Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Berita dari Lapang<br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
“BEA” Mengamati<br />
<strong>Burung</strong> Langka<br />
bersama Siswa di<br />
SM. Rawa Singkil, Aceh<br />
Oleh :<br />
Agus Nurza*<br />
Kawasan Rawa Singkil<br />
merupakan Hutan Suaka<br />
Margasatwa dengan luas<br />
sekitar 102.000 hektar (Ha).<br />
Kawasan hutan Rawa Singkil<br />
memiliki fungsi konservasi yang<br />
sangat penting karena memiliki<br />
keanekaragaman hayati beragam<br />
dan bernilai tinggi. Satwa endemik<br />
Sumatera seperti orangutan dan<br />
harimau sumatera terdapat dalam<br />
kawasan hutan Rawa Singkil.<br />
Ekosistem Suaka Margasatwa<br />
Rawa Singkil dapat dijumpai di<br />
sepanjang sungai utama yang<br />
melintasi kawasan ini, yaitu Sungai<br />
Alas dan sungai-sungai kecil yang<br />
berhulu di sungai ini. Hutan rawa ini<br />
memiliki fungsi yang sangat penting<br />
bagi masyarakat di sekitarnya dan<br />
masyarakat Aceh Singkil pada<br />
umumnya. Masyarakat lokal<br />
memanfaatkan hutan rawa untuk<br />
berbagai keperluan kehidupan,<br />
seperti pembuatan perahu, rumah,<br />
dan kayu bakar, bahkan juga<br />
sebagai sumber tanaman obatobatan<br />
alami, hasil perikanan (ikan<br />
lele, udang) dan lain-lain. Rawa ini<br />
juga merupakan tempat pemijahan<br />
berbagai jenis ikan dan hewan<br />
bercangkang seperti udang dan<br />
kepiting. Lapisan gambut dan<br />
tumbuhan yang terdapat dalam<br />
hutan rawa Singkil berperan dalam<br />
menyaring air rawa sebelum<br />
dialirkan ke laut.<br />
12 12 12 Wart art arta art a Konserv <strong>Konservasi</strong> Konserv asi L L<strong>Lahan</strong><br />
L <strong>Lahan</strong><br />
ahan <strong>Basah</strong><br />
<strong>Basah</strong><br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
Sayangnya hingga kini praktek<br />
penebangan liar masih terus terjadi<br />
di hutan SM Rawa Singkil. Jika hal<br />
tersebut dibiarkan terus berlanjut,<br />
tidak hanya masyarakat akan<br />
kehilangan manfaat dan fungsinya,<br />
tetapi juga akan mengancam<br />
keberadaan satwa-satwa langka<br />
yang hidup dan bergantung pada<br />
ekosistem SM Rawa Singkil.<br />
Sementara itu berdasarkan hasil<br />
penelitian terakhir yang dilakukan<br />
Lembaga Cicem Nanggroe<br />
menunjukkan bahwa Rawa Singkil<br />
merupakan habitat bagi lebih dari<br />
65 spesies burung. Beberapa<br />
spesies burung tersebut memiliki<br />
nilai konservasi tinggi seperti<br />
burung Bangau Storm (Ciconia<br />
stormi) dan Bangau Tongtong<br />
(Leptoptilos javanicus) yang<br />
tergolong satwa terancam punah.<br />
Bahkan berdasarkan data base<br />
Birdlife dan Wetlands International<br />
menunjukkan bahwa selain burung<br />
tersebut diatas, di SM Rawa Singkil<br />
juga terdapat burung langka jenis<br />
Mentok Rimba (Cairina scutulata).<br />
Bangau Storm ditemukan di hutan<br />
yang tidak terganggu dan habitat air<br />
tawar di Sumatra, Kepulauan<br />
Mentawai, Kalimantan, Brunei dan<br />
Semenanjung Malaysia.<br />
Berdasarkan survey, saat ini di<br />
kawasan SM Rawa Singkil masih<br />
dapat dijumpai Bangau Storm.<br />
Salah satu kubu berada di tenggara<br />
Sumatera, dengan sisa populasi<br />
terbatas. Sedangkan di Semenanjung<br />
Malaysia hanya satu populasi yang<br />
sangat kecil dan berpencar.<br />
Populasi dunia dari Bangau Storm<br />
saat ini diperkirakan kurang dari 500<br />
individu. Karena terus-menerus<br />
kehilangan habitat, ukuran populasi<br />
yang sangat kecil, terbatas dan diburu<br />
di beberapa daerah, Storm’s Stork<br />
diklasifikasikan sebagai Endangered<br />
(terancam punah) dalam<br />
The International Union for<br />
Conservation of Nature (IUCN) Red<br />
List of Threatened Species. Selain itu<br />
kerusakan hutan dataran rendah<br />
melalui penebangan, pembangunan<br />
bendungan dan konversi ke<br />
perkebunan kelapa sawit menjadikan<br />
Bangau Storm semakin terancam<br />
keberadaannya.<br />
Melihat aksi perusakan hutan yang<br />
kian marak dan mengancam<br />
kehidupan burung, tentunya harus<br />
segera dilakukan upaya tindakan<br />
pencegahan atau penyadar tahuan<br />
lingkungan berbagai pihak. Baik itu<br />
LSM maupun lembaga pemerintah<br />
yang terkait. Oriental Bird Club<br />
(OBC) dan Lembaga Cicem Nanggroe<br />
memfasilitasi Pelatihan Pengamatan<br />
<strong>Burung</strong> Liar yang merupakan<br />
serangkaian program dari Bird<br />
(Ciconia stormi) Education dan<br />
Awareness (BEA). BEA tersebut telah