Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
Warta Konservasi Lahan Basah - Burung-Nusantara / Birds-Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Flora & Fauna <strong>Lahan</strong> <strong>Basah</strong><br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
20 20 20 Wart art arta art a Konserv <strong>Konservasi</strong> Konserv asi L L<strong>Lahan</strong><br />
L <strong>Lahan</strong><br />
ahan <strong>Basah</strong><br />
<strong>Basah</strong><br />
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○<br />
POHON BUAH HITAM<br />
(Haplolobus spp.)<br />
Apa Keistimewaannya bagi<br />
Masyarakat Pesisir Teluk Wondama?<br />
Oleh:<br />
Elieser V. Sirami*<br />
DISTRIBUSI DAN INFORMASI<br />
TAKSONOMIS<br />
Pohon Buah hitam (Haplolobus<br />
spp.) merupakan tumbuhan<br />
liar yang tumbuh pada hutan<br />
primer dataran rendah sampai<br />
ketinggian 850 m dpl. Di wilayah<br />
Papua terdapat enam jenis yaitu<br />
Haplolobus beccarii Hussong, H.<br />
bintuluensis Kochummen, H.<br />
inaequifolius Kochummen, H.<br />
kapitensis Kochummen, H.<br />
leenhoutsii Kochummen, H.<br />
sarawakanus Kochummen (Van<br />
Balgooy, 1998). Menurut Wally<br />
(2009), empat jenis diketahui<br />
menyebar di wilayah Teluk<br />
Wondama, yaitu Niase (Haplolobus<br />
acuminatus H.J.Lam), Niase Manaer<br />
(H. coriaceus H.J.Lam), Piairawi (H.<br />
floribunda H.J.Lam), dan Inggabui (H.<br />
variegata H.J.Lam).<br />
Orang Wondama menggolongkan<br />
buah hitam ke dalam empat jenis,<br />
namun perlu dicek kembali<br />
kebenarannya sebab Haplolobus spp.<br />
berkerabat sangat dekat dengan<br />
Canarium spp., dan sukar dibedakan<br />
terutama ketika masih berada pada<br />
fase semai dan pancang, selain<br />
berada dalam famili yang sama yakni<br />
Burseraceae, juga memiliki ciri-ciri<br />
mofologi yang hampir mirip.<br />
Kedekatan secara morfologis sering<br />
menimbulkan kekeliruan penamaan<br />
bagi masing-masing jenis, sebab itu<br />
perlu tindakan taksomik lebih lanjut<br />
untuk memastikan status penamaan<br />
kedua jenis tersebut.<br />
PEMANFAATAN BUAH HITAM<br />
Bahan Makanan, Bahan<br />
Bangunan dan Kayu Bakar<br />
Dari empat jenis buah hitam di<br />
pesisir teluk Wondama, yang<br />
buahnya tidak dimakan adalah Niase<br />
Manaer (H. coriaceus H.J.Lam.),<br />
sedangkan tiga jenis lainnya buahnya<br />
dimakan. Orang Wandamen memiliki<br />
tradisi membuat sagu buah hitam<br />
(bariam tereu). Sagu buah hitam<br />
adalah jenis sagu yang adonannya<br />
dibuat dari campuran tepung sagu<br />
dan daging buah hitam, kemudian<br />
dibungkus dengan daun Kasuparauw<br />
(Pisonia sp.) dan Posandakai<br />
(Holopegia sp.), tali pengikat<br />
bungkusan sagu adalah Waiwiria<br />
(Merremia peltata). Para-para asar<br />
memakai kayu Aikakoburi (Filebrunea<br />
sp.) karena jenis kayu ini<br />
mengandung air sehingga tidak<br />
mudah terbakar selama proses<br />
pengasapan berlangsung. Sagu buah<br />
hitam rasanya sangat enak dan<br />
memberi energi lebih, dibandingkan<br />
dengan jenis sagu yang tidak<br />
dicampur dengan buah hitam, juga<br />
sangat awet hingga dapat bertahan<br />
dalam waktu yang lama.<br />
Keempat jenis pohon buah hitam<br />
memiliki kualitas kayu yang sangat<br />
baik. Masyarakat memanfaatkannya<br />
sebagai bahan bangunan dan kayu<br />
perkakas. Batang, cabang dan<br />
pohon yang tidak lagi berbuah,<br />
biasanya dimanfaatkan sebagai<br />
kayu bakar karena kualitas nyala api<br />
yang dihasilkan cukup baik.<br />
MANFAAT HISTORIS (SAGU<br />
PERANG)<br />
Pada masa lalu, ketika masih terjadi<br />
perang suku antara orang Wondama<br />
dengan orang Biak, orang Numfor, dan<br />
orang Mansinam atau ketika sedang<br />
melakukan pembajakan di tengah laut,<br />
biasanya para ksatria Wondama,<br />
meninggalkan perkampungan mereka<br />
selama berminggu-minggu bahkan<br />
berbulan-bulan (van Hasselt, 2002).<br />
Makanan yang dikonsumsi mereka<br />
selama perjalanan adalah sagu buah<br />
hitam. Sagu buah hitam sangat awet,<br />
cara makan sagu buah hitam pun<br />
sangat unik, sebungkus sagu tidak<br />
dihabiskan sekali makan, namun<br />
dimakan sepotong demi sepotong,<br />
umumnya sepotong untuk sekali<br />
makan. Sumbangan energi yang<br />
sangat besar bagi tubuh, dan jaminan<br />
ketersediaan logistik selama perang<br />
berlangsung membuat sagu buah<br />
hitam disebut sebagai “sagu perang.”<br />
Karena nilai historisnya, Pemda Teluk<br />
Wondama berencana menanam pohon<br />
buah hitam di sekitar stadion yang<br />
akan dibangun nanti sebagai simbol<br />
perjuangan dan sportifitas di arena<br />
olah raga.<br />
MANFAAT SOSIAL BUDAYA<br />
Sagu buah hitam merupakan makanan<br />
khas yang hanya disajikan pada<br />
upacara antar mas kawin, tusuk telinga<br />
dan meminang calon pengantin wanita,<br />
juga pada acara pemilihan kepala<br />
kampung. Dalam upacara antar mas<br />
kawin sagu buah hitam berfungsi juga