Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Flora & Fauna <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong><br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
18 18 18 Wart art arta art a Konserv <strong>Konservasi</strong> Konserv asi L L<strong>Lahan</strong><br />
L <strong>Lahan</strong><br />
ahan <strong>Basah</strong><br />
<strong>Basah</strong><br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
Akhirnya KUNTUL Bersarang Lagi ...<br />
Pasca bencana tsunami yg<br />
menerpa wilayah Aceh di<br />
akhir 2004 lalu, telah<br />
meluluhlantakkan sendi-sendi<br />
kehidupan umat manusia, harta<br />
hilang ratusan ribu nyawa<br />
melayang. Tidak sampai disitu,<br />
bencana dahsyat tersebut juga<br />
telah menghancurkan ekosistem<br />
pesisir yang merupakan habitat<br />
bagi beberapa satwa liar. <strong>Burung</strong><br />
kuntul sebagai salah satu satwa<br />
penghuni hutan mangrove pergi<br />
entah kemana mencari tempat lain<br />
untuk hidup dan berkembang biak.<br />
Sudah lebih 5 tahun kenangan pahit<br />
itu berlalu, selama itu berbagai<br />
perbaikan sarana prasarana<br />
maupun rehabilitasi dan restorasi<br />
lingkungan telah dilakukan berbagai<br />
pihak. Roda kehidupan masyarakat<br />
Aceh mulai kembali berputar, dan<br />
Oleh:<br />
Aida Fithri*<br />
berbagai satwa liar pesisir mulai<br />
kembali menemukan tempat hidup<br />
mereka.<br />
Saat menapakkan kembali di Aceh<br />
setelah melanjutkan studi pada<br />
tahun 2005, saya sering melihat<br />
banyak burung kuntul terbang di<br />
atas kawasan Lam Pineung, Banda<br />
Aceh. Pagi hari sekitar pukul 06.30<br />
mereka terbang mencari makan dan<br />
sekitar pukul 18.00 sore mereka<br />
kembali pulang. Saya mencoba<br />
mencari dimana lokasi mereka<br />
bersarang pasca tsunami<br />
berdasarkan arah terbang mereka<br />
sewaktu pulang. Rupanya mereka<br />
terbang ke arah belakang kantor<br />
gubernur di kawasan Jeulingke kota<br />
Banda Aceh.<br />
Suatu pagi, dengan ditemani suami<br />
kami mulai berjalan kaki menuju ke<br />
lokasi mereka bermalam.<br />
Sesampainya di sana hanya terlihat<br />
hamparan lumpur yang hanya<br />
ditumbuhi beberapa batang bakau<br />
yang tersisa dari terjangan tsunami.<br />
Sekitar 2000 ekor kuntul dalam<br />
beberapa kelompok berdiri<br />
berdesakan dalam lumpur, diam<br />
tidak melakukan aktivitas apapun di<br />
pagi yang cukup sejuk.<br />
Sekitar pukul 06.30 satu persatu<br />
kuntul mulai terbang meninggalkan<br />
lokasi bermalam, tidak berapa lama<br />
sekitar pukul 08.00 pagi, lokasi<br />
telah terlihat lengang dan hanya<br />
tinggal beberapa ekor yang tersisa.<br />
Dari informasi yang didapat dari<br />
penduduk lokal, bahwa selama<br />
musim berbiak kuntul tetap bertelur<br />
namun mereka meletakkannya di<br />
hamparan lumpur yang kemudian<br />
tersapu air pasang. Saat itu saya<br />
mulai was-was sanggupkah mereka