Majalah Santunan edisi Agustus 2010 - Kanwil Kemenag Aceh
Majalah Santunan edisi Agustus 2010 - Kanwil Kemenag Aceh
Majalah Santunan edisi Agustus 2010 - Kanwil Kemenag Aceh
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pemerintah <strong>Aceh</strong> memberi perhatian<br />
terutama dalam kebijakan anggaran,<br />
mengalokasikan sesuai dengan<br />
kebutuhan, <strong>Kemenag</strong> mencoba melakukan<br />
pelatihan secara kontinyu. Setelah<br />
<strong>Aceh</strong> juara umum pada MTQ tahun<br />
80-an di Banda <strong>Aceh</strong> hingga sekarang<br />
belum pernah memuaskan dan yang<br />
terakhir peringkat ke sebelas, secara<br />
objektif harus kita akui daerah lain<br />
lebih unggul sehingga kita berada<br />
di bawah mereka. Tetapi secara<br />
gentleman semua pihak juga harus<br />
melihat secara objektif formulasi per-<br />
MTQ.<br />
Sesungguhnya fakta di lapangan<br />
tidak berbeda dengan Liga Indonesia<br />
artinya adanya main sabun atau subjektifitas<br />
dewan hakim, seperti yang<br />
terjadi kemarin pada cabang tafsir 30<br />
juz, selisih nilainya nol koma sekian,<br />
di situ terlihat adanya subjektifitas<br />
dewan hakim.<br />
Sebagaimana yang telah disampaikan<br />
oleh berbagai pihak, baik sekretaris<br />
LPTQ maupun <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> bahwa<br />
ketika melihat rangking nasional,<br />
isu terdengar mengapa <strong>Aceh</strong> selalu<br />
di bawah Papua. Ketika itu diangkat<br />
sebagai headline maka mungkin malu,<br />
tersudutkan dan tersakiti mengingat<br />
<strong>Aceh</strong> sebagai daerah Serambi Mekah<br />
sekaligus tempat masuk Islam<br />
pertama mengapa tidak lebih baik?<br />
Sekarang kita mengajak semua pihak<br />
untuk objektif melihat apakah hasil<br />
atau proses yang dilihat. Bila hasil yang<br />
menjadi orientasi maka yang terjadi<br />
seperti Papua dan menempuh caracara<br />
Papua dengan menganggarkan<br />
sejumlah APBA lalu membuking peserta<br />
yang telah jadi, dan itu tidak ubahnya<br />
seperti transfer pemain bola.<br />
Namun bila menghargai proses,<br />
itulah yang dilakukan sekarang<br />
ini, peserta berlatih serta Pemda<br />
mendukung anggarannya. Semua<br />
dengan sungguh-sungguh. Namun<br />
yang diakui secara nasional potensi<br />
anak-anak <strong>Aceh</strong> luar biasa, setiap<br />
tahunnya di <strong>Aceh</strong> ada cabang anakanak<br />
yang juara, dan kali ini Dzia al-<br />
10 <strong>Santunan</strong> AGUSTUS <strong>2010</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
Usamah El madny, Kasubbag. Kelembagaan Agama dan Kajian Tinggi, Biro Kesra Pemerintah <strong>Aceh</strong><br />
Perlunya Pembinaan yang Integral<br />
Abrar Rafi’i dari <strong>Aceh</strong> Singkil yang<br />
mendapatkan juara satu.<br />
Di situ juga bisa dibuat perbandingan<br />
dengan Provinsi Riau yang<br />
selalu masuk lima besar karena di<br />
sana memang kontinyu perhatian<br />
Pemerintah Daerah (Pemda) dengan<br />
membuat sebuah lembaga yang<br />
bernama Baitul Quran, mereka menggembleng<br />
calon peserta ini setahun<br />
penuh serta memiliki persiapan yang<br />
lebih besar, sedangkan kita belum<br />
ada kebijakan yang integral.<br />
Di sisi lain, LPTQ, pemerintah<br />
<strong>Aceh</strong>, dan <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> harus<br />
berterimakasih kepada sejumlah<br />
pihak seperti pesantren atau lembaga<br />
yang telah mendukung, mungkin<br />
tanpa dukungan mereka kita akan<br />
kebingungan.<br />
Haji dan Musabaqah Tilawatil<br />
Quran (MTQ) tidak berpindahpindah<br />
tupoksinya, karena ini terkait<br />
kebijakan daerah. Dalam Lembaga<br />
Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ)<br />
itu terlibat <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> dan<br />
Dinas Syariat Islam. <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong><br />
khususnya Kabid Penamas secara<br />
eks-ofisio menjadi sekretaris LPTQ<br />
dan <strong>Kanwil</strong> <strong>Kemenag</strong> Prov. <strong>Aceh</strong><br />
menjadi Wakil Ketua, tupoksinya di<br />
Biro Keistimewaan dan Kesra, kalau<br />
misalnya Dinas Syariat Islam ada<br />
keinginan untuk melaksanakan, itu<br />
sah-sah saja sepanjang Gubernur<br />
merestui, namun sejauh ini Gubernur<br />
melihat bahwa tupoksi itu masih cocok<br />
di Biro Keistimewaan.<br />
Karena pembagian tugas, Biro<br />
Keistimewaan menangani LPTQ yang<br />
terkait dengan promosi daerah, sedangkan<br />
Dinas Syariat Islam dengan<br />
UPDTQ-nya menangani pengembangan<br />
TPA dan TPQ. Sebenarnya yang<br />
mereka tangani itu sangat prestisius<br />
untuk masa depan bangsa.<br />
Dalam hal ini terbagi tugas yang