13.01.2014 Views

Download report with cover - Human Rights Watch

Download report with cover - Human Rights Watch

Download report with cover - Human Rights Watch

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Salah satu tehnik kolusi yang paling berani dikenal sebagai “peran pengganti,” dimana si<br />

terdakwa yang menghadiri persidangan dan menerima vonis adalah orang suruhan. Ini<br />

merupakan praktek yang mahal karena pembayaran yang dibutuhkan tidak hanya untuk<br />

pemeran pengganti tapi juga untuk polisi dan jaksa. 64<br />

Sebuah Operasi Penertiban Pembalakan Liar di Kalimantan Barat<br />

Satu contoh dramatis atas keterlibatan oknum dalam korupsi sektor kehutanan terungkap<br />

pada bulan April 2008 di Kabupaten Ketapang yang terlilit praktik pembalakan liar. Untuk<br />

memberikan bayangan betapa parahnya kejahatan hutan di wilayah itu, berdasarkan<br />

perkiraan pemerintah atas nilai perdaganan kayu illegal yang melewati pelabuhan kota<br />

Ketapang adalah Rp 32 trilyun (3 milyar dolar AS) pertahunnya. 65 Jika hasil perdagangan<br />

ini dapat dikenai pajak, maka dana yang berpotensi untuk dikumpulkan akan sekitar<br />

tujuh kali anggaran provinsi.<br />

Beberapa aparat pemerintah dilaporkan juga mereguk keuntungan dari perdagangan<br />

ilegal ini. Sebagai contoh, seorang <strong>report</strong>er daerah yang sempat mewawancarai pelaku<br />

pemberi suap bertutur kepada <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> bahwa pelaku mengaku untuk setiap<br />

kapal yang mengangkut kayu hasil pembalakan liar berlayar dari Ketapang ke Serawak, ia<br />

harus membayar antara Rp 10 juta hingga Rp 25 juta (3.000 dolar) untuk diberikan kepada<br />

Kapolres setempat. 66 Sementara <strong>report</strong>er dari majalah Tempo menceritakan bahwa<br />

menurut sumber yang ia dapat di pelabuhan Ketapang, untuk menjamin suatu pengiriman<br />

bebas dari campur tangan aparat maka biaya yang harus dikeluarkan setidaknya adalah<br />

sebesar Rp 125 juta (13.000 dolar) yang merupakan uang suap bagi semua aparat<br />

penegak hukum dan kehutanan yang berkepentingan. Sumber Tempo lainnya<br />

menyebutkan bahwa pemberian suap kepada oknum aparat bervariasi antara Rp 60 juta<br />

hingga Rp 80 juta (6.500-20.000 dolar) tergantung jabatan dan posisi masing-masing.<br />

Sumber tersebut menyatakan bahwa dia sendiri pernah melakukan transaksi pengiriman<br />

uang sebesar Rp 400 juta (43.000 dolar) kepada oknum aparat kepolisian Ketapang<br />

menggunakan bank pemerintah. 67 Tempo juga menyatakan bahwa dalam satu hari<br />

setidak-tidaknya ada 30 kapal yang sarat dengan kayu ilegal berangkat dari pelabuhan<br />

64 Wawancara <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan staf Indonesian Center for Environmental Law (nama dirahasiakan), Jakarta, 20<br />

Oktober 2008.<br />

65 “Kasus Pembalakan Liar Di Ketapang: Ketapang Dirampok,” Tempo, 17 April 2008.<br />

66 Komunikasi surat elektronik antra <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> dengan <strong>report</strong>er harian Tribun Pontianak (nama dirahasaiakan), 12<br />

Januari 2008.<br />

67 “Ketapang Dirampok,” Tempo, 21 April 2008.<br />

33 <strong>Human</strong> <strong>Rights</strong> <strong>Watch</strong> | Desember 2009

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!