28.03.2014 Views

Hal. 97-101 Resensi Buku.pdf - BPK Penabur

Hal. 97-101 Resensi Buku.pdf - BPK Penabur

Hal. 97-101 Resensi Buku.pdf - BPK Penabur

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Resensi</strong> buku<br />

<strong>Resensi</strong> buku : JANGAN PUKUL AKU!<br />

JANGAN PUKUL AKU!<br />

Diterjemahkan dari Unconditional Parenting:<br />

Moving from Rewards and Punishments to Love and Reason<br />

Alfie Kohn, 2005<br />

Terbitan Attria Books, Amerika, 2005<br />

Diterjemahkan oleh: M. Rudi Atmoko<br />

Bandung: Mizan Learning Center (MLC)<br />

XII+408 halaman<br />

ISBN: <strong>97</strong>9-3611-46-4<br />

Oleh: Nur Hari Cahyanti *)<br />

P<br />

ada umumnya masyarakat masih<br />

menganggap anak merupakan pribadipribadi<br />

kecil dan lemah serta berada di<br />

bawah kendali orang dewasa. Orangtua<br />

merasa berhak melakukan apa saja terhadap<br />

anak, menentukan apa yang harus dilakukan<br />

anak, bahkan menentukan masa depan anak.<br />

Keluarga, sekolah, dan masyarakat terusmenerus<br />

mengajarkan paradigma keliru, bahwa<br />

anak-anak harus menurut sepenuhnya kepada<br />

orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya.<br />

Anak-anak tidak boleh membantah, mengkritik,<br />

apalagi melawan tanpa ada<br />

penjelasan terperinci yang<br />

masuk akal dan dipandang<br />

pantas oleh orangtua.<br />

Pandangan keliru<br />

terhadap anak sering<br />

membuka peluang timbulnya<br />

berbagai tindak kekerasan,<br />

penindasan, dan perlakuan<br />

tidak baik terhadap anak.<br />

Seolah-olah mendidik anak<br />

memang harus dilakukan<br />

dengan kekerasan. Karena<br />

dianggap wajar, masyarakat<br />

kurang merespon tindak<br />

kekerasan terhadap anak oleh<br />

orang dewasa, apalagi<br />

pelakunya adalah orangtua<br />

sendiri atau masih<br />

mempunyai hubungan<br />

keluarga. Masalah anak dianggap sebagai<br />

masalah domestik keluarga yang tidak boleh<br />

dicampurtangani oleh orang lain.<br />

Realita ini sangat memprihatinkan. Anakanak<br />

yang banyak mendapatkan tindak<br />

kekerasan akan mengalami berbagai gangguan<br />

kejiwaan yang kelak, mengganggu proses<br />

tumbuh kembangnya secara optimal. Mungkin<br />

inilah penyebab anak-anak kita setelah besar<br />

tidak mencerminkan pribadi-pribadi unggul.<br />

Apabila kita menginginkan munculnya pribadipribadi<br />

unggul di masa depan, semua orang<br />

yang terpanggil harus berani bertindak dari<br />

sekarang, yaitu menyerukan kepada orangtua<br />

atau orang dewasa untuk menghentikan<br />

berbagai tindak kekerasan<br />

terhadap anak. Mendidik<br />

anak tidak sekedar<br />

memberikan instruksi atau<br />

perintah, tetapi<br />

memberikan hati kita orang<br />

dewasa yang sarat dengan<br />

cinta dan kasih sayang.<br />

Kaitannya dengan<br />

memunculkan pribadi<br />

unggul, buku Jangan Pukul<br />

Aku; Paradigma Baru<br />

Pengasuhan Anak karya<br />

psikolog terkemuka Amerika<br />

Serikat, Alfie Kohn,<br />

sungguh sangat tepat untuk<br />

menjadi bahan bacaan<br />

setiap orang dewasa untuk<br />

meluruskan paradigma<br />

salah tentang pendidikan<br />

anak. <strong>Buku</strong> ini ditulis berdasarkan hasil riset yang<br />

amat kaya dari para peneliti psikologi<br />

perkembangan selama kurang-lebih 10 tahun.<br />

*) Guru SDK <strong>BPK</strong> PENABUR Tasikmalaya<br />

Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 2007<br />

<strong>97</strong>


<strong>Resensi</strong> buku : JANGAN PUKUL AKU!<br />

<strong>Buku</strong> yang kaya akan ilustrasi kejadian<br />

sehari-hari hasil pengalaman langsung sang<br />

penulis dengan anak-anaknya sendiri, serta<br />

dilengkapi dengan latihan-latihan praktis<br />

sederhana agar para pembaca dapat mengubah<br />

paradigma lamanya yang keliru. <strong>Buku</strong> ini<br />

menunjukkan bahwa pendidikan yang efektif<br />

adalah pendidikan dan pengasuhan anak yang<br />

bertumpu pada cinta dan kasih sayang tanpa<br />

syarat. Pendidikan yang bertumpu pada prinsip<br />

reward dan punishment belaka (paradigma<br />

pendidikan lama) sudah tidak sesuai lagi,<br />

karena hanya membuat anak menurut<br />

(melakukan sesuatu) di bawah ancaman hadiah<br />

dan hukuman.<br />

<strong>Buku</strong> ini meninjau salah satu perbedaan<br />

antara mencintai anak-anak karena apa yang<br />

mereka lakukan dan karena siapa mereka. Jenis yang<br />

pertama adalah cinta bersyarat, artinya anakanak<br />

harus mendapatkannya dengan bertindak<br />

dalam cara-cara yang<br />

kita anggap tepat, atau<br />

melakukan sesuatu<br />

sesuai dengan standar<br />

kita. Jenis yang kedua<br />

adalah cinta tidak<br />

bersyarat, artinya cinta<br />

ini tidak bergantung<br />

pada bagaimana<br />

mereka bertindak,<br />

apakah mereka<br />

berhasil atau bersikap<br />

baik atau yang lainnya.<br />

Anak-anak bukanlah hewan peliharaan<br />

yang dapat dilatih, bukan pula komputer yang<br />

diprogram untuk merespon input yang dapat<br />

diprediksikan. Mereka bertindak seperti ini,<br />

bukan seperti itu karena banyak alasan berbeda,<br />

sebagian di antaranya sulit untuk dipilah. Anakanak<br />

perlu dibimbing dan dibantu, benar, tetapi<br />

mereka bukan monster kecil yang harus<br />

dijinakkan atau ditundukkan. Mereka<br />

mempunyai kemampuan untuk mempunyai<br />

belas kasihan atau agresif, mendahulukan<br />

kepentingan umum atau egois, bekerja sama<br />

atau bersaing. Cinta dari orangtua tidak perlu<br />

dibayar dengan apapun. Cinta dari orangtua itu<br />

murni hadiah semata. Cinta dari orangtua<br />

adalah hak yang patut diperoleh semua anak<br />

(hal. 22-28).<br />

Selama bertahun-tahun para peneliti telah<br />

menemukan bahwa “semakin bersyarat<br />

dukungan (yang diterima oleh seseorang),<br />

semakin rendah persepsinya tentang apa yang<br />

... pendidikan yang efektif<br />

adalah pendidikan dan<br />

pengasuhan anak yang<br />

bertumpu pada cinta dan<br />

kasih sayang tanpa syarat.<br />

berharga pada dirinya sebagai manusia”.<br />

Apabila anak-anak menerima kasih sayang<br />

bersyarat, mereka cenderung menerima diri<br />

mereka sendiri dengan bersyarat pula.<br />

Sejumlah penelitian menemukan bahwa<br />

anak-anak maupun orang dewasa kurang<br />

berhasil dalam berbagai tugas jika mereka<br />

ditawari ganjaran (hadiah) untuk melakukannya<br />

atau ketika melakukannya dengan baik.<br />

Seberapa besar anak “termotivasi” untuk<br />

melakukan sesuatu (menggunakan toilet, latihan<br />

piano, berangkat ke sekolah, apa saja) tidaklah<br />

terlalu penting, yang penting bagaimana anak<br />

termotivasi. Dengan kata lain bukan jumlah<br />

(kuantitas) yang penting, melainkan jenisnya<br />

(kualitas).<br />

Ada tiga gaya atau tekhnik mendisiplin<br />

anak, yaitu : a) Teknik disiplin “otoriter” adalah<br />

mendisiplinkan anak dengan kekuatan<br />

hukuman fisik. Orang tua lebih sering menuntut<br />

daripada menerima<br />

dan menyemangati.<br />

Orang tua jarang<br />

memberi penjelasan<br />

atas peraturan yang<br />

mereka terapkan.<br />

Orang tua<br />

mengharapkan<br />

kepatuhan mutlak,<br />

dan menggunakan<br />

hukuman sesukanya<br />

u n t u k<br />

mendapatkannya. b) Teknik disiplin “permisif”<br />

adalah membiarkan anak bertindak semaunya<br />

tanpa hukuman dan bimbingan. Teknik permisif<br />

membingungkan anak untuk mengetahui<br />

tentang perilaku yang boleh dan yang tidak<br />

boleh. c) Teknik disiplin “demokrasi” adalah<br />

menggunakan penjelasan, diskusi, dan<br />

penalaran untuk membantu anak memahami<br />

berperilaku yang baik dan benar.<br />

Anak-anak yang menurut adalah yang<br />

ibunya biasa bersikap mendukung dan hangat,<br />

dan yang cenderung menghindari pengontrolan<br />

dengan paksa. Penelitian menunjukkan bahwa<br />

anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang<br />

mengontrol, bahkan anak-anak yang berusia<br />

tiga tahun, sangat cenderung mengganggu dan<br />

agresif terhadap teman-temannya. Hasilnya<br />

adalah teman-temannya tidak mau<br />

berhubungan dengannya. Pengaruh<br />

pengontrolan yang berlebihan itu merusak anakanak<br />

tanpa peduli berapa usianya, pengontrolan<br />

98 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 2007


<strong>Resensi</strong> buku : JANGAN PUKUL AKU!<br />

yang berlebihan memiliki pengaruh negatif<br />

terhadap semua orang.<br />

Hukuman yang diberikan kepada anak<br />

dengan alasan apapun tidak efisien<br />

(kontraproduktif) sebagai alat untuk menghapus<br />

perilaku negatif yang menjadi sasaran hukuman<br />

tersebut. Memukul anak jelas “memberi<br />

pelajaran” – dan pelajarannya adalah bahwa<br />

orangtua bisa mendapatkan apa yang<br />

diinginkannya dari orang-orang yang lebih<br />

lemah (salah satunya anak) dengan cara<br />

menyakitinya. Semakin orangtua bergantung<br />

pada hukuman, maka “semakin sedikit<br />

pengaruh nyata orangtua dalam kehidupan<br />

anak”.<br />

Penelitian membuktikan, bahwa hukuman<br />

membuat anak menjadi lebih egois dan<br />

mendatangkan penderitaan. Ironisnya<br />

penderitaan yang anak-anak terima berasal dari<br />

orang-orang yang menjadi tempat mereka<br />

bergantung. Kontrol<br />

yang berlebihan secara<br />

umum terbukti jelas<br />

menimbulkan dampak<br />

negatif, tidak hanya<br />

pada kesehatan mental<br />

anak-anak, tetapi juga<br />

pada keberhasilan<br />

(prestasi) mereka di<br />

sekolah.<br />

Drs. M.S.<br />

Hadisubrata, M.A.<br />

dalam bukunya yang<br />

berjudul “Mengembangkan Kepribadian Anak<br />

Balita (pola pendidikan untuk meletakkan dasar<br />

kepribadian yang baik)”, terbitan <strong>BPK</strong>-Gunung<br />

Mulia tahun 1<strong>97</strong>7, terhadap ketiga teknik<br />

disiplin, beliau cenderung menyarankan<br />

penggunaan teknik disiplin “demokrasi”, karena<br />

lebih menekankan aspek edukatif disiplin,<br />

bukan aspek hukuman. Dengan demikian<br />

pendapat Drs. M.S. Hadisubrata, M.A. tidak<br />

bertentangan dengan pendapat Alfie Kohn.<br />

Akan tetapi Alfie Kohn lebih menekankan dalam<br />

hal menyadarkan setiap orang tua mengenai<br />

mencintai anak tanpa bersyarat dan perlunya<br />

pendampingan/kehadiran orang tua di dekat<br />

anak.<br />

Ada 13 (tiga belas) prinsip pengasuhan tak<br />

bersyarat yang diuraikan dan masing-masing<br />

mempunyai implikasi praktis yang lebih<br />

mengejutkan dan menantang. Ketigabelas<br />

prinsip tersebut yaitu: 1) Bersikap reflektif; 2)<br />

Pertimbangkan kembali permintaan Anda; 3)<br />

Perhatikan selalu tujuan jangka panjang Anda;<br />

4) Utamakan hubungan; 5) Ubah cara pandang<br />

Anda, bukan hanya tindakan anda; 6) Hormat;<br />

7) Bersikap wajar; 8) Kurangi bicara, lebih<br />

banyak tanya; 9) Ingat selalu usia mereka (anakanak);<br />

10) Anggaplah anak mempunyai motif<br />

terbaik yang konsisten dengan fakta; 11) Jangan<br />

asal mengucapkan kata “Tidak”; 12) Jangan<br />

kaku; 13) Jangan tergesa-gesa (hal. 179).<br />

Sebagian orang dengan sangat cepat<br />

menjadi orangtua yang menyenangkan,<br />

mendukung dan penuh perhatian kepada anakanak<br />

hanya apabila anak-anak menyenangkan.<br />

Tetapi cinta tak bersyarat menjadi paling penting<br />

ketika mereka sedang tidak menyenangkan.<br />

Cinta tak bersyarat menuntut orangtua<br />

meminimalkan beberapa hal, antara lain: 1)<br />

batasi jumlah kritikan; 2) batasi lingkup setiap<br />

kritikan; 3) batasi intensitas setiap kritikan; 4)<br />

carilah alternatif untuk kritik. Orangtua juga<br />

Orangtua tidak perlu membanjiri<br />

anak-anak dengan barang-barang<br />

sebagai hadiah karena<br />

melakukan apa yang orangtua<br />

inginkan, sebab hal itu<br />

mengajarkan penyuapan kepada<br />

anak dan menjadikan anak manja.<br />

dituntut untuk<br />

memaksimalkan<br />

suasana lebih ceria dan<br />

menjadi orang tua<br />

yang lebih pemaaf,<br />

paling tidak ketika<br />

berada di sekitar<br />

anak-anaknya.<br />

Marilyn Watson<br />

seorang psikolog<br />

pendidikan yang<br />

membantu para guru<br />

mengubah kelas<br />

mereka menjadi masyarakat belajar yang peduli,<br />

menekankan betapa pentingnya bagi para siswa<br />

untuk merasa dipercaya dan diterima.<br />

Penerimaan tak bersyarat bukan hanya sesuatu<br />

yang patut diterima semua anak, tetapi juga<br />

merupakan cara efektif dan kuat membantu<br />

anak-anak menjadi orang yang lebih baik. Tentu<br />

saja diperlukan ketulusan ketika orangtua<br />

meyakinkan anak-anak, bahwa orangtua tetap<br />

mencintainya tanpa peduli apa yang terjadi.<br />

Orangtua tidak perlu membanjiri anak-anak<br />

dengan barang-barang sebagai hadiah karena<br />

melakukan apa yang orangtua inginkan, sebab<br />

hal itu mengajarkan penyuapan kepada anak<br />

dan menjadikan anak manja. Anak manja adalah<br />

anak yang “mendapatkan terlalu banyak<br />

keinginan dan terlalu sedikit kebutuhan<br />

mereka”. Oleh karena itu orangtua sebaiknya<br />

memberikan kasih sayang (yang anak-anak<br />

butuhkan) tanpa batas, tanpa syarat, tanpa<br />

cadangan, dan tanpa alasan. Berikanlah<br />

Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 2007<br />

99


<strong>Resensi</strong> buku : JANGAN PUKUL AKU!<br />

perhatian sebanyak mungkin yang dapat<br />

diberikan tidak peduli suasana hati dan keadaan<br />

Anda sebagai orangtua. Biarkan anak-anak tahu,<br />

bahwa orangtuanya suka bersama dengannya.<br />

Sebuah pernyataan sederhana yang tidak<br />

mengandung evaluasi (contoh “kamu berhasil”)<br />

memungkinkan anak tahu, bahwa orangtuanya<br />

memperhatikannya. Sebuah penelitian<br />

menunjukkan bahwa setelah anak-anak meniru<br />

orang dewasa yang bertindak murah hati,<br />

mereka yang diberitahu bahwa mereka berbuat<br />

begitu “karena kamu adalah orang baik hati yang<br />

suka membantu orang lain” menjadi lebih<br />

pemurah daripada anak-anak yang diberitahu<br />

bahwa mereka memberikan sumbangan karena<br />

mereka diharapkan untuk berbuat begitu .<br />

Anak-anak paling membutuhkan cinta<br />

orang dewasa (orangtua, guru, dan orang yang<br />

lebih tua) bukan<br />

kekecewaan ketika<br />

sedang menghadapi<br />

kegagalan dalam<br />

mencapai sesuatu<br />

dan merasa tidak<br />

mampu. Orangtua<br />

dan guru harus<br />

bekerja sama<br />

membantu anak-anak<br />

untuk menjadi orang<br />

baik, dan lebih baik.<br />

Untuk itu orangtua harus mengetahui apa yang<br />

terjadi di sekolah, misalnya: 1) Apakah sekolah<br />

merupakan tempat yang agenda utamanya<br />

memenuhi kebutuhan anak atau untuk<br />

mendapatkan ketaatan anak?; 2) Apakah<br />

perilaku yang menyulitkan dilihat sebagai<br />

masalah yang harus dipecahkan atau sebagai<br />

pelanggaran yang harus dihukum?; 3) Apakah<br />

para guru memandang pekerjaan mereka sebagai<br />

membantu anak-anak belajar untuk membuat<br />

keputusan yang baik atau apakah mereka<br />

bersikeras membuat keputusan mereka sendiri?;<br />

4) Apakah para siswa didorong untuk bekerja<br />

sama dengan siswa lainnya, atau sebagian besar<br />

tugas dimaksudkan untuk diselesaikan<br />

sendirian (atau bahkan dengan kompetisi<br />

dengan sesama siswa?); 5) Apakah sekolah<br />

menerima anak-anak dengan tak bersyarat?<br />

Apakah anak-anak merasa senang karena<br />

diterima dengan tak bersyarat?. Bila yang terjadi<br />

tidak seperti yang diharapkan, maka orangtua<br />

perlu mengajak guru untuk memperbaiki<br />

pemahaman keliru tentang pengasuhan anak<br />

... agar anak-anak diberi<br />

kesempatan untuk<br />

mengusulkan beberapa cara<br />

menangani masalahnya atau<br />

melibatkan anak berpartisipasi<br />

dalam membuat keputusan.<br />

dengan cara memberikan buku-buku, kaset VCD,<br />

atau sumber-sumber belajar lainnya.<br />

Banyak orangtua yang mengalami kesulitan<br />

mengatasi masalah anak-anaknya. <strong>Buku</strong> ini<br />

menyarankan agar anak-anak diberi<br />

kesempatan untuk mengusulkan beberapa cara<br />

menangani masalahnya atau melibatkan anak<br />

berpartisipasi dalam membuat keputusan. Riset<br />

menunjukkan manfaat anak mempunyai<br />

kesempatan untuk memilih atau terlibat dalam<br />

pembuatan keputusan yaitu anak merasakan<br />

kemandirian dan mempunyai kemungkinan<br />

kecil untuk berperilaku buruk. Anak-anak<br />

menjadi lebih suka dengan dirinya sendiri,<br />

dengan sekolahnya, dan lebih menyukai tugastugas<br />

yang menantang.<br />

Cara-cara mengatasi “ketika anak-anak harus<br />

melakukan sesuatu, tetapi ia tidak ingin<br />

melakukannya”, yaitu:<br />

1) Gunakan strategi<br />

yang paling tidak<br />

mengganggu. Baik<br />

menghadapi anak<br />

yang sedang marahmarah<br />

(perlawanan<br />

aktif), maupun anak<br />

yang diam saja<br />

(perlawanan pasif)<br />

berilah anak waktu<br />

beberapa saat, biarkan<br />

anak menjadi tenang dan jangan terpancing ke<br />

dalam perselisihan; 2) Jujurlah kepada mereka<br />

(anak-anak). Katakanlah dan akui bila yang harus<br />

dilakukan anak tidak menyenangkan atau<br />

mengecewakan; 3) Jelaskan alasannya. Berilah<br />

berbagai pandangan pilihan konsekuensi bila<br />

tidak dilakukan. (Misalnya “kakakmu sekarang<br />

sedang menunggu kita di sekolah, jika kita tidak<br />

segera berangkat untuk menjemputnya, dia tidak<br />

akan tahu kita berada di mana dan dia akan<br />

sedih.”).; 4) Ubahlah menjadi permainan. Gunakan<br />

imajinasi dan buatlah permainan untuk<br />

membantu anak-anak menemukan suatu<br />

kesenangan dalam mengerjakan hal-hal yang<br />

pada dasarnya tidak menyenangkan.; 5) Berikan<br />

teladan. Lebih mudah untuk menyuruh anakanak<br />

melakukan sesuatu yang kita sendiri<br />

bersedia untuk melakukannya.; 6) Beri mereka<br />

(anak-anak) pilihan sebanyak mungkin. Bertanyalah<br />

kepada anak: bagaimana mereka ingin<br />

melakukannya, atau di mana mereka ingin<br />

melakukannya, atau kapan mereka ingin<br />

melakukannya, atau dengan siapa mereka ingin<br />

100 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 2007


<strong>Resensi</strong> buku : JANGAN PUKUL AKU!<br />

melakukannya. Ajaklah anak-anak untuk ikut<br />

berpikir dan membuat keputusan meskipun<br />

intinya adalah sesuatu yang harus dilakukan<br />

(hal. 275-278).<br />

Bagaimana kita membesarkan anak-anak<br />

agar bahagia? Dan bagaimana kita membesarkan<br />

anak-anak agar peduli apakah orang lain<br />

bahagia juga?. <strong>Hal</strong>-hal yang perlu diperhatikan<br />

dalam membentuk anak-anak kita bermoral,<br />

yaitu: 1) Pedulikan mereka (anak-anak). Hubungan<br />

orangtua dan anak yang hangat, aman, dan cinta<br />

tak bersyarat merupakan sesuatu yang sangat<br />

penting bagi perkembangan moral anak.; 2)<br />

Tunjukkan kepada mereka (anak-anak) bagaimana<br />

hidup orang yang bermoral. Kita tunjukkan melalui<br />

perbuatan kita atau teladan hidup kita, sebab<br />

anak belajar dari apa yang mereka lihat.; 3)<br />

Biarkan mereka (anak-anak) berlatih. Berilah<br />

kesempatan kepada anak untuk membantu dan<br />

untuk bekerja sama. (misalnya anak diberi<br />

kepercayaan untuk mengawasi adiknya,<br />

memelihara hewan peliharaan, dan<br />

mengerjakan sesuatu bersama teman-temannya.;<br />

4) Bicaralah dengan mereka (anak-anak). Orangtua<br />

harus meluangkan waktu cukup banyak untuk<br />

mengkomunikasikan nilai-nilai yang baik yang<br />

berlaku secara umum di masyarakat yang harus<br />

mereka lakukan. (Misalnya mengatakan kata<br />

tolong dan terima kasih dapat membuat orang lain<br />

merasa senang mendengarnya. Dan doronglah<br />

anak-anak melakukan dan mengusahakan<br />

untuk membantu dan menyenangkan orang lain.<br />

Selamat membaca buku “JANGAN PUKUL<br />

AKU” yang ditulis psikolog Alfie Kohn, maka<br />

akan mendapatkan banyak manfaat dalam<br />

mendidik dan mengasuh anak-anak kita sendiri<br />

dan anak-anak didik kita secara benar.<br />

Tinggalkan hukuman dan hadiah yang selama<br />

ini digunakan untuk mengancam anak agar<br />

disiplin, rajin, dan melakukan segala sesuatu<br />

yang kita inginkan. Mulailah dengan mencintai<br />

anak-anak dengan cinta yang tulus. <strong>Buku</strong> ini<br />

juga memberikan banyak latihan bagi orang tua<br />

dalam mendidik anak dengan benar.<br />

Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.08/Th.VI/Juni 2007<br />

<strong>101</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!