 17<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong><br />
<strong>Solusi</strong> <strong>Perubahan</strong><br />
<strong>Iklim</strong><br />
SAK-ETAP SoluSi<br />
SiSTEm AKunTAnSi PDAm
http://ciptakarya.pu.go.id<br />
Pelindung<br />
Budi Yuwono P<br />
Penanggung Jawab<br />
Antonius Budiono<br />
Dewan Redaksi<br />
Susmono, Danny Sutjiono, M. Sjukrul<br />
Amin, Amwazi Idrus, Guratno Hartono,<br />
Tamin MZ. Amin, Nugroho Tri Utomo<br />
Pemimpin Redaksi<br />
Dian Irawati, Sudarwanto<br />
Penyunting dan Penyelaras Naskah<br />
T.M. Hasan, Bukhori<br />
Bagian Produksi<br />
Erwin A. Setyadhi, Djoko Karsono,<br />
Diana Kusumastuti, Bernardi Heryawan,<br />
M. Sundoro, Chandra RP. Situmorang,<br />
Fajar Santoso, Ilham Muhargiady,<br />
Sri Murni Edi K, Desrah,<br />
Wardhiana Suryaningrum, R. Julianto,<br />
Bhima Dhananjaya, Djati Waluyo Widodo,<br />
Indah Raftiarty, Danang Pidekso<br />
Bagian Administrasi & Distribusi<br />
Luargo, Joni Santoso, Nurfathiah<br />
Kontributor<br />
Dwityo A. Soeranto, Hadi Sucahyono,<br />
Nieke Nindyaputri, R. Mulana MP. Sibuea,<br />
Adjar Prajudi, Rina Farida, Didiet A. Akhdiat,<br />
RG. Eko Djuli S, Dedy Permadi, Th Srimulyatini<br />
Respati, Joerni Makmoerniati, Syamsul Hadi,<br />
Hendarko Rudi S, Iwan Dharma S, Rina Agustin,<br />
Handy B. Legowo, Dodi Krispatmadi,<br />
Rudi A. Arifin, Endang Setyaningrum,<br />
Alex A. Chalik, Djoko Mursito, N. Sardjiono,<br />
Oloan M. Simatupang, Hilwan, Kun Hidayat S,<br />
Deddy Sumantri, Halasan Sitompul, Sitti<br />
Bellafolijani, M. Aulawi Dzin Nun, Ade Syaiful<br />
Rahman, Aryananda Sihombing, Agus Achyar,<br />
Ratria Anggraini, Dian Suci Hastuti,<br />
Emah Sudjimah, Susi MDS Simanjuntak,<br />
Didik S. Fuadi, Kusumawardhani, Airyn Saputri,<br />
Budi Prastowo, Aswin G. Sukahar,<br />
Wahyu K. Susanto, Putri Intan Suri,<br />
Siti Aliyah Junaedi<br />
Alamat Redaksi<br />
Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru 12110<br />
Telp/Fax. 021-72796578<br />
Email<br />
publikasi_djck@yahoo.com<br />
Redaksi menerima artikel, berita,<br />
karikatur yang terkait bidang cipta<br />
karya dan disertai gambar/foto<br />
serta identitas penulis. Naskah<br />
ditulis maksimal 5 halaman A4,<br />
Arial 12. Naskah yang dimuat akan<br />
mendapat insentif.<br />
daftar isi<br />
SEPTEMBER 2011<br />
Berita Utama<br />
4 <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> <strong>Solusi</strong><br />
<strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong><br />
6 <strong>Kota</strong> Habitat Kita,<br />
<strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong> Tantangan<br />
Bersama<br />
Liputan Khusus<br />
9 Mau Dibawa Kemana BKM<br />
Kita?<br />
Info Baru<br />
12 Media Presentasi<br />
Kebencanaalaman PIP2B<br />
DIY: Penguatan PIP2B<br />
Sebagai Data Center<br />
Kebencanaan<br />
14 Air Minum di Tengah<br />
Anomali <strong>Iklim</strong><br />
17 <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Raih<br />
Peringkat II e-Government<br />
Award 2011<br />
18 Wapres RI Buka Gelar <strong>Karya</strong><br />
Pemberdayaan Masyarakat<br />
19 Australia Hibahkan AUD<br />
40 Juta untuk Sanitasi<br />
Indonesia<br />
20 Merajut Halal Bihalal<br />
Memajukan Bangsa<br />
Indonesia<br />
22 Pelantar Beton Hiasi<br />
Perbatasan Kepulauan Riau<br />
Inovasi<br />
24 Good Governance di Mata<br />
CPNS<br />
27 SAK-ETAP <strong>Solusi</strong> Sistem<br />
Akuntansi PDAM<br />
30 Kearifan Lokal untuk<br />
Mengurangi Sampah<br />
4<br />
24<br />
12
Foto Cover : Belajar Di Tengah <strong>Kota</strong><br />
( Foto : Eko Siswono Toyudho)<br />
Proposal<br />
.....Suara Anda<br />
editorial<br />
Bagaimana caranya agar proposal yang diajukan oleh masyarakat<br />
mendapatkan perhatia serius dan bisa mendapatkan bantuan dari<br />
Pemerintah atau Kementerian PU ? Terima kasih atas infonya.<br />
Jatmiko<br />
Kepada Yth. Bapak Jatmiko<br />
Proposal dapat dikirimkan ke Dinas PU/<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> kabupaten/kota<br />
<strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong> Diawali dan Diakhiri di <strong>Kota</strong><br />
Setiap tahun, peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) selalu membawa beban tema yang maha berat.<br />
Tema perkotaan dengan seabrek problematikanya sejak 2006 selalu menjadi tema utama. Dengan tema<br />
yang di atas menara tersebut menantang setiap pemangku kepentingan agar diterjemahkan menjadi<br />
rencana dan aksi yang lebih realistis bagi masyarakat.<br />
Tema peringatan HHD 2011 ini adalah Cities and Climate Change. Di Indonesia, tema itu diturunkan<br />
menjadi <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> <strong>Solusi</strong> <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>. <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> atau green city merupakan frase yang sering<br />
digunakan dalam mengangkat isu ekologis ke dalam konsep perencanaan kota yang berkelanjutan. Pada<br />
era perkotaan yang baru, banyak orang tinggal di kota, dan menjadi perhatian kita saat ini adalah dampak<br />
terbesar akibat perubahan iklim yang diawali dan diakhir di kota. <strong>Kota</strong> memberikan pengaruh yang besar<br />
terhadap perubahan iklim.<br />
Perlahan, iklim berubah dengan pasti. Kita tak bisa tinggal diam dengan hanya mewacakannya saja.<br />
Perlu rencana dan aksi nyata seperti yang tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi<br />
<strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong> (RAN MAPI) yang sudah dikeluarkan pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum<br />
sudah dan terus melakukan upaya mitigasi di bidang perumahan permukiman yang difokuskan pada<br />
pengelolaan sampah dan limbah, khususnya menurunkan emisi gas metana, serta pengelolaan bangunan<br />
dan lingkungan hemat energi. Sedangkan upaya adaptasi diarahkan pada mengaktifkan gerakan hemat<br />
air dan penanganan sistem drainase yang mampu mengantisipasi dampak dari perubahan curah hujan<br />
yang ekstrim.<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Edisi September 2011 ini mencoba mengulas tema <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> dan <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong><br />
yang tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi butuh peran serta semua penghuni planet ini. Untuk<br />
menggugah kesadaran semua pihak, tema ini banyak diulas oleh Menteri Pekerjaan Umum dan jajarannya<br />
di setiap acara peringatan menjelang Senin pertama di bulan Oktober 2011.<br />
Selamat membaca dan berkarya!<br />
setempat. Di dinas tersebut selanjutnya dapat ditindaklanjuti untuk<br />
masuk dalam RPIJM (Rencana Program Investasi Jangka Menengah).<br />
dan selanjutnya dapat menjadi program/pekerjaan yang dapat<br />
diusulkan pemkab/pemkot setempat untuk mendapatkan APBN <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sesuai dengan sektor terkait (air minum, PLP/sanitasi,<br />
penataan lingkungan, atau pengembangan kawasan permukiman).<br />
Terima Kasih<br />
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 3
Berita Utama<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong><br />
<strong>Solusi</strong> <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong><br />
September ini tiba-tiba Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat<br />
dan para stakeholdernya ramai-ramai menyiapkan hajatan besar bernama Peringatan Hari<br />
Habitat Dunia 2011. Meski sepintas tidak terlalu dipedulikan masyarakat luas, namun<br />
dua lembaga pemerintah ini tetap konsisten menjalankan amanat internasional dengan<br />
memperingati Hari Habitat Dunia pada 3 Oktober 2011 nanti dengan tema Cities and<br />
Climate Change atau <strong>Kota</strong> dan <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>.<br />
4 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
M<br />
Menjadikan Hari Habitat Dunia sebagai isu<br />
seksi, di tengah masyarakat yang semakin<br />
tenggelam dengan simulacrum permasalahan<br />
kota, memang masih menjadi pekerjaan<br />
rumah berat. Maka tak bosan-bosan, setiap<br />
kali Habitat diperingati, rangkaiannya selalu<br />
merangkul media. Tujuannya hanya satu,<br />
menggugah kesadaran masyarakat untuk<br />
pe duli terhadap manifesto efek perubahan<br />
ik lim di bumi yang mereka pijak.<br />
Untuk memudahkan pelaksanaan tema<br />
yang ditetapkan oleh UN Habitat, Indonesia<br />
kemudian menerjemahkannya menjadi <strong>Kota</strong><br />
<strong>Hijau</strong> <strong>Solusi</strong> <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>. Apa yang<br />
ditawarkan dengan konsep Green Cities di<br />
te ngahnya maraknya jargon-jargon hijau se -
Foto : Erwin Adhi S.<br />
perti Green Building, Green Infrastructure, Green<br />
Environment, Green Business, Green Transportation,<br />
dan frase berawalan green lain nya?<br />
Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto<br />
saat bicara di sebuah media menjelaskan<br />
green city merupakan frase yang sering digunakan<br />
dalam mengangkat isu ekologis ke<br />
dalam konsep perencanaan kota yang berkelanjutan.<br />
Perwujudan green city juga merupakan<br />
tantangan ke depan dalam pembangunan<br />
perekonomian yang berkelan jutan.<br />
Menteri PU menambahkan, beberapa as -<br />
pek krusial yang harus dipertimbangkan dalam<br />
menyusun kebijakan dan strategi pem -<br />
bangunan perkotaan, antara lain harus dapat<br />
menyelesaikan permasalahan urba ni sasi dan<br />
Foto : Yudhi Sukma<br />
Foto : Arif Nugroho<br />
Foto Atas : Sumber energi alternatif<br />
Foto Bawah : Fasilitas Umum<br />
Foto Kanan : Anjungan Pantai Losasi<br />
kemiskinan di kawasan perdesaan, kewajiban<br />
kota untuk menyediakan Ruang Terbuka <strong>Hijau</strong><br />
(RTH) minimal 30% dari luas wi layahnya,<br />
pengutamaan aspek perubahan iklim dalam<br />
kebijakan pembangunan, serta mengutamakan<br />
mitigasi dan risiko bencana.<br />
Bagaimanapun perubahan iklim sudah<br />
di depan mata kita. Separuh kecil dari cerita<br />
besar perubahan iklim kini sedang dirasakan<br />
masyarakat dunia. Kenaikan muka air laut<br />
yang dapat menggenangi ratusan pulau dan<br />
menenggelamkan batas wilayah negara, ter-<br />
BERITAUTAMA<br />
masuk Indonesia. Musim tanam dan panen<br />
yang tidak menentu diselingi oleh kemarau<br />
panjang yang menyengsarakan. Banjir melanda<br />
sebagian besar jalan raya di berbagai<br />
kota besar di pesisir. Air laut menyusup ke<br />
del ta sungai, menghancurkan sumber nafkah<br />
pengusaha ikan. Anak-anak menderita kurang<br />
gizi akut. Itu bukan berita perubahan iklim<br />
kita yang biasa.<br />
<strong>Perubahan</strong> iklim itu saat ini terus berlari.<br />
Apakah <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> sebagai solusi sudah dimulai?<br />
(bcr/berbagai sumber)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 5
Berita Utama<br />
6 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Aguascalientes, Meksiko, pada 3 Oktober 2011 ini akan menjadi pusat perhatian dunia. Di<br />
sanalah pusat perayaan internasional Hari Habitat Dunia 2011 yang diharapkan membawa<br />
catatan dan komitmen penting untuk mewujudkan kota yang siap menghadapi perubahan<br />
iklim.<br />
S<br />
<strong>Kota</strong> Habitat Kita,<br />
<strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong><br />
Tantangan Bersama<br />
Sejak tahun 1986 setiap Senin minggu pertama<br />
bulan Oktober diperingati dunia sebagai<br />
Hari Habitat Dunia (HHD). Peringatan HHD<br />
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa<br />
sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan<br />
kebutuhan perumahan dan permukiman<br />
yang layak untuk semua lapisan masyarakat,<br />
dan meningkatkan perlunya tanggung jawab<br />
bersama bagi masa depan habitat manusia.<br />
Tema peringatan Hari Habitat Dunia tahun<br />
2011 adalah Cities and Climate Change. Menurut<br />
Ketua Tim Pengarah Peringatan HHD 2011<br />
yang juga Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>,<br />
Budi Yuwono, tema tersebut dipilih oleh UN<br />
Habitat karena perubahan iklim berlangsung<br />
sangat cepat dan menjadi tantangan utama<br />
dalam pembangunan di abad 21 ini. Pada era<br />
perkotaan yang baru banyak orang tinggal<br />
di kota, dan menjadi perhatian kita saat ini<br />
adalah dampak terbesar akibat perubahan<br />
iklim yang diawali dan diakhir di kota, jadi<br />
kota memberikan pengaruh yang besar terhadap<br />
perubahan iklim.<br />
Tahun ‘<strong>Kota</strong> dan <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>’ disesuaikan<br />
ke konteks Indonesia dengan sub-tema<br />
‘<strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> <strong>Solusi</strong> <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>’. Undang-<br />
Foto : Afriadi Hikmal
Undang Penataan Ruang mengamanatkan<br />
tiga puluh persen (30%) dari wilayah kota<br />
berwujud Ruang Terbuka <strong>Hijau</strong> (RTH), yang<br />
terdiri atas dua puluh persen (20%) RTH<br />
publik dan sepuluh persen (10%) RTH privat.<br />
Pengalokasian tiga puluh persen RTH ini kemudian<br />
ditetapkan dalam Peraturan Daerah<br />
(Perda) tentang RTRW <strong>Kota</strong> dan RTRW Kabupaten.<br />
Penataan Ruang sebagai matra spasial<br />
pem bangunan kota merupakan alat untuk<br />
mengkoordinasikan pembangunan perkotaan<br />
secara berkelanjutan. Selaras dengan<br />
ama nat Undang-Undang Penataan Ruang<br />
pa sal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan<br />
kawasan perkotaan yang<br />
meng harmonisasikan lingkungan alam dan<br />
lingkungan buatan. Upaya untuk membangkitkan<br />
kepedulian masyarakat dan mewujudkan<br />
keberlangsungan tata kehidupan kota,<br />
antara lain dapat dilakukan dalam bentuk<br />
perwujudan <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong>.<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> (kota yang berkelanjutan)<br />
me rupakan kota yang dibangun dengan<br />
tidak mengikis atau mengorbankan aset<br />
kota-wilayah (city-region), melainkan terusmenerus<br />
memupuk semua kelompok aset<br />
meliputi manusia, lingkungan terbangun,<br />
sumber daya alam, lingkungan, dan kualitas<br />
prasarana perkotaan. Pengembangan <strong>Kota</strong><br />
<strong>Hijau</strong> berarti pengembangan kota secara sedemikian<br />
rupa sehingga mampu melakukan<br />
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan<br />
iklim.<br />
“Pengembangan <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> juga berarti<br />
pembangunan manusia kota yang berinisiatif<br />
dan bekerjasama dalam melakukan perubahan<br />
dan gerakan bersama. Pengembangan<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> di Indonesia memerlukan gerak<br />
bersama seluruh unsur pemangku kepentingan<br />
kota. Pengembangan <strong>Kota</strong> <strong>Hijau</strong> juga<br />
memerlukan perubahan yang mendasar (dari<br />
praktek hingga nilai-nilai) dan masif,” ujar Budi<br />
Yuwono.<br />
<strong>Kota</strong> dan <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong><br />
Perwujudan kota hijau saat ini mendapat tantangan<br />
berat dari penghuninya sendiri maupun<br />
dari luar. Arus urbanisasi dalam dekade<br />
terakhir mengalami peningkatan yang amat<br />
tajam. Saat ini penduduk perkotaan mencapai<br />
lebih dari 50% dari total penduduk nasional.<br />
Bahkan, diperkirakan pada tahun 2025<br />
nanti 68,3 persen penduduk indonesia akan<br />
mendiami kawasan perkotaan.<br />
Menurut Menteri Pekerjaan Umum Djoko<br />
Kirmanto, masalah lainnya yang masih di-<br />
hadapi adalah belum meratanya pembangunan<br />
di wilayah barat dan timur Indonesia,<br />
akibat masih dominannya peran perkotaan<br />
di Pulau Jawa dan Sumatera. Demikian pula<br />
dengan masih relatif tingginya angka kemiskinan<br />
penduduk nasional yang masih<br />
sebesar 13,3%, yang sebagian besar bermukim<br />
di perkotaan. Hal ini diikuti dengan masih<br />
tingginya luas kawasan kumuh yang saat ini<br />
masih sekitar 57 ribu hektar.<br />
Masalah yang sangat penting lainnya menyangkut<br />
dampak perubahan iklim terhadap<br />
perumahan dan permukiman di tanah air. Indonesia,<br />
sebagai negara kepulauan yang memiliki<br />
garis pantai sepanjang 95.180 km, saat<br />
ini tentu saja telah mengalami dampak dari<br />
perubahan iklim. Kenaikan muka air laut menyebabkan<br />
abrasi di berbagai wilayah pesisir<br />
di Indonesia, terjadinya banjir rob ketika air<br />
laut pasang, serta cuaca ekstrim yang menyebabkan<br />
badai dan tingginya gelombang air<br />
laut menyebabkan kegiatan transportasi laut<br />
terganggu, serta menurunnya pendapatan<br />
para nelayan. Dampak lainnya adalah perubahan<br />
pola hujan, menjadi lebih ekstrim, telah<br />
menyebabkan kekeringan di lokasi tertentu<br />
dan banjir di lokasi lainnya akibat tingginya<br />
curah hujan dalam waktu yang relatif singkat.<br />
Pertumbuhan perkotaan yang kian pesat<br />
seringkali diiringi oleh pertumbuhan industri.<br />
Pertumbuhan industri tidak hanya berdampak<br />
pada peningkatan perekonomian, tetapi<br />
juga dapat berdampak pada lingkungan. Tidak<br />
hanya industri, begitu banyak kegiatan<br />
masyarakat perkotaan yang menyebabkan<br />
terjadinya efek gas rumah kaca.<br />
“Penggunaan bahan bakar fosil untuk listrik,<br />
transportasi, penggunaan energi pada<br />
bangunan gedung, serta timbulan dan pembakaran<br />
sampah memberikan kontribusi<br />
ter hadap tingginya emisi gas rumah kaca, di<br />
samping terjadinya deforestasi yang menyebabkan<br />
berkurangnya luas hutan,” kata Djoko.<br />
Beberapa program dan kegiatan yang telah<br />
dan sedang dilaksanakan oleh Kementerian<br />
PU misalnya program peningkatan kualitas<br />
perumahan dan permukiman yang meliputi<br />
pembangunan rumah susun sederhana sewa<br />
(rusunawa) bagi kawasan kumuh, revitalisasi<br />
kawasan dan pengembangan green building,<br />
serta pengurangan sampah dengan metode<br />
3R (reuse, reduce, recycle).<br />
“Pemenuhan rumah layak huni dilaksanakan<br />
oleh Kementerian Perumahan Rakyat<br />
antara lain melalui pembangunan rumah layak<br />
huni melalui pasar formal dan swadaya,<br />
pembangunan rumah susun sederhana (ru-<br />
BERITAUTAMA<br />
suna) baik sewa maupun milik, serta penanganan<br />
lingkungan perumahan kumuh,” katanya.<br />
Selain dilakukan oleh pemerintah, peningkatan<br />
kualitas lingkungan perumahan<br />
dan permukiman juga dilaksanakan oleh dunia<br />
usaha, seperti yang dilakukan beberapa<br />
BUMN serta berbagai perusahaan multi-nasional<br />
melalui program-program CSR, serta<br />
Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya.<br />
Rencana Aksi Nasional<br />
Dalam rangka mendukung kebijakan penurunan<br />
gas rumah kaca dan mengurangi dampak<br />
perubahan iklim, telah disusun Rencana<br />
Aksi Nasional Mitigasi Adaptasi <strong>Perubahan</strong><br />
<strong>Iklim</strong> (RAN MAPI) yang disusun oleh kementerian/lembaga<br />
yang terkait dengan perubahan<br />
iklim. Upaya mitigasi bertujuan untuk<br />
meningkatkan kapasitas penyerapan karbon<br />
dan pengurangan emisi gas rumah kaca<br />
(GRK) ke atmosfir yang berpotensi menipiskan<br />
lapisan ozon, sedangkan upaya adaptasi<br />
bertujuan melakukan tindakan penyesuaian<br />
sistem alam dan sosial dalam menghadapi<br />
dampak negatif dari perubahan iklim.<br />
Kementerian Pekerjaan Umum dalam melaksanakan<br />
peranannya tidak dapat berjalan<br />
sendiri. Sesuai karakteristik perubahan iklim<br />
adalah jangka panjang dan saling berkaitan<br />
satu dengan yang lain atau kesatuan sistemik,<br />
Kementerian Pekerjaan Umum dalam fungsinya<br />
memberikan dukungan terhadap sektor/bidang<br />
yang lain, membutuhkan komitmen<br />
bersama dan jalinan kerjasama yang<br />
intens antarbidang/sektor, antarwilayah,<br />
mau pun antar pemangku kepentingan lainnya.<br />
“Upaya menghadapi perubahan iklim di<br />
bidang perumahan permukiman, kami memfokuskan<br />
upaya mitigasi pada upaya pengelolaan<br />
sampah dan limbah khususnya menurunkan<br />
emisi gas metana, serta pengelolaan<br />
bangunan dan lingkungan hemat energi,”<br />
terangnya.<br />
Selain itu, upaya adaptasi diarahkan pada<br />
upaya mengaktifkan gerakan hemat air dan<br />
penanganan sistem drainase yang mampu<br />
mengantisipasi dampak dari perubahan curah<br />
hujan yang ekstrem. Di samping itu, saat<br />
ini sedang didorong pembangunan green<br />
building dan peningkatan kualitas permukiman,<br />
termasuk perbaikan lingkungan permukiman<br />
kumuh.<br />
Hal ini didukung oleh adanya Undang-<br />
Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan<br />
dan Kawasan Permukiman yang mem-<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 7
erikan arahan bagi seluruh pihak, termasuk<br />
pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan<br />
pemerintah kota/kabupaten untuk bersamasama<br />
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.<br />
Di samping itu, Undang Undang<br />
18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah<br />
juga memberikan arahan bagi pengelolaan<br />
persampahan yang lebih ramah lingkungan,<br />
misalnya dengan mengembangkan sistem<br />
sanitary landfill dan tempat pengolahan akhir<br />
sampah secara terpadu.<br />
Di samping upaya mengantisipasi perubahan<br />
iklim, Kementerian Pekerjaan Umum<br />
juga telah merencanakan program-program<br />
pembangunan infrastruktur permukiman<br />
un tuk menciptakan lingkungan perkotaan<br />
yang lebih baik bagi penghuninya. Programprogram<br />
tersebut meliputi pembangunan<br />
rumah susun sederhana sewa (rusunawa)<br />
bagi kawasan kumuh, revitalisasi kawasan,<br />
serta pengembangan air minum berbasis<br />
ma syarakat (Pamsimas) dan sanitasi berbasis<br />
masyarakat (Sanimas).<br />
Kementerian PU juga terus mendorong<br />
upaya pencapaian Millenium Development<br />
Goals 2015 dalam hal peningkatan akses air<br />
minum dan sanitasi. Secara tidak langsung,<br />
8 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
program-program ini berkontribusi terhadap<br />
upaya antisipasi terhadap perubahan iklim<br />
karena menambah kapasitas adaptasi masyarakat<br />
dalam menghadapi bencana alam<br />
yang dipicu oleh perubahan iklim.<br />
Beberapa upaya yang telah dan akan dilakukan<br />
oleh Kementerian Pekerjaan Umum<br />
sampai tahun 2014 untuk menangani masalah<br />
perumahan dan permukiman adalah<br />
pembangunan rusunawa beserta infrastruktur<br />
pendukungnya sebanyak 250 twinblock,<br />
penanganan kawasan kumuh di 207 kawasan,<br />
pembangunan infrastruktur air minum<br />
di kawasan MBR Perkotaan 654 kawasan<br />
dan pembangunan infrastruktur air minum<br />
di perdesaan sebanyak 6.573 desa, pelayanan<br />
sistem air limbah 210 kawasan, penanganan<br />
drainase di 197 kabupaten/kota, serta penanganan<br />
pelayanan persampahan di 210 kawasan.<br />
“Kami menyadari bahwa usaha mitigasi<br />
dan adaptasi perubahan iklim tidak hanya<br />
menjadi kewajiban pemerintah saja, tetapi<br />
menjadi tanggung jawab seluruh stakeholders,<br />
termasuk masyarakat, akademisi, LSM<br />
dan dunia usaha,” ungkapnya.<br />
Sementara itu, Ketua Sekrertariat Nasional<br />
BERITAUTAMA<br />
Foto : M. Agung Rajasa<br />
Habitat, Susmono menambahkan, acara peringatan<br />
Hari Habitat tahun 2011 tidak hanya<br />
dilakukan secara seremonial semata, tetapi<br />
juga dilakukan pelbagai kegiatan pendukung<br />
yang mengikutsertakan berbagai pemangku<br />
kepentingan.<br />
Sebagai apresiasi terhadap pengelolaan<br />
kotanya yang cukup baik, juga akan diselenggarakan<br />
berbagai kegiatan di <strong>Kota</strong> Makassar<br />
pada tanggal 15-16 Oktober 2011, berupa<br />
sarasehan pembangunan kota dan perumahan<br />
permukiman yang responsif terhadap<br />
perubahan iklim; pameran oleh berbagai<br />
instansi pusat dan daerah; peresmian berbagai<br />
proyek infrastruktur permukiman; serta<br />
pasar rakyat dan penanaman pohon. Acara<br />
tersebut merupakan kerja sama antara Kementerian<br />
Pekerjaan Umum, Kementerian<br />
Pe rumahan Rakyat, Seknas Habitat, Pemerintah<br />
Propinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah<br />
<strong>Kota</strong> Makassar.<br />
“Diharapkan melalui serangkaian kegiatan<br />
tersebut dapat meningkatkan kepedulian<br />
masyarakat, pemerintah daerah dan dunia<br />
usaha bagi peningkatan kualitas permukiman<br />
di tanah air,” pungkasnya.<br />
(bcr/berbagai sumber)
Liputan Khusus<br />
LIPUTANKHUSUS<br />
Dari kiri kekanan : Walikota Depok Nurmahmudi Ismail, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono dalam sebuah Talk show di acara gebyar PNPM MP di <strong>Kota</strong> Depok.<br />
Mau Dibawa Kemana<br />
BKM Kita?<br />
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri), baik yang inti maupun<br />
pendukung sudah banyak melahirkan kelembagaan masyarakat yang kokoh. Sebut satu<br />
contoh adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang menjadi ujung tombak Program<br />
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (MP).<br />
Foto : Buchori<br />
Apapun namanya, baik BKM, Kelompok Sosial<br />
Masyarakat (KSM), maupun nama lain<br />
dari lingkup kecil Civil Society ini secara teori<br />
selalu digembar-gemborkan menjadi salah<br />
satu pilar pembangunan. Tapi masyarakat<br />
yang manakah yang dimaksud? Jawabannya<br />
secara teori adalah masyarakat yang berdaya,<br />
mandiri, dan berkelanjutan. Namun pada tataran<br />
praktis, sulit diwujudkan tanpa ‘Sejuta’ atau<br />
Setia, Jujur, dan Tawakal.<br />
Perannya begitu besar memberdayakan<br />
masyarakat dari nol hingga mapan. Kebe radaannya<br />
tidak sedikit yang diakui Pemerintah<br />
Daerah melalui pemberian pelatihan maupun<br />
diikutkan dalam setiap perencanaan program.<br />
Namun seiring berjalannya waktu, PNPM akan<br />
mendekati usia akhirnya. Program ini lahir dari<br />
rezim Kabinet Indonesia Bersatu dengan Presiden<br />
Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai<br />
pengawalnya. Setelah 2014, PNPM dipertanyakan<br />
kelanjutannya karena SBY akan tidak<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 9
Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan melihat hasil karya salah satu stand BKM<br />
dalam acara gebyar PNPM MP di <strong>Kota</strong> Depok.<br />
lagi berkuasa. Pertanyaan susulan muncul di<br />
benak para awak BKM. Mau dibawa kemana<br />
BKM selanjutnya?<br />
Pada suatu acara gebyar PNPM MP di <strong>Kota</strong><br />
Depok akhir September lalu, para anggota<br />
BKM se Depok berkeluh kesah kepada Gubernur<br />
Jawa Barat Ahmad Heryawan, Walikota Depok<br />
Nurmahmudi Ismail, dan Direktur Jenderal<br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum<br />
Budi Yuwono.<br />
“BKM sangat diandalkan menganalisa kondisi<br />
masyarakat sekitarnya, kebutuhannya,<br />
hingga mengawal program yang diidamkan<br />
sambil menyerap dana dari Pemerintah Pusat<br />
maupun Pemda, dan swadaya masyarakatnya,”<br />
ujar Nurmahmudi mengawali perbincangan<br />
itu.<br />
Suasana pada tahun 1999 saat lahirnya Program<br />
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan<br />
(P2KP) yang saat ini sudah dikenal dengan<br />
10 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
PNPM Mandiri Perkotaan, pemerintah daerah<br />
dan pusat masih diliputsi ‘ketidakharmonisan’<br />
sebagai buntut reformasi. Akibatnya, program<br />
P2KP dengan dana yang kemudian disalurkan<br />
melalui BKM dianggap dana proyek.<br />
“Ujungnya, terjadi ketidaksinkronan program<br />
karena dana P2KP dianggap proyek yang<br />
given dari pusat. Efeknya, banyak pembangunan<br />
infrastruktur yang terbengkalai karena<br />
kurangnya kesadaran masyarakt tentang program<br />
pemberdayaan seperti P2KP,” ujarnya.<br />
Seiring berjalannya waktu, lanjut Nurmahmudi,<br />
masyarakat dan pemerintah daerah mulai<br />
dilibatkan untuk bersama mengawal proses<br />
perencanaan, pembinaan, dan pendampingan<br />
kepada masyarakat. Saat itu lah keterlibatan<br />
Pemda menjadi kunci agar program pemberdayaan<br />
masyarakat menjadi milik bersama.<br />
Sejak saat itu pula BKM menjadi ‘anak asuh’<br />
Pemda, bukan lagi an sich sebagai tangan-ta-<br />
ngan pusat yang berdomisili di daerah. Dengan<br />
transparansi bahwa BKM juga adalah<br />
bagian dari Pemda, BKM tidak lagi bermain<br />
kucing-kucingan dengan masyarakat untuk<br />
menghindari tuduhan bahwa mereka menerima<br />
dana bantuan dari pusat.<br />
Menjawab kekhawatiran BKM akan eksistensi<br />
mereka setelah tak ada lagi PNPM, Nurmahmudi<br />
menegaskan, jika BKM menjadi<br />
berdaya dan mandiri, tidak tertutup kemungkinan<br />
mereka menjadi lembaga masyarakat<br />
yang dipercaya pihak perbankan maupun<br />
swasta seperti yang dilakukan beberapa BKM<br />
di kota Depok.<br />
“Saya mendengar rencana pemerintah pusat<br />
jika PNPM sudah tidak ada, para BKM yang<br />
sudah bagus ini akan melebur ke daerah dan<br />
dilibatkan dalam setiap proses pe rencanaan<br />
dan pembangunan. Bahkan jika dimungkinkan,<br />
mereka akan tetap eksis de ngan program<br />
Foto : Buchori
Foto Atas : Dari kiri kekanan : Walikota Depok Nurmahmudi Ismail, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan<br />
dan Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono sedang berbincang<br />
di acara gebyar PNPM MP di <strong>Kota</strong> Depok.<br />
Foto Bawah : Foto bersama para peserta gebyar PNPM MP di <strong>Kota</strong> Depok.<br />
replikasi di daerah serupa PNPM Mandiri,” ujar<br />
Nurmahmudi.<br />
Bahkan dari <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> pun ada reward<br />
sendiri untuk BKM yang dianggap baik.<br />
Mereka akan mendapatkan program baru<br />
bernama Penataan Lingkungan Permukiman<br />
Berbasis Komunitas (PLPBK) atau nama lainnya<br />
adalah Neighborhood Development (ND)<br />
dengan nilai dana Rp 1 miliar untuk satu kelu-<br />
Foto : Buchori Foto : Buchori<br />
rahan. BKM yang berhak mendapat itu adalah<br />
mereka yang ber-performance dan memiliki<br />
daerah dengan kriteria yaitu padat penduduk,<br />
konsentrasi KK miskin tinggi, kumuh, dan kinerja<br />
BKM yang berdaya.<br />
Sementara itu Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi<br />
Yuwono mengatakan, hadiah paling indah<br />
dari PNPM MP adalah menjadikan BKM yang<br />
mandiri dan diperhitungkan. BKM dapat diper-<br />
LIPUTANKHUSUS<br />
caya perbankan dalam channeling program,<br />
pemerintah daerah tak segan mengajak BKM<br />
dalam proses perencanaan pembangunan di<br />
daerahnya karena kemampuan anggota BKM<br />
dalam perencanaan, pemrograman, dan pelaksanaan<br />
sudah teruji.<br />
“BKM jangan lelah untuk berbuat yang terbaik.<br />
Dengan berakhirnya PNPM pada 2014,<br />
diharapkan tetap eksis dan pihak Pemda melalui<br />
Bappeda bisa mempertimbangkan untuk<br />
mengadopsi model PNPM Mandiri,” kata Budi.<br />
Gubernur Ahmad Heryawan menambahkan,<br />
tiap tahun Provinsi Jawa Barat mendapatkan<br />
BLM PNPM tidak kurang dari Rp 700 miliar untuk<br />
26 kabupaten/kota. Ke depannya ia harapkan<br />
PNPM bisa lebih tepat sasaran dan bisa<br />
menyasar 20% masyarakat Indonesia yang tak<br />
terdampak oleh mekanisme ekonomi makro<br />
Indonesia.<br />
“Dengan dibangunnya infrastruktur dasar<br />
yang dibangun melalui PNPM seperti air bersih,<br />
sanitasi, jalan lingkungan serta sektor ekonomi<br />
dalam jangka panjang akan meningkatkan<br />
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia.<br />
Dalam PNPM bukan hanya orang per orang<br />
yang merasakan, tapi masyarakat secara keseluruhan,”<br />
terang Ahmad Heryawan.<br />
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail menambahkan,<br />
pihaknya akan terus melakukan<br />
pembinaan terhadap BKM dan melibatkan<br />
mereka dalam proses perencanaan yang formal<br />
di <strong>Kota</strong> Depok. Ia mengakui PNPM memiliki<br />
nilai plus dibanding program sejenis lain,<br />
yaitu paling accountable.<br />
Tanggapan positif juga dilayangkan salah<br />
seorang pimpinan Bank Syariah Mandiri, Aidil<br />
Mustamid. Ia menjelaskan hingga saat ini<br />
sudah ada 125 nasabah dari 8 BKM di <strong>Kota</strong><br />
Depok. Ia mempercayai komitmen nasabah<br />
ini dan ikut membantu bagaimana mengembangkan<br />
pola bisnis BKM.<br />
“Dari 125 nasabah, tak satupun yang<br />
nung gak cicilan. Semua lancar karena kunci<br />
suk sesnya adalah sistem tanggung renteng<br />
di antara anggota BKM. Mereka saling mengingatkan<br />
dan tak segan member subsidi bagi<br />
yang tak mampu membayar cicilan,” ujar Aidil.<br />
Dalam gebyar itu diberikan penghargaan<br />
kepada tiga BKM terbaik dalam tiga kategori.<br />
Kategori BKM yang memiliki respon sosial dimenangkan<br />
oleh BKM Kersa Jaya Kelurahan<br />
Sukamaju, Kecamatan Tapos. Kategori BKM<br />
dengan team work terbaik dimenangi oleh<br />
BKM Bina Budi Mulia Kelurahan Pancoran Mas.<br />
Kategori BKM Favorit adalah BKM Bina Masyarakat<br />
mandiri Kelurahan Rangkapan Jaya<br />
Baru Kecamatan Pancoran Mas. (bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 11
Info Baru 1<br />
Staf Ahli Menteri PU Bidang Keterpaduan Pembangunan, Ismanto (ke-2 dari kiri) sedang mendengarkan penjelasan dan memeriksa kesiapan perangkat Kebencana<br />
Alaman dalam Launching Media Presentasi Kebencana Alaman PIP2B DIY di Yogyakarta.<br />
Media Presentasi<br />
Kebencanaalaman PIP2B DIY:<br />
Penguatan PIP2B<br />
Sebagai Data Center<br />
Kebencanaan Kedua, fungsi pasif. PIP2B merupakan penye-<br />
R. Haryo Satriyawan *), Bhima Dhananjaya **)<br />
Sebagai lembaga layanan publik bidang Pekerjaan Umum, Pusat Informasi Pengembangan<br />
Permukiman dan Bangunan (PIP2B) Provinsi DI Yogyakarta memiliki tiga fungsi. Pertama,<br />
fungsi aktif inisiasi dan sosialisasi informasi dan kebijakan terkait permukiman dan bangunan,<br />
yang menyangkut fokus akademik atau science, maupun peran sebagai media pembelajaran<br />
dan sosialisasi perkembangan produk industri bidang PU.<br />
12 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
dia informasi dan data permukiman dan bangunan<br />
yang harus selalu up to date dan bisa<br />
diakses secara luas oleh masyarakat sebagai<br />
bentuk layanan umum bidang PU disamping<br />
layanan bantuan teknis konsultatif bidang<br />
PU. Ketiga, secara khusus PIP2B DIY memposisikan<br />
diri sebagai data center dan pusat<br />
kegiatan pengenalan dan pembelajaran bagi<br />
penanggulangan bencana alam.<br />
Menilik dari sejarah perkembangan PIP2B<br />
DIY, lembaga ini telah melalui beberapa tahapan<br />
penting dalam menjalankan tugas dan<br />
fungsinya. Diawali dengan launching kelembagaan<br />
PIP2B DIY oleh Gubernur DIY Sri Sultan<br />
Hamengkubuwono X pada tanggal 22<br />
Januari 2009. Kemudian launching konten informasi<br />
berbasis web PIP2B DIY yang memuat<br />
harga bahan bangunan, digital library, dan<br />
NSPM terkait bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> oleh Direktur<br />
Bina Program <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Antonius<br />
Budiono pada tanggal 4 Agustus 2010.<br />
Setahun kemudian, pada acara seminar<br />
nasional “Perumahan dan <strong>Perubahan</strong> <strong>Iklim</strong>”,<br />
September 2011 di <strong>Kota</strong> Yogyakarta sebagai<br />
Foto : Haryo Satriawan
Foto : Haryo Satriawan<br />
Foto Atas : Suasana Launching Media Presentasi Kebencana Alaman PIP2B DIY di Yogyakarta.<br />
Foto Bawah : Pengaplikasian teknologi Augmented Reality.<br />
rangkaian acara peringatan Hari Habitat Dunia<br />
2011, telah dilangsungkan Launching Media<br />
Presentasi Kebencana Alaman. Launching<br />
yang dilaksanakan oleh Staf Ahli Menteri PU<br />
Bidang Keterpaduan Pembangunan, Ismanto,<br />
memuat konten interaktif kebencanaan<br />
secara offline dengan subyek tentang bencana<br />
Merapi.<br />
Acara juga dihadiri oleh Sekretaris Balitbang<br />
Kementerian PU, Asisten Perekonomian<br />
dan Pembangunan Setda Provinsi DIY, Kepala<br />
Dinas PUP-ESDM Provinsi DIY, Kepala Balai<br />
PIPBPJK Dinas PUP-ESDM Provinsi DIY, Kepala<br />
PIP2B Provinsi Jawa Tengah dan perwakilan<br />
semua PIP2B seluruh Indonesia, serta perwakilan<br />
dari beberapa universitas di pulau<br />
Jawa.<br />
Dalam sambutannya, Ismanto menyampaikan<br />
apresiasi atas terlaksananya seminar<br />
dan launching kegiatan PIP2B yang menun-<br />
www.toucharcade.com<br />
jukkan bahwa PIP2B DIY telah berjalan sesuai<br />
fungsinya dengan baik. PIP2B DIY diminta<br />
untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapannya<br />
untuk menciptakan permukiman<br />
yang layak huni dalam menghadapi perubahan<br />
iklim, mengingat Indonesia secara geografis<br />
memang negara yang sering mendapat<br />
bencana antara lain gempa bumi, longsor,<br />
banjir, sehingga harus mampu beradaptasi<br />
terhadap bencana dan perlu ada usaha antisipatif<br />
dalam menghadapi isu perubahan iklim.<br />
Peraturan dan kebijakan mengenai permukiman<br />
dalam kaitan dengan perubahan iklim<br />
sebenarnya sudah tertuang dalam Peraturan<br />
Bangunan Gedung yang diharapkan telah<br />
di implemetasikan di daerah melalui Perda.<br />
Undang-undang Tata Ruang juga telah menyebutkan<br />
salah satu usaha untuk mengatasi<br />
perubahan iklim dengan penyediaan Ruang<br />
Terbuka <strong>Hijau</strong> (RTH).<br />
INFOBARU 1<br />
Mengenai kelembagaan PIP2B, Ismanto<br />
menyinggung tentang status aset tanah dan<br />
bangunan PIP2B serta pelaksanaan serah terima<br />
yang seharusnya dilaksanakan sebelum<br />
operasional PIP2B. Hal ini mengingat status<br />
tanah dan bangunan di masing-masing PIP2B<br />
di seluruh Indonesia kasusnya berbeda-beda.<br />
Untuk status kelembagaan, PIP2B tidak akan<br />
maju bila dikelola dengan konsep proyek<br />
seperti pada masa lalu. Ke depan, PIP2B hendaknya<br />
dapat dikelola secara profesional<br />
yang tidak membebani APBN dan APBD, bahkan<br />
malah dapat menghasilkan profit sendiri.<br />
Dan terakhir, perlu manajemen dan sumber<br />
daya manusia yang baik sehingga PIP2B<br />
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan<br />
oleh Kementerian PU.<br />
Model Media Presentasi Kebencanaalaman<br />
Atas dasar tiga fungsi yang telah disebutkan<br />
di awal tadi, PIP2B DIY merancang kegiatankegiatan<br />
yang dapat menunjang terlaksanannya<br />
fungsi-fungsi tersebut diatas melalui<br />
pembuatan anjungan informasi dan media<br />
pembelajaran terkait kebencana alaman.<br />
PIP2B DIY saat ini menjadi yang pertama<br />
dalam mengenalkan salah satu model media<br />
presentasi kebencanaalaman dengan memanfaatkan<br />
teknologi augmented reality. Ini<br />
merupakan teknologi presentasi virtual yang<br />
diharapkan bisa memberikan efek hiburan<br />
(entertainment) dalam sebuah presentasi.<br />
Untuk saat ini, model presentasi ini baru<br />
diimplementasikan pada media informasi kebencanaan<br />
pada kasus erupsi Gunung Merapi.<br />
Direncanakan pada masa mendatang,<br />
PIP2B DIY akan mengembangkan program ini<br />
sebagai media interaktif pembelajaran untuk<br />
bentuk bencana alam yang lainnya, seperti<br />
tsunami, gempa bumi, banjir dan lain sebagainya.<br />
Semoga model penerapan teknologi<br />
augmented reality ini akan membuat proses<br />
sosialisasi kebencanaan bisa menjadi lebih<br />
menarik bagi seluruh kalangan masyarakat.<br />
Diharapkan kemajuan perkembangan<br />
dan pertumbuhan kinerja dan produk PIP2B<br />
DIY ini dapat memberikan dampak positif<br />
bagi masyarakat di DIY dan di daerahdaerah<br />
rawan bencana lainnya, serta dapat<br />
memberikan motivasi dan sumber informasi<br />
serta pembanding bagi PIP2B lain yang ingin<br />
mengembangkan fungsi dan produk unggulan<br />
masing-masing.<br />
*) Staf Urusan Informasi dan Dokumentasi<br />
PIP2B DIY<br />
**) Asisten Perencanaan CPMU USDRP<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 13
Info Baru 2<br />
14 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Air Minum<br />
di Tengah Anomali <strong>Iklim</strong><br />
Suatu pagi kita akan merasakan hawa dingin luar biasa. Yuyu, sejenis kepiting air tawar, akan<br />
menggali dalam-dalam lubangnya di saluran atau di sawah. Masih banyak fenomena alam<br />
lainnya yang dibaca biasa dibaca petani sebagai sinyal yang jelas bahwa musim kemarau<br />
sudah menjelang.<br />
Jika musim kemarau hadir sebagai iklim yang<br />
rutin mereka alami, para petani sudah biasa<br />
melakukan antisipasi. Misalnya dengan<br />
mengganti tanaman mereka dengan palawija,<br />
atau beralih profesi menjadi petani garam.<br />
Lain petani, lain pula yang dilakukan masyarakat<br />
biasa dalam menjaga ketersediaan<br />
air minum (air bersih). Mereka biasa memanfaatkan<br />
penampung air hujan (PAH) atau berusaha<br />
berhemat air. Pemerintah melalui Perusahaan<br />
Daerah Air Minum (PDAM) pasti akan<br />
mengantisipasinya dengan memanfaatkan<br />
se baik mungkin sumber air yang mulai kritis.<br />
Pemerintah pusat maupun daerah pun ber-<br />
jibaku untuk menanggulangi kekeri ngan air<br />
bersih yang terjadi di daerah, utamanya dengan<br />
memberikan bantuan darurat ke daerah<br />
yang rawan air.<br />
Namun, musim kemarau yang terjadi belakangan<br />
ini sungguh di luar prediksi. Telah<br />
terjadi anomali iklim sebagai tertuduhnya<br />
adalah perubahan iklim yang sudah dirasakan<br />
seperti kenaikan muka air laut yang dapat<br />
menggenangi ratusan pulau dan menenggelamkan<br />
batas wilayah negara, termasuk<br />
Indonesia. Musim tanam dan panen yang tidak<br />
menentu diselingi oleh kemarau panjang<br />
yang menyengsarakan. Banjir melanda seba-<br />
Foto : Agung Kuncahya
gian besar jalan raya di berbagai kota besar<br />
di pesisir. Air laut menyusup ke delta sungai,<br />
menghancurkan sumber nafkah pengusaha<br />
ikan. Anak-anak menderita kurang gizi akut.<br />
Direktor Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian<br />
Pekerjaan Umum sudah terbiasa memberikan<br />
bantuan air bersih saat musim kemarau<br />
tiba kepada daerah yang memerlukan. Tahun<br />
ini, Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> telah<br />
memobili sasi 1 Instalasi Pengolahan Air (IPA)<br />
dan juga 147 Mobil Tangki Air (MTA) untuk<br />
mengisi 294 Hidran Umum (HU) di lokasilokasi<br />
yang menderita kekeringan sebagai<br />
upaya penanggulangan darurat untuk kebutuhan<br />
air minum. MTA itu disebar ke 77<br />
kawasan yang menga lami kekeringan, antara<br />
lain di Pulau Jawa, Provinsi Bali, NTT, NTB, Sulawesi<br />
Selatan dan Sulawesi Barat.<br />
“Selain dari pemeritah pusat, pemerintah<br />
provinsi juga telah berinisiatif untuk menambah<br />
MTA sendiri. Contohnya di Jawa Timur<br />
yang memobilisasi 200 MTA. Masalah opera<br />
sional dalam MTA ini akan menjadi urusan<br />
pemerintah provinsi,” kata Direktur Air Minum<br />
Danny Sutjiono saat konferensi pers di Jakarta<br />
medio September 2011 lalu.<br />
Danny menambahkan, Kementerian PU<br />
melalui <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> secara periodik<br />
telah memantau laporan kekeringan yang<br />
melanda di Indonesia untuk mengetahui<br />
titik-titik fokus daerah yang mengalami kekeringan.<br />
Dalam upaya menjamin ketersediaan<br />
peralatan penanggulanggan bencana termasuk<br />
kekeringan, Kementerian PU juga telah<br />
merencanakan membangun fasilitas prasarana<br />
dan sarana tanggap darurat regional<br />
yang ditempatkan di <strong>Kota</strong> Medan, Jakarta,<br />
Surabaya dan Makassar.<br />
Berdayakan Masyarakat<br />
Sementara itu Direktur Bina Program <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Antonius Budiono menambahkan,<br />
musim kemarau dapat dimanfaatkan<br />
PDAM untuk memperbaiki pipa-pipa PDAM<br />
yang bocor. Hal ini penting mengingat tingkat<br />
kebocoran air masih tinggi, di atas 35<br />
persen. Selain itu juga harus dilakukan upaya<br />
jangka panjang untuk mengantisipasi krisis<br />
air bersih di musim kemarau.<br />
INFOBARU 2<br />
Selain aksi tanggap darurat, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> juga<br />
membangun fasilitas pengolahan air minum yang dapat<br />
dimanfaatkan melalui pola pemberdayaan masyarakat.<br />
“Ke depan, kami akan melakukan upayaupaya<br />
dalam rangka menyehatkan PDAM<br />
yang sakit. Dari 380 PDAM, baru 140 yang sehat.<br />
Kita juga akan mengembangkan pengolahan<br />
air laut menjadi air tawar,” kata Antonius.<br />
Ia menambahkan, dalam kondisi biasa di<br />
Indonesia terdapat 8.000 desa yang rawan air.<br />
Pada Tahun Anggaran 2011 ini <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> telah membangun Sistem Penyediaan<br />
Air Minum (SPAM) Perdesaan di 153 desa<br />
rawan air dari 486 desa rawan air yang tersebar<br />
di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan,<br />
dan Sulawesi Barat.<br />
Selain aksi tanggap darurat, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> juga membangun fasilitas pengolahan<br />
air minum yang dapat dimanfaatkan melalui<br />
pola pemberdayaan masyarakat. “Tahun ini<br />
kita membangun fasilitas pengolahan air<br />
mi num dengan pendekatan pemberdayaan<br />
ma syarakat di 1.200 lokasi,” kata Antonius.<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 15<br />
Foto : Teguh Boediono
Upaya jangka panjang yang perlu dilakukan,<br />
lanjut Antonius adalah memanfaatkan<br />
Duta Sanitasi dan Air Minum. Dengan aksi<br />
kampanye para siswa SMP untuk tidak membuang<br />
sampah sembarangan dan buang air<br />
besar agar tidak mencemari sumber air minum.<br />
“Selain itu, kampanye juga meliputi ajakan<br />
untuk berhemat air,” ujar Antonius.<br />
Konservasi Air<br />
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air<br />
(SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (PU)<br />
Mochammad Amron menegaskan konservasi<br />
sangatlah penting dalam pengelolaan air,<br />
dan pemanfaatan air tidak boleh berlebihan<br />
serta harus sesuai kapasitas yang tersedia.<br />
Selain itu, masyarakat juga perlu menghemat<br />
penggunaan air, terutama dalam musim kemarau.<br />
Hal tersebut disampaikan Amron dalam<br />
‘Malam Minggu Bersama Slamet Rahardjo’ di<br />
TVRI akhir September lalu. “Kita jangan sampai<br />
hanya mendayagunakan saja, tetapi juga<br />
mengkonservasi air. Penggunaan air juga<br />
harus sesuai kapasitas yang ada. Kita perlu<br />
16 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
mengendalikan banjir saat musim hujan<br />
(pengendalian daya rusak) dan bagaimana<br />
memanfaatkan air sebagai energi. Saya juga<br />
sangat setuju dengan ide memberdayakan<br />
masyarakat, karena ini sudah sesuai dengan<br />
ketetapan dan masyarakat ini adalah kunci<br />
dalam pengelolaan air,” kata Amron.<br />
Dirjen SDA menjelaskan, Indonesia merupakan<br />
negara dengan ketersediaan air yang<br />
besar, bahkan nomor empat terbesar di dunia.<br />
Namun, persoalannya adalah, seringkali<br />
sebaran penduduk tidak sebanding dengan<br />
potensi ketersediaan air. Jakarta misalnya,<br />
meskipun merupakan daerah yang sebenarnya<br />
kekurangan air, justru dihuni banyak penduduk.<br />
Sehingga, harus dilakukan pemindahan<br />
air untuk suplai kepada masyarakat.<br />
Ditambahkan Amron, pihaknya juga terus<br />
berkoordinasi dan meningkatkan kinerja untuk<br />
melayani ketersediaan air bagi para petani.<br />
“Misalnya, pada bulan Mei kemarin, saat<br />
Waduk Jatiluhur menurun ketinggian airnya<br />
(tahun lalu 108 m, tahun ini hanya 98 m) kami<br />
menginstruksikan petani agar segera tanam,<br />
supaya pada saat panen airnya ada,” ujarnya.<br />
INFOBARU 2<br />
Ia menambahkan, curah hujan sejak dua<br />
bulan terakhir memang mengalami titik teren<br />
dah sampai dengan menengah yaitu<br />
0-300 mm/bulan. Meskipun demikian kondisi<br />
ini masih normal dan bisa ditanggulangi.<br />
Menurut Amron, dari 16 waduk utama, 10<br />
waduk dalam kondisi normal dan 6 waduk<br />
waspada. Selain itu, dari 137 waduk atau<br />
embung lainnya, 38 waduk dan 54 embung<br />
dalam kondisi normal, empat belas waduk<br />
dan 13 embung dalam kondisi waspada, sementara<br />
8 waduk dan 10 embung dalam kondisi<br />
kering.<br />
“Kita saat ini memang mengalami musim<br />
kemarau panjang, namun hal ini masih dalam<br />
kategori normal dan bisa ditanggulangi. Sebagai<br />
contoh, Kondisi Waduk Jatiluhur pada<br />
saat ini memang mengalami penurunan, ketinggian<br />
saat ini mencapai 92 m dimana pada<br />
bulan yang sama tahun lalu mencapai 102<br />
m. Namun, hal ini masih normal karena batas<br />
aman adalah 70 m. Asal tahu saja waduk<br />
tersebut pernah mencapai ketinggian terbawah<br />
yaitu 59 m,” kata Moch Amron.<br />
(bcr/dvt)<br />
Foto : Teguh Boediono
Info Baru 3<br />
INFOBARU 3<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Raih Peringkat II<br />
e-Government Award 2011<br />
Foto Atas : Suasana acara e-Government Award 2011 yang dimeriahkan<br />
permainan angklung oleh anak-anak<br />
Foto Bawah : Kasi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Dit. Bina Program, Erwin Adhi Setyadhi<br />
(ke-2 dari kiri) Foto bersama penerima e-Government Award 2011<br />
Penyerahan piagam dan trophy diterima oleh<br />
Kasi Pengelolaan Informasi dan Komunikasi<br />
Publik Dit. bina Program Erwin Adhi Setyadhi.<br />
Untuk Kategori Kementerian Pemerintah,<br />
Kementerian Pekerjaan Umum juga berhasil<br />
meraih peringkat II.<br />
E-goverment award adalah bentuk penghargaan<br />
yang diberikan kepada lembaga<br />
pe merintah yang telah memanfaatkan teknologi<br />
informasi dan komunikasi (TIK) yang<br />
terintegrasi dalam memberikan layanan pub-<br />
Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum untuk pertama kalinya meraih<br />
peringkat II e-Government Award 2011 untuk kategori tingkat Eselon I lembaga pemerintah<br />
yang diselenggarakan oleh Majalah Warta Ekonomi di Hotel Shangrila, Jakarta (23/9).<br />
Foto -foto: Danang Pidekso<br />
lik. Muhamad Ihsan, Pemimpin Redaksi Warta<br />
Ekonomi dalam presentasinya menyampaikan<br />
e-goverment sebagai dorongan dalam<br />
mewujudkan pemerintahan yang demokratis,<br />
transparan, bersih, adil, akuntabel, bertanggung<br />
jawab, responsif, efektif dan efisien serta<br />
sebagai bagian dalam upaya peningkatan<br />
daya saing.<br />
Penilaian e-Government Award ini dinilai<br />
melalui tiga tahap penilaian, pertama<br />
penilaian website, penilaian implementasi<br />
e-Government, dan penilaian infrastruktur<br />
e-Government. Kedua, penilaian lapangan<br />
(verifikasi implementasi dan infrastuktur e-<br />
Goverment melalui kunjungan ke lembaga<br />
pemerintah) dan ketiga, diskusi peserta dengan<br />
dewan juri.<br />
Penilaian lebih dari <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
adalah penerapan e-Monitoring yang menjadi<br />
pengendali pelaporan penggunaan anggaran<br />
dan pelaksanaan fisik satuan kerja. Oleh karena<br />
itu, mekanisme ini sangat penting untuk<br />
menjamin keterukuran capaian setiap program<br />
serta anggaran yang digunakan.<br />
Dengan sistem ini, Pimpinan Kementerian<br />
Pekerjaan Umum dapat melakukan pengendalian<br />
dan pengawasan langsung melalui<br />
saluran yang telah disediakan, berupa pesan<br />
singkat (SMS). SMS ini berisi olahan dari e-<br />
Monitoring. Maka dari itu, para kepala Satuan<br />
Kerja dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen<br />
terkait harus melaporkan nomor telepon selularnya<br />
ke dalam aplikasi guna mendapatkan<br />
updating pelaksanaan fisik maupun penggunaan<br />
anggaran.<br />
Berikut daftar pemenang e Government<br />
Award 2011 dari peringkat satu sampai tiga.<br />
Kategori Kementerian; Kementerian Keuangan,<br />
Kementerian Pekerjaan Umum,<br />
Ke menterian Pertanian. Kategori Lembaga<br />
Non Kementerian; Badan Pertanahan Nasional,<br />
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/<br />
Jasa Pemerintah (LKPP), Badan Pengawasan<br />
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kategori<br />
Eselon 1; Direktorat Jenderal Pengolahan<br />
dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat<br />
Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Direktorat Jenderal Minyak<br />
Bumi dan Gas Alam. Kategori Kabupaten/<strong>Kota</strong>;<br />
<strong>Kota</strong> Yogyakarta, <strong>Kota</strong> Cimahi,<br />
Kabupaten Sleman. Kategori Provinsi; Provinsi<br />
D.I. Yogyakarta, Provinsi DKI Jakarta. Untuk<br />
Special Mention katergori IT Breakthrough:<br />
Kabupaten Luwu Utara. (dvt)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 17
Info Baru 4<br />
Ia juga berkomitmen ‘mengamankan’ PNPM<br />
Mandiri hingga 2014. Karena itu ia menekankan<br />
kepada dunia usaha agar memakai model<br />
yang sudah ada dalam penerpan program<br />
CSR. Model tersebut menurutnya bisa diadopsi<br />
dari PNPM Mandiri yang selama ini sudah<br />
diakui keberhasilannya dalam memberdayakan<br />
masyarakat.<br />
“Saya harap dukungan Pemerintah Daerah<br />
untuk membuka ruang kepada badan usaha<br />
dengan tidak mengharuskan dana CSR sebuah<br />
perusahaan masuk ke APBD. Biarkan<br />
dunia usaha menentukan sendiri kreativitasnya<br />
dengan mengikuti model yang sudah<br />
ada, contohnya yang diterapkan oleh PNPM<br />
Mandiri,” ujar Boediono.<br />
Ia juga mengungkapkan, partisipasi dunia<br />
usaha, pemerintah daerah, dan masyarakat<br />
bahwa keragaman mekanisme pelaksanaan<br />
CSR atau Program Kemitraan dan Bina Lingkungan<br />
(PKBL) oleh BUMN memang ada dan<br />
perlu ditingkatkan secara kuantitas dan kualitasnya.<br />
Dengan kuantitas itu, menurut Wapres,<br />
adopsi model PNPM Mandiri akan membantu<br />
memperlancar pelaksanaan kegiatan<br />
CSR mereka.<br />
“Namun perlu diingat, sedikit cacat yang<br />
pernah ada dalam pelaksanaan PNPM Mandiri<br />
18 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
INFOBARU 4<br />
Wapres RI Buka Gelar <strong>Karya</strong><br />
Pemberdayaan Masyarakat<br />
Wakil Presiden Boediono membuka Pameran Gelar <strong>Karya</strong> Pemberdayaan Masyarakat (GKPM)<br />
dengan tema Akselerasi dan Kreativitas Menuju Indonesia MDGs (Millennium Development<br />
Goals) di Jakarta (15/9). Acara tersebut didukung oleh tujuh kementerian/lembaga, 21<br />
pemerintah daerah, dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada kesempatan<br />
itu ia mengatakan, kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dunia usaha perlu meniru<br />
model Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri).<br />
Foto : Buchori<br />
Wakil Presiden Boediono secara simbolik membuka Pameran Gelar <strong>Karya</strong> Pemberdayaan Masyarakat (GKPM).<br />
seperti penyimpangan dana bantuan langsung<br />
masyarakat harus segera ditindak. Jangan<br />
sampai nila setitik merusak susu sebelanga,”<br />
imbuhnya.<br />
Partisipasi dunia usaha melalui CSR dan<br />
PKBL oleh BUMN juga akan mendukung pencapaian<br />
target MDGs. Hal itu akan mengurangi<br />
kesenjangan yang selama ini menjadi penyulut<br />
konflik di tengah masyarakat. Karena<br />
itu seharusnya tidak sulit menentukan kriteria<br />
masyarakat sasaran yang diprioritaskan<br />
Sementara Menteri Koordinator Kesejahteran<br />
Rakyat Agung Laksono menambahkan,<br />
tujuan pameran GKPM tersebut untuk menampilkan<br />
karya-karya program pemberdayaan,<br />
baik yang dilakukan dunia usaha maupun<br />
masyarakat yang belum banyak diberitakan.<br />
“Sudah banyak upaya yang dilakukan<br />
BUMN, dunia usaha swasta, dan masyara-<br />
kat dalam pemberdayaan, namun masih banyak<br />
yang belum tepat sasaran. Karena itu<br />
perlu mekanisme yang jelas dan terukur,” ujar<br />
Agung.<br />
Dukungan <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> adalah unit<br />
kerja di Kementerian Pekerjaan Umum yang<br />
mengemban salah satu program PNPM<br />
Mandiri Perkotaan yang sebelumnya bernama<br />
Program Penanggulangan Kemiskinan<br />
Perkotaan (P2KP). <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ikut<br />
meramaikan GKPM expo dengan menampilkan<br />
beberapa program PNPM Mandiri yang<br />
dinaunginya seperti P2KP, Pembangunan Infrastruktur<br />
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW),<br />
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan<br />
(PPIP) dan Rural Infrastructure Support<br />
(RIS) to PNPM Mandiri. (bcr)
Info Baru 5<br />
Demikian dikatakan Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum Budi Yuwono<br />
dalam Sosialisasi Program Infrastructure<br />
Enhancement Grants Tahap II Bantuan Pemerintah<br />
Australia Melalui AusAID, di Jakarta<br />
akhir September ini. Sosialisasi ini adalah kali<br />
kedua yang dihadiri oleh 70 kabupaten/kota<br />
yang memiliki program PPSP di wilayah barat.<br />
Sosialisasi pertama dilakukan pada akhir<br />
Agustus lalu dengan mengundang 150 kabupaten/kota<br />
yang telah berminat mengikuti<br />
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi<br />
Permukiman (PPSP). Sosialisasi terakhir akan<br />
dilakukan di Surabaya dengan mengundang<br />
50 kabupaten/kota.<br />
Bantuan akan menyasar 40 kabupaten/<br />
kota sebagai upaya percepatan target bidang<br />
sanitasi dalam Rencana Strategi <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />
Foto : Riama Simbolon<br />
INFOBARU 5<br />
Australia Hibahkan AUD 40 Juta<br />
untuk Sanitasi Indonesia<br />
Pemerintah Australia melalui AusAID akan melanjutkan Hibah Percepatan Pembangunan<br />
Sanitasi atau Infrastructure Enhancement Grants (IEG) tahap kedua senilai AUD 40 Juta<br />
selama tiga tahun (2012-2014). Dibandingkan dengan tahap pertama, IEG II menambahkan<br />
kriteria yaitu adanya kinerja Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) dan<br />
mengubah mekanisme dari performance based menjadi output based.<br />
karya maupun Millennium Development Goals<br />
(MDGs).<br />
“Mekanisme dalam IEG Tahap II akan lebih<br />
fair, pertanggungjawaban juga lebih mudah<br />
dan tidak ada risiko apapun, baik bagi pemberi<br />
maupun penerima hibah,” ujar Budi.<br />
Menurut Budi, pola-pola output based<br />
dalam hibah luar negeri akan semakin dikembangkan<br />
jika Pemerintah Daerah berminat.<br />
Sebelumnya, kata Budi, pola ini sudah pernah<br />
dilakukan pemerintah Australia melalui hibah<br />
air minum dan air limbah. Dengan kesuksesan<br />
itu, pemerintah Australia kemudian melanjutkan<br />
dan menambah program dengan mekanisme<br />
serupa.<br />
Pemerintah Daerah yang diprioritaskan<br />
mendapatkan hibah IEG II adalah kabupaten/<br />
kota yang sudah menyusun Program Percepatan<br />
Pembangunan Sanitasi Permukiman<br />
(PPSP). Syaratnya, Pemda harus mengalokasikan<br />
dana APBD sesuai dengan kriteria hibah<br />
yang dilaksanakan SKPD atau BUMD sesuai<br />
dengan standar teknis yang ditetapkan. Kemudian<br />
dana APBD tersebut akan diganti<br />
dengan dana hibah AusAID sesuai hasil verifikasi.<br />
Menurut Budi, sejak tahun 2010, <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> mendapatkan amanat cukup besar<br />
untuk memfasilitasi pembangunan sistem<br />
pelayanan air limbah, sarana pengelolaan<br />
sampah menuju sanitary landfill, dan sistem<br />
drainase yang handal untuk menanggulangi<br />
genangan di perkotaan.<br />
”Masih ada aset yang belum dioperasikan<br />
oleh Pemda dengan sebab antara lain dana<br />
yang tak cukup membangun sarana hilir hingga<br />
rumah tangga, dana operasional yang belum<br />
dialokasikan, hingga belum siapnya institusi<br />
pengelola atau personel dan perangkat<br />
peraturan yang memadai,” ujarnya.<br />
Menurutnya, saat ini banyak negara donor<br />
tertarik berinvestasi di Indonesia, salah satunya<br />
Pemerintah Australian melalui AusAID untuk<br />
melanjutkan program hibah percepatan<br />
pembangunan sanitasi (IEG). Pada tahap kedua<br />
ini, besaran hibah 8 kalilipat dibanding tahap<br />
pertama. Tahap dua ini pun memperluas<br />
komponen dari sebelumnya hanya air limbah<br />
dan persampahan, akan ditambah drainase.<br />
“Penambahan kriteria good governance<br />
dimaksudkan agar penggunaan dana yang<br />
tersedia lebih efektif dan dengan indikator<br />
hasil yang lebih terukur, mengarah kepada<br />
pencapaian MDGs,” imbuh Budi.<br />
Sementara Kasubdit Kerjasama Luar Negeri<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Dwityo A. Soeranto menambahkan,<br />
penatapan kriteria good governance<br />
kepada pemerintah daerah contohnya<br />
mendapatkan penilaian Wajar Tanpa Pengecualian<br />
(WTP) dari hasil audit keuangan oleh<br />
BPK, menerapkan transparansi melalui website<br />
dan pelayanan pengaduan, melakukan<br />
pengadaan secara elektronik (e-procurement)<br />
yang baik, dan inisiatif lainnya.<br />
“Besaran dana hibah yang diterima masing-masing<br />
kabupaten/kota akan bergantung<br />
pada usulan komponen kegiatan yang<br />
disampaikan ke <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sesuai dengan<br />
dokumen Rencana Program Investasi<br />
Jangka Menengah (RPIJM) dan Strategi Sanitasi<br />
<strong>Kota</strong> (SSK),” imbuhnya. (bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 19
Info Baru 6<br />
AAda kejadian yang menarik pada 9 September<br />
2011. Dua tempat, dua momentum, tapi<br />
satu semangat. Tepat pukul empat belas, di<br />
lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat<br />
berkumpul para alumnus ITB angkatan tahun<br />
60an hingga tahun mutakhir. Dua jam kemudian,<br />
kurang dari satu kilometer, tepatnya di<br />
lngkungan Kementerian Pekerjaan Umum<br />
juga berlangsung kejadian serupa, tapi beda<br />
tema.<br />
Semoga ini menjadi tanda kebangkitan<br />
para penyandang julukan teknokrat pada<br />
kesa daran terhadap tuntutan bangsa dan<br />
negara yang berkembang saat ini. Setelah<br />
sekian lama melampuai masa krisis, belum<br />
juga nampak hasil yang menggembirakan.<br />
Alih – alih memberikan harapan, yang terjadi<br />
adalah gambaran keterpurukan bangsa, terutama<br />
di ajang global.<br />
20 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Merajut Halal Bihalal<br />
Memajukan Bangsa<br />
Halal Bihalalal adalah momen tepat bagi kebangkitan semangat kepedulian masyarakat.<br />
Selanjutnya membangkitkan semangat kebangkitan nasionalisme, moral dan Iptek.<br />
Reformasi birokarasi dan perwujudan good<br />
governance juga belum menunjukkan gambaran<br />
yang menggembirakan. Konsep Tata<br />
Pemerintahan yang baik itu masih berkutat<br />
di perumusan kebijakan dan startegi. Padahal<br />
masa depan makin menuntut perhatian dan<br />
kesungguhan elemen bangsa untuk mampu<br />
berdiri tegak menjadi bangsa yang bermartabat.<br />
Karena itu, momentum yang menggembirakan<br />
dari bertemunya para alumni ITB itu<br />
adalah digemakannya “kemajuan bangsa.”<br />
Dua kejadian satu jiwa. Forum pertama<br />
menggemakan “Salam Semangat Untuk Maju<br />
(Salam SUM). Forum kedua menggemakan<br />
“Sinergi Untuk Memajukan Bangsa” dengan<br />
menampilkan “<strong>Karya</strong> Para Teknokrat menghasikan<br />
Techno Tower”.<br />
Profesor Bintoro Tjokroamidjojo dalam<br />
Wisnu Indrajit VO *)<br />
”Good Governance: Paradigma Baru Manajemen<br />
Pembagunan” pernah menyatakan;<br />
”Per kembangan masa depan ditandai kuat<br />
dengan perhatian pada pemberdayaan manusia<br />
(empowerment of man), majunya pendidikan<br />
dan tumbuhnya ”golongan mene ngah”,<br />
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi<br />
yang cepat. Ini akan menghasilkan<br />
ke unggulan-keunggulan kompetitif berdasar<br />
ke mampuan sumber daya manusia. Bukan<br />
human labour sebagai capital, malainkan human<br />
brain (brain ware) sebagai resource utama”.<br />
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,<br />
Komarudin Hidayat, menyatakam<br />
rakyat Indonesia memiliki daya tahan luar<br />
biasa dalam menyikapi musibah. Mereka<br />
mampu mentertawakan kegetiran hidup. Namun<br />
sikap ini bisa menipu diri sendiri. Bangsa
Dalam era globalisasi ini diperlukan karakter negosiatif yang menjadi kekuatan bagi kemampuan berpikir<br />
dan bertindak strategis.<br />
ini juga terkesan tidak memiliki kejelasan antara<br />
yang serius dan canda, antara halal dan<br />
haram.<br />
Kenyataan yang mau tidak mau suka tidak<br />
suka harus dirubah menjadi bangsa yag<br />
penuh keyakinan diri dan mandiri. Bangsa<br />
yang penuh harapan mampu merubah nasib<br />
dan bangkit kembali meraih kejayaan yang<br />
pernah diraih. Bukan sekedar mimpi, dininabobokkan<br />
oleh apa yang telah dinikmati bersama<br />
di komunitas saja. Keyakinan yang sudah<br />
ada dengan mewujudkan ”Techno Tower”<br />
membawa semangat untuk tidak takut membangun<br />
bangsa yang bermartabat.<br />
Kita perlu belajar dari bangsa-bangsa yang<br />
pernah maju, seperti Mesir dengan Techno<br />
Tower Piramid dan berbagai cabang ilmu yang<br />
berkembang dari bangsa di Timur Tengah ini.<br />
Bangsa di Timur tengah pernah mengalami<br />
kejayaan menjadi pusat inspirasi ilmu di dunia.<br />
Sekarang, inspirasi kecanggihan ilmu dan<br />
teknologi telah berpindah ke negara-negara<br />
Barat, terutama Amerika Serikat dan negara<br />
Eropa. Sekarang, China bergerak maju meraih<br />
martabatnya dan meninggalkan bangsa lainnya<br />
di Asia.<br />
Sejak dulu Indonesia tertinggal. Sekarang<br />
masih tertinggal, dan besok masih akan tertinggal.<br />
Untuk memajukan Indonesia, empat<br />
hal pokok adalah nasionalisme, civic duty,<br />
moral dan Iptek perlu ditingkatkan, dianta-<br />
www.mtsn-tuban.sch.id<br />
ranya lewat pendidikan.<br />
Indonesia juga memiliki segudang masalah.<br />
Masalah gizi buruk menjadi pertanda<br />
akan hilangnya satu generasi. Dikawatirkan<br />
2,3 juta Balita dengan gizi buruk mengalami<br />
kerusakan otak yang tidak mungkin diperbaiki.<br />
Akibat kerusakan otak itu, anak akan menjadi<br />
bodoh secara permanen. Banyak sekali<br />
kasus gizi buruk anak ini tidak terungkap.<br />
Bertambahnya gizi buruk ini, disebabkan menurunnya<br />
daya beli masyarakat. Kondisi ini<br />
disebabkan berkurangnya kepemimpinan<br />
yang peduli anak serta tidak dilaksanakannya<br />
pro gram nasional bagi anak. Lebih lagi, jumlah<br />
orang miskin sebenarnya lebih besar daripada<br />
yang diungkapkan dalam data.<br />
Fakta lain, basis pengembangan bangsa<br />
yang bermartabat sedikit demi sedikit tekikis,<br />
pelan tetapi meyakinkan. Kearifan lokal<br />
yang menjadi modal bagi masyarakat untuk<br />
mengembangkan diri, sedikit demi sedikit<br />
juga terkikis. Kearifan lokal, termasuk perlindungan<br />
kelestarian lingkungan hidup (hutan).<br />
Awalnya adalah sebuah izin kepada perusahaan<br />
besar dari negara untuk menembus jantung<br />
larangan suatu penduduk di Indonesia.<br />
Akibatnya banyak bentrokan antara warga<br />
dan dengan pengusaha tak terhindarkan.<br />
Akhir ceritanya, penduduk hanya bisa melihat<br />
rusaknya hutan mereka.<br />
Jadi apa yang harus dilakukan?. Halal Bi-<br />
INFOBARU 6<br />
halal, bak moral tower, sangat tepat untuk<br />
membangkitkan semangat. Semangat yang<br />
bangkit dari halal bihalal harapannya adalah<br />
semangat itu tidak sekedar retorika tetapi<br />
dapat diwujudkan dengan menggalang potensi<br />
yang menghasilkan sinergi bagi memajukan<br />
bangsa. Semangat halal-bihalal dikembangkan<br />
menjadi semangat membangkitkan,<br />
seperti yang dikatakan Prof Liek Wardjito,<br />
yaitu mengembangkan ”cicic duty” para alumnus<br />
(tanggung jawab kepada masyarakat),<br />
disertai pengembangan moral para alumnus,<br />
terutama untuk membangun semangat<br />
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.<br />
Dalam kaitan ini, modal dasar sudah dikumandangkan<br />
dengan moto ”Komitmen Melanjutkan<br />
<strong>Karya</strong> Pendahulu” (Budi Yuwono,<br />
Dirjen Cipa <strong>Karya</strong>) yang mampu menjadi<br />
basis perubahan budaya para alumnus khususnya<br />
dan para teknokrat umumnya. ”Komitmen<br />
<strong>Karya</strong> Pendahulu” yang manusiawi<br />
mengan dung makna tanggung jawab moral<br />
bagi perubahan budaya menyikapi perubahan<br />
perkemba ngan ilmu pengetahuan dan<br />
teknologi. Moto sedehana ini mampu menjadi<br />
pengungkit bagi terwujudnya perubahan<br />
budaya menuju reformasi birokrasi dan yang<br />
pada gilirannya perwujudan good governance<br />
yang didambakan. Dalam good governance,<br />
tidak lagi pemerinah, tetapi juga citizen, masyarakat<br />
dan terutama sektor usaha /swasta<br />
akan semakin berperan.<br />
Tulisan ini merupakan mimpi penulis yang<br />
yakin bahwa para alumnus ITB mampu jika<br />
mau menjadi ”motor penggerak” dan membentuk<br />
modal sosial yang dapat dijadikan basis<br />
bagi perwujudan ”learning sosciety”. Dalam<br />
modal sosial dapat kembangkan nilai yang<br />
menjadi dasar dibentuknya saling percaya,<br />
saling menguntungkan dan saling menghormati<br />
menjadi perkuatan ikatan sosial antar<br />
alumnus. Modal sosial menjadi basis dijadikannya<br />
kemampuan negosiasi. Dalam era globalisasi<br />
ini diperlukan karakter negosiatif yang<br />
menjadi kekuatan bagi kemampuan berpikir<br />
dan bertindak strategis. Sehingga mampu<br />
membentuk keunggulan dalam bersaing<br />
da lam era globalisasi ini. Selanjutnya adalah<br />
menghimpun modal finansial menjadi pendongkrak<br />
kebangkitan kemajuan bangsa melalui<br />
perkuatan nasionalisme, pengembangan<br />
moral, tanggung jawab kepada masyarakat<br />
yang selanjutnya pengembangan penguasaan<br />
ilmu pengetahuan dan Iptek.<br />
*) Alumnus ITB Tahun 1960 dan mantan<br />
Widya Iswara <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 21
Info Baru 7<br />
Foto : Djati Waluyo Widodo<br />
P<br />
Robinson Ferly Pamusu *)<br />
Pelantar Beton<br />
Hiasi Perbatasan<br />
Kepulauan Riau<br />
Mantan Menteri Lingkungan Hidup era Orde Baru, Emil Salim, berani mengatakan bahwa<br />
Kementerian Pekerjaan Umum adalah garda terdepan pembangunan infrastruktur. Termasuk<br />
pembangunan kawasan perbatasan yang menjadi halaman depan Indonesia. Batam, garis<br />
batas wajah Indonesia dan Singapura harus tetap tampil canti. Pembangunan, mau tak mau<br />
menjadi perias utamanya, selain nasionalisme kita.<br />
22 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Pembangunan pelantar beton telah selesai 100% dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebaga sarana<br />
penghubung yang aman dan nyaman.<br />
Pembangunan kawasan perbatasan merupakan<br />
salah satu komitmen dan kebijakan<br />
pembangunan yang telah digariskan dalam<br />
Rencana Pembangunan Jangka Panjang<br />
Na sional (RPJPN) 2004-2025 dan Rencana<br />
Pem bangunan Jangka Menengah Nasional<br />
(RPJMN) 2004-2009. Dalam Rencana Pembangunan<br />
Jangka Panjang 2004-2025, salah satu<br />
arah kebijakan pembangunan dalam rangka<br />
mewujudkan pembangunan yang merata<br />
dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen<br />
bangsa di berbagai wilayah Indonesia dilakukan<br />
melalui pengembangan kawasan perbatasan<br />
termasuk pulau-pulau kecil terluar yang<br />
selama ini luput dari perhatian.<br />
Pengembangan kawasan perbatasan me-
Foto Atas : Pelantar Sekanak Belakang Padang sebelum dilakukan pembongkaran/penggantian<br />
Foto Bawah : Pelantar Sekanak belakang Padang telah memasuki tahap 50% dari pelaksanaan<br />
pembangunan. Di sampingnya tampak pelantar sementara sebagai sarana pengganti pelantar yang<br />
sedang dalam tahap pembangunan.<br />
rupakan upaya untuk mewujudkan hak kedaulatan<br />
NKRI sebagai sebuah negara yang<br />
merdeka. Oleh karena itu, ruang lingkup<br />
pengembangan kawasan perbatasan terkait<br />
erat dengan persoalan penyelesaian batas<br />
wilayah negara Indonesia dengan negaranegara<br />
tetangga yang amat strategis bagi Indonesia<br />
dari segi geo-politik dan geo-strategis.<br />
Pengembangan kawasan perbatasan juga<br />
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan<br />
masyarakat di kawasan perbatasan.<br />
Karena itu Kementerian Pekerjaan Umum<br />
selaku motor penggerak pembangunan Infrastruktur<br />
prasaran dan sarana yang dalam hal<br />
ini diwakili oleh Satker Non Vertikal Tertentu<br />
Foto : Robinson Ferly Pamusu<br />
Foto : Robinson Ferly Pamusu<br />
(SNVT) Pengembangan Kawasan Permukiman<br />
dan Perbatasan Kepualauan Riau telah<br />
melakukan berbagai upaya Pembangunan<br />
dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan<br />
(pelantar) seperti yang sedang dilaksanakan<br />
saat ini. Pada tahun anggaran 2011 mereka<br />
telah melakukan berbagai pembangunan<br />
pelantar beton di kawasan <strong>Kota</strong> Batam, antara<br />
lain tiga di Kecamatan Belakang Padang yaitu<br />
Kelurahan Sekanak, Pulau Granting, Melawa<br />
- Kelurahan Kampung Melayu, dandi Kecamatan<br />
Tanjung Riau.<br />
Pelantar Sekanak<br />
Paket pekerjaan fisik ini adalah lanjutan dari<br />
INFOBARU 7<br />
tahun sebelumya, yaitu tahun anggaran 2009<br />
dan 2010. Pekerjaan ini telah selesai lebih awal<br />
dari jadwal yang telah direncanakan 180 hari<br />
kalender atau 6 bulan, sehingga dapat dijadikan<br />
sebagai indikator keberhasilan pembangunan.<br />
Panjang pelantar pada tahap akhir<br />
adalah 55 meter dari total panjang 265 meter<br />
dengan lebar 2,5 meter. Proses ini mengambil<br />
waktu 180 hari.<br />
Pelantar Pulau Geranting<br />
Dengan adanya Pelantar Beton ini diharapkan<br />
dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat<br />
sekitar. Dengan adanya pelantar be ton<br />
yang di bangun oleh SNVT Pengembangan<br />
Kawasan Permukiman dan Perbatasan Kepulauan<br />
Riau, akses dari Pulau Geranting menuju<br />
pulau-pulau lainnya akan lebih mudah dan<br />
nyaman. Pelantar di Pulau Geranting memiliki<br />
panjang efektif dari pelantar (akhir) ini adalah<br />
120 meter dan lebar 2,5 meter. Jadwal pelaksanaan<br />
180 hari kalender/ 6 bulan.<br />
Pelantar Melawa Belakang Padang<br />
Masyarakat Kelurahan Kampung Melayu yang<br />
terisolir dari pulau Belakang Padang membutuhkan<br />
infrastruktur penghubung yang layak,<br />
aman, dan memadai. Pelantar Beton adalah<br />
jawabannya. Panjang pelantar yang sudah<br />
dibangun adalah 170 meter dengan lebar<br />
2,5 meter. Pengerjaannya memerlukan waktu<br />
enam bulan.<br />
Pelantar Tanjung Riau<br />
Beberapa daerah di pesisir Pulau Batam terdapat<br />
permukiman kumuh nelayan atau permukiman<br />
yang berada di atas laut. Contohnya<br />
adalah Kecamatan Tanjung Riau <strong>Kota</strong> Batam,<br />
tepatnya di pesisir utara <strong>Kota</strong> Batam. Sebagian<br />
tempat tinggal yang dihuni masyarakat sekitar<br />
berada di atas laut dengan kondisi bangunan<br />
semi permanen.<br />
Demikian juga dengan pelantar sebagai<br />
sarana penghubung antar rumah, sebagai<br />
instutisi yang memegang tugas pokok dan<br />
fungsi pengembangan kawasan permukiman<br />
dan perbatasan di Kepulauan Riau, maka kami<br />
melakukan pembangunan/peningkatan pelantar<br />
yang layak dan aman bagi masyarakat<br />
sekitar. Pelantar beton Tanjung Riau <strong>Kota</strong> Batam<br />
memiliki panjang 94 meter dengan lebar<br />
2,5 meter dan dikerjakan dalam tempo 180<br />
hari kalender.<br />
*) Kasatker Pengembangan Kawasan<br />
Permukiman dan Perbatasan<br />
Provinsi Kepulauan Riau<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 23
Inovasi 1<br />
Good Governance<br />
di Mata CPNS<br />
Toeti Ariati *)<br />
Setiap orang memahami kepemerintahan yang baik atau Good Governance dengan beragam<br />
definisi yang diyakininya. Begitu pun dengan para peserta Pendidikan dan Latihan (Diklat)<br />
Agustus 2011 lalu yang melibatkan para Calon Pegawai Negeri Sipil yang belum genap<br />
setahun bekerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Mereka memiliki pemahaman<br />
dan tanggapan yang berbeda-beda untuk suatu isu terkait dengan kepemerintahan yang<br />
baik.<br />
24 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Dari hasil pembelajaran, banyak materi menarik<br />
yang dapat disampaikan dalam forum<br />
ini. Antar alain bagaimana para peserta diklat<br />
ini yang relatif baru bekerja dilingkungannya,<br />
memahami tugas dan fungsinya, dan<br />
berinteraksi dengan pemangku kepentingan<br />
lainnya untuk menyelesaikan tugasnya, dan<br />
berinteraksi dengan rekan kerjanya.<br />
Mata ajar ini menjelaskan dan membahas<br />
arti dan pengertian Kepemerintahan yang<br />
Baik dan prinsip-prinsipnya disertai contoh<br />
dalam pemerintahan, terutama yang berkaitan<br />
dengan pelaksanaan tugas aparatur peme<br />
rintah dalam melayani masyarakat. Dengan<br />
menyampaikan materi yang ada, yang<br />
tertuang dalam modul yang dikeluarkan oleh<br />
LAN, diharapkan para peserta diklat dapat<br />
mengaplikasikan materi pembelajaran pada<br />
keadaan di lingkungan kerja unit masingmasing.<br />
Pengertian kepemerintahan yang<br />
ba ik menurut PP No. 101 Tahun 2000 adalah<br />
kepemerintahan yang mengembangkan dan<br />
menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas,<br />
akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,<br />
Foto : Ayu Arta Paramita
Foto : Ayu Arta Paramita<br />
demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi<br />
hu kum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.<br />
Sementara pengertian kepemerintahan<br />
yang baik menurut Agus Dwiyanto (Ed, 2006)<br />
adalah kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan<br />
tidak lagi semata-mata dimiliki atau<br />
menjadi urusan pemerintah, tapi menekankan<br />
pada pelaksanaan fungsi pengelolaan secara<br />
bersama-sama oleh pemerintah dan institusi<br />
lainnya, LSM, swasta, dan warga negara.<br />
Perlu diketahui bahwa dengan melihat data<br />
dari Transparency International tentang Corruption<br />
Perception Index (CPI), disebutkan bahwa<br />
pada tahun 2010 Indonesia memiliki skor<br />
CPI 2,8 (angka 0 menunjukan skor terburuk<br />
dan 10 terbaik). Perbandingannya, skor untuk<br />
Malaysia adalah 4,4 dan Singapura adalah 9,3.<br />
Salah satu materi pembelajaran yang akan<br />
diuraikan dalam tulisan ini adalah adanya tujuh<br />
prinsip kepemerintahan yang baik, yaitu<br />
Kepastian Hukum, Tertib Penyelenggaraan<br />
Pe merintahan/Negara, Kepentingan Umum,<br />
Keterbukaan, Proporsionalitas, Profesionalitas,<br />
dan Akuntabilitas.<br />
Menariknya, saat membahas materi ini,<br />
ada peserta yang merasa beberapa prinsip<br />
sudah baik dan ada peserta yang menilai beberapa<br />
prinsip masih perlu diperbaiki dengan<br />
melihat kondisi kerja di lingkungannya masing-masing.<br />
Materi berikut ini disarikan dari<br />
hasil diskusi dengan peserta diklat pra jabatan<br />
calon PNS di <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dan hasil jawaban<br />
test terhadap materi tujuh prinsip Kepemerintahan<br />
yang Baik tersebut.<br />
Kepastian Hukum<br />
Prinsip ini mengutamakan landasan pera turan<br />
perundangan, kepatutan dan keadilan<br />
da lam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.<br />
Disebut juga asas legalitas. Semua kebijakan<br />
dan keputusan/tindakan didasarkan<br />
pada landasan hukum yang jelas dan kuat. Tidak<br />
melanggar hukum, mendukung tegaknya<br />
supremasi hukum.<br />
Terhadap prinsip ini, peserta Diklat menilai<br />
bahwa pada umumnya dalam melaksanakan<br />
kegiatan yang menjadi tugas dan fungsi di<br />
unit kerja masing-masing sudah dilaksanakan<br />
berdasarkan peraturan perundangan yang<br />
INOVASI 1<br />
ada. Kecuali terkait dengan kedisiplinan pegawai<br />
untuk menepati jam kerja kantor. Keterlambatan<br />
pegawai yang tidak mendapat<br />
te guran dari pimpinan. Pegwai yang tidak<br />
masuk kerja tanpa surat izin. Hal ini dikuatirkan<br />
akan memberikan dampak yang tidak<br />
baik kepada karyawan lainnya. Yang tidak<br />
menepati jam kerja dikuatirkan akan meningkat.<br />
Perlu ada nya penerapan sanksi terhadap<br />
suatu pelanggaran.<br />
Tertib Penyelenggaraan Pemerintahan/Negara<br />
Prinsip ini menjadi landasan keteraturan, kese<br />
rasian, dan keseimbangan dalam pe ng en -<br />
dalian negara dalam mengurus kegiatan peme<br />
rintahan, pembangunan, dan kemasya rakatan.<br />
Perlunya keharmonisan dan kesearahan<br />
gerak diantara para pelaku.<br />
Peserta Diklat menilai bahwa prinsip ini<br />
sudah dilakukan dengan baik, mengacu pada<br />
pertimbangan sudah dilakukannya koordinasi<br />
dengan baik untuk pelaksanaan kegiatan<br />
yang menjadi tanggungjawabnya. Koordinasi<br />
antara pemerintah pusat dengan pemerintah<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 25
Pengertian kepemerintahan yang ba ik menurut PP No. 101<br />
Tahun 2000 adalah kepemerintahan yang mengembangkan<br />
dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas,<br />
transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas,<br />
supremasi hu kum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.<br />
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.<br />
Sementara peserta yang menilai bahwa<br />
prinsip ini belum berjalan dengan baik beralasan<br />
karena pernah timbul masalah karena<br />
tidak dilaksanakannya MoU (kesepakatan<br />
yang ada) antara Pemerintah Pusat dengan<br />
Pemerintah Daerah yang akan menerima<br />
pro gram. Penyediaan lahan yang menjadi<br />
tang gungjawab Pemerintah Daerah untuk<br />
pem bangunan prasarana dan sarana keciptakaryaan<br />
yang pada awalnya sudah disepakati<br />
akan disediakan Pemda. Ternyata lahan yang<br />
ditunjuk bermasalah atau belum tersedia, sehingga<br />
mengganggu kelancaran pelaksanaan<br />
kegiatan.<br />
Kepentingan Umum<br />
Prinsip yang mendahulukan kesejahteraan<br />
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,<br />
dan selektif. Perlunya pelayanan mendahulukan<br />
kepentingan/ kesejahteraan umum sehingga<br />
terpenuhinya kebutuhan masyarakat.<br />
Sebagian peserta yang menilai bahwa prinsip<br />
ini sudah dilaksanakan pada kegiatan yang<br />
menjadi tanggujawabnya dengan pertimbangan<br />
bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan<br />
telah melibatkan masyarakat sejak<br />
awal. Prinsip pembangunan dari masyarakat<br />
(pelaksanaan pekerjaan yang partisipatif) untuk<br />
masyarakat (sesuai usulan masyarakat)<br />
sudah dilaksanakan. Walau dirasakan bahwa<br />
pem bangunan yang dilakukan belum merata.<br />
Namun demikian, dalam skala yang lebih kecil,<br />
yaitu lingkungan kerja, masih dirasakan<br />
belum optimal karena masih ada yang mementingkan<br />
diri sendiri (ego individu) daripada<br />
kepentingan lingkungan kerja.<br />
Keterbukaan<br />
Prinsip yang membuka diri terhadap hak<br />
ma syarakat untuk memperoleh informasi/<br />
keterangan yang benar, jujur dan tidak pilih<br />
kasih, dan tetap memperhatikan perlindungan<br />
hak asas pribadi, golongan, dan rahasia<br />
negara. Salah satu konsideran dalam UU Nomor<br />
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan<br />
Informasi Publik menyebutkan bahwa keterbukaan<br />
informasi publik merupakan sarana<br />
dalam mengoptimalkan pengawasan publik<br />
terhadap penyelenggaraan negara dan Badan<br />
26 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat<br />
pada kepentingan publik.<br />
Dalam diskusi dengan peserta Diklat, mereka<br />
mengaplikasikan prinsip-prinsip kepemerintahan<br />
yang baik dikaitkan dengan insitusi<br />
atau unit dimana mereka berada (institusi<br />
sebagai badan publik hubungannya dengan<br />
instansi lainnya), dan ada pula yang mengkaitkannya<br />
dengan pelaksanaan tugas masing-masing<br />
pegawai, yaitu sebagai individu,<br />
dalam berhubungan dengan individu lainnya<br />
untuk menyelesaikan tugas.<br />
Ada peserta yang mengatakan bahwa data/info<br />
tentang kegiatan dan hasil yang dicapai<br />
oleh unit mereka dapat diakses oleh masyarakat.<br />
Masih ada individu yang merasa sulit<br />
untuk memperoleh data dari rekan lainnya.<br />
Ada ketidakpercayaan antar individu.<br />
Proporsionalitas<br />
Prinsip ini mengutamakan keseimbangan antara<br />
hak dan kewajiban aparatur pemerintah<br />
sehingga aparatur perlu menguasai dan memahami<br />
uraian tugas, peraturan disiplin, dan<br />
tata tertib lainnya di unit kerjanya masingmasing.<br />
Untuk prinsip ini masih banyak yang mengatakan<br />
bahwa belum ada keseimbangan<br />
antara hak dan kewajiban. Pembagian tugas<br />
belum dilaksanakan secara adil. Kewajiban<br />
terlalu tinggi sementara haknya tidak diberikan<br />
dengan layak. Misal lembur sampai<br />
malam bahkan kadang-kadang hari Sabtu<br />
dan Minggu. Ada yang bekerja tidak sesuai<br />
tugas dan fungsinya. Bahkan ada yang tidak<br />
dapat penugasan yang kemungkinan karena<br />
pekerjaan yang diberikan tidak pernah selesai.<br />
Profesionalitas<br />
Prinsip yang mengutamakan keahlian berlandaskan<br />
kode etik dan peraturan perundangan<br />
yang berlaku. PNS sebagai aparatur negara<br />
dan pelayan masyarakat wajib mempu nyai<br />
keahlian atau kemampuan tinggi dalam pelaksanaan<br />
tugas (memiliki kompetensi). Tantangannya<br />
adalah bahwa penyelenggaraan<br />
pemerintahan dan pelayanan masyarakat<br />
per lu dilaksanakan secara berdaya guna dan<br />
ber hasil guna.<br />
Ada pegawai yang mengatakan bahwa<br />
INOVASI 1<br />
me reka sudah bekerja sesuai keahlian masing-masing.<br />
Pegawai yang kurang menguasai<br />
suatu materi, dalam rangka meningkatkan<br />
kompetensinya telah diikutsertakan dalam<br />
Diklat. Walau seringkali terjadi tidak semua<br />
pimpinan memberi ijin stafnya untuk dapat<br />
meningkatkan kemampuan/kompetensinya.<br />
Untuk itu diusulkan perlunya pembinaan kepada<br />
pegawai terus mendapatkan perhatian.<br />
Jawaban lainnya adalah adanya penumpukan<br />
tugas pada seorang staf karena pimpinan lebih<br />
percaya pada orang tertentu. Mungkin<br />
ada unsur “like or dislike”. Kondisi ini dikuatirkan<br />
akan dapat menciptakan kesenjangan<br />
diantara staf. Ada beban kerja yang tidak<br />
seimbang, yang mengakibatkan kecemburuan<br />
karena pendapatan (gaji) pada dasarnya<br />
sama.<br />
Akuntabilitas<br />
Prinsip yang menentukan bahwa setiap kegiatan<br />
dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan<br />
negara harus dapat dipertanggungjawabkan<br />
(asas tanggung gugat) kepada rakyat<br />
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara.<br />
Setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan<br />
dan pembangunan oleh aparatur<br />
wajib dipertanggungjawabkan kepada masayarakat<br />
dan pihak terkait .<br />
Terhadap prinsip ini, pada umumnya dinilai<br />
sudah cukup memadai karena setiap saat<br />
diperiksa oleh Itjen, BPK, dan BPKP. Namun<br />
demikian dirasakan masih dapat ditingkatkan<br />
untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada<br />
masyarakat.<br />
Peserta Diklat menyadari bahwa tidak mudah<br />
untuk dapat mengatasi permasalahan<br />
atau kekurangan yang ada. Namun penerapan<br />
prinsip-prinsip tersebut walau lambat<br />
tapi harus segera dimulai. Sejalan dengan<br />
konsepsi reformasi birokrasi yang telah mulai<br />
di gulirkan di Kementerian PU. Cara mengatasi<br />
permasalahan yang ada dapat dimulai dari<br />
diri sendiri dan juga pimpinan yang memberi<br />
contoh (keteladanan). Dan yang paling penting<br />
menerapkan peraturan secara tegas, pemberian<br />
sanksi kepada staf yang melanggar dan<br />
pemberian reward kepada staf yang menunjukan<br />
kinerja yang baik (reward & punishment<br />
dilaksanakan secara konsisten).<br />
Semoga informasi ini menggugah kita untuk<br />
dapat memperbaiki diri sehingga kinerja<br />
pemerintah meningkat yang akhirnya masyarakat<br />
akan memperoleh pelayanan yang<br />
prima.<br />
*) Widyaiswara Utama Kementerian<br />
Pekerjaan Umum
Inovasi 2<br />
Suasana Konsinyasi Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan SAK-ETAP PDAM di Bandung<br />
SAK-ETAP<br />
<strong>Solusi</strong> Sistem<br />
Akuntansi PDAM<br />
Sistem akuntansi keuangan merupkan hal wajib dimiliki oleh suatu perusahaan. Informasi<br />
akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam<br />
pengelolaan usaha kecil atau menengah, antara lain keputusan pengembangan pasar,<br />
penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha kecil juga<br />
diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha<br />
INOVASI 2<br />
yang belum menyelenggarakan pencatatan<br />
atas laporan keuangan usahanya termasuk<br />
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang<br />
masuk dalam kategori kecil menengah.<br />
Akibatnya, mereka sulit mendapatkan kredit.<br />
Perlunya penyusunan laporan keuangan<br />
bagi PDAM sebenarnya bukan hanya untuk<br />
kemudahan memperoleh kredit dari kreditur,<br />
tetapi untuk pengendalian aset, kewajiban<br />
dan modal serta perencanaan<br />
pen dapatan dan efisiensi biaya-biaya yang<br />
terjadi yang pada akhirnya sebagai alat untuk<br />
pengambilan keputusan perusahaan.<br />
Untuk mengatasi tersebut, Dewan Standar<br />
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan<br />
Indonesia (DSAK-IAI) telah membentuk tim<br />
kecil dari kreditur (Bank). Masih banyak usaha kecil menengah (UKM)<br />
Foto : Danang Pidekso<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 27
kerja untuk menyusun Standar Akuntansi<br />
Keuangan bagi Usaha Kecil dan Menengah.<br />
Hal ini karena keberadaan standar akuntansi<br />
keuangan (SAK) untuk usaha kecil dan<br />
menengah (UKM) sudah lama dinantikan.<br />
Penyusunan ini dengan mengadopsi draf<br />
International Financial Reporting for Small<br />
Medium Entreprise (IFRS for SMEs) yang telah<br />
diterbitkan pada Februari 2007.<br />
Akhirnya, awal 2009 munculah istilah<br />
Standar Akuntansi Keuangan – Entitas Tanpa<br />
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP<br />
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi<br />
Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. Standar<br />
akuntansi ini digunakan untuk ETAP (Entitas<br />
Tanpa Akuntabilitas Publik), yaitu entitas yang:<br />
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang<br />
signifikan, dan;<br />
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk<br />
tujuan umum (General Purpose Financial<br />
Statement) bagi pengguna eksternal<br />
seperti kreditur, lembaga pemeringkat<br />
kredit, dsb.<br />
28 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
SAK-ETAP mengatur perlakuan akuntansi<br />
untuk transaksi-transaksi yang lazim terjadi<br />
di ETAP sehingga diharapkan SAK-ETAP ini<br />
akan membantu perusahaan kecil menengah<br />
termasuk PDAM dalam menyediakan pelaporan<br />
keuangan yang tetap handal dengan<br />
tidak terjebak dalam kerumitan Standar Akuntansi<br />
Keuangan (SAK) yang berbasis IFRS.<br />
Kepala Badan Pendukung Pengembangan<br />
Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM)<br />
Kemen PU Rachmat Karnadi mengatakan,<br />
penerapan SAK-ETAP akan mempermudah<br />
PDAM dalam menyusun laporan keuangan.<br />
SAK-ETAP ini berbeda dari SAK Umum,<br />
dimana pengaturan dan penghitungan akan<br />
lebih sederhana karena memang ditujukan<br />
untuk usaha menengah kebawah. Dengan<br />
penggunaan sistem ini maka PDAM dapat<br />
lebih fokus pada pengembangan sistem air<br />
minum dan investasi untuk perluasan layanan<br />
tanpa terjebak dalam kerumitan Standar<br />
Akuntansi Keuangan mengingatkan PDAM<br />
bahwa sistem ini harus mulai diterapkan oleh<br />
PDAM mulai Januari 2012 mendatang.<br />
“Jika tidak menggunakan SAK-ETAP maka<br />
PDAM bisa mendapatkan status disclaimer.<br />
Hal ini merupakan masalah serius dan harus<br />
diperhatikan oleh PDAM. Untuk itu kita undang<br />
BPKP untuk menjelaskan dan mendampingi<br />
terkait sistem tersebut kepada<br />
PDAM,” kata Rachmat Karnadi saat membuka<br />
Konsinyasi Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan<br />
SAK-ETAP PDAM di Bandung be berapa<br />
waktu lalau<br />
Rachmat berharap, SAK-ETAP dapat diterapkan<br />
secepatnya pada penyusunan laporan<br />
keuangan PDAM. Rencananya, akhir tahun<br />
ini, tim sosialisasi yang merupakan kerjasama<br />
gabungan antara Dit.PAM, BPPSPAM, BPKP,<br />
dan Kemendagri akan melakukan sosialisasi<br />
kepada PDAM se Indonesia secara regional.<br />
Sehingga di tahun 2012 nanti diharapkan<br />
seluruh PDAM di Indonesia sudah melakukan<br />
pencatatan laporan keuangan yang berbasis<br />
SAK-ETAP.<br />
Sementara itu, Direktur Implementasi<br />
Para peserta Konsinyasi Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan SAK-ETAP PDAM di Bandung<br />
Foto : Danang Pidekso
SAK IAI Yakub mengatakan, mulai tahun<br />
2012 sistem audit yang akan dilakukan oleh<br />
BPKP akan berbeda tergantung sistem akuntansi<br />
yang digunakan. Perusahaan yang menerapkan<br />
sistem SAK Umum dan ETAP akan<br />
dinilai dengan menggunakan kriteria yang<br />
berbeda. Untuk itu, ia menganjurkan PDAM<br />
untuk segera memberikan pemberitahuan<br />
bahwa SAK yang digunakan menggunakan<br />
sistem SAK-ETAP.<br />
“Keunggulan dari SAK-ETAP ini adalah<br />
tidak mengatur hal-hal yang aneh. Semua<br />
tran saksi diatur dalam buku yang tidak tebal,<br />
hanya mengatur transaksi yang umum dan<br />
tidak mengenal yang namanya akuisisi. Aturan<br />
itu juga tidak banyak berubah dalam li ma<br />
tahun mendatang,” katanya.<br />
Penyusunan Juknis SAK-ETAP PDAM<br />
Untuk mempercepat penerapan SAK-ETAP<br />
ini, BPPSPAM dan Dit.PAM <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
dengan dibantu oleh Tim Penyusun BPKP,<br />
Perpamsi dan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia),<br />
Kementerian Dalam Negeri dan Direktorat<br />
Jenderal Perpajakan melakukan Konsinyasi<br />
Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan SAK-<br />
ETAP PDAM di Bandung beberapa waktu lalu.<br />
Konsinyasi ini bertujuan untuk merampungkan<br />
Draft Petunjuk Teknis Penerapan SAK<br />
ETAP PDAM yang sebelumnya telah disusun<br />
oleh BPKP dimana sebelum akhir tahun 2011<br />
ini diharapkan telah selesai. Juknis ini nan tinya<br />
berisi tuntunan dalam penyusunan la poran<br />
keuangan yang telah dikhususkan un tuk<br />
PDAM. Dengan adanya juknis ini, maka PDAM<br />
dapat segera menerapkan SAK-ETAP.<br />
Sebagai informasi, SAK-ETAP merupakan<br />
salah satu kesepakatan Pemerintah Indonesia<br />
sebagai anggota G20 forum yang dilaksanakan<br />
di Washington DC tanggal 15 November 2008<br />
untuk melakukan konvergensi terhadap International<br />
Financial Reporting Standards<br />
(IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi<br />
ke uangan. Pengaturan perlakuan akuntansi<br />
yang konvergen ini akan diterapkan untuk<br />
penyusunan laporan keuangan entitas yang<br />
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari<br />
2012.<br />
Konvergensi IFRS sejak tahun 1998 s.d.<br />
2010 ini telah dilakukan dalam beberapa<br />
tahap dengan melakukan revisi baik berupa<br />
perubahan maupun penambahan stan dar baru<br />
dalam buku Standar Akuntansi Ke uangan.<br />
Perkembangan dunia usaha dan Standar<br />
Akun tansi Keuangan tersebut me ng haruskan<br />
perkembangan dalam Pe do man Akuntansi<br />
PDAM di Indonesia. (dvt)<br />
SAK UMUM<br />
l Kepatuhan terhadap SAK<br />
l Pengungkapan ata SAK “misleading”<br />
Komponen laporan keuangan :<br />
l Lap posisi keuangan<br />
l Lap laba rugi komprehensif<br />
l Lap perubahan ekuitas<br />
l Lap arus kas<br />
l Catatan atas laporan keuangan<br />
Tanggung jawab atas lapkeu<br />
Dasar akrual & kelangsungan usaha<br />
Penyajian Laporan Keuangan<br />
INOVASI 2<br />
Salah satu aspek perbedaan SAK Umum dan ETAP dalam hal penyajian laporan keuangan<br />
SAK Umum<br />
International Financial<br />
Reporting Standards<br />
(IFRSs)<br />
SAK Umum + SAK Syariah<br />
Pilar SAK<br />
SAK ETAP<br />
Kepatuhan terhadap SAK ETAP<br />
Komponen laporan keuangan :<br />
l Neraca<br />
l Lap laba rugi<br />
l Lap perubahan ekuitas<br />
l Lap arus kas<br />
l Catatan atas laporan keuangan<br />
Tidak ada<br />
Sama<br />
Standar Akuntansi<br />
Keuangan (SAK)<br />
SAK Syariah SAK Tetap<br />
SAK Tetap + SAK Syariah<br />
Tiga macam Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.<br />
(sumber: IAI)<br />
International Financial<br />
Reporting Standards<br />
for Small and Medium<br />
Enterprises (IFRS for SMEs)<br />
(sumber: IAI)<br />
“Jika tidak menggunakan SAK-ETAP maka PDAM bisa<br />
mendapatkan status disclaimer. Hal ini merupakan masalah<br />
serius dan harus diperhatikan oleh PDAM. Untuk itu kita undang<br />
BPKP untuk menjelaskan dan mendampingi terkait sistem<br />
tersebut kepada PDAM,”<br />
Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum<br />
(BPPSPAM) Kemen PU, Rachmat Karnadi<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 29
Inovasi 3<br />
Membentuk budaya di masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah serta menggunakan produk dan kemasan yang ramah lingkungan adalah tantangan<br />
utama pengelolaan sampah di Indonesia<br />
Kearifan Lokal<br />
untuk Mengurangi<br />
Sampah<br />
Megengan adalah salah satu tradisi dalam budaya Jawa. Ritual ini pada umumnya dilakukan<br />
menjelang bulan Ramadhan. Salah satu kebiasaan yang dilakukan adalah ater-ater, yaitu<br />
saling mengirim makanan kepada saudara atau kerabat (http://www.cahjawa.com/tag/adatruwahan-jawa).<br />
Makanan yang dikirimkan diwadahi dalam satu susunan rantang 4 tumpuk.<br />
Saat mengirimkan makanan, si pengantar biasanya menunggu sesaat agar makanan tersebut<br />
dipindahkan dan rantangnya dicuci. Sambil menunggu, si pengantar berbincang-bincang<br />
sejenak dengan tuan rumah. Setelah selesai, rantang dibawa kembali oleh si pengantar untuk<br />
dipakai mengirim makanan untuk saudara/kerabat yang lain lagi.<br />
30 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
malem pitulasan yang digelar saat malam<br />
menjelang 17 Agustus. Biasanya setiap Kepala<br />
Keluarga (KK) diundang untuk kendurian<br />
di rumah Ketua RT atau di rumah salah<br />
satu tokoh masyarakat di kampung tersebut.<br />
Masing-masing KK membawa besekan, yang<br />
maksudnya adalah nasi dan lauk yang dikemas<br />
dengan daun pisang dan ditaruh dalam<br />
keranjang anyaman bambu. Nasi besekan<br />
tersebut dikumpulkan untuk kemudian dimakan<br />
bersama-sama setelah doa syukuran<br />
memperingati HUT Kemerdekaan RI. Besek<br />
yang kosong akan ditumpuk-tumpuk dengan<br />
rapi untuk selanjutnya dibuang atau untuk<br />
segelintir orang bisa dipakai ulang.<br />
Mungkin hanya karena ritual yang dilaksanakan<br />
pada saat-saat tertentu saja, caracara<br />
tersebut di atas tidak diterapkan dalam<br />
kehidupan sehari-hari. Bila kita bandingkan<br />
dengan kegiatan makan sehari-hari, nampak-<br />
Didik Wahyudi *) Salah satu tradisi yang lain lagi misalnya<br />
www.4.bp.blogspot.com
nya kebanyakan orang sudah terbiasa untuk<br />
menggunakan kemasan yang akan menjadi<br />
sampah yang sulit terurai. Kertas coklat berlapis<br />
plastik, kotak karton makanan, atau<br />
bahkan styrofoam jauh lebih lazim digunakan<br />
sebagai pembungkus makanan. Tentu saja<br />
pertimbangannya adalah karena sangat praktis,<br />
selesai makan tinggal buang dan lupakan.<br />
Padahal, selain potensi timbulan sampahnya<br />
sangat besar, material pembungkus makanan<br />
tersebut sangat sulit untuk diurai secara alami<br />
(tidak ramah lingkungan).<br />
Menggunakan wadah yang dapat dipakai<br />
kembali dapat membantu mengurangi volume<br />
timbulan sampah, misalnya menggunakan<br />
rantang atau kotak makanan (tupperware).<br />
Pun demikian dengan menggunakan<br />
kemasan yang mudah terolah secara alami<br />
seperti daun pisang, daun jati, anyaman bambu,<br />
dan sebagainya merupakan tindakan<br />
yang ramah lingkungan. Lebih daripada itu,<br />
kedua contoh seperti di atas, mengandung nilai-nilai<br />
tanggung jawab dan tepo seliro (tenggang<br />
rasa). Si penerima makanan ater-ater<br />
tentu akan membersihkan rantang sebelum<br />
dikembalikan kepada si pengirim. Juga para<br />
pembawa besek akan menumpuk beseknya<br />
masing-masing bersama dengan besek-besek<br />
kosong lainnya setelah menaruh isinya untuk<br />
dimakan bersama-sama.<br />
Beralih pada pembahasan mengenai Rencana<br />
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang<br />
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan<br />
Sampah Sejenis Rumah Tangga. Di sana tercantum<br />
bahwa pengurangan sampah agar<br />
dilakukan oleh setiap orang (RPP pasal 10 ayat<br />
2). Demikian juga dorongan untuk menggunakan<br />
material yang mudah terurai secara<br />
alami (RPP pasal 11 ayat 2 butir a). Kedua contoh<br />
budaya di atas bisa dikatakan sejalan dengan<br />
semangat yang diamanatkan dalam RPP<br />
tersebut.<br />
Namun demikian, untuk dapat menerapkan<br />
dan memperluas kegiatan dan membentuk<br />
perilaku sebagaimana yang diharapkan<br />
bukanlah perkara mudah. Misalnya saja di Jakarta,<br />
dimana kita bisa mencari kemasan daun<br />
pisang untuk bungkus makanan. Barangkali,<br />
tidak cukup layak secara finansial (feasible)<br />
untuk menggunakan kemasan seperti itu.<br />
Sebagai salah satu contoh, bahkan tradisi besekan<br />
di <strong>Kota</strong> Tangerang yang dulunya menggunakan<br />
anyaman bambu, kini berganti menjadi<br />
kotak kardus yang digunakan sebagai<br />
wadah makanan (http://www.tangerangkota.<br />
go.id/mobile/detailberita/3403/640).<br />
Membentuk budaya di masyarakat untuk<br />
mengurangi timbulan sampah serta menggunakan<br />
produk dan kemasan yang ramah lingkungan<br />
adalah tantangan utama pengelolaan<br />
Seorang pemulung sedang memilah sampah di tempat pembuangan sampah<br />
www.2.bp.blogspot.com<br />
INOVASI 3<br />
sampah di Indonesia. Misalnya untuk aktivitas<br />
makan siang di kantor sehari-hari. Makanan<br />
yang dibeli umumnya dikemas dengan kertas<br />
coklat berlapis plastik, kotak karton, atau bahkan<br />
styrofoam. Seandainya aktivitas makan<br />
siang harian di kantor ini diupayakan menggunakan<br />
kemasan yang bisa dipakai ulang,<br />
pasti penurunan volume sampah dari kemasan<br />
ini akan sangat signifikan. Setiap pegawai<br />
mempunyai wadah masing-masing untuk<br />
makan siang, misalnya rantang atau kotak<br />
makanan (tupperware).<br />
Menurut survei yang dilakukan Litbang<br />
Kompas yang diterbitkan pada 26 September<br />
2011, responden yang membawa wadah<br />
sendiri untuk membeli makanan/minuman<br />
hanya 19,38% dari 779 sampel. Tidak jauh<br />
berbeda dengan responden yang membawa/<br />
menggunakan kantong belanja sendiri dari<br />
rumah, hanya 20,03%. Demikian pula dengan<br />
Gerakan 3 R (reduce, reuse, recycle) yang masih<br />
belum menjadi kebiasaan di masyarakat.<br />
Faktor psikologis karena merepotkan dan<br />
faktor ekonomis untuk biaya penambahan<br />
wadah dalam rangka pemilahan sampah<br />
adalah hambatan terbesar di masyarakat. Selain<br />
itu, tidak tersedianya fasilitas yang mendukung<br />
3R, baik dalam hal pengumpulan<br />
dan pengangkutannya merupakan tantangan<br />
ter sendiri bagi pengelola sampah. Namun<br />
de mikian, bukan berarti peluang untuk mendorong<br />
Gerakan 3 R menjadi tidak ada atau<br />
sangat kecil karena ternyata sejumlah 76%<br />
res ponden bersedia untuk mendukung pemilahan<br />
sampah.<br />
Kementerian Pekerjaan Umum sebagai<br />
salah satu institusi yang berkepentingan dalam<br />
hal penanganan sampah dapat menjadi<br />
contoh upaya pengurangan sampah dari<br />
sum bernya. Sebagai langkah awal, misalnya<br />
menggunakan kemasan pakai ulang untuk<br />
makan siang. Langkah kecil lain, menggunakan<br />
kertas bekas untuk mencetak konsep dokumen<br />
untuk memulai pengurangan sampah.<br />
Kebijakan internal perlu disusun, sosialisasi<br />
kepada para pegawai perlu digalakkan, pelatihan<br />
penanganan sampah oleh para pesuruh<br />
kantor perlu dilakukan, dan upaya-upaya lain<br />
yang mendukung dapat dilaksanakan. Betapa<br />
akan bagusnya jika Kementerian Pekerjaan<br />
Umum tidak hanya mampu turut serta<br />
melahirkan PP tentang Pengelolaan Sampah,<br />
tetapi juga turut serta dalam implementasi<br />
amanat PP tersebut.<br />
*) Staf Subdit Perencanaan Teknis, Direktorat<br />
Pengembangan Air Minum,<br />
Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 31
Lensa CK<br />
LENSACK<br />
Pembuatan ILM<br />
Rusunawa “<strong>Solusi</strong> Hunian<br />
Lebih Baik “<br />
di Rusunawa Cingised Kabupaten Bandung<br />
32 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
Foto-foto : Wicak Hardhikaputra
Lensa CK<br />
Halal Bihalal Idul Fitri 1432 H<br />
Bareng Bapak Menteri<br />
Pekerjaan Umum<br />
LENSACK<br />
Foto-foto : Dian Ariani dan Indah Raftiarty<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011 33
Seputar Kita<br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Selenggarakan<br />
Diklat Jabfung<br />
Penyehatan<br />
Lingkungan Angkatan<br />
Pertama<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> selenggarakan Pendidikan dan<br />
Pelatihan (Diklat) Pengangkatan Pertama Jabatan<br />
Fungsional Teknik Penyehatan Lingkungan<br />
(TPL) yang diikuti oleh 30 peserta di Pusat Diklat<br />
Kementerian PU Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Diklat<br />
selama empat hari tersebut dibuka oleh Dirjen <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> Budi Yuwono, Senin (12/9). Diklat ini diiukuti<br />
baik pegawai pusat maupun satker di daerah.<br />
Dalam arahannya, Budi mengatakan, peme-<br />
Komisi V Kaji<br />
Restrukturisasi Hutang 5 PDAM<br />
Komisi V DPR RI bersama pemerintah saat ini tengah mengkaji dan<br />
mempertimbangkan restrukturisasi hutang 5 Perusahaan Daerah<br />
Air Minum (PDAM). Penghapusan utang kelima PDAM tersebut<br />
merupakan salah satu upaya yang diambil untuk memperbaiki kinerja<br />
serta membantu PDAM untuk mendapatkan akses pendanaan dalam<br />
rangka investasi.<br />
Hal tersebut terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara<br />
Direktorat Jendral (<strong>Ditjen</strong>) <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum<br />
(PU) dengan Komisi V DPR RI, kemarin (20/9) di Jakarta. Rapat tersebut<br />
membahas persetujuan penetapan penghapusan piutang 5 PDAM,<br />
dengan nilai mencapai Rp 1,44 triliun dengan rincian tunggakan :<br />
PDAM <strong>Kota</strong> Semarang Rp 238,139 miliar, PDAM Tirta Kerta Raharja<br />
Kabupaten Tangerang Rp 272,5 miliar, PDAM <strong>Kota</strong> Bandung Rp 252,73<br />
miliar, PDAM <strong>Kota</strong> Palembang Rp 160,1 miliar dan PDAM <strong>Kota</strong> Makassar<br />
Rp 121,3 miliar. (puskompu)<br />
34 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 09/Tahun IX/September 2011<br />
rintah menyiapkan dua jalur dalam karier PNS yaitu melalui jabatan<br />
struktural maupun fungsional. Berbeda dengan struktural yang<br />
lebih menekankan fungsi manajerial, dalam karier fungsional profesionalisme<br />
dan kemandirian sangat ditekankan dalam per ja la nannya<br />
meniti karier sebagai pejabat fungsional. (dvt)<br />
KemenPU Siapkan<br />
147 Mobil Tangki Air Atasi<br />
Kekeringan<br />
SEPUTARKITA<br />
Kementerian Pekerjaan Umum telah memobilisasi 1 Instalasi Pengolahan<br />
Air (IPA) dan juga 147 Mobil Tangki Air (MTA) untuk mengisi<br />
294 HU di lokasi-lokasi yang menderita kekeringan sebagai upaya<br />
penanggulangan darurat untuk kebutuhan air minum. MTA itu<br />
disebar ke 77 kawasan yang mengalami kekeringan, antara lain di<br />
Pulau Jawa, Provinsi Bali, NTT, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi<br />
Barat.<br />
“Selain dari pemeritah pusat, pemerintah provinsi juga telah<br />
berinisiatif untuk menambah MTA sendiri. Contohnya di Jawa Timur<br />
yang memobilisasi 200 MTA. Masalah operasional dalam MTA ini akan<br />
menjadi urusan pemerintah provinsi,” kata Direktur Air Minum Danny<br />
Sutjiono saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/9). (bcr)
Juara I Lomba Poster dari Provinsi DI Yogyakarta<br />
dalam rangka Jambore Sanitasi 2011