21.06.2013 Views

PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal

PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal

PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>PENURUNAN</strong> <strong>KADAR</strong> <strong>ASAM</strong> <strong>FITAT</strong> <strong>TEPUNG</strong> <strong>JAGUNG</strong> SELAMA PROSES<br />

FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI TAPE<br />

Ratna Wylis Arief 1), Irma Irawati 2), dan Yusmasari 3)<br />

1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung<br />

2) Jurusan THP Fakultas Pertanian Universitas Lampung<br />

3)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan<br />

ABSTRAK<br />

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan<br />

kesejahteraan manusia. Kondisi ekonomi yang menurun dan kenaikan harga<br />

pangan yang terjadi di Indonesia berdampak terhadap buruknya gizi<br />

masyarakat, terutama balita. Menurut data Unicef, jumlah anak balita<br />

penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta anak pada tahun 2005<br />

menjadi 2,3 juta anak pada tahun 2006. Jagung merupakan sumber bahan<br />

pangan kedua setelah beras dengan kandungan protein yang lebih tinggi dan<br />

tersedia dengan harga yang murah. Jagung banyak digunakan sebagai<br />

makanan sapihan di beberapa negara berkembang, tetapi mempunyai<br />

kelemahan, yaitu mengandung senyawa antinutrisi asam fitat yang dapat<br />

menghambat penyerapan mineral di dalam tubuh. Salah satu cara untuk<br />

menurunkan atau bahkan menghilangkan kandungan asam fitat pada jagung<br />

adalah melalui proses fermentasi menggunakan ragi tape, yang dapat<br />

mengatasi kelemahan jagung sebagai makanan sapihan. Penelitian dilakukan<br />

tiga ulangan dengan perlakuan tunggal yaitu lama fermentasi yang terdiri dari<br />

7 taraf masing-masing: 0 jam (L0), 12 jam (L1), 24 jam (L2), 36 jam (L3), 48 jam<br />

(L4), 62 jam (L5), dan 72 jam (L6). Hasil penelitian menunjukkan lama<br />

fermentasi menurunkan nilai pH, meningkatkan total asam, menurunkan<br />

rendemen, dan kadar asam fitat. Lama fermentasi 36 jam menghasilkan<br />

tepung jagung dengan pH 4,3, total asam 2,5%, rendemen 68,02%, dan kadar<br />

asam fitat 0,13 ppm.<br />

Kata kunci: Tepung jagung, fermentasi, ragi tape, asam fitat.<br />

PENDAHULUAN<br />

Jagung (Zea mays L.) merupakan<br />

salah satu tanaman pangan dunia yang<br />

terpenting, selain gandum dan padi. Di<br />

Amerika Tengah dan Selatan jagung<br />

digunakan sebagai sumber karbohidrat<br />

utama, selain itu juga menjadi alternatif<br />

sumber pangan di Amerika Serikat.<br />

Penduduk beberapa daerah di Indonesia<br />

(Madura dan Nusa Tenggara) juga<br />

menggunakan jagung sebagai pangan<br />

pokok (Anonim 2008). Jagung (Zea mays<br />

L.), adalah salah satu sumber karbohidrat<br />

yang dapat digunakan sebagai pengganti<br />

beras, karena jagung memiliki kalori<br />

yang hampir sama dengan beras. Jagung<br />

juga merupakan sumber protein yang<br />

murah dan sebagai komoditi lokal yang<br />

tersedia secara melimpah karena banyak<br />

dibudidayakan oleh petani di Lampung.<br />

Jagung selain mengandung<br />

senyawa yang berguna bagi tubuh, juga<br />

mengandung senyawa anti nutrisi<br />

berupa asam fitat yang dapat<br />

menghambat penyerapan mineral dalam<br />

tubuh (Proll et al. 1998; Faber et al.<br />

2005; Onofiok dan Nnanyelugo 2006).<br />

Apabila keadaan kekurangan mineral<br />

berlangsung terus-menerus, maka dapat<br />

menyebabkan gangguan kesehatan<br />

seperti defisiensi mineral, anemia,<br />

pertumbuhan tidak normal atau rakhitis.<br />

Untuk mencegah terjadinya penurunan<br />

daya cerna mineral, maka perlu<br />

dilakukan cara yang dapat menurunkan<br />

590 Ratna Wylis Arief1) , Irma Irawati 2), dan Yusmasari : Penurunan Kadar Asam Fitat Tepung Jagung Selama Proses<br />

Fermentasi Menggunakan Ragi Tape


atau menghilangkan kandungan asam<br />

fitat pada jagung. Salah satu diantaranya<br />

adalah dengan fermentasi (Pangastuti<br />

dkk 1996).<br />

Proses fermentasi telah banyak<br />

digunakan untuk mengolah makanan<br />

sapihan, karena melalui proses<br />

fermentasi kualitas gizi makanan dapat<br />

ditingkatkan dan kandungan anti nutrisi,<br />

toksin, serta tingkat kontaminasinya<br />

dapat diturunkan (Steinkraus 2002;<br />

Sahlin 1999). Menurut Dwidjoseputro<br />

(1978), ragi tape mengandung mikroba<br />

campuran dengan spesies yang beragam.<br />

Diharapkan penggunaan ragi tape pada<br />

proses fermentasi tepung jagung selain<br />

meningkatkan kandungan dan kualitas<br />

protein, juga dapat mengurangi anti<br />

nutrisi khususnya asam fitat.<br />

Berdasarkan penelitian yang telah<br />

dilakukan pada proses pembuatan tempe<br />

kedelai proses perendaman, perebusan,<br />

pengukusan, serta fermentasi<br />

berpengaruh terhadap kandungan asam<br />

fitat. Hasil penelitian Muchtadi (1998)<br />

terhadap kandungan asam fitat pada biji<br />

kedelai menunjukkan bahwa produk<br />

olahan kedelai tanpa fermentasi tetap<br />

mengandung asam fitat, sedangkan<br />

produk olahan kedelai dengan<br />

fermentasi dapat mengurangi, bahkan<br />

menghilangkan asam fitat, sehingga<br />

tempe dan kecap sudah tidak<br />

mengandung senyawa tersebut. Hal ini<br />

sejalan dengan hasil penelitian ini<br />

Pangastuti dkk (1996), yang<br />

menunjukkan bahwa selama fermentasi<br />

kandungan asam fitat pada tempe<br />

berkurang menjadi 50% dari asam fitat<br />

pada kedelai mentah, yang disebabkan<br />

oleh aktifitas mikroorganisme pada<br />

proses fermentasi yang mempunyai<br />

peranan penting dalam menurunkan<br />

kadar asam fitat tersebut.<br />

Asam fitat (mio-inositol<br />

heksakisfosfat) merupakan bentuk<br />

penyimpanan fosfor yang terbesar pada<br />

tanaman serealia dan leguminosa. Di<br />

dalam biji, fitat merupakan sumber<br />

fosforus dan inositol utama bagi<br />

tanaman, terdapat dalam bentuk garam<br />

dengan kalium, kalsium, magnesium, dan<br />

logam lain. Pada kondisi alami, asam fitat<br />

akan membentuk ikatan baik dengan<br />

mineral bervalensi dua (Ca, Mg, Fe),<br />

591 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

maupun protein menjadi senyawa yang<br />

sukar larut. Hal ini menyebabkan mineral<br />

dan protein tidak dapat diserap tubuh,<br />

atau nilai cernanya rendah, oleh karena<br />

itu asam fitat dianggap sebagai<br />

antinutrisi pada bahan pangan.<br />

Ketidaklarutan fitat pada beberapa<br />

keadaan merupakan salah satu faktor<br />

yang secara nutrisional dianggap tidak<br />

menguntungkan, karena dengan<br />

demikian menjadi sukar diserap tubuh.<br />

Dengan adanya perlakuan panas, pH,<br />

atau perubahan kekuatan ionik selama<br />

pengolahan dapat mengakibatkan<br />

terbentuknya garam fitat yang sukar<br />

larut. Hasil penelitian Muchtadi (1998),<br />

menunjukkan bahwa asam fitat sangat<br />

tahan terhadap pemanasan selama<br />

pengolahan, namun proses fermentasi<br />

dapat mengurangi bahkan<br />

menghilangkan asam fitat. Sementara<br />

Tangenjaya (1979), melaporkan bahwa<br />

pemanasan pada suhu 100 C, pH 2<br />

selama 24 jam dapat mengurangi kadar<br />

fitat sampai dengan 70%. Meskipun asam<br />

fitat dapat dikurangi dengan cara<br />

pemanasan, tetapi cara ini tidak efektif<br />

dan dapat merusak komponen gizi lain,<br />

terutama protein dan vitamin.<br />

Penelitian ini bertujuan untuk<br />

menurukan kadar asam fitat tepung<br />

jagung selama proses fermentasi dengan<br />

menggunakan ragi tape.<br />

METODOLOGI<br />

Penelitian dilakukan di<br />

Laboratorium Pengolahan Hasil<br />

Pertanian dan Analisis Hasil Pertanian<br />

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian<br />

Universitas Lampung, serta<br />

Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian<br />

Politeknik Negeri Lampung. Penelitian<br />

dilaksanakan pada bulan Juni sampai<br />

September 2008.<br />

Bahan utama yang digunakan pada<br />

penelitian ini adalah jagung Bisi-2, ragi<br />

tape merk NKL, dan bahan-bahan untuk<br />

analisis antara lain air destilata, larutan<br />

NaOH 0,1 N, indikator pp, serta bahanbahan<br />

lain untuk analisis kimia.<br />

Peralatan yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah spektrofotometer,<br />

sentrifuse, pipet mikro, oven, timbangan<br />

dua digit (Mettler PJ 3000), timbangan 4


digit (Scaltec SBA 31), blender (Phillips),<br />

pH meter (HI 8424), water bath<br />

(Polyscience Water bath), baskom<br />

plastik, kain saring, spatula, panci,<br />

erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, dan<br />

alat-alat untuk analisis kimia.<br />

Penelitian ini dilakukan dalam tiga<br />

kali ulangan dengan perlakuan tunggal<br />

lama fermentasi yang terdiri dari 7 taraf<br />

yaitu 0 (L0), 12 (L1), 24 (L2), 36 (L3), 48<br />

(L4), 62 (L5), dan 72 jam (L6). Data<br />

dianalisis secara deskriptif dan disajikan<br />

dalam bentuk grafik.<br />

Pembuatan Tape Beras Jagung<br />

Pembuatan tape beras jagung<br />

dilakukan dengan metode Haryanto<br />

(2002), sebagai berikut : jagung pipil<br />

disortasi dari kotoran yang ada<br />

kemudian dicuci menggunakan air<br />

mengalir sampai bersih, selanjutnya<br />

jagung direndam dalam larutan NaOH<br />

dengan konsentrasi 3% pada suhu 57 o C<br />

selama 7 menit. Setelah perendaman,<br />

jagung selanjutnya dicuci dengan air<br />

mengalir selama 10 menit, kemudian<br />

direbus selama 1 jam, dan ditiriskan,<br />

selanjutnya jagung digiling sampai<br />

menjadi beras jagung.<br />

Proses fermentasi dilakukan<br />

dengan metode Sefa-Dedeh et al. (2001),<br />

sebagai berikut: beras jagung dikukus<br />

selama 10 menit, setelah itu didinginkan<br />

pada suhu kamar, kemudian<br />

ditambahkan ragi tape sebanyak 2%<br />

(b/b) diaduk hingga rata. Tahap<br />

selanjutnya, beras jagung yang telah<br />

dicampur dengan ragi tape dimasukkan<br />

ke dalam toples plastik yang dialasi daun<br />

pisang, dan ditutup dengan kain saring,<br />

selanjutnya diinkubasi selama 0, 12, 24,<br />

36, 48, 60, dan 72 jam.<br />

Pembuatan Tepung Jagung<br />

Fermentasi<br />

Pembuatan tepung jagung<br />

fermentasi dimulai setelah masa inkubasi<br />

tape beras jagung. Pada tahap ini<br />

dilakukan pengepresan pada tape beras<br />

jagung untuk membuang fraksi cairnya,<br />

kemudian fraksi padat dikeringkan<br />

dalam oven pada suhu 65 o C, hingga<br />

kadar air 12%, dan digiling<br />

menggunakan blender hingga menjadi<br />

tepung. Parameter pengamatan utama<br />

pada penelitian ini adalah kadar asam<br />

fitat, sedangkan parameter pengamatan<br />

pendukungnya adalah: rendemen, pH<br />

dan total asam tertitrasi.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Parameter pengamatan yang<br />

dilakukan pada penelitian ini meliputi:<br />

kadar asam fitat, rendemen, pH dan total<br />

asam tertitrasi.<br />

1. Kadar Asam Fitat<br />

Hasil penelitian menunjukkan<br />

bahwa lama fermentasi 12 jam mulai<br />

menurunkan kandungan asam fitat<br />

tepung jagung fermentasi. Kandungan<br />

asam fitat terendah terjadi pada lama<br />

fermentasi 36 jam yaitu sebesar 0,13<br />

ppm. Perubahan kadar asam fitat tepung<br />

jagung selama fermentasi dapat dilihat<br />

pada Gambar 1.<br />

Asam fitat pada jagung merupakan<br />

zat anti nutrisi yang dapat menghambat<br />

penyerapan mineral dalam sistem<br />

pencernaan, fermentasi dapat<br />

menurunkan kandungan asam fitat<br />

(Steinkraus 2002). Sudarmadji dan<br />

Markakis (1977) dalam Pangastuti dkk.<br />

(1996) menyebutkan bahwa fermentasi<br />

tempe pada 30 oC selama 30 jam<br />

menurunkan kadar asam fitat sebesar<br />

0,27%. Penurunan kadar asam fitat<br />

disebabkan oleh mikroba yang terdapat<br />

pada ragi tape menghasilkan enzim<br />

fitase. Pada awal fermentasi, mikroba<br />

tersebut diduga menghasilkan enzim<br />

fitase dalam jumlah besar. Enzim fitase<br />

dapat menghidrolisis asam fitat secara<br />

bertahap menjadi senyawa turunan yang<br />

larut dalam air (Pangastuti dkk 1996).<br />

Menurut Saono (1981), mikroba yang<br />

lazim terdapat dalam ragi tape adalah<br />

kapang Mucor, Rhizopus, Aspergillus, dan<br />

Amylomyces, khamir Endomycopsis,<br />

Saccharomyces, Hansenula, dan Candida,<br />

serta bakteri Acetobacter. Menururt<br />

Pangastuti dkk. (1996), keberadaan<br />

mikroorganisme dalam fermentasi dapat<br />

membantu menurunkan kadar asam fitat.<br />

Kapang Rhizopus dan Aspergillus<br />

menghasilkan enzim fitase yang dapat<br />

menghidrolisis asam fitat menjadi<br />

senyawa turunan yang larut dalam air.<br />

592 Ratna Wylis Arief1) , Irma Irawati 2), dan Yusmasari : Penurunan Kadar Asam Fitat Tepung Jagung Selama Proses<br />

Fermentasi Menggunakan Ragi Tape


Menurut Reddy dan Salunkhe (1980)<br />

dalam Reddy et al. (1982), penurunan<br />

kandungan asam fitat selama fermentasi<br />

disebabkan adanya aktivitas enzim fitase<br />

yang dihasilkan oleh mikroba selama<br />

fermentasi.<br />

Kandungan asam fitat meningkat<br />

setelah 36 jam fermentasi, peningkatan<br />

kembali asam fitat disebabkan karena<br />

aktivitas mikroba dalam menghasilkan<br />

enzim fitase menurun seiring dengan<br />

berkurangnya ketersediaan nutrisi dan<br />

kondisi pH yang juga kurang optimal<br />

untuk aktivitas enzim fitase yang<br />

dihasilkan. Selain itu juga peningkatan<br />

kadar asam fitat diduga karena<br />

terjadinya reaksi balik (reversible)<br />

hidrolisis asam fitat tersebut. Suatu<br />

reaksi kimia yang menggunakan katalis<br />

593 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

enzim bersifat dapat balik untuk<br />

mencapai keseimbangan reaksi (Winarno<br />

dan Fardiaz 1984).<br />

2. Rendemen<br />

Hasil penelitian menunjukkan<br />

bahwa rendemen tepung jagung tertinggi<br />

diperoleh pada lama fermentasi 12 jam<br />

yaitu sebesar 82,24% dan rendemen<br />

terendah pada lama fermentasi 72 jam<br />

yaitu sebesar 55,51%. Rendemen tepung<br />

jagung yang dihasilkan cenderung<br />

menurun seiring meningkatnya lama<br />

fermentasi. Rendemen tertinggi<br />

diperoleh setelah fermentasi 12 jam, dan<br />

kemudian menurun hingga fermentasi 72<br />

jam. Perubahan rendemen tepung<br />

jagungselama fermentasi dapat dilihat<br />

pada Gambar 2.<br />

Gambar 1. Perubahan kadar asam fitrat tepung jagung selama fermentasi<br />

Gambar 2. Perubahan nilai rendemen tepung jagung selama fermentasi


Pada tahap awal fermentasi,<br />

mikroba menguraikan karbohidrat atau<br />

pati untuk menghasilkan glukosa,<br />

sehingga glukosa meningkat dan kadar<br />

karbohidrat atau pati menurun. Glukosa<br />

dimetabolisme oleh mikroba<br />

menghasilkan air dan energi untuk<br />

pertumbuhan, dan air pada proses<br />

pengeringan akan menguap sehingga<br />

karbohidrat yang dihidrolisis pada<br />

akhirnya akan menjadi air yang menguap<br />

atau glukosa yang larut, akibatnya<br />

karbohidrat pada jagung menurun, yang<br />

menyebabkan randemen menurun.<br />

Peningkatan rendemen terjadi<br />

pada lama fermentasi 12 jam, diduga hal<br />

ini disebabkan karena pada kadar<br />

glukosa yang cukup, mikroba pembentuk<br />

alkohol mulai aktif, sehingga kadar<br />

alkohol meningkat; pada kadar alkohol<br />

yang tinggi, mikroba yang menghidrolisis<br />

pati tidak aktif, akibatnya jumlah<br />

karbohidrat atau pati tidak berkurang.<br />

Sementara itu biomasa mikroba yang<br />

terbentuk sejak awal fermentasi semakin<br />

terakumulasi, sehingga peningkatan<br />

rendemen terjadi karena karbohidrat<br />

atau pati tidak lagi terhidrolisis, dan<br />

biomasa mikroba terus bertambah.<br />

Selain itu penurunan rendemen<br />

tepung jagung selama fermentasi<br />

diakibatkan oleh aktivitas<br />

mikroorganisme yang memecah senyawa<br />

karbohidrat menjadi senyawa sederhana<br />

dalam bentuk air, karbondioksida,<br />

alkohol, dan asam organik. Lama<br />

fermentasi 0 – 12 jam merupakan tahap<br />

awal fermentasi, pada tahap ini proses<br />

fermentasi didominasi oleh aktivitas<br />

kapang yang menghasilkan enzim αamilase<br />

seperti Aspergillus, Rhizopus, dan<br />

Clamydomucor. Setelah fermentasi 12<br />

jam Saccharomyces menjadi aktif dalam<br />

penguraian glukosa menjadi alkohol<br />

(Dwidjoseputro 1978), pada proses<br />

fermentasi lebih lanjut akan terbentuk<br />

air dan asam asetat sebagai hasil<br />

perombakan etanol oleh A.acetii yang<br />

terjadi setelah fermentasi 48 jam (Buckle<br />

1986). Judoamijoyo (1990)<br />

menyebutkan bahwa pada fermentasi<br />

tape terdapat aktivitas mikroba yang<br />

dapat menghasilkan glukosa, etanol, dan<br />

asam asetat, ketiga metabolit tersebut<br />

dihasilkan dengan mengkonversi pati<br />

secara bertahap, dan setelah fermentasi<br />

fraksi pati pada tepung jagung berkurang<br />

secara signifikan dan mengakibatkan<br />

penurunan rendemen. Penelitian Nurdin<br />

dkk. (1991) juga menunjukkan bahwa<br />

peningkatan lama fermentasi<br />

menggunakan ragi tape secara nyata<br />

menurunkan proporsi karbohidrat<br />

tepung beras patah yang dihasilkan.<br />

Enzim fitase merupakan enzim hidrolitik<br />

yang memiliki pH optimum pada kisaran<br />

6.0 (Widowati dkk. 1998). Pada lama<br />

fermentasi 0 sampai 24 jam pH subtrat<br />

diduga relatif optimal untuk aktivitas<br />

enzim fitase yang dihasilkan oleh<br />

mikroba dalam ragi tape. Akibatnya<br />

pada kisaran lama fermentasi tersebut<br />

terjadi penurunan kadar fitat yang lebih<br />

tinggi dibandingkan dengan kisaran<br />

waktu yang lebih lama.<br />

3. Nilai pH<br />

Hasil penelitian dalam Gambar 3,<br />

menunjukkan bahwa lama fermentasi 0<br />

sampai 12 jam menyebabkan pH beras<br />

jagung menurun dari 6,8 menjadi 5,4, hal<br />

ini karena bakteri Acetobacter acetii yang<br />

terdapat pada ragi tape mampu<br />

mendegradasi substrat yang terdapat<br />

pada beras jagung secara optimal sebagai<br />

nutrisi pertumbuhannya hingga<br />

menghasilkan asam asetat sebagai<br />

metabolit primer dan asam-asam organik<br />

lainnya dalam jumlah kecil sebagai<br />

metabolit sekunder. Perubahan nilai pH<br />

tepung jagung selama fermentasi dapat<br />

dilihat pada Gambar 3.<br />

Menurut Buckle et al. (1987),<br />

jumlah asam yang dihasilkan oleh<br />

mikroba pada ragi tape akan meningkat<br />

yang diikuti dengan penurunan pH<br />

setelah proses fermentasi berlangsung.<br />

Berlangsungnya proses fermentasi ini<br />

dapat ditandai dengan timbulnya aroma<br />

khas tape, kadar air produk meningkat,<br />

dan tekstur produk lebih lunak. Setelah<br />

fermentasi 12 jam, kemampuan bakteri<br />

Acetobacter acetii untuk mendegradasi<br />

substrat sudah menurun sehingga asam<br />

asetat dan asam-asam organik lain yang<br />

terbentuk lebih sedikit dan nilai pH<br />

relatif tidak menunjukkan penurunan<br />

yang berarti, yaitu berkisar antara 4,6<br />

594 Ratna Wylis Arief1) , Irma Irawati 2), dan Yusmasari : Penurunan Kadar Asam Fitat Tepung Jagung Selama Proses<br />

Fermentasi Menggunakan Ragi Tape


dan 3,9. Selanjutnya bakteri A.acetii akan<br />

memasuki fase kematian dan nilai pH<br />

tetap terjadi penurunan sebagai akibat<br />

terakumulasinya asam organik yang<br />

terbentuk selama fermentasi.<br />

4. Nilai Total Asam<br />

Perubahan pH tepung jagung<br />

disebabkan oleh terjadinya pembentukan<br />

asam, namun penurunan pH akibat<br />

peningkatan lama fermentasi tidak<br />

sejalan dengan peningkatan total asam<br />

(Gambar 4).<br />

Dari Gambar 4. terlihat bahwa<br />

peningkatan lama fermentasi disertai<br />

dengan meningkatnya nilai total asam,<br />

tetapi pola ini tidak sama dengan pola<br />

penurunan pH yang diperlihatkan pada<br />

Gambar 3, diduga hal ini disebabkan<br />

karena selama fermentasi terjadi<br />

perubahan komposisi substrat yang<br />

dinamis yang berpengaruh terhadap<br />

derajat ionisasi asam yang terbentuk.<br />

Nilai total asam tepung jagung saat<br />

fermentasi 0 jam adalah sebesar 0,5 %,<br />

kemudian meningkat menjadi 3,06 %<br />

pada fermentasi 72 jam. Peningkatan<br />

total asam selama fermentasi diduga<br />

karena adanya pertumbuhan dan<br />

aktivitas mikroba yang terdapat pada<br />

ragi tape. Ragi tape terdiri dari campuran<br />

mikroorganisme dari genus Aspergilus,<br />

Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan<br />

bakteri Acetobcter, mikroba tersebut<br />

hidup secara sinergis dan melalui<br />

berbagai tahapan merubah pati menjadi<br />

asam asetat (Dwidjoseputro 1978).<br />

Sesuai dengan mikroba yang terdapat<br />

pada ragi tape, maka proses fermentasi<br />

dapat dibagi menjadi dua tahapan. Tahap<br />

pertama terjadinya penguraian pati<br />

menjadi glukosa yang melibatkan enzim<br />

amilase yang dihasilkan oleh kapang<br />

Aspergilluss oryzae (Dwidjoseputro 1978;<br />

Frazier 1967; Muhiddin dkk. 2001).<br />

Tahap kedua yaitu perubahan glukosa<br />

menjadi etanol oleh khamir<br />

Saccharomyces cerevisiae (Dwidjoseputro<br />

595 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

1978). Etanol dapat teroksidasi<br />

membentuk asam organik yang dapat<br />

menimbulkan rasa dan aroma khas.<br />

Kelanjutan proses fermentasi oleh<br />

bakteri Acetobacter acetii membentuk<br />

asam asetat sebagai metabolit primer.<br />

Selanjutnya Hansenula akan<br />

menguraikan asam organik dan etanol<br />

menghasilkan ester aromatik etil asetat<br />

(Dwidjosaputro 1978). Etil asetat<br />

memberikan cita rasa khas tape. Asam<br />

asetat dapat berfungsi sebagai pengawet<br />

makanan dan bersifat aman terhadap<br />

produk pangan yang dihasilkan<br />

(Steinkraus 2002). Pertumbuhan<br />

mikroba selama fermentasi terjadi<br />

karena substrat mengandung nutrien<br />

yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut.<br />

Pertumbuhan bakteri A.acetii pada fase<br />

logaritmik akan menghasilkan asam<br />

organik yang merupakan metabolit<br />

primer (Judoamidjojo dkk 1990). Total<br />

asam yang terhitung dalam tape beras<br />

jagung ini sebagian besar adalah asam<br />

asetat.<br />

Menurut Sutardi dan Buckle<br />

(1985), asam organik yang terbentuk<br />

selama proses fermentasi merupakan<br />

hasil degradasi substrat akibat aktivitas<br />

bakteri, selama fermentasi 12 jam<br />

pertama terjadi penguraian pati menjadi<br />

glukosa dan setelah fermentasi 24 jam<br />

A.acetii mulai aktif, sehingga terjadi<br />

peningkatan total asam. Hasil penelitian<br />

Nurdin dkk. (1991) menunjukkan bahwa<br />

fermentasi beras patah dengan ragi tape<br />

selama 24 jam, menyebabkan penurunan<br />

karbohidrat lebih dari 20%. Selama<br />

fermentasi tersebut akan terbentuk<br />

glukosa yang menjadi substrat bagi<br />

pertumbuhan Saccharomycess,<br />

Hansenula, dan Acetobacter.


Gambar 3. Perubahan nilai pH tepung jagung selama fermentasi<br />

Gambar 4. Perubahan total asam tepung jagung selama fermentasi<br />

KESIMPULAN<br />

1. Lama fermentasi terbaik yang<br />

menghasilkan tepung jagung dengan<br />

kadar asam fitat terendah, nilai pH,<br />

total asam, serta rendemen optimal<br />

adalah 36 jam.<br />

2. Kandungan yang terdapat pada<br />

tepung jagung fermentasi pada lama<br />

fermentasi 36 jam yaitu kadar asam<br />

fitat 0,13 ppm, rendemen 68,02%, pH<br />

4,3, dan total asam 2,5%.<br />

596 Ratna Wylis Arief1) , Irma Irawati 2), dan Yusmasari : Penurunan Kadar Asam Fitat Tepung Jagung Selama Proses<br />

Fermentasi Menggunakan Ragi Tape


DAFTAR PUSTAKA<br />

Anonim. 2008. Jagung (Zea mays L.).<br />

http://id.wikipedia.org/wiki/Jagu<br />

ng. Diakses pada tanggal 30 Januari<br />

2009.<br />

Buckle, K. A., R.A. Edwards, G.H. Fleet,<br />

dan W. Wooton. 1987. Ilmu<br />

Pangan. Diterjemahkan oleh Hari<br />

Purnomo dan Adiono. UI-Press.<br />

Jakarta. 365 hlm.<br />

Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar<br />

Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.<br />

Jakarta.<br />

Faber, M., J.D. Kvalsvig, C.J. Lombard, and<br />

A.J.S. Benade. 2005. Effect of a<br />

Fortified Maize-Meal Pooridge on<br />

Anemia, Micronutrient Status, and<br />

Motor Development of Infants. Am<br />

J Clin Nutr. 82:1032-1039.<br />

Haryanto. 2002. Pengaruh Varietas<br />

Jagung terhadap Sifat Kimia<br />

Tepung Jagung. Skripsi Universitas<br />

Lampung.<br />

Judoamidjojo, M., A.A. Darwis, dan E.G.<br />

Said. 1992. Teknologi<br />

Fermentasi. Rajawali Pres.<br />

Jakarta.<br />

Muchtadi, D. 1998. Kajian Gizi Produk<br />

Olahan Kedelai. Prosiding Seminar<br />

Pengembangan Pengolahan dan<br />

Penggunaan Kedelai Selain Tempe.<br />

Kerjasama Pusat Studi Pangan dan<br />

Gizi IPB dengan American Soybean<br />

Association.<br />

Nurdin, S. U., A.N. Utomo, Mursalin, S.<br />

Rizal, dan S. Hardianti. 1991.<br />

Mempelajari Pembuatan Tepung<br />

Beras Patah Berprotein Tinggi<br />

Menggunakan Ragi Tape. Laporan<br />

Lomba Karya Inovatif Poduktif.<br />

Fakultas Pertanian Universitas<br />

Lampung. Bandar Lampung.<br />

Onofiok, N. O. and D.O. Nnanyelugo.<br />

2006. Weaning Food in West<br />

Africa: Nutricional Problems and<br />

Posible Solution.<br />

Pangastuti, H.P., dan S. Triwibowo. 1996.<br />

Pengaruh Lama Fermentasi<br />

terhadap Kandungan Asam Fitat<br />

597 Seminar Nasional Serealia 2011<br />

dalam Tempe Kedelai. Publikasi<br />

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.<br />

Proll, J., K.J. Petzke, I.E. Ezeagu, and<br />

Metges. 1981. Low Nutritional<br />

Quality of Unconventional Tropical<br />

Crop Seeds in Rats. J. Nutr.<br />

128:2014-2022.<br />

Reddy, N. R., S.K. Shate, dan K. Salunkhe.<br />

1982. Phytate in Legumes and<br />

Cereal. Advanced in Food Research.<br />

28 : 1-75<br />

Sahlin, P. 1999. Fermentation as a<br />

Method of Food Processing :<br />

Production of Organic Acids, pH-<br />

Development and Microbial<br />

Growth in Fermenting Cereals.<br />

Lund Institute of Technology. Lund<br />

University.<br />

Saono. 1981. Microflora of Ragi. Makalah<br />

dalam Proceeding of ASCA<br />

Technical Seminar. Medan<br />

Sefa-Dedeh, S., Y. Kluvitze, and E.O.<br />

Afoakwa. 2001. Influence of<br />

Fermentation and Cow<br />

PeaSteaming on Some Quality<br />

Characteristic of Maize-Cow Pea<br />

Blends. AJST. 2(2):71-80.<br />

Steinkraus, K. H. 2002. Fermentation in<br />

World Food Processing<br />

Comprehensive Reviews in Foos<br />

Science and Food Safety. 1:23-32.<br />

Sutardi and KS. Buckle. 1985. Reduction<br />

in Phytic Acid Levels in Soybean<br />

during Tempeh Production Storage<br />

and Frying, J. Food Sci.: 50.<br />

Tangenjaya, B. 1979. Studies on the<br />

Dephosphorilation of Phytic Acid in<br />

Rice Bran.<br />

Widowati, S., Rosmimik, D. Andriani, dan<br />

D.S. Damardjati. 1998. Optimalisasi<br />

produksi enzim fitase dari Bacillus<br />

coagulans pada skala laboratorium.<br />

Makalah Disampaikan pada<br />

Seminar Nasional Bioteknologi di<br />

Malang.<br />

Winarno, F. G., dan Fardiaz, S. 1984.<br />

Biofermentasi dan Biosintesa<br />

Protein. Angkasa. Bandung. 98 hlm.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!