PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal
PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal
PENURUNAN KADAR ASAM FITAT TEPUNG JAGUNG ... - Balitsereal
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dan 3,9. Selanjutnya bakteri A.acetii akan<br />
memasuki fase kematian dan nilai pH<br />
tetap terjadi penurunan sebagai akibat<br />
terakumulasinya asam organik yang<br />
terbentuk selama fermentasi.<br />
4. Nilai Total Asam<br />
Perubahan pH tepung jagung<br />
disebabkan oleh terjadinya pembentukan<br />
asam, namun penurunan pH akibat<br />
peningkatan lama fermentasi tidak<br />
sejalan dengan peningkatan total asam<br />
(Gambar 4).<br />
Dari Gambar 4. terlihat bahwa<br />
peningkatan lama fermentasi disertai<br />
dengan meningkatnya nilai total asam,<br />
tetapi pola ini tidak sama dengan pola<br />
penurunan pH yang diperlihatkan pada<br />
Gambar 3, diduga hal ini disebabkan<br />
karena selama fermentasi terjadi<br />
perubahan komposisi substrat yang<br />
dinamis yang berpengaruh terhadap<br />
derajat ionisasi asam yang terbentuk.<br />
Nilai total asam tepung jagung saat<br />
fermentasi 0 jam adalah sebesar 0,5 %,<br />
kemudian meningkat menjadi 3,06 %<br />
pada fermentasi 72 jam. Peningkatan<br />
total asam selama fermentasi diduga<br />
karena adanya pertumbuhan dan<br />
aktivitas mikroba yang terdapat pada<br />
ragi tape. Ragi tape terdiri dari campuran<br />
mikroorganisme dari genus Aspergilus,<br />
Saccharomyces, Candida, Hansenula, dan<br />
bakteri Acetobcter, mikroba tersebut<br />
hidup secara sinergis dan melalui<br />
berbagai tahapan merubah pati menjadi<br />
asam asetat (Dwidjoseputro 1978).<br />
Sesuai dengan mikroba yang terdapat<br />
pada ragi tape, maka proses fermentasi<br />
dapat dibagi menjadi dua tahapan. Tahap<br />
pertama terjadinya penguraian pati<br />
menjadi glukosa yang melibatkan enzim<br />
amilase yang dihasilkan oleh kapang<br />
Aspergilluss oryzae (Dwidjoseputro 1978;<br />
Frazier 1967; Muhiddin dkk. 2001).<br />
Tahap kedua yaitu perubahan glukosa<br />
menjadi etanol oleh khamir<br />
Saccharomyces cerevisiae (Dwidjoseputro<br />
595 Seminar Nasional Serealia 2011<br />
1978). Etanol dapat teroksidasi<br />
membentuk asam organik yang dapat<br />
menimbulkan rasa dan aroma khas.<br />
Kelanjutan proses fermentasi oleh<br />
bakteri Acetobacter acetii membentuk<br />
asam asetat sebagai metabolit primer.<br />
Selanjutnya Hansenula akan<br />
menguraikan asam organik dan etanol<br />
menghasilkan ester aromatik etil asetat<br />
(Dwidjosaputro 1978). Etil asetat<br />
memberikan cita rasa khas tape. Asam<br />
asetat dapat berfungsi sebagai pengawet<br />
makanan dan bersifat aman terhadap<br />
produk pangan yang dihasilkan<br />
(Steinkraus 2002). Pertumbuhan<br />
mikroba selama fermentasi terjadi<br />
karena substrat mengandung nutrien<br />
yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut.<br />
Pertumbuhan bakteri A.acetii pada fase<br />
logaritmik akan menghasilkan asam<br />
organik yang merupakan metabolit<br />
primer (Judoamidjojo dkk 1990). Total<br />
asam yang terhitung dalam tape beras<br />
jagung ini sebagian besar adalah asam<br />
asetat.<br />
Menurut Sutardi dan Buckle<br />
(1985), asam organik yang terbentuk<br />
selama proses fermentasi merupakan<br />
hasil degradasi substrat akibat aktivitas<br />
bakteri, selama fermentasi 12 jam<br />
pertama terjadi penguraian pati menjadi<br />
glukosa dan setelah fermentasi 24 jam<br />
A.acetii mulai aktif, sehingga terjadi<br />
peningkatan total asam. Hasil penelitian<br />
Nurdin dkk. (1991) menunjukkan bahwa<br />
fermentasi beras patah dengan ragi tape<br />
selama 24 jam, menyebabkan penurunan<br />
karbohidrat lebih dari 20%. Selama<br />
fermentasi tersebut akan terbentuk<br />
glukosa yang menjadi substrat bagi<br />
pertumbuhan Saccharomycess,<br />
Hansenula, dan Acetobacter.