09.05.2014 Views

JIS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

selingan<br />

legenda<br />

GENG<br />

PAEDOFIL<br />

<strong>JIS</strong><br />

EDISI 127 | 5 - 11 mei 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi 127 5 - 11 mei 2014 Tap Pada konten untuk membaca artikel<br />

Fokus<br />

Horor Geng<br />

Predator <strong>JIS</strong><br />

Korban komplotan<br />

predator anak di <strong>JIS</strong><br />

diduga masih banyak.<br />

Sayang, sekolah terkesan<br />

tak mendukung investigasi<br />

polisi. Orang tua murid<br />

pun setali tiga uang.<br />

Nasional<br />

kriminal<br />

n Mengalah atau Di Ujung Tanduk<br />

n mereka terempas dari senayan<br />

internasional<br />

n Impian Dimas Kandas di Tangan Senior<br />

hukum<br />

n pungli berjemaah di jembatan timbang<br />

ekonomi<br />

n Robohnya Ukraina Kami<br />

n jika barat jadi barang haram<br />

n korea utara dalam sepotong burger<br />

interview<br />

n yayuk basuki<br />

kolom<br />

n wajah baru, kelakuan lama<br />

sisi lain capres<br />

n naik di sayap biar gratis<br />

selingan<br />

n Selamat Datang, Gas Amerika<br />

n rezeki gas dari indonesia<br />

n potensi besar, biaya kurang<br />

bisnis<br />

n mainan baru pt pegadaian<br />

n sayonara, layanan suara<br />

sains<br />

n monster van untuk kira<br />

lensa<br />

n Pengantin Tebu Madukismo<br />

koes plus & politik<br />

people<br />

Seni hiburan<br />

n wahyu Suci Gelung Drupadi<br />

n spider-man sekuel yang menyengat<br />

n beyonce | luis suarez | Linda Gumelar<br />

gaya hidup<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n nongkrong asyik di dapur jiwa<br />

n taman penuh cinta<br />

n “i love you” setiap hari<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono,<br />

Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi<br />

Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai Bahasa: Habib<br />

Rifa’i, Rahmayoga Wedar Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo Product<br />

Management: Sena Achari, Eko Tri Hatmono Creative Designer: Mahmud Yunus, Kiagus Aulianshah,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Edi Wahyono,<br />

Fuad Hasim, Luthfy Syahban.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


lensa<br />

Pengantin Tebu<br />

Madukismo<br />

Tap untuk melihat foto UKURAN BESAR<br />

Foto-foto: Ulet Ifansanti/Getty<br />

Petani tebu di Madukismo, Yogyakarta, merayakan musim panen gula tebu dengan pesta Cembengan. Tradisi rakyat yang telah dilakukan<br />

berpuluh-puluh tahun lalu itu merupakan upacara pernikahan tebu laki-laki dan perempuan.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


lensa<br />

Pasangan pengantin tebu Nyai Manis dan Kiai Dhito diarak keliling Pabrik Gula Madukismo, Sabtu (26/4).


lensa<br />

Menurut sejarah, Cembengan berasal dari tradisi Tionghoa (cing bing-an), yakni ziarah warga Tionghoa yang bekerja di pabrik gula tersebut. Tradisi<br />

itu kemudian diadopsi oleh masyarakat setempat dengan memasukkan unsur lokal, seperti kepala kerbau dan ayam, sebagai bagian dari upacara.


Ritual Cembengan digelar dengan harapan musim tanam berikutnya menghasilkan panen yang lebih baik. Ritual ini juga dilakukan di berbagai<br />

daerah yang menggantungkan hidup pada lahan perkebunan tebu.


lensa<br />

Petani tebu berparade dalam upacara Cembengan. Kemeriahan Cembengan menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik.


lensa<br />

Tentara Keraton Yogyakarta terlibat dalam prosesi ini. Di Madukismo, Cembengan mulai dilakukan sejak Pabrik Gula Madukismo berdiri pada 1955.


lensa<br />

Sebagian petani berdandan ala karakter tokoh Punakawan, yakni Gareng, Petruk, Bagong, dan Semar, dalam Cembengan. Saat ini, Cembengan<br />

bukan hanya merupakan ritual yang digelar petani, tapi juga menjadi pesta rakyat yang meriah.


nasional<br />

Mengalah<br />

atau<br />

Di Ujung<br />

Tanduk<br />

Pengusungan Aburizal Bakrie sebagai<br />

capres Golkar belum aman. Belum<br />

mendapat teman koalisi dan “digoyang”<br />

di kalangan internal partai.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Fadel Muhammad memberi<br />

keterangan pers setiba di<br />

kediaman Aburizal Bakrie,<br />

Menteng, Jakarta Pusat, Senin<br />

(28/4).<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

Kediaman Ketua Umum Partai<br />

Golkar Aburizal Bakrie, Jalan Mangunsarkoro,<br />

kawasan elite Menteng,<br />

Jakarta Pusat, Senin malam, 28<br />

April lalu, kedatangan banyak tamu. Selepas<br />

magrib, puluhan mobil mewah mulai merapat<br />

ke rumah megah tersebut. Sebagian tamu<br />

yang datang menggunakan kendaraan pribadi<br />

berpelat nomor daerah, seperti BD (Bengkulu)<br />

dan DT (Sulawesi Tenggara).<br />

Malam itu sang tuan rumah mengundang<br />

para ketua dewan pimpinan daerah I Golkar.<br />

Namun, dari 33 DPD I, hanya perwakilan 21<br />

DPD yang menandatangani daftar hadir. Pertemuan<br />

juga dihadiri sejumlah pengurus dewan<br />

pimpinan pusat, seperti Wakil Ketua Umum<br />

Fadel Muhammad, Bendahara Umum Setya<br />

Novanto, dan Ketua Bidang Penggalangan<br />

Opini Publik Fuad Asamansyur.<br />

Menurut Setya, pertemuan tertutup itu digelar<br />

untuk menjelaskan strategi DPP ke depan<br />

setelah melihat hasil pemilihan umum legislatif<br />

2014 kepada para pengurus DPD I. Setya<br />

menuturkan, Aburizal atau yang biasa disapa<br />

dengan sebutan Ical juga meminta masukan<br />

dari para pengurus daerah untuk menghadapi<br />

pemilu presiden 9 Juli mendatang. “Juga soal<br />

usulan koalisi, masukan dari DPD akan didengarkan,”<br />

kata Setya saat itu.<br />

Pertemuan itu, kata Fadel Muhammad, tidak<br />

membahas evaluasi pengusungan Ical sebagai<br />

calon presiden. Mantan Gubernur Gorontalo<br />

ini tegas menyatakan tidak ada pihak di lingkup<br />

internal partai yang meminta posisi Ical<br />

sebagai capres Golkar dievaluasi. Senada, Fuad<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Ketua Umum Golkar Aburizal<br />

Bakrie (tengah) menyapa<br />

simpatisan partai saat<br />

berkampanye di gedung Jatim<br />

Expo, Surabaya, Sabtu (5/4).<br />

Adhitya HendRA/ANTARA FOTO<br />

Asamansyur menuturkan pencalonan Ical sudah<br />

final. “Tidak ada yang berpikir seperti itu<br />

(mengevaluasi pengusungan Ical),” ujarnya. “Itu<br />

kan kalian (media) yang bilang.”<br />

Namun sumber majalah detik menyebutkan,<br />

dalam pertemuan itu, ada perwakilan DPD<br />

I yang meminta Ical legowo melepas posisi capres,<br />

dan “turun” menjadi calon wakil presiden.<br />

Diminta legowo, Aburizal balik bertanya. “Kenapa<br />

saya tidak boleh maju terus sebagai capres,<br />

apa kesalahan saya?” tutur sumber yang ikut<br />

dalam pertemuan tersebut menirukan perkataan<br />

Ical.<br />

Aburizal, atau yang juga akrab dengan<br />

sapaan ARB, menurut sumber yang enggan<br />

disebut namanya itu, kemudian merujuk pada<br />

pengusungan Jusuf Kalla sebagai calon presiden<br />

pada pemilu presiden 2009. Saat itu JK—<br />

panggilan Jusuf Kalla—tetap didukung partai<br />

sebagai capres berpasangan dengan Wiranto<br />

meskipun pada pemilu legislatif 2009 Golkar<br />

kalah suara dari Partai Demokrat.<br />

Sejatinya, bukan saat itu saja kalangan internal<br />

meminta pencalonan Aburizal dievaluasi.<br />

Beberapa hari setelah pemilu legislatif digelar<br />

9 April lalu, Ketua Dewan Pertimbangan Golkar<br />

Akbar Tandjung melontarkan wacana ini.<br />

Pertimbangannya, perolehan suara Golkar<br />

berdasarkan hitung cepat hanya berkisar 14-15<br />

persen, sehingga Partai Beringin harus berkoalisi<br />

untuk mengusung capres dan cawapres.<br />

Tapi, masalahnya, hingga saat ini Golkar<br />

belum mendapat teman seiring untuk berkoalisi<br />

mengusung Aburizal sebagai capres.<br />

Beberapa partai memilih merapat ke poros<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Artis Della Puspita<br />

menghibur simpatisan<br />

Partai Golkar di Lapangan<br />

Bumi Tamalanrea Permai,<br />

Makassar, Selasa (1/4).<br />

Sahrul Manda Tikupadang/ANTARA<br />

FOTO<br />

mengusung capres Joko Widodo atau Jokowi,<br />

atau poros Partai Gerindra, yang mengusung<br />

Prabowo Subianto.<br />

Masalah lain buat Ical, selain dua poros itu,<br />

Partai Demokrat, yang sampai saat ini belum<br />

mengusung capres, diprediksi sejumlah kalangan<br />

bakal membuat poros sendiri dengan menggandeng<br />

beberapa partai yang tersisa. Apalagi sinyal<br />

untuk membentuk poros Demokrat sudah dilontarkan<br />

sejumlah petinggi partai bentukan Susilo<br />

Bambang Yudhoyono itu. Dengan belum adanya<br />

partai yang berkoalisi dengan Golkar, pencalonan<br />

Aburizal pun terancam gagal.<br />

“Bisa dibilang nasib pencalonan ARB sedang<br />

di ujung tanduk,” ucap politikus senior Golkar,<br />

Zaenal Bintang, kepada majalah detik.<br />

Menurut Zaenal, pengusungan Aburizal sebagai<br />

capres bermasalah sejak awal. Ada prokontra<br />

terkait elektabilitas Ical yang rendah<br />

dibanding sejumlah kandidat partai lain. Kini,<br />

kata dia, bukan hanya nasib pencalonan Ical,<br />

jabatan sebagai Ketua Umum Golkar juga terancam<br />

karena target perolehan suara Golkar<br />

yang dipatok Aburizal meleset jauh.<br />

“Perolehan suara Golkar hasil pemilihan legislatif<br />

9 April hanya 14,5 persen. Meleset jauh<br />

dari target ARB, yaitu minimal 20 persen dan<br />

maksimal 30 persen,” kata Zaenal.<br />

Melesetnya target itu kemudian berujung<br />

pada tuntutan sejumlah kader partai untuk<br />

menganulir pencalonan ARB serta permintaan<br />

agar Golkar berkoalisi dengan salah satu poros,<br />

PDIP atau Gerindra. Selanjutnya, beberapa<br />

kader mendesak agar dalam Rapat Pimpinan<br />

Nasional Golkar, yang digelar awal Mei ini, juga<br />

dibahas nama cawapres untuk disandingkan<br />

dengan capres Jokowi atau Prabowo.<br />

Kader yang sempat digadang-gadang untuk<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Aburizal dan Prabowo<br />

melakukan salam komando<br />

setelah bertemu di kediaman<br />

Ical, Selasa (29/4).<br />

hasan/detikfoto<br />

dijadikan cawapres antara lain Jusuf Kalla, Akbar<br />

Tandjung, Priyo Budi Santoso, dan Luhut Binsar<br />

Panjaitan. Di antara nama-nama itu, menurut<br />

Zaenal, Priyo-lah yang masuk kriteria karena<br />

usianya masih tergolong muda, sehingga cocok<br />

dengan harapan masyarakat yang menginginkan<br />

pemimpin muda.<br />

Namun, hingga saat ini, belum ada sinyal<br />

Aburizal rela partainya mendukung capres dari<br />

partai lain. Kendati begitu, Golkar sudah mulai<br />

menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan<br />

Gerindra melalui pertemuan Aburizal dengan<br />

Prabowo di rumah Ical pada Selasa, 29 April<br />

lalu. Jika berkoalisi dengan Gerindra saja―yang<br />

memperoleh 11-12 persen suara―posisi Golkar<br />

sebenarnya sudah aman untuk menghadapi<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Hajriyanto (kiri) dan Nurul<br />

Arifin<br />

Puspa Perwitasari, Muhammad<br />

Adimaja/ANTARA FOTO<br />

pemilu presiden.<br />

Tetapi, menurut Ketua DPP Golkar Hajriyanto<br />

Y. Thohari, meski peluang koalisi Golkar<br />

dengan Gerindra sangat terbuka, masih perlu<br />

dirumuskan soal siapa yang harus mengalah<br />

menjadi cawapres, Aburizal atau Prabowo.<br />

Pedomannya adalah perolehan suara pada<br />

pemilu legislatif dan hasil survei capres. Jika<br />

mengacu pada hasil pemilu, Aburizal-lah yang<br />

pantas menjadi capres.<br />

“Kalau pedomannya pemilihan legislatif, suara<br />

Golkar di atas Gerindra. Artinya, Pak ARB<br />

(jadi capres). Tapi, kalau pedomannya survei,<br />

bisa Prabowo (jadi capres),” ujar Wakil Ketua<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat ini.<br />

Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Nurul Arifin<br />

menyebut pertemuan Ical dan Prabowo layaknya<br />

pertemuan kakak dengan adik. Menurut<br />

dia, bisa saja Aburizal atau Prabowo yang menjadi<br />

cawapres jika kedua partai itu berkoalisi.<br />

“Ada kalanya kakak berkorban untuk adiknya<br />

atau adik mengalah kepada kakaknya,” tuturnya<br />

secara terpisah.<br />

Namun Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli<br />

Zon menyebut pertemuan Prabowo dengan<br />

Ical belum mengarah pada capres-cawapres,<br />

sekalipun pembicaraan kedua tokoh tersebut<br />

sudah mengarah ke koalisi. Ini artinya, seperti<br />

kata Zaenal Bintang, pencalonan Aburizal di<br />

ujung tanduk. ■<br />

Deden Gunawan, Ahmad Toriq, Edward Febriyarti K. | Dimas<br />

Majalah detik 7 5 - 13 - 11 april mei 2014


nasional<br />

Mereka<br />

Terempas<br />

dari Senayan<br />

Sejumlah pimpinan dan anggota DPR<br />

incumbent terancam gagal kembali ke<br />

Senayan. Namun ada caleg yang lolos meski<br />

tidak punya nama beken dan bermodal cekak.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Taufik Kurniawan (kanan)<br />

mendampingi Ketua Umum<br />

PAN Hatta Rajasa saat<br />

berkampanye di Banyumas,<br />

Jawa Tengah, Minggu (16/3).<br />

duduk di Dewan bersama tiga calon anggota<br />

Dewan incumbent lainnya di dapil yang sama.<br />

Dukungan terbanyak diperoleh dari Kabupaten<br />

Banjarnegara, yakni mencapai 31.984 suara,<br />

dan sisanya dari Kebumen dan Purbalingga.<br />

Perolehan suara Taufik bahkan melampaui<br />

suara untuk PAN di dapil Jawa Tengah VII,<br />

yakni 36.332 suara. “(Pemilu) 2009 (Taufik) juga<br />

(mendapat suara) tertinggi di Banjarnegara<br />

karena banyak relawan dan merupakan basis<br />

PAN,” kata R. Yanto, anggota Tim Pemenangan<br />

PAN Jawa Tengah, di Semarang, Ahad, 27 April<br />

lalu.<br />

Namun keberuntungan Taufik rupanya tak<br />

dirasakan beberapa pimpinan DPR lainnya yang<br />

jadi caleg, bahkan oleh Ketua DPR Marzuki Alie.<br />

Marzuki, caleg Partai Demokrat dengan nomor<br />

urut 1 dari dapil DKI Jakarta III (Jakarta Utara,<br />

Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu), diperkirakan<br />

tak bisa melenggang kembali ke parlemen.<br />

Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu<br />

hanya mendapat 25.897 suara.<br />

Wakil Ketua DPR dari Partai Golkar, Priyo<br />

Budi Santoso, juga dikabarkan gagal ke Senayan.<br />

Priyo, dari dapil Jawa Timur I (Surabayadetikfoto<br />

Wakil Ketua Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Taufik Kurniawan kini<br />

bisa bernapas lega. Calon anggota<br />

legislatif Partai Amanat<br />

Nasional dari daerah pemilihan (dapil) Jawa<br />

Tengah VII, yang sebelumnya dikabarkan gagal<br />

kembali ke Sena yan, ternyata lolos dari “lubang<br />

jarum”. Dari hasil rapat pleno penghitungan<br />

suara Komisi Pemilihan Umum Jawa Tengah,<br />

Sekretaris Jenderal PAN itu mendapat 59.495<br />

suara. Hampir dipastikan, Taufik bisa kembali<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Melani Leimena (tengah) saat<br />

menjadi juru kampanye Partai<br />

Demokrat di Lapangan Blok<br />

S, Jakarta, Minggu (30/3).<br />

Yudhi Mahatma/antarafoto<br />

Sidoarjo), hanya meraih 24.367 suara. Ketua<br />

De wan Pimpinan Pusat Golkar itu keok dari<br />

rekan separtainya, Adies Kadir Mapong, Ketua<br />

Dewan Pimpinan Daerah II Golkar Surabaya,<br />

yang mendapat 30.090 suara.<br />

Pemilihan umum legislatif 2014 menjadi ajang<br />

penyaringan ketat bagi calon anggota Dewan<br />

incumbent. Banyak dari mereka yang terancam<br />

terempas dari kursi anggota Dewan. Bukan hanya<br />

Marzuki dan Priyo—petinggi partai yang<br />

menduduki kursi pimpinan DPR—sederet nama<br />

legislator yang dikenal aktif dan vokal, maupun<br />

yang namanya sudah dikenal publik, juga terancam<br />

gagal kembali ke Senayan.<br />

Di antara mereka ada Hajriyanto Y. Thohari,<br />

yang menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan<br />

Rakyat. Politikus senior Golkar itu<br />

memperoleh 42 ribu suara dari dapil Jawa Tengah<br />

IV. Tapi posisinya belum aman lantaran<br />

ada caleg lain yang mengungguli perolehan<br />

suaranya.<br />

Wakil Ketua MPR lainnya, Melani Leimena,<br />

juga terancam tak lolos. Caleg Demokrat dari<br />

dapil Jakarta II ini cuma mendapat sekitar 6.000<br />

suara, kalah jauh dari tokoh lain yang bertarung<br />

di dapil ini, seperti Hidayat Nur Wahid (Partai<br />

Keadilan Sejahtera), yang mendapat 26.778<br />

suara, atau Eriko Sotarduga (Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan) dengan 22.197 suara.<br />

Bukan hanya partai yang perolehan suara-<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Nurul Arifin dalam<br />

kampanye terbuka<br />

Partai Golkar di Stadion<br />

Singaperbangsa Karawang,<br />

Jawa Barat, Minggu (30/3).<br />

M.Ali Khumaini/antarafoto<br />

nya jeblok dibanding Pemilu 2009, seperti<br />

Demokrat, yang tokohnya banyak tidak lolos.<br />

Meski partainya menang dalam Pemilu 2014,<br />

politikus PDIP, Eva Kusuma Sundari, terancam<br />

gagal berkiprah lagi di Dewan. Anggota Komisi<br />

Hukum DPR ini adalah caleg dari dapil Jawa Timur<br />

VI. Nasib yang sama dialami politikus Golkar,<br />

Nurul Arifin. Meski partainya menduduki<br />

posisi kedua perolehan suara nasional, caleg<br />

dari dapil Jawa Barat VII ini hampir dipastikan<br />

tidak lolos.<br />

Baik Eva maupun Nurul, yang dikenal sebagai<br />

aktivis di DPR, berpendapat senada. Kegagalan<br />

mereka disebabkan maraknya politik uang dalam<br />

pemilu kali ini. Menurut Nurul, kecurangan<br />

yang terjadi antara lain kongkalikong caleg dengan<br />

oknum penyelenggara pemilu, formulir<br />

C-6 yang diperjualbelikan, dan “bom uang”<br />

yang ditebar sebelum pencoblosan. “Hal ini<br />

diduga terjadi secara masif,” ujar Wakil Sekjen<br />

Golkar itu, Rabu, 30 April lalu.<br />

Nurul juga melihat pertarungan di dapilnya<br />

bak perang saudara separtai. “Seperti di Suriah.<br />

Pedang itu seperti uang, yang membabat habis<br />

saudaranya sendiri,” tuturnya. Sedangkan Eva,<br />

yang mendapat 43 ribu suara, menilai pemilu<br />

kali ini vulgar dan absurd. “Sistem pileg harus<br />

diperbaiki,” ucap Eva.<br />

Ketua MPR Sidarto Danusubroto menilai,<br />

politik uang terjadi karena didukung oleh sistem<br />

pemilihan anggota DPR yang berdasarkan<br />

suara terbanyak, bukan nomor urut. Hal ini<br />

mendorong pemilih menjadi sangat pragmatis.<br />

“Ada serangan fajar, magrib, subuh,” kata<br />

Sidarto, yang diprediksi gagal menjadi anggota<br />

Dewan Perwakilan Daerah dari dapil Provinsi<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


nasional<br />

Arbi Sanit<br />

ari saputra/detikfoto<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

Yogyakarta. “Pemilu seperti ajang transaksional,”<br />

ujarnya. Sementara itu, Marzuki Alie mengatakan<br />

tak bisa membayangkan bagaimana<br />

wajah DPR yang akan datang jika praktek politik<br />

uang dan ongkos politik yang begitu besar<br />

mewarnai pemilu kali ini.<br />

Namun tudingan adanya kecurangan dan<br />

politik uang seperti yang dilontarkan sejumlah<br />

caleg petahana tidak sepenuhnya benar. Nyatanya,<br />

masih ada caleg yang lolos ke Senayan<br />

meski mengaku bermodal cekak dan tidak punya<br />

nama beken seperti para calon anggota<br />

DPR incumbent.<br />

Caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa dari<br />

dapil Jawa Barat III,<br />

Eem Marhamah<br />

Zulfa Hiz, misalnya.<br />

KPU Jawa Barat<br />

mengumumkan,<br />

ia mendapat 12.839 suara<br />

dari 89.234 suara total yang<br />

diperoleh partainya. Caleg nomor<br />

urut 3 itu bahkan mengalahkan dua rekan<br />

separtai dengan nomor urut di atasnya.<br />

“Saya senang dan terharu. Masyarakat ternyata<br />

tak goyah memilih caleg bermodal besar,” ujar<br />

wanita berusia 35 tahun ini saat dihubungi majalah<br />

detik.<br />

Menurut peneliti dari Universitas Indonesia, Reni<br />

Suwarso, dari hasil pengamatannya terhadap pemilu<br />

9 April, setidaknya ada tiga hal yang mengantar caleg<br />

lolos ke Senayan. Pertama, punya pemilih loyal. Jadi,<br />

meski tanpa uang, ia tetap bisa terpilih. Kedua, caleg<br />

punya program, dan ketiga, memiliki uang. Reni<br />

mengakui pemilu kali ini marak kasus jual-beli suara.<br />

“Transaksi antara caleg dan pemilih, caleg dengan<br />

caleg, dan caleg dengan partai,” tuturnya.<br />

Adapun pengamat politik Arbi Sanit beranggapan,<br />

partai politiklah biang kerok rusaknya<br />

demokrasi. Menurut dia, selama ini parpol tidak<br />

bertanggung jawab terhadap kader-kadernya,<br />

seperti tidak memberikan pendidikan politik,<br />

tidak mengawasi, dan tidak memberikan punishment<br />

ketika kader melanggar undang-undang.<br />

“Akibatnya, kader yang dicomot-comot itu ugalugalan.<br />

Ingin cepat kaya, dan apa pun dilakukan<br />

untuk menang,” ucapnya. n<br />

KUStiah, Ramdhan M., ANGLING ADHITYA P. | DIMAS<br />

Majalah detik 7 5 - 13 - 11 april mei 2014


hukum<br />

Pungli Berjemaah<br />

di Jembatan Timbang<br />

Ganjar Pranowo mengamuk karena memergoki petugas Dinas Perhubungan<br />

menerima “setoran” dari para sopir truk. Aturan retribusi di jembatan<br />

timbang dinilai bertentangan dengan undang-undang.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


hukum<br />

Ganjar Pranowo saat memergoki<br />

petugas Dinas Perhubungan<br />

menerima setoran dari supir truk.<br />

dok.detikcom<br />

Emosi Gubernur Jawa Tengah Ganjar<br />

Pranowo seketika memuncak begitu<br />

tahu ada pungutan liar (pungli) di<br />

jembatan timbang Subah, Batang,<br />

Jawa Tengah. Minggu malam, 27 April lalu, dalam<br />

perjalanan menuju Semarang setelah melakukan<br />

kunjungan kerja ke Cilacap, Banyumas,<br />

dan Tegal, Ganjar beserta rombongan mampir<br />

ke jembatan timbang Subah. Saat itulah Ganjar<br />

melihat sendiri para kernet truk meletakkan<br />

uang di meja petugas.<br />

Awalnya, inspeksi mendadak itu berlangsung<br />

santai. Ganjar bertanya-tanya kepada petugas<br />

Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika<br />

Jawa Tengah di dalam pos. “Kalau (truk)<br />

melebihi muatan, gimana?” Yang ditanya lalu<br />

menjelaskan peraturan soal denda jika muatan<br />

truk melebihi batas maksimal beban yang<br />

diperbolehkan. Ganjar, yang berkemeja putih<br />

lengan pendek, pun manggut-manggut. Sementara<br />

itu, di luar kantor, truk-truk besar silih<br />

berganti menimbang muatan.<br />

Nah, saat gubernur dari Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan itu sedang berbincang,<br />

tiba-tiba seorang kernet masuk ruangan. Pria<br />

berkaus abu-abu itu meletakkan uang Rp 10<br />

ribu di atas meja petugas, lalu buru-buru keluar.<br />

Amarah Ganjar sontak tersulut. “Iki arep mbok<br />

kek-ke sopo (Duit ini mau diberikan ke siapa)?”<br />

ujarnya sembari menunjuk uang di meja.<br />

Sang kernet sempat kebingungan sebelum<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


hukum<br />

Ganjar lalu<br />

memerintahkan semua<br />

laci meja dibuka. Benar<br />

saja, saat membuka<br />

salah satu laci, Ganjar<br />

menemukan dua amplop<br />

berisi lembaranlembaran<br />

uang.<br />

akhirnya menjawab bahwa truknya melebihi<br />

tonase yang diperbolehkan sehingga harus<br />

membayar denda. Tapi ia mengaku biasa tidak<br />

meminta struk. Beberapa sopir dan kernet<br />

truk yang hendak memberi uang kepada petugas<br />

pun menjadi sasaran kemarahan Ganjar.<br />

Mereka lalu digiring ke dalam ruangan. “Siapa<br />

yang tanggung jawab ini?! Siapa?!” Ganjar<br />

berteriak.<br />

Seorang petugas mengaku<br />

bertanggung jawab. Ganjar lalu<br />

memerintahkan semua laci<br />

meja dibuka. Benar saja, saat<br />

membuka salah satu laci,<br />

Ganjar menemukan dua<br />

amplop berisi lembaranlembaran<br />

uang. Amplop itu<br />

pun dibantingnya. “Ini apa?”<br />

ucapnya dengan mata terbelalak.<br />

“Kurang ajar! Ini yang<br />

bikin jalan rusak.”<br />

Petugas tersebut mengakui aktivitas<br />

seperti itu biasa dilakukan. Sopir atau<br />

kernet truk meninggalkan uang Rp 10-20 ribu<br />

di meja sebagai “denda”. Padahal, berdasarkan<br />

aturan, sanksi denda yang harus dibayar jauh<br />

lebih besar. Pembayaran denda pun disertai kuitansi<br />

sebagai tanda bukti, dan uangnya masuk<br />

ke kas negara.<br />

Namun, faktanya, pengemudi atau kernet<br />

truk yang muatannya melebihi batas tonase sering<br />

kali menyetor uang kepada petugas tanpa<br />

mendapatkan struk. Setoran yang jumlahnya<br />

bervariasi itu tak bisa dipertanggungjawabkan<br />

dan rawan diselewengkan.<br />

Praktek di jembatan timbang Subah itu<br />

ditengarai juga terjadi di sejumlah jembatan<br />

timbang lainnya. Majalah detik melakukan<br />

penelusuran di jalur Pantai Utara Jawa Barat<br />

pertengahan tahun lalu. Praktek ngemel―<br />

sebutan memberi “uang rokok” kepada petugas—lazim<br />

dilakukan para pengemudi truk<br />

yang muatannya berlebih.<br />

Tak jarang truk-truk bermuatan di atas 10<br />

ton—beban maksimal kendaraan yang diperbolehkan<br />

di jalur Pantura―bahkan 25 ton, melenggang<br />

di jalur tersebut setelah membayar<br />

sejumlah uang kepada petugas di beberapa<br />

titik (baca “Akal-akalan demi Lebihan”, majalah<br />

detik edisi 87).<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


hukum<br />

Ketua Komisi V DPR Laurens<br />

Bahang Dama.<br />

antara<br />

Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Laurens Bahang Dama prihatin dengan praktek<br />

ini. Pasalnya, truk yang muatannya melebihi<br />

batas tonase membuat infrastruktur jalan cepat<br />

rusak. Truk-truk itu bisa lolos setelah menyogok<br />

petugas. Menurut Laurens, pos jembatan timbang<br />

semestinya berperan melakukan pencegahan.<br />

“JT (jembatan timbang) ini untuk menimbang,<br />

apakah ada kelebihan muatan yang dibawa truk<br />

dan ditarik retribusi. Kalau tidak bayar retribusi<br />

(denda), ya barang harus diturunkan, bukan<br />

dengan cara sogok-sogokan,” kata politikus<br />

Partai Amanat Nasional ini.<br />

Denda atau retribusi di jembatan timbang<br />

diatur melalui peraturan daerah. Pemasukan<br />

dari jembatan timbang juga menjadi pendapatan<br />

asli daerah (PAD) setempat. Jalan negara<br />

seperti jalur Pantura, kata Laurens, tak<br />

akan cepat rusak seandainya kepala daerah<br />

benar-benar menerapkan aturan hukum dan<br />

sanksinya.<br />

“JT juga menyumbang PAD. Jika itu dikelola<br />

dengan baik, saya yakin jalan tak akan cepat<br />

rusak dan PAD-nya bisa untuk kemakmuran<br />

rakyat,” ujarnya, seraya mengapresiasi aksi<br />

Ganjar memergoki praktek sogok-menyogok<br />

tersebut.<br />

Namun pakar transportasi dari Universitas<br />

Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno,<br />

menilai peraturan daerah retribusi<br />

di jembatan timbang menyisakan masalah.<br />

Kesalahan pengelolaan di jembatan timbang<br />

juga tak serta-merta bisa ditimpakan kepada<br />

petugas di lapangan.<br />

Sebab, kata dia, Undang-Undang Nomor 28<br />

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi<br />

Daerah memang tidak mengatur soal retribusi<br />

di jembatan timbang. Karena itu, memungut<br />

retribusi di jembatan timbang merupakan kegiatan<br />

ilegal. “JT berfungsi mengawasi muatan lebih,<br />

bukan memberi sanksi dengan membayar<br />

denda, yang kemudian menjadi PAD,” tuturnya.<br />

“Pungli berjemaah telah terjadi di jembatan<br />

timbang.”<br />

Djoko menuturkan, awalnya keberadaan<br />

jembatan timbang dimaksudkan untuk mendata<br />

arus barang. Kini jembatan timbang dioperasikan<br />

di jalan nasional tapi retribusinya ditarik<br />

daerah, dan bukan untuk memperbaiki jalan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


hukum<br />

Ribuan truk setiap hari melalui<br />

jalur Pantura Jawa. Seperti terlihat<br />

di perbatasan Kudus-Demak, Jawa<br />

Tengah.<br />

Andreas Fitri Atmoko/antarafoto<br />

nasional. “Yang lebih parah, ada target PAD dari<br />

pengelolaan JT,” ucap Djoko.<br />

***<br />

Ganjar menelepon Kepala Dinas Perhubungan,<br />

Komunikasi, dan Informatika Jawa Tengah<br />

Urip Sihabudin sebelum meninggalkan jembatan<br />

timbang Subah. Mantan anggota DPR<br />

ini meminta bawahannya tersebut menindak<br />

tegas praktek pungli itu. Ia mengaku menerima<br />

informasi mengenai pungli tersebut dua pekan<br />

sebelumnya. “Setelah saya cek, ternyata seperti<br />

yang saya bayangkan (terjadi pungli). Confirmed<br />

itu,” katanya.<br />

Setelah amuk Ganjar malam-malam itu, jembatan<br />

timbang Subah sempat berhenti beroperasi<br />

pada Selasa, 29 April. Menurut Urip, penutupan<br />

dilakukan beberapa jam karena seluruh<br />

petugas di pos itu dipanggil menghadap ke<br />

kantor Dinas Perhubungan. “Petugas dievaluasi<br />

dan diberi briefing,” kata Urip saat dihubungi<br />

melalui telepon.<br />

Belum jelas sanksi apa yang dijatuhkan.<br />

Menurut Ganjar, sejumlah oknum petugas<br />

mengaku ikut menikmati setoran dari para<br />

sopir dan kernet tersebut. Setiap petugas<br />

bisa mendapat “jatah” Rp 100-350 ribu per<br />

hari. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah saat<br />

ini sedang menelusuri ke mana saja aliran<br />

duit pungli itu mengalir. ■<br />

Kustiah, Angling Adhitya. P, Deden. G | Dimas<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

Impian Dimas<br />

Kandas<br />

di Tangan<br />

Senior<br />

Seorang taruna Sekolah Tinggi Ilmu<br />

Pelayaran, Jakarta, tewas dianiaya para<br />

seniornya. Menteri Nuh geram dengan<br />

budaya kekerasan di sekolah calon<br />

pelaut itu.<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

Gedung Sekolah Tinggi<br />

Ilmu Pelayaran di Cilincing,<br />

Jakarta Utara.<br />

dok. stipjakarta<br />

Menjadi pelaut adalah impian Dimas<br />

Dikita Handoko, sulung dari<br />

tiga bersaudara pasangan Budi<br />

Handoko dan Rukita Hanayaki.<br />

Sejak bersekolah di SMA Negeri 3 Medan,<br />

Sumatera Utara, keinginan itu sering diungkap<br />

Dimas kepada teman-temannya. Karena keinginan<br />

yang kuat itulah pemuda berusia 20<br />

tahun tersebut berusaha tabah meski sering<br />

“dikerjai” para seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu<br />

Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara.<br />

Penyebab perlakuan kasar itu bisa beragam.<br />

Jika terlambat, penampilan tidak rapi, sampai<br />

hal sepele. Namun semua perlakuan para senior<br />

itu cuma ia ceritakan kepada bekas teman<br />

sekolahnya di Medan, itu pun dalam beberapa<br />

kesempatan via telepon. “Sejak kuliah di STIP,<br />

Dimas mengaku sering dianiaya seniornya,”<br />

kata Tria Harahap, salah satu teman SMA Dimas,<br />

saat ditemui di rumah duka, Jalan Selebes,<br />

Gang 9, Belawan, Medan, Sumatera Utara,<br />

Selasa, 29 April lalu.<br />

Juli Raehan (42), menuturkan, keluarga sudah<br />

banting tulang untuk memuluskan impian<br />

Dimas. Itu sebabnya mereka sangat bersyukur<br />

saat Dikita diterima di STIP tahun lalu.<br />

Setidaknya, kata Juli, separuh cita-citanya<br />

menjadi pelaut sudah terlaksana. Namun siapa<br />

menyangka, baru setahun kuliah di sekolah<br />

milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub)<br />

itu, takdir berkata lain. Dimas tewas di tangan<br />

para seniornya.<br />

“Dimas bercita-cita ingin bekerja di dunia pelayaran.<br />

Tapi para senior tega menghancurkan<br />

cita-cita itu,” ujar Juli, yang juga kerabat Dimas.<br />

Saat ini, polisi sudah menahan tujuh tersangka.<br />

Mereka adalah taruna tingkat II STIP, yakni<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

Ibunda korban Dimas<br />

Dikita Handoko.<br />

detikFOTO<br />

Fachry, Adnan, Angga, Satria, Widi, Dewa, dan<br />

Arif. Namun hanya tiga pelaku yang diduga memukul<br />

korban, yakni Fachry, Adnan, dan Angga.<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Rikwanto menjelaskan,<br />

para pelaku tidak senang dengan korban, yang<br />

dianggap tidak hormat dengan senior. Mereka<br />

juga beralasan ada komplain dari para senior di<br />

tingkat IV.<br />

Itu sebabnya mereka memanggil Dimas dan<br />

teman-temannya ke tempat indekos Angga di<br />

Kebon Baru, RT 017 RW 12, Kelurahan Semper<br />

Barat, Cilincing, pada Jumat, 25 April lalu. Kamar<br />

yang dihuni Angga berada di lantai dua.<br />

Di sana terdapat kamar mandi dan satu ruang<br />

agak besar. Sedangkan lantai bawah dihuni<br />

pemilik pemondokan.<br />

Para pelaku meminta 14 taruna tingkat I,<br />

termasuk Dimas, datang ke sana. Namun yang<br />

datang hanya 7 orang, yakni Marvin Jonatan,<br />

Sidik Permana, Deni Hutabarat, Fahrurozi<br />

Siregar, Arif Permana, Imanza Marpaung, dan<br />

Dimas, yang datang terakhir. Awalnya, Dimas<br />

dan kawan-kawannya diceramahi. Selanjutnya,<br />

satu per satu dari mereka diminta masuk ke<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

(Kiri ke kanan): Kepala STIP<br />

Rudiana Mukhlis, Kepala<br />

BPSDM Perhubungan Santoso<br />

Eddy Wibowo, dan Kepala<br />

Puskom Kemenhub Barata,<br />

memberikan keterangan pers,<br />

Senin (28/4).<br />

Ari Saputra/detikFOTO<br />

dalam ruangan secara bergantian. Di sanalah<br />

mereka dipukuli di bagian perut, dada, dan ulu<br />

hati. “Para korban juga ditendang di perut, kaki,<br />

dan digampari,” tutur Rikwanto.<br />

Nah, saat dianiaya Angga, Fachry, dan Adnan,<br />

kata Rikwanto, Dimas sempat mengerang<br />

kesakitan. Tapi Fachry dan Adnan tetap memukulinya<br />

hingga ia terjatuh dan tak sadarkan diri.<br />

Para pelaku pun panik. Mereka lalu mencoba<br />

memberikan minyak angin supaya Dikita siuman,<br />

bahkan menciprati wajahnya dengan air.<br />

Namun ia tetap tak sadarkan diri hingga akhirnya<br />

meninggal dunia.<br />

Kepala STIP Rudiana Mukhlis, dalam jumpa<br />

pers di Kemenhub, Senin, 28 April lalu, menjelaskan,<br />

Dimas tak sadarkan diri pada Jumat<br />

malam, sekitar pukul 20.00 WIB.<br />

Baru tiga jam kemudian, sekitar pukul 23.00<br />

WIB, para seniornya membawanya ke Rumah<br />

Sakit Pelabuhan, Tanjung Priok. Kabar masuknya<br />

Dimas ke rumah sakit diketahui Supendi,<br />

perwira jaga STIP, pada Sabtu, sekitar pukul<br />

01.50 WIB. Saat itu, seorang warga bernama<br />

Yanto memberi tahu bahwa ada seorang taruna<br />

dilarikan ke rumah sakit.<br />

Supendi dan instruktur STIP, Marianto, lalu<br />

bergegas ke rumah sakit untuk mengecek kebenaran<br />

informasi tersebut. Setibanya di sana,<br />

ternyata sudah ada anggota Kepolisian Sektor<br />

Cilincing. Dari keterangan seorang taruna tingkat<br />

II, dipastikan korban sudah meninggal. Di<br />

tubuh dan wajah Dimas terdapat luka memar<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

yang membiru.<br />

Untuk memastikan penyebab tewasnya<br />

Dimas, polisi kemudian membawanya ke RS<br />

Polri Kramat Jati untuk melakukan autopsi. Dari<br />

hasil sementara yang diterima Kepolisian Resor<br />

Jakarta Utara diketahui, Dimas tewas karena<br />

pukulan benda-benda keras dan tumpul. Sedikitnya<br />

ada 6 luka di bagian dada dan wajahnya.<br />

Kematian Dimas jelas membuat keluarga terpukul.<br />

Bahkan Rukita, ibunda korban, memilih<br />

tetap berada di Jakarta untuk mengawal kasus<br />

penganiayaan anaknya sampai masuk ke pengadilan.<br />

“Ibu Dimas tidak mau pulang ke Medan<br />

sampai para pelaku dihukum berat,” ucap Juli,<br />

Itu sama sekali tidak dibenarkan, menyimpan kegiatankegiatan<br />

yang mengarah pada kekerasan anarkistis,<br />

yang ujungnya sampai meninggal dunia.<br />

Menteri Pendidikan dan<br />

Kebudayaan Mohammad Nuh<br />

Ari Saputra/detikfoto<br />

yang ikut mendampingi ke Ibu Kota.<br />

Desakan agar pelaku dihukum berat juga dilontarkan<br />

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />

Mohammad Nuh. Ia meminta pihak sekolah<br />

tak ragu-ragu mengeluarkan para pelaku. “Dan<br />

diberi sanksi seberat-beratnya. Itu sama sekali<br />

tidak dibenarkan, menyimpan kegiatan-kegiatan<br />

yang mengarah pada kekerasan anarkistis,<br />

yang ujungnya sampai meninggal dunia,” katanya.<br />

Nuh tidak menyalahkan sistem semimiliter<br />

yang biasa digunakan dalam sekolah-sekolah<br />

kedinasan di bawah kementerian. Namun ia<br />

meminta sekolah-sekolah tersebut tetap mengacu<br />

pada nilai-nilai akademis.<br />

Aksi kekerasan senior terhadap junior di<br />

STIP bukan kali ini saja terjadi. Pada 2010,<br />

sekolah yang berdiri sejak 1957 itu sempat<br />

membuat geger setelah beredar video kekerasan<br />

yang diduga terjadi di sekolah tersebut.<br />

Video itu memperlihatkan tiga mahasiswa<br />

junior STIP yang menjadi bulan-bulanan seniornya.<br />

Menteri Perhubungan saat itu, Freddy Numberi,<br />

bereaksi keras. Ia pun menjamin tidak akan<br />

ada lagi kekerasan serupa di STIP, di masa yang<br />

akan datang. Tapi nyatanya, kejadian serupa<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kriminal<br />

Para calon taruna STIP.<br />

dok. stipjakarta<br />

kembali terulang. Bahkan seorang taruna harus<br />

meregang nyawa karena aksi kekerasan para<br />

senior.<br />

Ketujuh pelaku sudah dipecat dari STIP dan<br />

kini ditahan di Polres Jakarta Utara. Mereka<br />

terancam dijerat Pasal 353 dan Pasal 351 ayat 2<br />

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tentang<br />

penganiayaan, yang menyebabkan orang lain<br />

meninggal dunia. Ancaman hukuman maksimalnya<br />

9 tahun penjara.<br />

Budaya kekerasan di STIP membuat geram<br />

Menteri Nuh. Ia mendesak selain para pelaku<br />

dipecat dari STIP dan diproses secara hukum,<br />

penyelenggara sekolah pelat merah tersebut<br />

juga harus ikut bertanggung jawab. “Kalau dia<br />

(pengelola STIP) tidak mau tanggung jawab, ya<br />

sekolahannya ditutup saja,” ujar Nuh. ■<br />

DEDEN GUNAWAN, ROPESta SitoruS, KHAIRUL IKHWAN (medan)<br />

Majalah Majalah detik detik 20 - 26 5 januari - 11 mei 2014


Kolom<br />

Wajah<br />

Baru,<br />

Kelakuan<br />

Lama?<br />

Oleh: Zainal Arifin Mochtar<br />

Partai-partai kita lebih banyak berbenah akibat<br />

tuntutan kekuasaan dibanding berbenah untuk<br />

melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.<br />

Hasil pemilu legislatif memang belum final. Belum ada penetapan<br />

Komisi Pemilihan Umum (KPU) soal partai dan kandidat pemenang.<br />

Tetapi, sebaran perkiraan, analisis, dan perolehan suara<br />

sudah mendeteksi sekian banyak fakta menarik di kitaran pemilu<br />

tersebut. Cukup banyak wajah lama yang tersingkir, wajah baru banyak bermunculan<br />

meskipun ada juga wajah lama yang mampu bertahan.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Kolom<br />

Biodata<br />

Nama:<br />

Zainal Arifin Mochtar<br />

Pendidikan:<br />

Master Hukum dari Northwestern<br />

University, Amerika Serikat, Juli<br />

2006<br />

Profesi:<br />

n Pengajar di Fakultas Hukum<br />

Universitas Gadjah Mada,<br />

Yogyakarta<br />

n Pengajar di Universitas<br />

Muhammadiyah Yogyakarta<br />

n Ketua Pusat Kajian Anti<br />

Korupsi Fakultas Hukum UGM,<br />

Yogyakarta<br />

Pendidikan:<br />

n Master ilmu hukum dari<br />

Universitas Northwestern,<br />

Amerika Serikat, Juli 2005 - Juli<br />

2006<br />

n Tesis : The Dusk Of Human<br />

Rights Civil Rights Beyond<br />

Privatisation in Indonesia<br />

n Fakultas Hukum UGM,<br />

Indonesia, September 1997 -<br />

Agustus 2003<br />

Menariknya, cukup banyak wajah lama yang bersimbah persoalan hukum<br />

yang terlempar. Persoalan hukum, terkhusus antikorupsi, yang dapat dimaknai<br />

secara lebih lebar, yakni bukan hanya tersebut namanya dalam proses<br />

hukum bermasalah antikorupsi, tetapi juga karena tidak menunjukkan pemihakan<br />

yang kuat pada agenda antikorupsi, termasuk sering berseberangan<br />

diametral dengan paradigma pemberantasan korupsi. Tetapi, ada pula yang<br />

masih bertahan. Tentu sulit untuk menyebutkan nama. Namun beberapa di<br />

antaranya telah diberitakan media masih tetap sanggup bertahan di Senayan.<br />

Gejala ini tentu saja menarik. Di satu sisi, terlihat adanya penghukuman<br />

terhadap partai maupun kandidat yang dianggap bermasalah. Tentu ini<br />

gejala sehat dalam demokrasi. Pemilu sebagai alat penghukuman. Partai<br />

dan kandidat yang bermasalah dipukul mundur dengan menggunakan suara.<br />

Tak mengherankan jika sering kali pemilu diidentikkan de ngan “kudeta<br />

yang paling konstitusional”. Mereka yang bermasalah dan tidak serius harus<br />

digantikan dengan orang yang menurut pemilih “lebih baik” dibandingkan<br />

yang ada.<br />

Di lain sisi, sekian banyak yang bermasalah juga tetap bertahan. Hal yang<br />

bisa jadi menunjukkan bahwa kesadaran pemilih belum mencapai titik<br />

optimum. Pemilu belum secara optimal mengejawantahkan penghukuman<br />

kepada partai dan kandidat yang bermasalah. Luar biasanya lagi, masih terdapat<br />

adanya orang baru tetapi telah menjadi tersangka korupsi dan malah<br />

menjadi pemilik suara yang sangat besar serta hampir pasti menduduki satu<br />

kursi di senayan.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Kolom<br />

Pengalaman:<br />

n Kepala Divisi di Lembaga<br />

Swadaya Masyarakat<br />

"Destruktive Fishing Watch"<br />

Jakarta, sejak 2009<br />

n Dosen di Gakultas Hukum<br />

Universitas Muhammadiyah<br />

Yogyakarta, sejak 2007<br />

n Direktur Advokasi Pusat kajian<br />

Anti Korupsi, FH UGM, sejak<br />

2006<br />

n Peneliti Pusat Studi Hak<br />

Asasi manusia (PUSHAM) UII<br />

Yogyakarta,<br />

sejak 2001<br />

Karena itu—tanpa bermaksud mendahului hasil pemilu legislatif—pemilu<br />

kali ini mendatangkan rasa yang anakronistis. Satu pihak cukup membanggakan<br />

karena adanya penghukuman terhadap wajah-wajah nakal, dan pada<br />

pihak yang lain tetap saja ada pembiaran publik atas wajah nakal yang mampu<br />

bertahan. Tetapi, apa pun itu, para wajah baru yang ada akan melahirkan<br />

pertanyaan besar, yakni apakah akan mengubah konstelasi wajah senayan?<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Kolom<br />

Menakar Wajah Senayan<br />

Wajah baru tentu saja sangat berpeluang mendatangkan hal baru. Tetapi<br />

ada beberapa faktor penentu penting untuk mendorong perubahan<br />

kelakuan Senayan melalui wajah-wajah baru ini. Pertama, kondisi dan<br />

konstelasi partai yang mendorong mereka ke Senayan. Kemampuan partai<br />

untuk mengubah mengikuti kehendak perubahan zaman dan keinginan<br />

konstituen, secara teoretis akan mendorong kemungkinan adanya kelakuan<br />

baru yang baik bagi negeri ini. Jika partainya berubah dan baik, kerja partai<br />

melalui wakil-wakil di Senayan akan mempengaruhi kadar kerja dan wajah<br />

Senayan.<br />

Sayangnya, melihat iritabilitas partai-partai kita dalam mengadopsi perubahan<br />

melalui tuntutan zaman selama ini, maka sulit kita prediksi adanya<br />

aroma baru melalui faktor ini. Partai punya indra-indra yang peka jika<br />

berkaitan de ngan kekuasaan, tetapi tumpul ketika berbicara perbaikan dan<br />

perubahan. Partai-partai kita lebih banyak berbenah akibat tuntutan kekuasaan<br />

dibanding berbenah untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih<br />

baik. Koalisi menjadi hal yang jauh lebih banyak menyita perhatian mereka<br />

dibanding cita mereka yang terpilih serta bangunan yang akan mereka<br />

tawarkan di Senayan. Wajah baru yang memasuki Senayan dari konstelasi<br />

partai macam ini tidak akan mampu membuat perubahan berarti.<br />

Mereka hanya akan menghadapi masalah yang sama dengan masalah<br />

pendahulunya di Senayan. Soal pendanaan partai, misalnya, mereka hanya<br />

akan “diperah” lagi oleh partai sehingga mereka akan sangat mungkin kembali<br />

melanjutkan kebiasaan lama, yakni memerah negara melalui kekuasaan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Kolom<br />

mereka atas anggaran negara. Siklus koruptif pun berlangsung. Mereka akan<br />

menggunakan kekuasaan yang mereka miliki untuk menambal pendanaan<br />

partai sekaligus memperkaya diri sendiri untuk kembali menyiapkan diri di<br />

kontestasi lima tahun akan datang.<br />

Kedua, bukan hanya kondisi partai, tetapi juga karena godaan kekuasaan.<br />

Kekuasaan parlemen hampir masuk ke semua jenis kekuasaan di negeri ini.<br />

Sayangnya, bangunan kekuasaan besar ini tidak mendapatkan kontrol yang<br />

cukup kuat. Biasanya, dalam kondisi parlemen dua kamar, salah satu sistem<br />

pengawasannya adalah harus membangun sistem checks and balances<br />

dengan kamar kedua, antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan<br />

Perwakilan Daerah (DPD). Dalam term membangun model checks and<br />

balances, maka penting menyeimbangkan kewenangan antarkedua lembaga<br />

ini. Dengan harapan, ada yang mengawasi penggunaan kewenangan yang<br />

akan menentukan aroma masing-masing kamar.<br />

Kalau sistem saling kontrol berjalan antara DPR dan DPD tercipta, punya<br />

peluang mendorong ke pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, maupun<br />

pengawasan yang lebih baik. Jika tidak, wajah baru di Senayan hanya akan<br />

melanjutkan tradisi nikmat akibat besarnya kewenangan. Seperti yang ada<br />

saat ini, DPR menepikan kekuasaan DPD dan itulah penyumbang besar<br />

tidak sehatnya sistem parlemen dan gagalnya kita mendapatkan kerja-kerja<br />

parlemen yang lebih baik.<br />

Ketiga, kondisi model-model aturan yang ada. Salah satu sumber gagalnya<br />

bangunan perbaikan sistem adalah gagalnya membentuk aturan inti yang<br />

lebih baik. Sehingga aturan tersebut merupakan manifestasi dari keinginan<br />

kelompok lama. Dalam konteks parlemen, maka Tata Tertib sangat sering<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Kolom<br />

mendistorsi perbaikan dan perubahan yang diinginkan negeri ini. Ada banyak<br />

aturan yang seharusnya menjadi muatan UU, kemudian hanya disepakati<br />

sepihak di dalam Tata Tertib.<br />

Jangan dilupakan faktor keempat yang juga sangat penting, yakni apakah<br />

para aktor baru ini punya kemampuan dan kemauan untuk melakukan<br />

perubahan. Jika punya, akan sangat mungkin mengubah tiga kondisi di atas,<br />

yakni menjadi pengubah kebiasaan buruk partai di parlemen, memperbaiki<br />

nasib kamar kedua di parlemen, plus melakukan upaya memperbaiki aturan<br />

yang ada.<br />

Kemampuan dan kemauan ini akan mudah terlacak jika sedari awal mereka<br />

sudah mulai mendengungkan bangunan yang meminimalisasi konflik<br />

kepentingan atau tidak. Kemampuan dan kemauan mereka membangun<br />

sistem yang tidak memungkinkan adanya konflik kepentingan antara bangsa<br />

dan mereka pribadi ataupun partai mereka. Misalnya, hasrat menaikkan<br />

pendapatan sendiri karena memiliki kewenangan di bidang anggaran harus<br />

ditutupi dengan model kenaikan pendapatan yang akan diberlakukan setelah<br />

pemilu berikutnya akan menutup gairah dan hasrat anggota parlemen yang<br />

sangat gemar menaikkan gaji dan tunjangan mereka. Jika yang begini ada,<br />

maka harapan besar akan timbul. n<br />

Majalah Majalah detik detik 5 - 11 mei 5 - 11 2014 mei 2014


sisi lain capres<br />

Naik<br />

di Sayap<br />

Biar<br />

Gratis<br />

Peserta konvensi capres Partai Demokrat, Marzuki Alie, selalu<br />

memasang wajah serius meski sedang melucu. Seperti saat<br />

menyuruh istrinya naik di sayap pesawat.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sisi lain capres<br />

Ketua Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Marzuki Alie tergolong<br />

orang yang menganggap apa<br />

saja secara serius. Bukan hanya<br />

yang terkait dengan pekerjaan, tapi juga<br />

dalam menghadapi persoalan di keluarga.<br />

Tak mengherankan jika pria kelahiran<br />

Palembang, Sumatera Selatan, ini dulu<br />

selalu “ditakuti” oleh para kekasih adikadiknya,<br />

yang kebanyakan perempuan.<br />

Suatu hari, pacar salah satu adik perempuannya<br />

ketika masih muda datang<br />

ke rumah untuk ngapel. Siapa saja laki-laki<br />

yang datang, jantungnya selalu berdebardebar<br />

jika mengetahui Marzuki ada di<br />

rumah. Sebabnya, Marzuki selalu ikut<br />

nimbrung dengan mereka yang tengah<br />

berpacaran. Hal ini diakui salah satu adik<br />

Marzuki.<br />

“Jelas takutlah. Baru tiga kali datang ke<br />

rumah, (pacar) sudah langsung ditanya,<br />

mau serius dengan adik saya atau tidak.<br />

Kalau serius, segera saja menikah,” kata<br />

sang adik mengenang masa mudanya<br />

saat menyambut Marzuki dan rombongan<br />

berkunjung ke rumah orang tua mereka<br />

di Palembang beberapa waktu lalu.<br />

Marzuki punya jawaban soal kebiasaannya<br />

itu. Pria yang kini berusia 58 tahun ini<br />

mengatakan tindakannya menanyakan<br />

kepada pacar adik-adiknya bukan bermaksud<br />

mengekang atau melarang adiknya<br />

berpacaran, melainkan melindungi<br />

mereka.<br />

“Saat itu isu pemerkosaan sedang<br />

marak di Palembang. Jadi saya sangat<br />

khawatir terhadap adik-adik saya, yang<br />

mayoritas perempuan,” ujar Marzuki saat<br />

itu seperti dituturkan stafnya, Ronald<br />

Tanamas.<br />

Keseriusan Marzuki ini juga terbawa<br />

meskipun ia sedang melempar canda.<br />

Kendati bermaksud melucu, Marzuki<br />

tetap memasang muka serius. Seperti<br />

saat berada di Bali setelah melakukan sosialisasi<br />

Undang-Undang Pertanian dan<br />

Ketahanan Pangan. Saat itu, salah satu<br />

kandidat calon presiden konvensi Partai<br />

Demokrat ini hendak kembali ke Jakarta.<br />

Setiba di Bandara, Marzuki sempat<br />

ditanya oleh stafnya apakah akan menggunakan<br />

jalur VIP atau jalur biasa. Wakil<br />

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat ini<br />

pun memilih jalur biasa. Alasannya, ia<br />

dan rombongan masih memiliki banyak<br />

waktu.<br />

Tapi, konsekuensinya, Marzuki dan rombongan,<br />

termasuk sang istri, Asmawati,<br />

harus ikut antre naik bus bersama puluhan<br />

penumpang lainnya untuk diantar ke pesawat.<br />

Hal ini membuat Marzuki dikomplain<br />

istrinya, mengapa tak memilih menggunakan<br />

mobil VIP supaya tidak perlu antre.<br />

Toh, fasilitas tersebut gratis.<br />

Mendengar pernyataan sang istri, Marzuki<br />

pun berkelakar. “Mama apa-apa maunya<br />

gratis saja. Nanti, sampai di pesawat,<br />

Mama duduk di sayap pesawat saja, pasti<br />

gratis. Di sana tidak dikenai biaya,” tutur<br />

Marzuki.<br />

Tentu saja, meski memasang raut<br />

muka serius, Marzuki tidak bermaksud<br />

serius menyuruh istrinya naik di sayap<br />

pesawat.n<br />

KUSTIAH<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Horor<br />

Geng<br />

Predator<br />

<strong>JIS</strong><br />

Korban komplotan<br />

predator anak di <strong>JIS</strong> diduga<br />

masih banyak. Sayang,<br />

sekolah terkesan tak<br />

mendukung investigasi<br />

polisi. Orang tua murid pun<br />

setali tiga uang.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Selasar toilet juga selalu<br />

ramai oleh guru dan murid. Ini<br />

sejujurnya sulit dimengerti.<br />

Bocah TK itu akan dibawa ke Amerika<br />

Serikat. Juni bulan depan. Keputusan<br />

sudah bulat, si bocah akan pindah ke<br />

sekolah negeri adidaya itu.<br />

Kepindahan itu dinilai sebagai solusi mujarab<br />

untuk memulihkan trauma si kecil itu dari kekerasan<br />

seksual mengerikan, yang dialaminya di<br />

Jakarta International School (<strong>JIS</strong>).<br />

Hingga kini, trauma itu masih membelenggu<br />

AK, korban geng paedofil di <strong>JIS</strong> itu. Bocah 5 tahun<br />

tersebut kerap mengigau ketakutan ketika<br />

tidur. Ia pun gampang sekali<br />

marah. “Kalau marah, mainan<br />

dibuang dan membanting<br />

barang-barang,” ujar Bunda<br />

(bukan nama sebenarnya),<br />

ibunda AK.<br />

Trauma AK paling cepat timbul bila melihat<br />

petugas kebersihan (cleaning service). Maklumlah,<br />

petugas cleaning service di <strong>JIS</strong> menjadi<br />

pelaku kejahatan keji terhadap bocah itu. Dan<br />

pelaku tidak cuma satu orang, melainkan tujuh<br />

orang. Salah satu anggota geng paedofil di <strong>JIS</strong><br />

itu seorang perempuan.<br />

Enam tersangka jaringan geng predator anak<br />

ini sudah ditahan Polda Metro Jaya. Mereka<br />

antara lain Agun Iskandar, Virgiawan Amin alias<br />

Awan, Syahrial, Zainal Abidin, Afrischa Setyani,<br />

dan Azwar. Sedangkan satu pelaku, yang belum<br />

dibuka identitasnya, masih buron. “Sampai<br />

sekarang, kami tidak habis mengerti mengapa<br />

kejadian ini bisa terjadi,” ujar Kepala <strong>JIS</strong> Timothy<br />

Carr kepada majalah detik.<br />

Sebagai sekolah bertaraf internasional, <strong>JIS</strong><br />

menerapkan sistem pengamanan yang superketat.<br />

Setiap siswa atau tamu yang masuk ke<br />

kampus <strong>JIS</strong> di Jalan Terogong, Cilandak, Jakarta<br />

Selatan, harus melalui pemeriksaan secara berlapis.<br />

Untuk masuk ke gedung sekolah, siswa<br />

pun dilengkapi kartu akses.<br />

Tim Carr masih belum percaya pihaknya<br />

kebobolan. Sebab, <strong>JIS</strong> adalah tempat yang sibuk<br />

saban harinya. Banyak ruangan kelas yang<br />

berdinding kaca, sehingga orang bisa melihat<br />

ke luar. “Selasar toilet juga selalu ramai oleh<br />

guru dan murid. Ini sejujurnya sulit dimengerti,”<br />

tandas Tim Carr.<br />

●●●<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

TK <strong>JIS</strong> dibuka sejak beberapa tahun yang lalu.<br />

<strong>JIS</strong>, yang berdiri sejak 1951, juga mengelola pendidikan<br />

SD, SMP, hingga SMA. Ada 300 guru<br />

dan 2.600 murid di sekolah tersebut, yang<br />

berasal dari 63 negara. Porsi terbesar murid <strong>JIS</strong><br />

adalah warga negara Indonesia, yakni sebanyak<br />

15 persen.<br />

TK yang kini dibekukan Kementerian Pendidikan<br />

dan Kebudayaan itu menempati gedung<br />

E, yang bernama Kamboja. Gedung itu berada<br />

di bagian selatan kompleks <strong>JIS</strong>. TK <strong>JIS</strong> terdiri<br />

atas empat kelas dengan masing-masing kelas<br />

berisi sekitar 18 murid.<br />

Sejak 1997, <strong>JIS</strong> bekerja sama dengan PT ISS<br />

Indonesia untuk mengurus pemeliharaan bangunan,<br />

kebersihan, serta pembasmian hama<br />

dan tikus. Saat ini ada 135 karyawan ISS yang<br />

ditugaskan di dua kampus <strong>JIS</strong>: Jl. Terogong dan<br />

Jl. Pattimura.<br />

Tidak disangka, justru karyawan ISS, mitra<br />

yang sudah lama dipercaya itulah yang membobol<br />

keamanan superketat <strong>JIS</strong>. Keenam tersangka<br />

pencabulan bocah TK adalah petugas<br />

kebersihan yang disewa <strong>JIS</strong> dari PT ISS.<br />

Carr mengatakan toilet selalu ramai. Namun,<br />

faktanya, suasana toilet di gedung Anggrek<br />

yang menjadi salah satu tempat kejadian perkara<br />

(TKP) justru sebaliknya. Toilet yang berjarak<br />

25 meter dari ruang kelas itu sepi dan tidak<br />

ada CCTV. Setidaknya itulah yang dilihat oleh<br />

Sekjen Komisi Perlindungan Anak Indonesia,<br />

Erlinda, yang sempat mendatangi TK <strong>JIS</strong> pascakejadian.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Tersangka kasus pelecehan<br />

seksual di <strong>JIS</strong> saat digelandang<br />

di Polda Metro Jaya, (26/4).<br />

Rengga Sencaya/detikcom<br />

"Depannya kan taman, tapi enggak ada yang<br />

nongkrong-nongkrong. Ibu-ibu yang mengantar<br />

anaknya enggak boleh menunggu di situ," kata<br />

dia kepada majalah detik.<br />

Sedangkan TKP yang kedua, yaitu toilet gedung<br />

Gym, jaraknya sangat jauh dari ruang kelas<br />

anak-anak TK <strong>JIS</strong>. Sekitar 75-100 meter. Sebenarnya<br />

di lantai 2 gedung Kamboja yang dijadikan<br />

ruang playgroup ada toilet. Namun anak-anak<br />

TK jarang memanfaatkannya. “Mungkin anakanak<br />

malas harus naik,” kata Erlinda.<br />

Bocah-bocah TK biasa ke toilet bila jam istirahat<br />

siang tiba. Rutinitas itu dihafal oleh Afrischa.<br />

Perempuan itu kebetulan satu-satunya petugas<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Zainal mengenali<br />

saat disodorkan foto<br />

Vahey. Katanya, ia<br />

dibujuk masuk ke<br />

mobil orang asing<br />

saat berada di<br />

bundaran Pondok<br />

Indah.<br />

cleaning service yang bertugas di bagian toilet<br />

<strong>JIS</strong>. Saat ada “mangsa” yang potensial masuk<br />

toilet Anggrek atau Gym, Afrischa menghubungi<br />

teman-temannya melalui telepon. “Ada<br />

nih. Mau ‘dikerjain’ enggak?” ujarnya.<br />

Bila geng sepakat beraksi, mereka mulai<br />

membagi peran. Sambil menunggu yang lain<br />

datang, ada yang membujuk korban dengan<br />

kalimat-kalimat yang mengundang rasa penasaran<br />

anak kecil. Misalnya dengan peragaan<br />

“pensil pink”, yang dapat mengeluarkan semut.<br />

Lantas, pelaku berganti peran. Ada yang melepas<br />

celana korban, mencabuli, memegangi, dan<br />

mengawasi situasi.<br />

Aksi para predator anak itu semakin mudah<br />

lantaran didukung oleh letak toilet. Jarak toilet<br />

yang jauh memungkinkan pelaku menenangkan<br />

korban yang menangis sebelum kembali ke<br />

kelas. “Jarak 25 meter itu sudah cukup jauh bagi<br />

seorang anak TK,” kata Kabid Humas Polda<br />

Metro Jaya Kombes Rikwanto.<br />

Komnas Perlindungan Anak juga menilai<br />

toilet yang jauh itu merupakan kelalaian <strong>JIS</strong>.<br />

“Bayangkan, anak dibiarkan berlama-lama di<br />

toilet yang berjarak 25 meter itu. Tidak dicek<br />

oleh gurunya. Itu kelalaian,” kata Ketua Komnas<br />

PA, Arist Merdeka Sirait.<br />

Bagaimana enam petugas cleaning service dari<br />

ISS itu membentuk geng predator anak? Hingga<br />

kini polisi masih menyelidikinya. Temuan polisi,<br />

anggota komplotan sama-sama mempunyai<br />

orientasi seksual yang menyimpang. Zainal dan<br />

Awan merupakan pasangan sesama jenis.<br />

Perilaku seks menyimpang para pelaku itu<br />

juga dibuktikan dari hasil pemeriksaan di Rumah<br />

Sakit Polri Dr. Soekanto. Bentuk dubur<br />

para tersangka sudah tidak normal lagi. “Dari<br />

hasil pemeriksaan, maaf nih, dubur mereka<br />

sudah pada ‘dol’,” ungkap kuasa hukum para<br />

pelaku, Djarot Widodo, kepada majalah detik.<br />

Zainal mengaku punya latar belakang kelam<br />

saat kecil. Saat berusia lima tahun, warga<br />

Pondok Pinang, Jakarta Selatan, itu disodomi.<br />

Bahkan, pada usia 14 tahun, atau sekitar tahun<br />

2000—usia Zainal kini 28 tahun—ia disodomi<br />

buronan FBI dalam kasus paedofilia lintas negara.<br />

Buron itu, William James Vahey, mengajar<br />

di <strong>JIS</strong> sangat lama, 10 tahun, dari 1992-2002.<br />

Namun, anehnya, perilaku menyimpang Vahey<br />

sama sekali tidak terendus. Vahey bunuh diri<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Suasana di salah satu sudut <strong>JIS</strong><br />

Oktamandjaya Wiguna/majalah detik<br />

di rumahnya di Minessota, AS, 21 Maret 2014,<br />

berbarengan dengan terbongkarnya kasus <strong>JIS</strong>.<br />

Kemudian, salah seorang tersangka, Azwar,<br />

juga mengikuti jejak Vahey, yaitu dengan menenggak<br />

cairan pembersih toilet di tahanan.<br />

“Zainal mengenali saat disodorkan foto Vahey.<br />

Katanya, ia dibujuk masuk ke mobil orang<br />

asing saat berada di bundaran Pondok Indah,”<br />

kata Rikwanto. Di mobil itulah Zainal mengaku<br />

“dikerjai” Vahey dan lantas dibayar Rp 20 ribu.<br />

Teman-teman sekampung Zainal tidak percaya<br />

tersangka kejahatan seksual pada bocah<br />

TK <strong>JIS</strong> itu pernah menjadi korban kekerasan<br />

seksual waktu kecil. Karena Zainal belum bisa<br />

berjalan sampai umur 4 tahun. Namun, ketika<br />

sudah dewasa, Zainal punya fantasi seks yang<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

berlebihan. Lalu perilakunya mulai terlihat<br />

mirip-mirip perempuan. “Dia itu klenyer,” kata<br />

teman Zainal, yang menolak namanya disebut.<br />

Dari keterangan para tersangka, polisi menemukan<br />

fakta, setidaknya tujuh kali aksi pencabulan<br />

itu dilakukan sepanjang Februari hingga<br />

Maret 2014. Mereka juga mengaku tidak hanya<br />

melakukan kekerasan seksual pada satu anak.<br />

Namun polisi susah melacaknya karena tidak<br />

mengenal nama-nama korban. Polisi sudah<br />

meminta pihak <strong>JIS</strong> agar meminjamkan foto-foto<br />

murid TK untuk ditunjukkan ke pelaku. Namun<br />

permintaan itu belum ditanggapi oleh pihak <strong>JIS</strong>.<br />

Menurut Erlinda, korban kedua juga murid<br />

TK, namun berbeda kelas dengan korban<br />

pertama.<br />

Sekjen KPAI Erlinda<br />

detikfoto<br />

Tim Carr dan beberapa guru <strong>JIS</strong> sudah dimintai<br />

keterangan pada Sabtu, 26 April 2014. Namun<br />

Rikwanto menyesalkan tidak adanya dukungan<br />

penuh dari pihak <strong>JIS</strong> untuk membongkar kejahatan<br />

seksual tersebut. <strong>JIS</strong> seolah-olah terbuka,<br />

tapi, “input yang bagus untuk mengungkap<br />

kasus ini tidak kelihatan,” sesalnya.<br />

<strong>JIS</strong> bahkan mengubah bentuk asli TKP pascakasus<br />

ini terungkap. Hal itu juga dilihat Erlinda<br />

saat melakukan kunjungan kedua dan ketiga ke<br />

<strong>JIS</strong>. "Dindingnya ada yang ditinggikan," katanya.<br />

Sedangkan sumber majalah detik menyebut,<br />

penyidik juga perlu menunggu lama untuk bisa<br />

memasang police line di toilet Anggrek dan<br />

Gym.<br />

Minggu, 27 April 2014, satu korban lagi melapor<br />

ke KPAI. Menurut Erlinda, korban kedua<br />

juga murid TK, namun berbeda kelas dengan<br />

korban pertama. Korban kedua juga mengalami<br />

kekerasan seksual lebih lama, yaitu sejak<br />

Desember 2013. Jika tidak ada aral melintang,<br />

rencananya, orang tuanya akan melapor ke<br />

Polda Metro Jaya pekan ini.<br />

Sejak kasus sodomi terungkap, KPAI aktif<br />

menghubungi para orang tua yang menyekolahkan<br />

anaknya di <strong>JIS</strong>. Yang mengejutkan, para<br />

orang tua itu banyak yang mengaku anaknya<br />

menjadi korban kekerasan seksual. Bahkan pelaku<br />

tak hanya petugas cleaning service, tetapi<br />

juga staf-staf pengajar di <strong>JIS</strong>.<br />

Menurut para orang tua murid, kasus keke-<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Para jurnalis saat melakukan<br />

peliputan di depan <strong>JIS</strong>.<br />

Ari Saputra/majalah detik<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

rasan seksual di <strong>JIS</strong> sudah sejak lama hendak<br />

meledak ke publik. Namun, begitu kasus itu<br />

mulai keluar dari “dinding” <strong>JIS</strong>, pihak sekolah<br />

selalu bisa meredamnya. Namun sayang, begitu<br />

kasus <strong>JIS</strong> terbongkar, masih sedikit orang tua<br />

yang menunjukkan keberanian untuk melaporkannya<br />

ke polisi. Alasannya, ingin menyimpan<br />

aib untuk keluarga.<br />

Bahkan, sekarang ini ada sebagian orang tua<br />

yang berpihak kepada <strong>JIS</strong> dengan cara mempengaruhi<br />

opini. “Mereka bilang agar jangan<br />

percaya dengan omongan ibu ini, ibu itu,” kata<br />

Erlinda. ■ BAHTIAR RIFAI, ISFari HIKmat, PASti LIBERTI MAPPAPA,<br />

moniQue Shintami I IRWan NUGROHO<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

dua toilet<br />

paedofil<br />

Hasil penyelidikan terhadap komplotan paedofil<br />

di Jakarta International School menemukan<br />

ada dua lokasi toilet tempat mereka melakukan<br />

kekerasan seksual terhadap siswa taman kanak-kanak.<br />

Toilet pertama di Gedung Anggrek dan yang kedua di<br />

Gedung Gym. Dari 12 toilet di area pendidikan dasar dan<br />

taman kanak-kanak itu, dua toilet itulah yang menurut<br />

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar<br />

Rikwanto, jadi tempat terjadinya kekerasan seksual.<br />

A<br />

B<br />

JAKArta International School<br />

Kampus Pondok Indah<br />

Area pendidikan dasar dan taman kanak-kanak<br />

D<br />

C<br />

A<br />

C<br />

B<br />

Lokasi toilet tempat<br />

kejadian kekerasan seksual<br />

Gedung Anggrek (A) dan<br />

Gym (C)<br />

Gedung Kamboja<br />

Lantai 1 taman kanak-kanak<br />

(ruang kelas korban)<br />

Lantai 2 playgroup<br />

D<br />

Kantor tata<br />

usaha / staf<br />

sekolah<br />

Jarak B-A: ± 25 meter<br />

Jarak B-C: ± 100 meter<br />

infografIS: Mindra purnomo<br />

Sumber: Polda Metro Jaya | <strong>JIS</strong><br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Tragedi di TK<br />

Internasional<br />

Jumat, 21 Maret 2014<br />

Bunda AK, murid TK <strong>JIS</strong>, shock<br />

begitu mengetahui anaknya<br />

menjadi korban kekerasan seksual<br />

di toilet <strong>JIS</strong>. Pelaku diduga<br />

petugas cleaning service <strong>JIS</strong>.<br />

2<br />

Sabtu, 22 Maret 2014<br />

Orang tua AK melapor ke<br />

<strong>JIS</strong>. Satpam sekolah membantu<br />

mengidentifikasi pelaku dengan<br />

menunjukkan foto-foto petugas<br />

cleaning service kepada korban. Setelah<br />

pelaku dikenali, kasus dilaporkan<br />

ke Polda Metro Jaya.<br />

Kamis, 3 April 2014<br />

Polisi menangkap 2 petugas cleaning service PT<br />

ISS Indonesia yang bekerja di <strong>JIS</strong>, yaitu Agun Iskandar<br />

dan Virgiawan Amin alias Awan.<br />

Hasil uji lab menunjukkan pasangan sejenis ini punya bakteri<br />

yang sama dengan yang ditemukan di anus korban.<br />

<strong>JIS</strong> menyebarkan email ke orang tua murid ada kasus kekerasan<br />

seksual di sekolah tanpa menyebut siapa korbannya<br />

dan memberi tahu bahwa pelakunya adalah karyawan<br />

kontrak.<br />

1<br />

3<br />

8<br />

7<br />

Rabu,<br />

23 April 2014<br />

Terungkap pelaku paedofilia<br />

yang menjadi<br />

buronan FBI, William<br />

James Vahey, yang<br />

pernah menjadi guru<br />

di <strong>JIS</strong>. Vahey mengajar<br />

SMP <strong>JIS</strong> selama 10<br />

tahun dari 1992-2002.<br />

Vahey bunuh diri pada<br />

Maret 2014. Korban<br />

diduga berjumlah 90<br />

bocah.<br />

Sabtu, 26 April 2014<br />

Azwar bunuh diri di sela-sela interogasi. Mayatnya<br />

ditemukan terkapar di toilet Polda Metro<br />

Jaya. Ia diduga menenggak cairan pembersih<br />

toilet.<br />

Senin, 14 April 2014<br />

Agun dan Awan menjadi tersangka. Dari pengakuan<br />

keduanya, penyidik menetapkan 4 rekan mereka sebagai<br />

tersangka. Mereka antara lain Afrischa Setyani,<br />

Syahrial, Zainal Abidin, dan Azwar. Setidaknya, sebanyak<br />

7 kali kekerasan seksual dilakukan komplotan ini.<br />

Jumat, 18 April 2014<br />

Kemendikbud menutup sementara TK <strong>JIS</strong>. Alasannya,<br />

<strong>JIS</strong>, yang sudah berdiri sejak 1951, tidak mengantongi<br />

izin pendirian dan penyelenggaraan pendidikan tingkat<br />

kanak-kanak.<br />

4<br />

5<br />

9<br />

10<br />

Sabtu, 26 April 2014<br />

Kepala Sekolah <strong>JIS</strong> Timothy Carr bersama<br />

guru-guru diperiksa polisi.<br />

Kamis, 24 April 2014<br />

Bocah WNA, korban baru kekerasan seksual<br />

di <strong>JIS</strong>, melapor ke KPAI. Pelaku diduga bukan<br />

komplotan petugas cleaning service karena ciricirinya<br />

berambut pirang.<br />

Selasa, 22 April 2014<br />

Ibu korban memohon perlindungan ke LPSK. Ia banyak<br />

menerima ancaman melalui telepon genggam.<br />

6<br />

11<br />

Rabu, 30 April 2014<br />

<strong>JIS</strong> memutus kontrak dengan PT ISS Indonesia.<br />

ISS memecat karyawan yang terlibat<br />

pencabulan di <strong>JIS</strong>.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

foto-foto: okta wiguna/majalah detik<br />

Tersandung Masalah<br />

Di Sepanjang Sejarah<br />

Kampus <strong>JIS</strong> makin besar<br />

berkat bantuan kakak<br />

Prabowo Subianto dan<br />

mantan bos Pertamina,<br />

Ibnu Sutowo. Pernah<br />

terbakar, berkali-kali<br />

jadi target teroris.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Dia mau semua bos<br />

perusahaan minyak<br />

asing menetap<br />

di Jakarta. Jadi<br />

dibuatkan sekolah<br />

buat anak-anak<br />

mereka.<br />

Kain-kain biru dililitkan pada<br />

pohon yang menjulang di depan<br />

gedung Fine Arts Theater Jakarta<br />

International School (<strong>JIS</strong>), Jakarta.<br />

Pita-pita biru, warna khas <strong>JIS</strong>, yang digantung<br />

di dahannya menjulur hingga ke tanah dengan<br />

plastik mika bening diikatkan di sana.<br />

“Pohon Harapan” itu jadi tempat siswa dan<br />

orang tua murid menyatakan simpati kepada<br />

korban kekerasan seksual di <strong>JIS</strong>. Mereka juga<br />

menyatakan dukungan kepada <strong>JIS</strong>. “Kami mendengar<br />

ada banyak komentar minta <strong>JIS</strong> ditutup,”<br />

kata Maya, orang tua murid, saat ditemui<br />

majalah detik di kampus <strong>JIS</strong> pada Rabu, 30<br />

April 2014.<br />

Sepanjang sejarahnya, <strong>JIS</strong> memang berkalikali<br />

dirundung masalah. Namun baru kali ini<br />

sekolah itu terbelit kasus kekerasan seksual<br />

terhadap murid dan dipermasalahkan izinnya.<br />

<strong>JIS</strong>, yang kini punya tiga kampus, berawal<br />

dari sekolah dengan hanya tiga murid di markas<br />

Komisi Tiga Negara di Jalan Kebon Sirih,<br />

Jakarta Pusat. Pendirinya pasangan warga negara<br />

Amerika Serikat, Joseph dan Antoinette<br />

Stepanek.<br />

Saat ditugasi memimpin misi industri Perserikatan<br />

Bangsa-Bangsa pada Komisi Tiga Negara<br />

mengawasi peralihan kekuasaan dari Belanda<br />

ke Indonesia, Joseph kesulitan mencari sekolah<br />

buat anaknya: Joseph, James, dan Tonilou Stepanek.<br />

“Yang ada hanya sekolah Belanda dan<br />

Indonesia, yang bahasanya sulit buat kami,”<br />

kata Antoinette.<br />

Berbekal kursi, meja, dan papan tulis yang<br />

dibuat oleh narapidana di penjara terdekat, rumah<br />

di Jalan Kebon Sirih itu makin mirip ruang<br />

kelas. Akhirnya, pada September 1951, Jakarta<br />

International School resmi beroperasi dengan<br />

Antoinette dan orang Indonesia yang mampu<br />

berbahasa Inggris sebagai gurunya.<br />

Karena siswa terus bertambah, sekolah ini<br />

mencari lokasi baru di daerah Kebayoran pada<br />

1952. Dibantu anak Menteri Keuangan Soemitro<br />

Djojohadikoesoemo, yakni Bianti Sumitro,<br />

dan mantan Menteri Luar Negeri Agus Salim,<br />

mereka berhasil melobi pemerintah sehingga<br />

mendapat tanah yang sekarang berada di Jalan<br />

Pattimura, Jakarta Selatan.<br />

Pada 1960, Presiden Sukarno mengharuskan<br />

semua sekolah internasional berafiliasi dengan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Mantan Menteri Keuangan<br />

Soemitro Djojohadikoesoemo.<br />

Putri sang menteri, Bianti<br />

Sumitro, membantu <strong>JIS</strong><br />

mendapatkan tanah buat<br />

kampus baru yang kini ada di<br />

Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.<br />

soedoetpandang.wordpress.com<br />

kedutaan. Maka sekolah ini pun jadi Joint Embassy<br />

School (JES) di bawah Kedutaan Besar<br />

Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Yugoslavia.<br />

Arsitek yang membangun kampus Pattimura<br />

itu, Arthur Thomas Pope, bercerita, pada 1963<br />

sekolah sudah menerima siswa Indonesia.<br />

Berencana membuka sekolah menengah atas,<br />

mereka kembali mencari tanah.<br />

Namun ide itu baru terwujud setelah kekuasaan<br />

pindah ke tangan Presiden Soeharto. Menurut<br />

Pope, ide membuat kampus di kawasan<br />

Terogong, Pondok Indah, itu awalnya datang<br />

dari Presiden Direktur Pertamina Ibnu Sutowo.<br />

“Dia mau semua bos perusahaan minyak<br />

asing yang tinggal di Singapura menetap di<br />

Jakarta,” kata Pope. “Tapi, untuk itu, dibutuhkan<br />

sekolah menengah atas buat anak-anak mereka.”<br />

Ibnu Sutowo bahkan siap membantu membelikan<br />

tanah jika ada lokasi yang cocok. Setelah<br />

memilih lokasi di Cilandak, Ibnu memerintahkan<br />

Direktur Keuangan Pertamina Tirto<br />

Utomo, yang keturunan Tionghoa, menawar<br />

kepada sekitar 40 pemilik tanah.<br />

Berhari-hari Tirto duduk di bawah pohon<br />

di lahan itu sambil tawar-menawar dengan<br />

pemilik tanah. Tirto mematok harga Rp 8.000<br />

per meter persegi pada 1969 itu. Tapi pemilik<br />

tanah meminta lebih tinggi. Tawar-menawar<br />

yang berlangsung alot itu akhirnya berbuah<br />

kesepakatan beli.<br />

Gilanya, membeli tanah ternyata tak termasuk<br />

pohon di atasnya. Saat penggusuran pun<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Para petugas keamanan berjaga<br />

di depan kompleks Jakarta<br />

International School (<strong>JIS</strong>),<br />

Jakarta Selatan. Keamanan <strong>JIS</strong><br />

diperketat setelah jadi target<br />

teroris pada 2002 dan 2003.<br />

Ari Saputra/detikfoto<br />

mereka harus merogoh kantong lagi buat membayari<br />

pohon yang ditebang. Setelah transaksi<br />

itu, Pertamina menyewakan tanah tersebut<br />

kepada sekolah seharga US$ 1 per tahun.<br />

Tiga tahun setelah kampus Cilandak itu<br />

diresmikan Ibu Negara Siti Hartinah “Tien”<br />

Soeharto, JES diultimatum pemerintah memilih<br />

antara status sekolah kedutaan atau sekolah<br />

internasional. Karena banyak siswa Indonesia,<br />

akhirnya mereka memilih status sekolah internasional<br />

dan pada 1977 berganti nama lagi jadi<br />

Jakarta International School.<br />

Desain kampus Terogong itu terbukti bermasalah<br />

pada 5 April 1981. Hari itu api melalap<br />

lima gedung di kampus tersebut.<br />

Api menjalar cepat melewati koridor-koridor<br />

berbahan kayu. Mobil pemadam kebakaran<br />

tidak bisa mendekati lokasi kebakaran karena<br />

tidak ada jalan ke sana.<br />

Sejak kebakaran itu, <strong>JIS</strong> mulai menyusun<br />

rencana keamanan darurat. Pada 1996, Wakil<br />

Kepala Sekolah Jean K. Vahey memimpin re-<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Mantan Wakil Kepala <strong>JIS</strong>, Jean K.<br />

Vahey (kiri), dan suaminya yang<br />

bekas guru <strong>JIS</strong>, William James<br />

Vahey (kanan). FBI menduga<br />

William Vahey melakukan<br />

kejahatan seksual di semua<br />

sekolah yang pernah diajarnya.<br />

dailymail<br />

visinya. Rencana yang di<br />

dalamnya ada prosedur<br />

menyelamatkan murid<br />

itu terpakai saat kerusuhan<br />

Mei 1998 mulai mendekat<br />

ke Terogong.<br />

Jean Vahey bercerita,<br />

pada 15 Mei 1998 ada perintah<br />

dari Kedutaan agar<br />

sekolah itu ditutup dan<br />

kalangan ekspatriat pun<br />

melakukan eksodus dari<br />

Indonesia. Ketika akhirnya<br />

sekolah itu dibuka<br />

lagi pada Agustus 1998,<br />

jumlah muridnya melorot<br />

dari 3.000 jadi kurang dari 800 siswa.<br />

<strong>JIS</strong> mulai memperketat keamanan di pintu<br />

masuk dan membangun pagar setinggi 3 meter<br />

setelah tragedi Bom Bali I pada 2002. Saat itu<br />

informasi intelijen Amerika Serikat menyatakan<br />

<strong>JIS</strong> jadi salah satu target utama teroris.<br />

Saat memburu otak teror bom bunuh diri, Dr<br />

Azahari dan Noor Din M. Top, di Bandung, polisi<br />

menemukan daftar target di rumah kontrakan<br />

yang ditinggalkan keduanya. <strong>JIS</strong> kembali masuk<br />

jadi salah satu target utama dalam daftar itu.<br />

Berkali-kali <strong>JIS</strong> masuk daftar target teroris,<br />

pemerintah Amerika Serikat memberikan<br />

bantuan dana peningkatan pengamanan pada<br />

2004. Menurut Kepala Australian International<br />

School ketika itu, Penny Robertson, <strong>JIS</strong> menerima<br />

kucuran dana hingga US$ 2 juta atau sekitar<br />

Rp 23 miliar. Australian International School<br />

pun meminta Australia meniru sikap Amerika,<br />

yang serius memperhatikan <strong>JIS</strong>.<br />

Berkat pengamanan ketat mulai pintu masuk<br />

itu, hingga saat ini <strong>JIS</strong> belum pernah ditembus<br />

teroris. Namun, siapa sangka, ternyata keamanan<br />

ekstraketat itu malah ditembus oleh<br />

paedofil.<br />

Predator anak William James Vahey, suami<br />

Wakil Kepala Sekolah Jean K. Vahey, pernah<br />

mengajar di sana. Pada 3 April 2014, terungkap<br />

adanya sekelompok petugas kebersihan yang<br />

melakukan kekerasan seksual terhadap siswa<br />

taman kanak-kanak. n Okta Wiguna<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Anak<br />

Predator<br />

di Kampus<br />

Naga Biru<br />

Mantan guru <strong>JIS</strong>, William Vahey, adalah predator anak<br />

dengan korban terbanyak dan waktu kejahatan terlama<br />

sepanjang sejarah FBI. Istrinya, Jean Vahey, 7 tahun<br />

menjadi wakil kepala sekolah di <strong>JIS</strong>.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jisDeretan pohon besar di dalam kompleks<br />

seluas 22 hektare di Jalan W.R.<br />

Supratman, Pondok Ranji, Tangerang<br />

Gerbang Countrywoods<br />

Residence di Ciputat, Tangerang<br />

Selatan. Predator anak William<br />

James Vahey pernah menyewa<br />

rumah di kompleks hunian<br />

ekspatriat ini.<br />

Isfari hikmat<br />

Selatan, itu membuatnya lebih hijau<br />

dari sekitarnya. Dinamai Countrywoods Residence,<br />

kompleks itu sejak 1990-an menjadi favorit<br />

kalangan ekspatriat buat menyewa rumah<br />

dan apartemen.<br />

Salah satu penyewa rumah di sana pada 1992<br />

adalah William “Bill” James Vahey dan istrinya,<br />

Jean K. Vahey. Mereka tinggal bersama kedua<br />

anaknya. Manajemen Countrywoods mengenal<br />

mereka sebagai guru Jakarta International School<br />

(<strong>JIS</strong>).<br />

“Mereka pernah di sini sekitar delapan tahunan,<br />

sejak 1992 sampai 2000,” kata Budi,<br />

staf manajemen Countrywoods Residence.<br />

“Setelah itu pindah ke Pondok Indah, katanya<br />

sih apartemen punya sekolahan.”<br />

Menurut seorang petugas keamanan Countrywoods,<br />

rata-rata guru <strong>JIS</strong> pindah ke Apartemen<br />

Kristal di Terogong, Cilandak, tidak jauh<br />

dari sekolah. Namun dia tidak tahu apakah<br />

keluarga Vahey pindah ke sana.<br />

Budi mengaku kaget saat membaca berita Bill<br />

Vahey, yang disebut FBI sebagai predator anak<br />

dengan puluhan remaja yang menjadi korban<br />

kejahatan seksualnya. “Orangnya baik, sopan, istrinya<br />

juga baik, makanya kita kaget,” kata Budi.<br />

Istri Bill Vahey, Jean K. Vahey, bercerita dia<br />

tinggal di Countrywoods saat kerusuhan yang<br />

melanda Jakarta pada Mei 1998. Jean bercerita,<br />

pada 14 Mei 1998, hari kedua kerusuhan itu, dia<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

pulang pukul 02.00 menunggu jalanan kosong.<br />

“Saat itu, saya tinggal di Countrywoods Estate,”<br />

kata Jean seperti dikutip buku Jakarta<br />

International School: The First Fifty Years. “Saya<br />

pulang dari sekolah lewat jalan belakang dan<br />

sampai di rumah dengan selamat.”<br />

Bill dan Jean Vahey masuk ke <strong>JIS</strong> pada 1992.<br />

Sebelumnya, mereka bekerja di Saudi Aramco<br />

Schools, Dhahran, Arab Saudi.<br />

Bill dan Jean memang selalu berpindah<br />

negara buat bekerja di sekolah internasional.<br />

Pada 1970-an, mereka sama-sama mengajar di<br />

American School of Madrid di Spanyol.<br />

Di berbagai sekolah yang pernah disinggahinya,<br />

mulai Iran hingga Yunani, Bill tercatat<br />

mengajar ilmu<br />

pengetahuan sosial,<br />

sejarah dunia, dan<br />

geografi. Bill juga<br />

menjadi pelatih<br />

rupa-rupa olahraga,<br />

pembina organisasi<br />

siswa, dan guru pendamping darmawisata.<br />

Sedangkan Jean, selain guru, berkarier sebagai<br />

konselor perguruan tinggi. Dia membantu siswa<br />

Baru kali ini saya bertemu kasus di<br />

mana pelakunya bisa mencabuli anak<br />

sebanyak itu dalam periode waktu<br />

yang sangat panjang.<br />

sekolah menengah atas dalam memilih universitas<br />

yang pas buat melanjutkan studi.<br />

Tiga tahun di <strong>JIS</strong>, karier Jean meroket jadi<br />

Wakil Kepala <strong>JIS</strong>. Pada 1996, dia berperan menyusun<br />

rencana keamanan darurat <strong>JIS</strong>, termasuk<br />

menyiapkan stok makanan jika muridnya<br />

terjebak di sekolah.<br />

Rencana keamanan darurat itu terpakai ketika<br />

kerusuhan Mei 1998. Dia mengurusi pemulangan<br />

mendadak seluruh warga sekolah dan mengatur<br />

rute-rute mobil pengantar murid.<br />

Jean juga mengomandani pembangunan gedung-gedung<br />

tambahan dengan menggandeng<br />

biro arsitek dan perencanaan H2L2 Architects<br />

dari Philadelphia, Amerika Serikat. Hasil proyek<br />

tersebut antara lain bangunan sekolah dasar<br />

dan taman kanak-kanak <strong>JIS</strong>.<br />

Jean mati-matian membangun gimnasium di<br />

area pendidikan dasar itu agar selesai pada peringatan<br />

50 tahun <strong>JIS</strong>. Menjadi ketua panitia perayaan<br />

50 tahun sekolah yang bermaskot naga<br />

biru itu, impian Jean tercapai saat memotong<br />

tumpeng peresmian gimnasium itu pada 2001.<br />

Ironisnya, menurut Kepala Bidang Humas<br />

Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto,<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

American Nicaraguan School<br />

di Managua, Nikaragua.<br />

Di sekolah inilah rahasia<br />

paedofilia William Vahey<br />

terbongkar.<br />

DAILYMAIL<br />

toilet di gimnasium itu menjadi salah satu lokasi<br />

terjadinya kekerasan seksual oleh petugas<br />

kebersihan. Desain toilet di kompleks pendidikan<br />

dasar dan usia dini itu juga dianggap memungkinkan<br />

kekerasan seksual itu terjadi.<br />

Bill dan Jean Vahey pada 2002 pindah ke<br />

Caracas, Venezuela. Jean menjabat Superintendent<br />

Escuela Campo Alegre, sedangkan Bill<br />

mengajar ilmu pengetahuan sosial dan sejarah<br />

di sekolah internasional itu.<br />

Pada 2009, pasangan ini pindah ke London,<br />

Inggris. Jean mendapat tawaran menjabat Direktur<br />

Eksekutif Dewan Sekolah Internasional Eropa<br />

(ECIS), yang memberikan layanan standardisasi<br />

sekolah-sekolah yang terafiliasi dengan lembaga<br />

tersebut. Pada saat bersamaan, Bill Vahey mengajar<br />

di Southbank International School.<br />

Empat tahun kemudian, untuk pertama kali-<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

nya, Bill Vahey berpisah jalan dengan istrinya dan<br />

mengajar di American Nicaraguan School (ANS),<br />

Managua, Nikaragua. Dia mendahului Jean, yang<br />

kontraknya masih berjalan hingga Juli 2014.<br />

Namun Jean kerap ke Nikaragua, bahkan<br />

mereka membeli satu unit properti di The Seagate<br />

Condominium. Kondominium itu berada<br />

di Rancho Santana, kawasan perbukitan di tepi<br />

Samudra Pasifik.<br />

Jean dan William Vahey, seperti dikutip<br />

situs konsultan investasi properti Pathfinder,<br />

mengatakan terkesan dengan Rancho Santana.<br />

“Jelas ini surga yang sudah kami cari-cari selama<br />

bertahun-tahun.”<br />

Ketika di Nikaragua inilah jati diri Bill Vahey<br />

sebagai paedofil terungkap. Semua berawal<br />

dari pembantu rumah tangga di rumah Bill,<br />

yang ketahuan mencuri flashdisk.<br />

Pembantu perempuan yang dipecat Bill itu<br />

membawa flashdisk ke staf ANS. Saat di periksa,<br />

ternyata isinya foto-foto remaja lelaki tanpa<br />

busana yang diduga jadi korban kejahatan<br />

seksual Bill. Direktur Jenderal ANS, Gloria Doll,<br />

mengkonfrontasi temuan itu kepada Bill, yang<br />

mengakui sudah berkali-kali mencabuli anak.<br />

Doll memecat Bill dan memerintahkannya<br />

keluar dari Nikaragua. Doll juga melaporkan<br />

Bill ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nikaragua<br />

dan ke FBI.<br />

Menurut agen khusus FBI, Patrick Fransen, di<br />

dalam flashdisk itu setidaknya ada foto 90 korban.<br />

Semuanya diatur ke dalam folder berdasarkan<br />

lokasi darmawisata sekolah yang dipimpin Bill.<br />

Menurut FBI, modus Bill adalah mengajak<br />

muridnya berdarmawisata, lalu membius<br />

mereka dengan makanan yang dicampur obat<br />

tidur. Saat korbannya tak sadarkan diri itulah<br />

dia menjalankan aksi bejatnya.<br />

Fransen, yang spesialis kejahatan terhadap<br />

anak, mengatakan tanggal foto itu dimulai<br />

pada 2008. Namun FBI mencurigai kejahatan<br />

seksual itu sudah berlangsung sejak awal karier<br />

Bill. “Baru kali ini saya bertemu kasus di mana<br />

pelakunya bisa mencabuli anak sebanyak itu<br />

dalam periode waktu yang sangat panjang,”<br />

kata Fransen seperti dikutip situs resmi FBI.<br />

Pada 21 Maret 2014, Bill berangkat ke tempat<br />

tinggal kakaknya di Luverne Minnesota.<br />

Menginap di Grandstay Hotel, Vahey malah<br />

ditemukan tewas di motel Quality Inn. FBI<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Kepala <strong>JIS</strong>, Timothy Carr,<br />

memberi keterangan soal<br />

kasus kekerasan seksual di<br />

sekolahnya. Carr mengatakan<br />

FBI menelusuri kemungkinan<br />

adanya korban William Vahey di<br />

<strong>JIS</strong>.<br />

Grandyos Zafna / detikfoto<br />

menduga Vahey bunuh diri.<br />

Meninggalnya Bill membuat FBI pada 22<br />

April 2014 memajang foto Bill di situsnya dengan<br />

harapan menemukan korban-korban lainnya.<br />

FBI juga mengontak <strong>JIS</strong>.<br />

Kepala <strong>JIS</strong>, Timothy Carr, mengatakan pihaknya<br />

diminta membongkar dokumen soal guru,<br />

karyawan, dan murid yang berada di sekolah<br />

itu ketika Bill mengajar. Carr mengatakan, FBI<br />

memintanya memberikan kuesioner rahasia dan<br />

nomor kontak dari FBI kepada mereka. “Jadi komunikasinya<br />

langsung ke FBI dan tidak melewati<br />

kami,” kata Carr kepada majalah detik.<br />

Carr juga menggelar rapat mendadak di <strong>JIS</strong>.<br />

Ia mengumpulkan guru dan staf sekolah yang<br />

bekerja pada 1992-2002. “Ada beberapa yang<br />

masih bekerja di sini,” ujarnya.<br />

Carr, yang baru empat tahun di <strong>JIS</strong>, menanyakan<br />

soal Bill Vahey. “Mereka bilang dia<br />

pria yang baik, guru yang dihormati, jadi<br />

sama sekali tidak menyangka,” kata Carr.<br />

“Tapi memang paedofil itu kan sangat pandai<br />

menyembunyikan diri.”<br />

Namun, seperti juga sekolah internasional<br />

lainnya, Bill lolos dari pemeriksaan rekam jejak<br />

<strong>JIS</strong>. Padahal dia pernah dipenjara 90 hari pada<br />

1969 saat masih kuliah di jurusan ilmu pendidikan<br />

di California, Amerika Serikat.<br />

Bill terbukti mencabuli murid laki-laki di<br />

tempatnya bekerja sebagai instruktur renang.<br />

Bill diperintahkan mendaftarkan diri sebagai<br />

pelaku kejahatan seksual terhadap anak, status<br />

yang akan melekat padanya seumur hidup.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Para petugas keamanan<br />

berjaga di depan kompleks<br />

Jakarta International School,<br />

Jakarta Selatan, Rabu (16/4).<br />

Sistem keamanan sekolah ini<br />

setidaknya dua kali ditembus<br />

oleh para paedofil.<br />

ari saputra / detikfoto<br />

Anehnya, dia berhasil menghindari pencatatan<br />

yang seharusnya dibuat saat dia lulus kuliah pada<br />

1972. Tahu-tahu, pada 1972 itu dia sudah berada<br />

di Iran dan mengajar di Tehran American School.<br />

Carr mengatakan, <strong>JIS</strong> menyeleksi guru-gurunya<br />

de ngan ketat dan memeriksa rekam jejak<br />

mereka. “Tapi, setahu saya, tidak ada tes psikologis<br />

yang bisa mendeteksi kecenderungan<br />

paedofilia,” kata Carr.<br />

Kepolisian RI menduga Bill juga mencari korban<br />

di luar sekolah. Komisaris Besar Rikwanto<br />

mengatakan Zainal, tersangka pelaku kekerasan<br />

seksual terhadap siswa <strong>JIS</strong>, mengaku pernah<br />

disodomi oleh Bill Vahey.<br />

Menurut Rikwanto, Zainal mengatakan menjadi<br />

korban Vahey pada 2002. Saat itu Zainal,<br />

yang besar di daerah Kedaung, Pamulang, baru<br />

berusia 14 tahun.<br />

Wakil Direktur Tindak Pidana Umum Mabes<br />

Polri Komisaris Besar Tony Hermanto menjelaskan,<br />

kepolisian masih menelusuri informasi<br />

soal Bill Vahey yang didapat dari FBI. Tony<br />

mengatakan, Polri dan FBI akan bertemu pada<br />

Senin, 5 Mei 2014, untuk membahas kasus ini.<br />

Selain FBI, Tony mengatakan Kepolisian Federal<br />

Australia (AFP) juga sudah mendatangi<br />

mereka. “AFP datang karena ini ada kaitannya<br />

dengan guru dan murid-murid Australia di sana<br />

(<strong>JIS</strong>),” kata Tony. ■<br />

BAHTIAR RIVAI, ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI | OKTA WIGUNA<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Di Sana Berpesta,<br />

Di Sini Waspada<br />

“Sekarang, melihat seragam ISS, anak-anak pada teriak, ‘Awas, ada ISS.’”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Aula Kantor Pusat ISS Indonesia<br />

di Bintaro Jaya, Tangerang<br />

Selatan.<br />

Bahtiar Rifai/detikcom<br />

ISS! ISS!” teriakan itu berkalikali<br />

membahana di aula lantai 5<br />

Graha ISS, Jalan Jenderal Sudirman<br />

Blok J Nomor 3, Bintaro Jaya, “ISS!<br />

Jakarta.<br />

Rabu siang, 30 April 2014, itu, sekitar 500 karyawan<br />

ISS memadati aula. Hari itu perusahaan<br />

jasa outsourcing ini menggelar penganugerahan<br />

karyawan berprestasi yang ke-66.<br />

Mereka yang berprestasi berhak mendapatkan<br />

hadiah jalan-jalan selama tiga hari dua<br />

malam ke Singapura. Dari panggung, pembawa<br />

acara mengumumkan 16 nama karyawan<br />

berprestasi, yang langsung disambut teriakan<br />

girang para karyawan.<br />

Semua bergembira. Yang tidak mendapatkan<br />

award diberi hiburan dengan pembagian undian<br />

berhadiah televisi. Acara makin meriah oleh<br />

entakan musik grup band J-Rock.<br />

Bertepatan dengan hari meriah itu, sesungguhnya<br />

ada berita pahit. Kontrak kerja ISS diputus<br />

oleh salah satu klien yang sudah menjadi<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Harinuan Dongoran, Senior<br />

Vice President ISS Indonesia.<br />

(Director of Human Resources<br />

Management and Corporate<br />

Affairs)<br />

Bahtiar Rifai/detikcom<br />

langganannya selama 17 tahun,<br />

Jakarta International School (<strong>JIS</strong>).<br />

“Sudah kami putus kontraknya,”<br />

kata Kepala Jakarta International<br />

School Timothy Carr kepada majalah<br />

detik.<br />

<strong>JIS</strong> memutus kontrak setelah<br />

enam pekerja asal ISS yang bertugas<br />

di <strong>JIS</strong> ditahan polisi karena<br />

ditetapkan sebagai tersangka<br />

kasus kejahatan seksual terhadap<br />

siswa taman kanak-kanak di sekolah<br />

internasional itu.<br />

“Saya juga tahu dari media<br />

massa soal pemutusan itu,” ujar<br />

Senior Vice President PT ISS Harinuan.<br />

Vice President Freya Purwanti menganggap<br />

tindak pidana yang dilakukan oleh enam<br />

tersangka tidak ada kaitannya dengan PT ISS.<br />

Enam orang itu, yakni Afrischa Setyani, Syahrial,<br />

Zainal Abidin, Agun Iskandar, Virziawan<br />

Amin alias Awan, dan Azwar (yang kemudian<br />

mati bunuh diri), menjadi tahanan Kepolisian<br />

Daerah Metro Jaya.<br />

PT ISS memecat para tersangka yang membentuk<br />

geng paedofil di <strong>JIS</strong> itu. “Kalau mereka<br />

kriminal, kami tidak pekerjakan. Jadi mereka<br />

sudah putus. Segala sesuatu mengenai mereka<br />

tidak bisa kami jawab,” kata Freya.<br />

lll<br />

ISS didirikan pada 1901 di Kopenhagen,<br />

Denmark. Saat ini ISS mempunyai perusahaan<br />

di 50 negara, yang tersebar di Eropa, Amerika<br />

Utara, Amerika Latin, serta Asia-Pasifik dengan<br />

karyawan lebih dari 530 ribu orang.<br />

ISS Indonesia berdiri pada 1996 dengan<br />

jumlah karyawan lebih dari 57 ribu orang. Sedangkan<br />

kliennya berjumlah lebih dari 3.000<br />

pelanggan di 135 kota.<br />

Adapun <strong>JIS</strong> mempekerjakan 135 pekerja ISS.<br />

Mereka mengurusi pekerjaan kebersihan, kontrol<br />

hama dan serangga di taman, serta untuk<br />

angkat-angkat. “Kalau untuk sekuriti tidak,” kata<br />

Freya.<br />

Meski enam pekerjanya di <strong>JIS</strong> ditetapkan<br />

sebagai tersangka kasus kejahatan seksual,<br />

ISS meyakini tidak ada yang salah dengan<br />

sistem mereka selama ini. Menurut Freya, ISS<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Grup band J-Rock saat<br />

memeriahkan acara<br />

pemberian penghargaan<br />

karyawan di ISS, pekan lalu.<br />

restu dwi andika/detikcom<br />

menerapkan sistem terbaik dalam rekrutmen,<br />

pelatihan, hingga pengawasan.<br />

Rekrutmen karyawan dipusatkan di lantai<br />

dasar Graha ISS. Sistem rekrutmen terbagi berdasarkan<br />

pendidikan akhir pelamar. Lulusan SD<br />

untuk posisi gardener, yang mengurusi taman;<br />

lulusan SMP untuk cleaner, yang bertugas menangani<br />

masalah kebersihan; dan lulusan SMA<br />

untuk keamanan.<br />

ISS juga memberikan pelatihan untuk masing-masing<br />

spesifikasi pekerjaan. Pelatihan<br />

secara umum meliputi perilaku, keahlian, dan<br />

pengetahuan.<br />

ISS mengklaim menerapkan pengaturan kerja<br />

secara ketat. Petugas kebersihan, misalnya,<br />

memiliki wilayah kerja dengan radius 100 meter.<br />

Jika tingkat kesulitan area yang ditangani cukup<br />

berat, wilayah kerjanya cukup hanya radius 50<br />

meter. Masing-masing petugas memiliki area<br />

yang mesti dibersihkan. “Sehingga antarkaryawan<br />

tidak bertemu,” kata Freya.<br />

Namun, toh, dalam kasus paedofil di <strong>JIS</strong>, aturan<br />

kerja itu hanya pajangan. Nyatanya, petugas<br />

kebersihan PT ISS berkumpul di toilet untuk<br />

melancarkan tindakan bejat mereka. Geng<br />

Afrischa itu membagi kerja ketika menyekap<br />

murid TK <strong>JIS</strong> yang menjadi korban. Satu orang<br />

mengawasi di pintu toilet, yang lainnya memegang<br />

dan membekap korban.<br />

Afrischa, menurut Harinuan, cukup lama<br />

ditempatkan di perusahaan lain sebelum dipindahkan<br />

ke <strong>JIS</strong>. Sedangkan tersangka lain ada<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Warga mengadakan aksi<br />

simpati di Solo, Jateng, Selasa<br />

(29/4). Mereka mengutuk<br />

segala aksi kejahatan<br />

paedofilia dan menyerukan<br />

pengawasan lebih ketat<br />

terhadap anak oleh orang tua.<br />

Andika Betha/ANTARA FOTO<br />

yang ditempatkan di <strong>JIS</strong> mulai Mei 2013 dan<br />

Oktober 2013.<br />

“Ada yang masuk Mei 2013, saya lupa namanya.<br />

Ada juga yang masuk bulan Oktober 2013,<br />

tapi saya lupa namanya,” tutur Harinuan.<br />

Harinuan tidak mau ambil pusing dengan<br />

tragedi di <strong>JIS</strong>. Ia menyatakan selama ini perusahaannya<br />

sudah maksimal dalam mengawasi<br />

karyawan ISS. “Nah, kalau dibilang mungkin<br />

ada kesalahan, itu sangat mungkin. Tapi kan<br />

tidak bisa digeneralisasi,” kata Freya.<br />

ISS kini menyerahkan kasus kejahatan seksual<br />

terhadap bocah TK di <strong>JIS</strong> kepada kepolisian.<br />

Perusahaan ini merasa belum perlu melakukan<br />

penyelidikan internal. “Kami tidak mau<br />

mencampuradukkan masalah. Biar polisi dulu,”<br />

Harinuan menegaskan.<br />

Polisi sudah memeriksa 28 karyawan ISS. Karyawan<br />

tersebut juga dibawa ke Rumah Sakit Polri<br />

Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk diperiksa apakah<br />

ada ciri-ciri yang sama dengan penyakit yang<br />

diderita bocah TK korban tindakan bejat petugas<br />

kebersihan ISS. “Diambil cairan tubuh tertentunya,”<br />

kata Kepala Bidang Humas Polda Metro<br />

Jaya Kombes Rikwanto kepada majalah detik.<br />

ISS bisa saja seolah-olah santai menghadapi<br />

kasus aksi bejat pekerjanya yang membentuk<br />

geng paedofil di <strong>JIS</strong>. Namun, tidak bisa dimungkiri,<br />

kini muncul antipati terhadap ISS. Para siswa<br />

<strong>JIS</strong> ketakutan bila melihat petugas ISS.<br />

Bukan cuma <strong>JIS</strong>, sekolah lain yang memakai<br />

jasa ISS juga tengah mempertimbangkan untuk<br />

memutus kontrak kerja. Salah seorang pemilik<br />

sekolah di Jakarta berkisah, “Sekarang, melihat<br />

seragam ISS, anak-anak pada teriak, ‘Awas, ada<br />

ISS.’” ■ Bahtiar Rifai, Okta Wiguna | Aryo Bhawono<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Kepala <strong>JIS</strong> Timothy Carr:<br />

Kejadian Ini<br />

Benar-benar<br />

Mengerikan<br />

“Saya masih tidak mengerti<br />

mengapa ini bisa terjadi. Seluruh<br />

kasus ini benar-benar sulit<br />

dipercaya.”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Mereka bilang Vahey pria yang<br />

baik, guru yang dihormati, jadi<br />

sama sekali tidak menyangka.<br />

Kepala Jakarta International<br />

School Timothy Carr masih tidak<br />

bisa mengerti mengapa kekerasan<br />

seksual yang sangat mengerikan<br />

sampai terjadi di taman kanak-kanak yang<br />

dipimpinnya.<br />

“Itulah reaksi awal ketika mendengarnya dan<br />

masih jadi tanda tanya saya sampai sekarang,”<br />

kata Timothy Carr saat ditemui majalah detik<br />

di kampus <strong>JIS</strong>, 30 April 2014.<br />

Menurut Carr, <strong>JIS</strong> sudah menerapkan keamanan<br />

dengan standar<br />

tinggi. Baginya, tidak masuk<br />

akal para tersangka<br />

bisa memanfaatkan celah<br />

waktu yang sangat sempit<br />

antara jam istirahat dan bel masuk pelajaran<br />

untuk melakukan tindakan bejat itu di toilet.<br />

“Ini benar-benar kejadian yang mengerikan,”<br />

kata Carr.<br />

Meski begitu, Carr mengakui predator anak<br />

yang menjadi buron FBI, William James Vahey,<br />

pernah menjadi guru selama 10 tahun di <strong>JIS</strong>.<br />

Bagaimana Vahey bisa menjadi guru di <strong>JIS</strong>?<br />

Mengapa <strong>JIS</strong> bisa kecolongan memasukkan<br />

predator? Seperti apa pengamanan <strong>JIS</strong>?<br />

Berikut ini wawancara Okta Wiguna dan<br />

Aryo Bhawono dari majalah detik dengan<br />

Kepala <strong>JIS</strong> Timothy Carr.<br />

Bagaimana <strong>JIS</strong> menghadapi kasus kekerasan<br />

seksual yang sangat mengerikan<br />

sehingga mendapat perhatian luas dari banyak<br />

pihak?<br />

Kejadian ini benar-benar mengerikan. Ada<br />

tiga prioritas kami. Melindungi si anak dan<br />

keluarganya. Bekerja sama dengan kepolisian<br />

dalam penyelidikan dan menegakkan keadilan.<br />

Yang ketiga, membuat kampus kami seaman<br />

mungkin.<br />

Jadi itu tiga prioritas yang kami kerjakan bersama<br />

orang tua. Kami juga mendapat masukan<br />

dari konsultan keamanan. Kami akan melakukan<br />

audit eksternal terhadap proses keamanan<br />

kami demi memastikan keamanan. Kami ingin<br />

memastikan ini tidak terjadi lagi. Kami juga<br />

ingin membantu sekolah lain agar lebih aman.<br />

Karena kejadian seperti ini bisa terjadi di mana<br />

saja.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Timothy Carr<br />

detikfoto<br />

Kami mendapat<br />

informasi, sekolah<br />

menambah konselor.<br />

Apakah benar?<br />

Kami punya staf<br />

konselor di setiap<br />

kampus kami, tapi<br />

kami juga menambah<br />

dengan orang eksternal,<br />

terutama buat<br />

siswa taman kanakkanak<br />

dan sekolah dasar.<br />

Juga buat seluruh<br />

siswa yang terkena<br />

dampaknya. Tragedi<br />

ini telah menyakiti<br />

semua siswa kami,<br />

semua 2.600 siswa<br />

kami.<br />

Mereka prihatin<br />

terhadap korban dan<br />

takut pada dampak kejadian ini terhadap sekolah<br />

kami.<br />

Ada dua terapis dari universitas di Bandung<br />

yang datang dan memberikan konseling sehari<br />

penuh. Mereka berbicara kepada murid dan<br />

orang tua. Kepada orang tua dibahas cara menyampaikan<br />

masalah ini kepada anak-anak,<br />

bahasa seperti apa yang harus dipakai.<br />

Para terapis tidak akan permanen, tapi akan<br />

berada di sini selama dibutuhkan. Sebab, seperti<br />

saya katakan tadi, komunitas kami sangat<br />

terpengaruh. Mereka cemas terhadap murid<br />

dan anak mereka sendiri. Mereka butuh bantuan<br />

dan ingin tahu bagaimana caranya bisa<br />

membantu.<br />

Bagaimana awalnya Anda mengetahui<br />

kasus kekerasan seksual ini?<br />

Kami ditelepon pada 21 Maret malam oleh<br />

keluarga korban. Sepulang sekolah, mereka<br />

menyadari ada yang berbeda pada anaknya.<br />

Jadi mereka menanyakan kepada anak itu apa<br />

yang terjadi dan mendapat cerita soal semuanya.<br />

Mereka sangat gusar terhadap apa yang<br />

mereka dengar, jadi mereka menelepon wakil<br />

kepala sekolah. Lalu wakil kepala sekolah menelepon<br />

saya, dan kami mengatur pertemuan<br />

keesokan harinya.<br />

Saya bertemu dengan ayah korban esok<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

membantu penyelidikan. Bisa dibilang dia bersama<br />

mereka setiap hari sebagai perwakilan<br />

kami. Dia juga mendapat kepercayaan si anak,<br />

jadi kami meneruskan penyelidikan.<br />

Tapi kemudian keluarga mengambil langkah<br />

berbeda. Kami terkejut dengan langkah itu.<br />

Kami sedang berfokus pada tiga hal tadi, berbicara<br />

dengan polisi dan komunitas, sehingga<br />

kami tidak bereaksi dengan baik menghadapi<br />

situasi itu. Kami seharusnya memberi lebih banyak<br />

informasi kepada orang tua dan publik.<br />

Kami menyadari itu sekarang bahwa kami salah<br />

dan kami meminta maaf.<br />

Para tersangka kasus<br />

kekerasan seksual di TK<br />

Jakarta International School<br />

(<strong>JIS</strong>) dihadirkan di Polda Metro<br />

Jaya, Jaksel, Sabtu (26/4).<br />

Muhammad Adimaja/ANTARA<br />

paginya di sekolah. Kami bicara banyak hal,<br />

apa yang terjadi, lalu apa yang bisa kami bantu<br />

secara medis dan psikologis. Juga bagaimana<br />

kami akan menyelidikinya. Kami berbicara bagaimana<br />

kami bisa melindungi privasi mereka.<br />

Kami menugasi asisten kepala keamanan<br />

kami, David, buat menjaga kontak dengan<br />

mereka. Dia bertemu dengan keluarga itu dan<br />

Keamanan di sini sangat ketat dan pengawasan<br />

terhadap murid sangat ketat. Bagaimana<br />

kasus ini bisa terjadi?<br />

Sejujurnya sulit dimengerti karena tempat di<br />

mana ini diduga terjadi adalah salah satu tempat<br />

tersibuk di sini. Ada banyak ruangan kelas<br />

yang dindingnya kaca dan bisa melihat keluar<br />

ke halaman. Ada banyak guru dan orang dewasa<br />

di selasar tempat toilet itu berada, dan tidak<br />

masuk akal itu bisa terjadi karena ada begitu<br />

banyak orang di sana.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Kami menyadari<br />

bahwa kami salah<br />

dan kami meminta<br />

maaf.<br />

Itulah reaksi awal ketika mendengarnya dan<br />

masih jadi tanda tanya saya sampai sekarang.<br />

Sulit kami mengerti karena celah waktu (antara<br />

istirahat dan bel masuk pelajaran) sangat sempit.<br />

Saya masih tak mengerti mengapa ini bisa<br />

terjadi.<br />

Benar-benar sulit dipercaya bahwa kasus ini<br />

bisa terjadi. Tapi kami harus mempercayainya.<br />

Dan karena anak ini sudah disakiti, fokus kami<br />

adalah menolongnya.<br />

Tapi, kalau bisa terjadi di tempat publik seperti<br />

itu, (kekerasan seksual) itu bisa terjadi di<br />

mana saja di luar sekolah. Tentu saja kami akan<br />

meningkatkan keamanan, bahkan kami sudah<br />

meningkatkannya. Tapi ini pelajaran buat kita<br />

semua bahwa kita tidak boleh lengah karena<br />

menganggap kondisi keamanannya sudah benar-benar<br />

sempurna.<br />

Bagaimana soal taman kanak-kanak <strong>JIS</strong><br />

yang tidak punya izin?<br />

Kementerian Pendidikan menyampaikan<br />

kepada kami bahwa izin kami harus dimutakhirkan<br />

dan kami harus melakukannya secepat<br />

mungkin atau pada Agustus nanti kami tidak<br />

bisa menerima murid baru.<br />

Seperti apa penyelidikan FBI terhadap<br />

William Vahey di <strong>JIS</strong>?<br />

Yang sudah kami lakukan adalah menuruti<br />

instruksi FBI. Mereka meminta kami meneruskan<br />

informasi dari FBI kepada keluarga<br />

yang ada pada saat itu dan juga alumni serta<br />

memberikan kepada mereka nomor kontak FBI<br />

sehingga mereka bisa berhubungan langsung.<br />

Itu yang terjadi. Jadi penyelidikannya langsung<br />

kepada mereka, tidak melewati kami. Karena<br />

ini terjadi 12 tahun yang lalu, sudah lama sekali.<br />

Apakah ada guru seangkatan dengan<br />

Vahey yang masih mengajar di sini?<br />

Ada. Kami mengadakan pertemuan dengan<br />

mereka dan membahas kasus itu bersama<br />

serta mendukung mereka menghadapi kasus<br />

itu, menyampaikan informasi dari FBI kepada<br />

mereka supaya mereka juga bisa mengontak<br />

langsung. Jadi guru, orang tua, dan anak mereka<br />

bisa ditolong.<br />

Apa kata mereka soal Vahey?<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

<strong>JIS</strong> memutus kontrak tenaga<br />

kebersihan alih daya dari ISS<br />

setelah beberapa dari mereka<br />

menjadi tersangka kasus<br />

kekerasan seksual. Orang tua<br />

murid diberitahu mulai 1 Mei<br />

2014, <strong>JIS</strong> akan mempekerjakan<br />

tenaga kebersihan yang<br />

direkrut langsung oleh sekolah.<br />

Freya Ingrid Morales/Getty Images<br />

Mereka bilang Vahey pria yang baik, guru<br />

yang dihormati, jadi sama sekali tidak menyangka.<br />

Tapi memang paedofil itu kan sangat<br />

pandai menyembunyikan diri. Itu yang saya pelajari<br />

selama bertahun-tahun tentang mereka.<br />

Adakah psikotes buat calon guru?<br />

Setahu saya, tidak ada tes yang mendiagnosis<br />

apakah seseorang itu paedofil atau tidak. Tapi<br />

tentu saja kami sangat ketat dalam menyaring<br />

calon guru, mengecek referensi, melakukan tes<br />

kesehatan. Jadi standarnya sangat tinggi. Tapi<br />

memang tidak full proof, jadi memang harus<br />

tetap hati-hati.<br />

Apakah ada penyaringan seketat itu juga<br />

buat pekerja alih daya?<br />

Kami mengandalkan mereka sepenuhnya<br />

soal itu. Tapi kami mengingatkan kepada semua<br />

mitra outsourcing kami bahwa standar mereka<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


paedofil di jis<br />

Para petugas keamanan<br />

berjaga di depan kompleks<br />

Jakarta International School<br />

(<strong>JIS</strong>), Jakarta Selatan, Rabu<br />

(16/4). Pascakasus kekerasan<br />

seksual terhadap siswanya,<br />

Kepala Sekolah Timothy Carr<br />

mengatakan akan ada audit<br />

oleh pihak eksternal terhadap<br />

sistem keamanan mereka.<br />

ari saputra/detikcom<br />

haruslah setinggi kami.<br />

ISS bagaimana?<br />

Sudah kami putus kontraknya.<br />

Ada korban lain yang mengatakan pelakunya<br />

berambut pirang?<br />

Memang ada keluarga lain yang melapor kepada<br />

kami dan mereka tidak tahu pasti apakah<br />

itu benar atau tidak, tapi mereka ingin menyelidikinya.<br />

Jadi memang belum terkonfirmasi itu<br />

betul ada. Jadi kami membantu mereka buat<br />

memastikannya. ■<br />

Aryo Bhawono | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


gaya hidup<br />

"I Love You"<br />

Setiap Hari<br />

bukan cuma manusia, anjing juga<br />

butuh cinta. Jadi katakan “I love you”<br />

setiap hari pada anjing peliharaanmu.<br />

foto-foto: thinkstock<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


gaya hidup<br />

Agresif. Mungkin itu salah satu<br />

perilaku anjing yang kerap dikeluhkan.<br />

Bukan cuma oleh pemiliknya,<br />

tapi juga oleh orang-orang yang<br />

tinggal di sekitarnya.<br />

Maka, tak mengherankan jika banyak orang<br />

yang akhirnya jadi membenci anjing karena<br />

dirasa nakal, bandel, dan susah menurut. Kalau<br />

ada anjing, banyak orang bakal menyingkir.<br />

Para pemilik anjing biasanya tidak tahu cara<br />

mengatasinya. Jangankan mencari solusi, bisa<br />

jadi mereka tidak tahu apa penyebab anjingnya<br />

agresif.<br />

Pakar perilaku anjing asal Amerika Serikat,<br />

Cesar Millan, menyebut perilaku agresif memang<br />

masalah paling umum yang dikeluhkan.<br />

Sampai-sampai banyak orang menyangka anjing<br />

memang dilahirkan “nakal”.<br />

Padahal, menurut pemandu acara<br />

Dog Whisperer itu, tidak ada anjing yang<br />

dilahirkan dengan karakter agresif. “Bagaimana<br />

anjing bersikap biasanya mencerminkan<br />

perlakuan si pemilik kepadanya,”<br />

ujarnya.<br />

Cesar mengatakan, anjing bersikap<br />

nakal ketika ma jikannya tidak mengerti dan tak<br />

memenuhi kebutuhannya. Akibatnya, anjing<br />

menjadi tidak bahagia dan frustrasi.<br />

Jika mengalami hal itu, anjing akan bertindak<br />

sangat agresif, seperti menyalak dan berulah.<br />

Dan, jika sudah begini, orang-orang akan menyebut<br />

anjingnya “crazy”.<br />

“Anjing yang begitu sama sekali tidak ‘crazy’,<br />

mereka frustrasi,” ujar Cesar berbagi tip.<br />

Menurutnya, ada tiga hal yang<br />

wajib dilakukan<br />

para pemilik<br />

untuk mendidik<br />

dan melatih<br />

anjingnya.<br />

Latihan, disiplin,<br />

dan yang<br />

terakhir: kasih<br />

sayang.<br />

Ketiganya<br />

wajib diberikan,<br />

jadi<br />

tidak<br />

boleh<br />

hanya<br />

detikfoto<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


gaya hidup<br />

detikfoto<br />

disiplin dan latihan tanpa kasih sayang maupun<br />

sebaliknya. Kasih sayang saja juga tidak baik<br />

untuk perkembangan anjing.<br />

“Kalau Anda memberinya kasih sayang saja,<br />

anjing jadi agresif juga karena dia tidak mengenal<br />

disiplin,” ujar pemilik 20 ekor anjing ini saat<br />

melakukan show di Jakarta beberapa waktu<br />

lalu.<br />

Ini sama saja dengan orang tua yang hanya<br />

memberi apa saja keinginan anak-anaknya tanpa<br />

memberi mereka pelajaran kedisiplinan.<br />

“Mereka jadi tidak sopan dan kurang menghargai,<br />

kan,” ujarnya.<br />

Karena itu, Cesar menyarankan pemilik anjing<br />

mulai menerapkan latihan disiplin terlebih<br />

dulu. Namun bukan berarti melupakan kasih<br />

sayang dengan mengatakan “I love you” setiap<br />

hari.<br />

“Kalau dia bandel, jangan diberi hukuman,<br />

tapi mulailah ciptakan aturan dan batasan yang<br />

jelas untuk mendisiplinkan anjing,” kata ayah<br />

beranak satu ini.<br />

Anjing juga mirip manusia. Mereka membutuhkan<br />

refreshing dan melihat dunia luar. Karena<br />

itu, menurut Cesar, jalan-jalan bersama anjing<br />

adalah salah satu latihan yang sangat penting.<br />

Jangan sampai anjing-anjing merasa terkekang<br />

di dalam rumah dan akhirnya bersikap<br />

agresif. “Ubah lingkungan di sekitar anjing agar<br />

lebih ramah dan nyaman, ajak jalan-jalan,” ujar<br />

pria asal Meksiko ini.<br />

Kenali Gonggongan<br />

Orang-orang sering merasa takut saat anjing<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


gaya hidup<br />

menggonggong. Padahal setiap gonggongan<br />

anjing memiliki arti. Tidak semua gonggongan<br />

berarti anjing itu akan menyerang.<br />

Cesar mengatakan, anjing dapat merasakan,<br />

melihat, dan mencium energi manusia. Jika<br />

manusia takut, anjing akan dengan mudah<br />

mengetahuinya melalui mimik muka dan bau<br />

tubuh.<br />

Saat panik, tubuh akan mengeluarkan semacam<br />

bau khas secara alami. Nah, bau kimiawi<br />

inilah yang tercium oleh anjing. Meski begitu,<br />

anjing tidak akan serta-merta menyerang.<br />

Biasanya, anjing hanya akan mengelilingi<br />

orang sambil mengendus-endus. “Dia baru<br />

akan menyerang kalau orang bergerak atau<br />

lari,” ujar penulis tiga buku paling laris versi<br />

New York Times ini.<br />

Cesar juga berbagi tip tentang bagaimana<br />

mendekati anjing baru. Terkadang, orang terlalu<br />

terburu-buru untuk menyentuh anjing yang<br />

baru ditemuinya.<br />

Maksudnya agar terlihat ramah. Namun cara<br />

ini ternyata kurang benar. Menurut Cesar, sebaiknya<br />

biarkan anjing mengenal lebih dulu.<br />

Anjing biasanya akan mengendus dan mengamati<br />

gerak-gerik seseorang. Sentuhan baru<br />

bisa dilakukan saat anjing mulai menggerak-gerakkan<br />

ekornya dan memasang wajah ramah.<br />

“Itu tanda dia sudah percaya kepada kita.<br />

Kalau dia belum melakukan itu, mereka sudah<br />

pasti akan menghindar, bahkan galak, saat kita<br />

berusaha menyentuhnya,” ujar Cesar. n KEN YUNITA<br />

Majalah Majalah detik detik 2 - 8 Desember 5 - 11 mei 2014 2013


wisata<br />

Taman<br />

Penuh<br />

Cinta<br />

Ini bukan taman<br />

biasa. Ada<br />

banyak sekali<br />

patung dengan<br />

pose erotis nan<br />

menggoda. Turis<br />

dewasa wajib<br />

mampir.<br />

Majalah Majalah detik detik 17 14 - 523 - 20 - 11 maret april mei 2014


wisata<br />

atahari hampir<br />

tenggelam saat saya<br />

dan rombongan tiba di<br />

taman nan cantik ini.<br />

Kami memang<br />

tidak dijadwalkan<br />

mengunjungi<br />

taman<br />

di Pulau Jeju,<br />

Korea Selatan, ini.<br />

Tapi, karena ada salah satu destinasi yang<br />

dicoret, akhirnya kami ditawari tempat wisata<br />

lain sebagai pengganti. Salah satunya Love<br />

Land yang fenomenal.<br />

Kami, yang sebelumnya kecewa karena Love<br />

Land tidak masuk list destinasi, langsung bersemangat.<br />

Mumpung ke Jeju, kapan lagi, kan?<br />

Dan di sinilah saya beserta rombongan<br />

akhirnya berada. Dari jauh, Love Land terlihat<br />

seperti taman kebanyakan, rindang dengan banyak<br />

pohon besar kehijauan.<br />

Lampu-lampu kecil yang belum menyala<br />

dililitkan pada beberapa pohon. Kalau lampu<br />

tersebut sudah menyala, suasana di taman ini<br />

pasti jauh lebih romantis.<br />

Selain membeli tiket, ada syarat lain yang<br />

harus dipenuhi pengunjung Love Land. Pengunjung<br />

harus berusia di atas 18 tahun. Jika<br />

petugas tiket ragu-ragu, mereka akan menanyakan<br />

kartu identitas diri, lo.<br />

Yak, benar sekali, taman seluas 16 ribu meter<br />

persegi ini memang dikhususkan bagi mereka<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


wisata<br />

yang sudah dewasa, minimal 18 tahun. Jadi, untuk<br />

yang masih remaja, jangan coba-coba, ya.<br />

Jeju Love Land dibuka pada 2004. Pembukaan<br />

taman ini bertujuan memberi informasi<br />

dan pendidikan seks kepada orang dewasa.<br />

Tak jarang, Love Land mengadakan event. Paling<br />

sering adalah ajang pencarian jodoh, yang<br />

sangat diminati. Bahkan banyak peserta yang<br />

datang dari luar negeri demi mengikuti acara<br />

ini.<br />

Sayang, saat saya dan rombongan datang,<br />

tidak ada event apa pun. Taman seluas sekitar<br />

dua kali lapangan sepak bola ini juga sepi pengunjung<br />

karena bukan akhir pekan.<br />

Setidaknya ada 140 patung berpose erotis<br />

tersebar di berbagai penjuru taman. Patung-patung<br />

itu merupakan karya seni para mahasiswa<br />

Hongik University di Seoul, Korea Selatan.<br />

Kebanyakan pengunjung Love Land adalah<br />

pasangan muda. Tapi ada juga rombongan<br />

seperti kami. Ekspresi pengunjung begitu memasuki<br />

taman biasanya seragam. Ngakak!<br />

Ada pengunjung yang cekikikan malu-malu,<br />

tapi ada juga yang “gila”. Salah satu rekan saya<br />

adalah tipe pengunjung “gila” ini. Dia nekat<br />

berpose dengan patung-patung erotis.<br />

Misalnya ada patung yang berdiri sendirian,<br />

dia pun berfoto seolah-olah menjadi pasangan<br />

patung itu. “Dia kan sendirian, saya temani,<br />

deh,” ujarnya spontan tanpa malu-malu.<br />

Polah teman saya ini memancing gelak tawa<br />

pengunjung lain. Saya sendiri terpingkal-pingkal<br />

sambil terus menjepretkan kamera saya ke aksi<br />

gilanya.<br />

Beberapa pengunjung ternyata menonton<br />

aksi teman saya itu. Mereka bahkan ikut-ikutan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


wisata<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

menjepret aksi gila teman saya itu. Ada pula<br />

yang meniru posenya.<br />

Setelah puas melihat patung, kami bergeser<br />

ke sebuah bangunan bertingkat di bagian belakang<br />

taman. Bangunan ini ternyata sebuah<br />

toko, tepatnya sex shop.<br />

Banyak benda terkait seks yang lucu dan<br />

unik. Jika sedang mencari sesuatu, misalnya<br />

alat bantu seksual, pengunjung bisa mencari<br />

dan membelinya di toko ini.<br />

Kami menduga lantai atas bangunan ini juga<br />

bagian dari sex shop. Namun, ternyata, saat naik,<br />

kami menemukan banyak sekali diorama mini.<br />

Uniknya, diorama ini menggambarkan posepose<br />

hubungan seks. Meski erotis, ada beberapa<br />

gambaran lucu tentang kehidupan seks<br />

orang kebanyakan.<br />

Karena hari mulai gelap, kami pun buru-buru<br />

melanjutkan perjalanan. Dari jauh, kami melihat<br />

bangunan kecil yang mirip kafe. Kami pun memutuskan<br />

mampir untuk membeli minuman.<br />

Lagi-lagi saya tertawa begitu tiba di “warung”<br />

yang berada di tengah-tengah taman itu. Bukan<br />

menertawakan warung atau penjaganya, lo.<br />

Saya tertawa karena melihat yang dijual di sini.<br />

Saya melihat kue-kue berbentuk tak biasa. Ya,<br />

kue-kue di sini berbentuk penis. Dengan 2.000<br />

won atau sekitar Rp 20 ribu, pengunjung bisa<br />

mendapatkan tiga kue penis.<br />

Saya pun tak mau ketinggalan mencicipi.<br />

“Aduh, makannya jadi gimana gitu,” kata Desy,<br />

teman saya, saat memegang kue penis sepanjang<br />

10 sentimeter itu.<br />

Bentuknya memang menggemaskan, tapi<br />

rasanya sebenarnya biasa saja. Mirip kue pukis<br />

yang biasa dijual abang-abang di pasar-pasar<br />

tradisional di Indonesia. n KEN YUNITA<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

Sepeda motor dan berbagai atributnya tertata rapi.<br />

Tapi, bener, ini bukan bengkel, melainkan kafe tempat<br />

nongkrong. Dijamin asyik.<br />

foto-foto : grandyos zafna | detikfoto<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

pa? Lagu The Doors? Begitu pikir<br />

saya begitu mendengar kata “soul<br />

kitchen”. Oh, bukan, saya salah.<br />

Ternyata itu adalah nama sebuah<br />

kafe yang relatif baru di bilangan<br />

Kemang, Jakarta Selatan.<br />

Dan sore itu, saya mampir ke kafe di Jalan Kemang<br />

Raya tersebut. Desain luar, kafe ini didominasi warna<br />

hitam dengan penerangan remang-remang. Eh, tapi<br />

ini jelas bukan kafe remang-remang plus-plus, lo.<br />

Begitu masuk, saya langsung disuguhi<br />

pemandangan unik. Tepat di pojok kanan, saya<br />

melihat dua sepeda motor, Honda CX650 (1985)<br />

dan Vespa Sprint S (1967). Ada juga sepeda balap<br />

yang digantung.<br />

“Ini bukan bengkel kan, ya,” tanya saya kepada<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

salah satu waiter berkacamata. Dia langsung<br />

terbahak sambil mengibaskan tangan tanda “bukan”<br />

ke arah saya.<br />

Menurut dia, kafe ini dimiliki delapan orang<br />

yang salah satunya memang punya hobi<br />

sepeda motor. Ada juga pemilik yang punya<br />

hobi sepeda, fotografi, musik, sushi, film, dan<br />

desain. “Jadi ya desain kafenya jadi unik begini,”<br />

ujarnya.<br />

Dia lalu menawari saya, yang sore itu datang<br />

bertiga, tempat duduk. Ada dua area yang dipisahkan<br />

oleh lantai. Lantai satu untuk mereka yang ingin<br />

ketenangan dan tidak merokok.<br />

Sedangkan lantai dua untuk tamu yang ingin<br />

lebih “ingar-bingar” dengan balkon penuh meja dan<br />

tempat duduk. Dindingnya dipenuhi poster film<br />

lawas. Di pojok ruangan ada seperangkat alat band<br />

akustik.<br />

“Yang suka akustikan bisa main di situ,” kata<br />

pelayan tadi sambil menunjuk ke arah alat-alat<br />

musik itu berada.<br />

Selain tempat nongkrong, kafe ini kerap dijadikan<br />

tempat menggelar acara. Misalnya acara nonton<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

Tepat di pojok kanan, saya melihat<br />

dua sepeda motor, Honda CX650<br />

(1985) dan Vespa Sprint S (1967).<br />

bareng MotoGP atau sekadar kopi darat para<br />

pencinta sepeda motor. Pengunjung tak perlu<br />

khawatir karena Soul Kitchen punya area parkir<br />

cukup luas.<br />

Setelah enak duduk, saya segera membolak-balik<br />

buku menu. Dari menu yang tersedia, agaknya<br />

makanan di sini cukup beragam. Ada makanan<br />

Western, Italia, dan Meksiko.<br />

Waiter tadi merekomendasikan Fish Cutlet,<br />

berupa daging ikan dori digoreng garing, dengan<br />

kentang goreng dan saus. Harga per porsinya Rp<br />

59.090 sebelum pajak.<br />

Dan untuk camilan sampingan, kami memesan<br />

Soul Platters, berupa chicken wings, nugget, dan<br />

onion ring. Satu piring besar menu ini seharga Rp 50<br />

ribu.<br />

Camilan Brokoli N Cheese, yang gambarnya di<br />

buku menu sangat menggiurkan, juga kami pesan.<br />

Menu ini terdiri atas kentang dengan taburan brokoli<br />

dipadu lelehan keju mozzarella yang gurih-gurih<br />

asin.<br />

Tak lama, salah satu pesanan kami tiba di meja.<br />

Masakan yang pertama kali muncul adalah Fish<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

Cutlet. Ternyata porsinya cukup besar, bisa<br />

dinikmati berdua.<br />

Ikan dorinya sangat lembut dan sama sekali<br />

tidak amis. Kentang gorengnya juga renyah, tapi<br />

menurut saya terlalu asin. Secara umum, menu ini<br />

cukup nikmat.<br />

Soul Platters menyusul mendarat di meja.<br />

Menu yang katanya snack ini cukup banyak. Kami<br />

memakannya bertiga, dan membuat perut kami<br />

lumayan “penuh”.<br />

Dari semua snack yang ada, hanya satu yang<br />

menurut saya kurang enak. Chicken wing. Terlalu<br />

asin. Chicken wing, yang hanya tiga biji, tidak kami<br />

habiskan karena rasanya terlalu “aneh”.<br />

Untung saja, lidah kami diselamatkan oleh<br />

Brokoli N Cheese, yang datang tak lama kemudian.<br />

Perpaduan kentang, brokoli, dan kejunya<br />

benar-benar membuat lidah saya serasa tak ingin<br />

berhenti mengunyah. Harganya Rp 31.818.<br />

Saking asyiknya makan, kami sampai lupa<br />

memesan minuman. Saya segera memanggil<br />

salah satu waiter. Dari hasil obrolan saya dengan<br />

si waiter, akhirnya saya memesan tiga minuman.<br />

Mocha Soul, Blues Mocha, dan Orange Sunrise.<br />

Ketiganya, kata si waiter, adalah minuman paling<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


kuliner<br />

enak dan paling disukai pengunjung Soul Kitchen.<br />

Wajib dicoba, dong!<br />

Mocha Soul adalah pesanan saya. Konon,<br />

minuman ini menjadi salah satu yang tak cuma<br />

enak, tapi juga khas kafe ini. Harganya Rp 34.545.<br />

Dan benar saja, rasa minuman ini memang<br />

enak dan berasa banget mocha-nya. Awalnya saya<br />

merasa minuman ini kurang manis. Tapi, setelah<br />

beberapa sedotan, baru terasa manisnya. Oh, iya,<br />

jangan lupa diaduk sebelum diminum.<br />

Minuman pesanan teman saya, Blues Mocha,<br />

datang tak lama kemudian. Berupa satu cangkir<br />

besar minuman mocha dipadu es krim vanila.<br />

Tampilannya terlihat cantik dan menggoda.<br />

Saya pun kepingin mencicipi minuman seharga<br />

Rp 31.818 itu. Dan, hmmm, rasa mocha serta<br />

vanila ternyata bisa berpadu dengan baik dan<br />

menghasilkan rasa yang “khas”. Enak!<br />

Minuman terakhir yang mampir ke meja adalah<br />

Orange Sunrise seharga Rp 31.818. Rasanya?<br />

Asam-asam segar. “Pas diminum setelah makan<br />

banyak,” kata seorang teman saya. Berminat<br />

mencoba? n<br />

KEN YUNITA<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


getty images<br />

beyonce<br />

getty images<br />

luis suarez<br />

Linda Gumelar<br />

agung/detikfoto<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


people<br />

Paling<br />

Berpengaruh<br />

Christopher Polk/Getty Images<br />

Tak cuma populer, Beyonce juga berpengaruh<br />

untuk dunia. Buktinya, penyanyi 32 tahun ini<br />

masuk jajaran The Most Influential People versi<br />

majalah Time.<br />

Istri Jay-Z ini ditempatkan di posisi teratas dan menjadi model<br />

sampul Time edisi 5-12 Mei 2014. “Dia bersuara di panggung<br />

dan di luar panggung untuk mendorong kaum perempuan,” ujar<br />

eksekutif Facebook, Sheryl Sandberg.<br />

Selama ini, Beyonce memang kerap menyuarakan dan mendorong<br />

kaum perempuan lebih independen dan memimpin.<br />

Dalam bukunya berjudul Lean In, Sand berg menyebut ibu satu<br />

anak ini sebagai The Boss.<br />

Beyonce juga dipuji karena dinilai telah “menghancurkan peraturan<br />

industri musik dan penjualan album” saat merilis album<br />

kejutannya pada Desember tahun lalu.<br />

Selain sukses di dunia tarik suara, Beyonce menjadi role model<br />

seorang ibu yang perhatian kepada buah hatinya. Rahasia<br />

Beyonce adalah kerja keras, kejujuran, dan otentik. Good job,<br />

Beyonce! n Ken Yunita<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


people<br />

Pemain Terbaik<br />

Michael Regan/Getty Images<br />

Luis Suarez tak bisa menutupi kebahagiaannya. Striker<br />

Liverpool ini dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Premier<br />

League 2013/2014 versi Asosiasi Pesepak Bola Profesional<br />

(PFA).<br />

Penyerang asal Uruguay ini mengalahkan lima pesepak bola lain,<br />

yakni Steven Gerrard, Daniel Sturridge, Eden Hazard, Adam Lallana,<br />

dan Yaya Toure.<br />

“Terima kasih kepada semua pemain yang memilih saya,” ujar<br />

pencetak 30 gol dalam 31 pertandingan liga ini. Suarez membantu<br />

The Reds memuncaki klasemen sementara.<br />

Kecemerlangan Suarez diakui sejumlah pemain Liga Inggris.<br />

Gelandang Arsenal, Aaron Ramsey, bahkan memuji aksi bapak dua<br />

anak ini saat berlaga di lapangan hijau.<br />

“Setiap orang bisa melihat kualitasnya. Dia benar-benar pemain<br />

yang luar biasa,” begitu pujian Ramsey untuk pemain 27 tahun ini.<br />

Suarez menjadi pemain Liverpool pertama yang menerima penghargaan<br />

ini sejak Steven Gerrard terakhir kali menerimanya pada<br />

musim 2005/2006. Musim lalu gelar ini jatuh ke tangan Gareth<br />

Bale dari Tottenham Hotspur. Wah, selamat ya, Suarez! n Ken Yunita<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


people<br />

Linda Gumelar<br />

Jabatan<br />

dan Selendang<br />

agung/detikfoto<br />

Post power syndrome. Begitu yang biasa terjadi pada<br />

seseorang yang baru saja pensiun dari jabatannya. Tapi<br />

Linda Gumelar yakin dirinya tak akan mengalami masalah<br />

psikologis itu.<br />

“Buat saya, jabatan itu bagaikan selendang, yang suatu hari bisa<br />

kita pakai dan suatu hari bisa kita lepas. Jadi, semoga saya enggak<br />

kena post power syndrome, ya,” ujar istri Agum Gumelar ini.<br />

Sebentar lagi jabatan Linda sebagai Menteri Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan Anak akan berakhir. Sekitar empat<br />

tahun lalu, Linda dipilih menjadi salah satu menteri oleh Presiden<br />

Susilo Bambang Yudhoyono.<br />

Linda tak ingin berspekulasi tentang posisi menteri yang mungkin<br />

akan kembali ditawarkan oleh pemerintahan baru kepadanya. Perempuan<br />

kelahiran Bandung, 15 November 1951, ini merasa tak akan<br />

ada partai yang meliriknya.<br />

“Wah, saya enggak mikirin itu, ya. Rasanya enggak ada partai yang<br />

melirik saya, ha-ha-ha...,” canda perempuan bernama lengkap Linda<br />

Amalia Sari ini.<br />

Lalu, apa yang akan dilakukan Linda setelah pensiun? “Saya akan<br />

kembali ke habitat saya ya, saya kan aktivis perempuan. Selama<br />

menjadi menteri, saya juga tetap aktif dan saya akan terus melanjutkan<br />

itu,” katanya. n Ken Yunita<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


interview<br />

Yayuk Basuki<br />

Tak sudi<br />

Olahraga<br />

Dikorupsi<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

Setelah 26 tahun mengabdi di dunia tenis, yayuk basuki terjun ke dunia<br />

politik. apa saja yang akan diperjuangkannya?<br />

ri Rahayu (Yayuk) Basuki menjadi<br />

salah satu atlet berkaliber internasional<br />

yang dipastikan bakal melenggang menjadi<br />

politikus di Senayan periode 2014-<br />

2019. Hasil penghitungan suara yang dibacakan<br />

KPU Provinsi Jawa Tengah, Selasa malam<br />

lalu, ia meraih 25.656 suara.<br />

Menyimak perjalanan karier dan pengabdiannya<br />

selama ini, ia terjun ke dunia politik<br />

bukan sekadar mencari rezeki. Penghasilannya<br />

sebagai pelatih di sejumlah negara tentu lebih<br />

besar ketimbang menjadi anggota DPR. Adalah<br />

keprihatinannya terhadap dunia olahraga yang<br />

membuatnya ingin berjuang memperbaiki keadaan<br />

lewat jalur politik.<br />

“Dunia olahraga yang semakin terpuruk,<br />

dan masa depan pembentukan karakter anakanaklah<br />

yang menjadi panggilan saya,” tuturnya<br />

kepada majalah detik, yang menemuinya<br />

di sebuah kafe di kawasan Cilandak, Jakarta<br />

Selatan, 30 April lalu.<br />

Tidakkah ia khawatir akan tergelincir ke<br />

dalam praktek korupsi seperti yang menimpa<br />

anggota parlemen periode sebelumnya? Bagaimana<br />

dia bakal menjawab keraguan masyarakat<br />

terhadap kemampuan anggota parlemen<br />

dari kalangan atlet dan artis? Berikut ini petikan<br />

perbincangan dengan Yayuk.<br />

Apa motivasi Anda terjun ke dunia politik?<br />

Begini, pada awalnya, 10 atau 15 tahun yang<br />

lalu, saya sama sekali tidak tertarik untuk terjun<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

lagi berada di dalam kurikulum sekolah, dianggap<br />

tak penting. Itu yang membuat saya<br />

prihatin.<br />

Kalau saya menyoroti, saya tidak pernah<br />

didengar karena berada di luar sistem. Karena<br />

saya berada di Indonesia Olympian<br />

Association. Dari situ banyak teman yang<br />

meminta saya terjun. Saya pun terpanggil.<br />

Kemudian saya dirangkul Partai Amanat<br />

Nasional (PAN).<br />

ke politik. Saya hanya berdiri di luar politik. Namun,<br />

pada sisi lain, saya melihat perkembangan<br />

dunia olahraga di Tanah Air terus terpuruk.<br />

Olahraga, yang merupakan sarana pembentuk<br />

karakter dan kepedulian anak-anak, kini tidak<br />

Anda tidak takut terseret praktek korupsi<br />

yang juga terjadi di dunia olahraga?<br />

Justru itulah… karena saat ini dunia olahraga<br />

juga dijadikan lahan korupsi, membuat saya<br />

tidak tahan untuk tidak terjun langsung. Kasus<br />

Hambalang atau PON 2012 dan SEA Games<br />

2011 misalnya. Saya tidak mau itu terulang lagi,<br />

bidang olahraga dikorupsi.<br />

Apakah mereka yang mengurus (olahraga)<br />

itu memiliki kompetensi? Barangkali, ya maafmaaf<br />

saja, yang ada keinginan memperkaya<br />

diri sendiri.<br />

Memang, saya terpilih (menjadi anggota<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

DPR) bukan semata-mata karena dipilih oleh<br />

rakyat, tetapi juga karena Allah SWT. Saya<br />

melangkah dengan niatan yang baik.<br />

Apakah mereka yang mengurus (olahraga)<br />

itu memiliki kompetensi? Barangkali,<br />

ya maaf-maaf saja, yang ada keinginan<br />

Grandyos Zafna / detikfoto<br />

memperkaya diri sendiri.<br />

Kenapa Anda memilih PAN?<br />

Saya mulai bergabung pada Maret 2013.<br />

Awalnya, yang memperkenalkan itu Pak Zulkifli<br />

Hasan (Menteri Kehutanan). Saya sendiri<br />

merasa mempunyai visi dan misi yang sama<br />

de ngan partai ini. Saya langsung “klik” dan<br />

langsung dipertemukan dengan Pak Hatta<br />

(Rajasa). Saya ngobrol dengan beliau yang low<br />

profile dan memiliki visi untuk membangkitkan<br />

negara ini. Saya pun terpikat. Sehingga oke kalau<br />

diberi kepercayaan, diberi amanah. Partai<br />

ini telah menjadi partai majemuk, partai nasionalis.<br />

Saya mengetahui persis ternyata Pak<br />

Hatta juga memiliki komitmen mendukung<br />

para atlet.<br />

Apa strategi Anda sehingga bisa meraup<br />

suara cukup signifikan?<br />

Sejak awal, saya sangat menyadari bahwa<br />

Jawa Tengah merupakan basis Banteng (PDIP).<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

Yayuk Basuki setelah<br />

memberikan suara pada<br />

pemilu legislatif<br />

Foto: yayukbasuki.com<br />

Bahkan, dalam beberapa waktu setelah era<br />

Pak Alvin Lie (politikus PAN), PAN tidak mendapatkan<br />

suara yang signifikan di situ.<br />

Ya, selain faktor figur, ada pendekatan lain<br />

yang saya laku kan. Saya tidak memberikan janji-janji.<br />

Saya berangkat dengan niat baik. Saya<br />

mendekati masyarakat bukan dengan janji,<br />

melainkan memaparkan visi saya. Ternyata<br />

rakyat mempercayai saya, ya mungkin dengan<br />

pengalaman 26 tahun di bidang olahraga dan<br />

beberapa kali menjadi juara dianggap cukup<br />

teruji oleh masyarakat.<br />

Habis berapa untuk membiayai kampanye?<br />

Kalau ditanya soal cost untuk politik ini,<br />

sekitar Rp 1,3 miliar. Itu termasuk kecil. Perlu<br />

dicatat, itu bukan untuk money politics, tetapi<br />

untuk dana operasional pembuatan berbagai<br />

alat peraga kampanye, untuk kunjungan ke<br />

daerah pemilihan. Tentu untuk pertemuan<br />

dengan warga itu kan perlu konsumsi dan lainlain.<br />

Tetapi itu pun saya dibantu oleh partai.<br />

Sempat menghadapi kampanye negatif<br />

dari pesaing-pesaing Anda?<br />

Tentu ada, dan saya sangat menyadari itu.<br />

Tetapi, bagi saya, itu sudah menjadi hal yang<br />

biasa. Saya, sebelum-sebelumnya, juga sering<br />

menghadapi isu seperti itu. Jadi sudah tidak<br />

kaget lagi. Bagi saya, yang penting niatan saya<br />

baik dan apa yang saya lakukan selama ini juga<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


Kalau berkoalisi, sikap PAN juga harus<br />

menyesuaikan dengan keputusan bersa-<br />

interview<br />

baik. Mengapa mesti takut? Dan alhamdulillah,<br />

atas seizin Allah saya bisa lolos.<br />

Dari pengalaman sebelumnya, banyak<br />

yang meragukan kemampuan anggota<br />

legislatif yang berlatar artis dan atlet...<br />

Bagi saya, itu tergantung pada individu anggota<br />

legislatif yang bersangkutan. Mau dari<br />

latar belakang apa pun dan sepintar apa pun,<br />

Bagaimana generasi muda tertarik terhadap<br />

olahraga kalau jaminan masa depan tidak ada.<br />

Tidak ada penghargaan.<br />

Grandyos Zafna / detikfoto<br />

kalau tidak ada komitmen, kemauan, serta<br />

kompetensi di bidangnya, ya tentu saja hanya<br />

akan menjadi pelengkap. Kita buktikan saja<br />

nanti seperti apa.<br />

Jika kelak komitmen Anda berlawanan<br />

dengan keinginan partai?<br />

Saya yakin partai yang saya pilih sekarang<br />

memiliki komitmen yang kuat terhadap kepentingan<br />

rakyat. Jadi saya percaya dan yakin<br />

tidak akan terjadi benturan kepentingan.<br />

Terkait isu kenaikan harga BBM yang biasa<br />

ditolak masyarakat, bagaimana Anda<br />

menyikapinya?<br />

Dalam kasus kenaikan harga BBM, kita harus<br />

berpikir dengan kerangka kepentingan yang<br />

lebih luas. Seperti apa subsidi BBM itu? Siapa<br />

yang menikmati? Apakah rakyat banyak atau<br />

hanya sekelompok rakyat tertentu yang ternyata<br />

orang mampu? Kemudian, berapa beban<br />

subsidi yang harus ditanggung negara? Apakah<br />

tidak sebaiknya beban ratusan triliunan rupiah<br />

itu dialihkan untuk kepentingan rakyat yang<br />

lebih luas? Jadi, kalau bicara rakyat, ya rakyat<br />

yang mana dulu? Negara ini mau maju atau<br />

sebaliknya, sinking, tenggelam?<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

Bersama suami dan anak<br />

seusai latihan rutin<br />

Foto: yayukbasuki.com<br />

ma…<br />

Betul. Saya kira, kalau perbedaan pendapat<br />

itu wajar-wajar saja. Apalagi dalam sebuah kemitraan<br />

dengan partai-partai lain yang di dalamnya<br />

juga ada banyak pendapat. Tetapi kita<br />

kan berangkat dari prinsip demokrasi, artinya<br />

suara mayoritaslah yang akan menjadi dasar<br />

pengambilan keputusan dan sikap. Ya kita berjuang<br />

di sana. Artinya, apa pun keputusannya,<br />

dasarnya adalah harus untuk kepentingan rakyat<br />

banyak, kepentingan bangsa dan negara.<br />

Menurut Anda, sebaiknya siapa yang<br />

terbaik untuk menjadi mitra PAN?<br />

Kita tidak bisa mendikotomikan partai Islam<br />

dan partai nasionalis. Yang menjadi patokan<br />

kita adalah visinya terhadap bangsa dan kebangsaan.<br />

Seperti apa komitmennya terhadap<br />

rakyat, bangsa, dan negara. Jadi, sejauh mana<br />

manfaatnya (koalisi) itu bagi rakyat, itu yang<br />

utama.<br />

Sejauh ini, seperti apa perhatian pemerintah<br />

terhadap atlet dan dunia olahraga?<br />

Saya rasakan masih kurang, meskipun ada<br />

bonus-bonus bagi atlet yang menjadi juara.<br />

Tapi itu kan bersifat instan, tidak bersifat jangka<br />

panjang. Bahkan bisa menjadi bumerang. Itu<br />

bukan solusi. Tetapi, harus diakui, itu masih<br />

lebih baik ketimbang zaman saya dulu. Boroboro<br />

bonus, paling hanya ucapan terima kasih<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

dan surat penghargaan.<br />

Bagaimanapun minat generasi muda terhadap<br />

olahraga harus dibangkitkan. La, bagaimana<br />

mereka bisa tertarik kalau jaminan masa<br />

depan tidak ada. Tidak ada penghargaan.<br />

Pemerintah tidak peduli dengan kondisi saya,<br />

bahkan seperti pepatah, ‘habis manis sepah<br />

dibuang’. Akhirnya saya memilih berkarier di<br />

Grandyos Zafna / detikfoto<br />

luar negeri.<br />

Jadi, apa saja yang seharusnya dibenahi<br />

pemerintah?<br />

Rata-rata para atlet kita memiliki pendidikan<br />

yang rendah. Katakanlah seorang juara SEA<br />

Games pendidikannya cuma sampai sekolah<br />

lanjutan atas. Coba Anda bayangkan, dengan<br />

pendidikan yang rendah, bisa dipastikan akan<br />

banyak atlet yang nasibnya tragis setelah mereka<br />

tidak lagi aktif.<br />

Sudah seharusnya negara atau pemerintah<br />

peduli dengan memberikan beasiswa hingga<br />

perguruan tinggi. Tetapi si atlet yang bersangkutan<br />

juga harus memiliki tekad dan kemauan<br />

yang kuat untuk berjuang.<br />

Anda mengalami ketidakpedulian itu?<br />

Selama 26 tahun saya dedikasikan hidup saya<br />

untuk olahraga, tenis, saya tidak mendapatkan<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

Bersama murid Yayuk<br />

Basuki Tennis School<br />

Foto: yayukbasuki.com<br />

dukungan. Bahkan, untuk sebuah kejuaraan di<br />

luar negeri, saya pun harus membiayai sendiri.<br />

Tanpa embel-embel memikirkan tanda jasa<br />

atau balas budi. Tapi apa yang saya terima? Tidak<br />

ada. Pemerintah juga tidak peduli dengan<br />

kondisi saya, bahkan seperti pepatah, “habis<br />

manis sepah dibuang”. Akhirnya saya memilih<br />

berkarier di luar negeri, menjadi pelatih profesional<br />

di Amerika, Hong Kong, Kanada, dan<br />

lainnya. Hasilnya bisa sepuluh kali lipat dari<br />

yang diterima di Indonesia. Di sini justru impor<br />

pelatih, ironis kan?<br />

Dukungan keluarga sendiri seperti apa?<br />

Suami saya adalah orang yang sangat pengertian.<br />

Apa yang saya lakukan dan bersifat<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

positif, dia sangat mendukung. Terlebih anak<br />

saya, satu-satunya, sekarang sudah kelas tiga<br />

SMP, dia sudah mengerti. Sehingga kami sering<br />

diskusi. Dan, ketika saya mengatakan untuk<br />

memutuskan berkarier di politik, mereka<br />

sangat mendukung. n ARIF ARIANTO<br />

Nama:<br />

Sri Rahayu Basuki<br />

Julukan:<br />

The Jaguar of Asia<br />

Tempat/tanggal lahir:<br />

Yogyakarta/30 November<br />

1970<br />

Ayah: Budi Basuki<br />

Ibu: Sutinipun<br />

Suami: Suharyadi<br />

Anak: Yarynara<br />

Pendidikan:<br />

• SD Yogyakarta 1983<br />

• SMP Ragunan Jakarta<br />

1986<br />

• SMA Ragunan Jakarta<br />

1989<br />

Prestasi:<br />

BIODATA<br />

• Juara 2 Birmingham<br />

Inggris 1987<br />

• Juara Futures Bangkok<br />

1989<br />

• Juara Futures Jakarta<br />

(Januari dan Agustus)<br />

1990<br />

• Juara Futures Jakarta 1991<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Pattaya Muangthai 1991,<br />

Kuala Kumpur 1992,<br />

Beijing 1994<br />

• Medali emas Asian<br />

Games Bangkok 1998<br />

Ganda:<br />

• Juara 2 Corel WTA<br />

Tour Nashville AS 1992<br />

(bersama Caroline Vis)<br />

• Juara 2 Corel WTA Tour<br />

Tokyo/Nicherei 1992<br />

(bersama Nana Miyagi)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Taipei 1993 (bersama<br />

Nana Miyagi)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Sapporo Jepang 1993<br />

(bersama Nana Miyagi)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Surabaya 1994 (bersama<br />

Romana Tedjakusuma)<br />

• Juara 2 Jepang Terbuka<br />

1994 (bersama Nana<br />

Miyagi)<br />

• Juara 2 Corel WTA Tour<br />

Pattaya Muangthai 1994<br />

(bersama Nana Miyagi)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Strasbourg Prancis 1996<br />

(bersama Nicole Bradtke)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Hobart 1996 (bersama<br />

Kyoko Nagatsuka)<br />

• Juara Kanada Terbuka 1997<br />

(bersama Caroline Vis)<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


interview<br />

Grandyos Zafna / detikfoto<br />

• Juara Corel WTA Tour Los<br />

Angeles AS 1997 (bersama<br />

Caroline Vis)<br />

• Juara 2 Corel WTA Tour<br />

Leipzig 1997 (bersama<br />

Helena Sukova)<br />

• Juara 2 Corel WTA Tour<br />

Moscow 1997 (bersama<br />

Helena Sukova)<br />

• Juara 2 Corel WTA Tour<br />

Strasbourg Prancis 1998<br />

(bersama Caroline Vis)<br />

• Juara 2 Kanada Terbuka<br />

1998 (bersama Caroline<br />

Vis)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Pattaya Muangthai 2000<br />

(bersama Caroline Vis)<br />

• Juara Corel WTA Tour<br />

Dubai UAE 2001 (bersama<br />

Caroline Vis)<br />

Penghargaan:<br />

• WTA Sportsmanship<br />

Award, 1996 dan 1998<br />

• TENNIS Magazine/Rolex<br />

Female Rookie of the Year,<br />

1991<br />

• Indonesian Athlete of the<br />

Year (voted on by media<br />

and public), 1991<br />

• Atlet terbaik versi SIWO<br />

PWI Jaya, 1995<br />

• Nominated for 1991 WTA<br />

Tour Most Impressive<br />

Newcomer Award<br />

• Special award from<br />

President Soeharto of<br />

Indonesia in 1991 for<br />

outstanding contribution<br />

to sports<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


internasional<br />

Robohnya<br />

Ukraina<br />

Kami<br />

“Pertama, Viktor Yanukovych, mantan<br />

Presiden Ukraina, mengkhianati kami.<br />

Sekarang Turchynov yang berkhianat.”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Ratusan warga<br />

pro-Rusia di Kota<br />

Luhansk berkumpul di<br />

luar markas kepolisian<br />

pekan lalu.<br />

Vasily Fedosenko/Reuters<br />

Bak rumah kartu, wilayah timur Ukraina<br />

“roboh” beruntun dengan sangat<br />

cepat. Pemerintah sementara di Kiev,<br />

yang baru berumur beberapa bulan,<br />

tak berkutik melawan “berandal-berandal” pro-<br />

Rusia di sejumlah kota di wilayah timur negeri<br />

itu.<br />

Sungguh ironis, presiden sementara Ukraina,<br />

Oleksandr Turchynov, yang disokong Amerika<br />

Serikat dan negara-negara Eropa, malah memberikan<br />

sinyal loyo. Turchynov seolah-olah<br />

telah mengerek bendera putih tinggi-tinggi,<br />

jauh sebelum pertempuran sebenarnya terjadi.<br />

Kepada para gubernur pelbagai provinsi di<br />

Ukraina, Turchynov mengeluh soal sejumlah<br />

prajurit Ukraina pro-Eropa yang membelot ke<br />

kubu seberang.<br />

“Terus terang, hari ini personel keamanan tak<br />

lagi sanggup mengendalikan situasi di Donetsk.<br />

Kota Luhansk juga cepat sekali jatuh,” kata<br />

Presiden Turchynov pada Rabu, 30 April lalu.<br />

Pemerintah di Kiev, menurut dia, praktis sudah<br />

kehilangan kendali atas wilayah timur Ukraina.<br />

Beberapa saat sebelumnya, aktivis dan milisi<br />

pro-Rusia di Kota Luhansk merebut dan menduduki<br />

sejumlah gedung pemerintah. Petugas<br />

keamanan setempat tak berdaya mempertahankannya.<br />

Hingga Kamis pekan lalu, hanya<br />

tinggal markas kepolisian Luhansk yang masih<br />

berada dalam kendali pihak Ukraina pro-Eropa.<br />

Sikap Presiden Turchynov yang helpless itu<br />

terang membuat pendukung mereka di Luhansk<br />

gundah, juga sekaligus berang. “Kami<br />

masih ada di sini. Kami tak menyerah, tapi<br />

Kiev sudah mengkhianati kami,” kata Tatiana<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Kami tak menyerah,<br />

tapi Kiev sudah<br />

mengkhianati kami.”<br />

Pogukay sembari berurai air mata. Dia pantas<br />

berduka dan marah besar. Malam sebelumnya,<br />

bersama puluhan aktivis pro-Kiev dan polisi<br />

lainnya, mereka mati-matian mempertahankan<br />

markas kepolisian Luhansk dari serbuan milisi<br />

pro-Rusia. “Aku tidur di<br />

lantai.”<br />

Mereka menembakkan<br />

gas air mata ke<br />

arah milisi pro-Rusia<br />

dan membakar ruparupa<br />

barang untuk<br />

menghadang kelompok<br />

pro-Moskow itu.<br />

Dia marah besar saat<br />

mendengar pernyataan<br />

Presiden Turchynov<br />

yang menyebut polisi<br />

dan tentara Ukraina di wilayah timur sebagai<br />

pengkhianat.<br />

“Kami tak menyerah dan tak menyerahkan<br />

senjata kami. Kami mempertahankan tempat<br />

ini dengan penuh kehormatan,” kata Pogukay,<br />

kolonel polisi, dengan berapi-api. Tapi, dengan<br />

dukungan Kiev yang hanya setengah hati, entah<br />

sampai kapan Kolonel Tatiana Pogukay dan<br />

kawan-kawannya sanggup mempertahankan<br />

markasnya.<br />

Fakta di lapangan terang-benderang. Tanpa<br />

sokongan prajurit dari Kiev, mustahil Tatiana<br />

dan aktivis pro-Ukraina di Luhansk sanggup<br />

mempertahankan wilayah itu agar tak jatuh seratus<br />

persen di bawah kendali milisi pro-Rusia.<br />

Mereka kalah segalanya: kalah senjata dan kalah<br />

jumlah. “Aku pikir sangat gamblang, semua<br />

ini tak akan terjadi tanpa keterlibatan Rusia,”<br />

Daniel Baer, Duta Besar Amerika Serikat untuk<br />

Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa<br />

(OSCE), menuding ke arah Kremlin.<br />

Nasib sejumlah kota di bagian timur Ukraina<br />

tak jauh berbeda. Di Donetsk, di Gorlovka,<br />

di Slaviyansk, di Horlivka, di Alchevsk, pengaruh<br />

pemerintah di Kiev hampir tak berbekas.<br />

Alih-alih berusaha merebut kembali otoritas<br />

atas kota-kota itu, Presiden Turchynov malah<br />

mengatakan mereka akan memfokuskan<br />

pasukannya untuk mempertahankan Kharkiv<br />

dan Odessa. Kini, di sebagian besar gedung<br />

pemerintah, bukan lagi bendera Ukraina yang<br />

berkibar, melainkan bendera Rusia.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Milisi pro-Rusia<br />

bersiaga di luar<br />

markas kepolisian<br />

di Kota Luhansk,<br />

Ukraina, pekan lalu.<br />

Vasily Fedosenko/Reuters<br />

“Pertama, Viktor Yanukovych, mantan Presiden<br />

Ukraina, mengkhianati kami. Sekarang<br />

Turchynov yang berkhianat,” kata Kolonel<br />

Tatiana Pogukay, geram. Bukan cuma tak ada<br />

satu pun tank yang dikirim ke Luhansk, tapi<br />

juga hanya Wakil Menteri Dalam Negeri yang<br />

menyampaikan dukungan kepada Tatiana dan<br />

teman-temannya lewat telepon. Berulang kali<br />

kabar dikirim ke Kiev oleh Tatiana, tapi tak bersambut<br />

sama sekali. “Seolah-olah Luhansk dan<br />

kepolisian Luhansk tak pernah ada.”<br />

Jam terus berputar semakin mendekati saatsaat<br />

penentuan. Pada 11 Mei akhir pekan ini, sejumlah<br />

daerah di Ukraina Timur akan menggelar<br />

referendum untuk menentukan nasib wilayah<br />

itu: tetap bersama Ukraina, mengikuti jejak<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Seolah-olah Luhansk<br />

dan kepolisian<br />

lUhansk tak pernah<br />

ada.”<br />

Crimea bergabung dengan Rusia, atau menjadi<br />

negara merdeka. Jika referendum terlaksana,<br />

bakal semakin sulit bagi pemerintah di Kiev untuk<br />

memutar balik arah jarum jam dan merebut<br />

kembali wilayahnya. “Kami bukan pengkhianat<br />

seperti Turchynov. Kami akan bertahan hingga<br />

napas terakhir,” kata Kolonel Tatiana.<br />

l l l<br />

Senjata barangkali hanya<br />

bisa dilawan dengan senjata.<br />

Tapi di Ukraina Timur<br />

tak ada yang mengulurkan<br />

bantuan senjata bagi Tatiana<br />

Pogukay dan kawankawannya.<br />

Tidak dari Kiev,<br />

tak pula dari sekutu-sekutu<br />

pemerintah Ukraina, Uni<br />

Eropa, dan Amerika Serikat.<br />

Solusi militer, menurut Kanselir Jerman<br />

Angela Merkel, tak masuk hitungan mereka.<br />

“Tidakkah 100 tahun setelah Perang Dunia I<br />

dan 75 tahun setelah Perang Dunia II kita belajar<br />

sesuatu jika menggunakan metode serupa?”<br />

kata Kanselir Merkel. Solusi diplomasi menjadi<br />

satu-satunya pilihan. “Kami akan membantu<br />

Ukraina melewati masa-masa sulit ini dan kami<br />

juga ingin mempertahankan hubungan baik<br />

dengan Rusia.”<br />

Sejauh ini, hanya perang retorika dan sanksi<br />

ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan<br />

Uni Eropa kepada sejumlah pihak di sekeliling<br />

Presiden Rusia Vladimir Putin, juga beberapa<br />

tokoh utama pro-Rusia di Ukraina. Pekan lalu,<br />

Presiden Barack Obama menambahkan 17<br />

perusahaan dan 15 pendukung Presiden Putin<br />

dalam daftar sanksi pembekuan aset. Satu di<br />

antaranya Igor Sechin, bos perusahaan minyak<br />

Rosneft dan sekutu dekat Kremlin. “Targetnya<br />

bukan Presiden Putin langsung, melainkan<br />

mengubah kalkulus kebijakannya di Ukraina,”<br />

kata Presiden Obama.<br />

Selain dari Amerika dan Uni Eropa, sanksi<br />

kepada Rusia dijatuhkan oleh Jepang. Sanksi<br />

dari Negeri Matahari Terbit membuat Kremlin<br />

sewot. “Langkah tak bijak ini terang diambil karena<br />

tekanan dari luar dan berlawanan dengan<br />

niat Tokyo membangun hubungan baik dengan<br />

Rusia.... Kami tekankan, sangat tidak produktif<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Ratusan warga<br />

pro-Rusia di Kota<br />

Luhansk menyerbu<br />

gedung pemerintah di<br />

kota itu pekan lalu.<br />

Vasily Fedosenko/Reuters<br />

berbicara dengan kami lewat bahasa sanksi,”<br />

Alexander Lukashevich, juru bicara Kementerian<br />

Luar Negeri Rusia, memperingatkan.<br />

Sebenarnya, sengkarut di Ukraina Timur ini<br />

tak menguntungkan siapa pun. Jika Luhansk,<br />

Donetsk, dan sebagainya bergabung dengan<br />

Rusia, beban Kremlin bakal semakin berat.<br />

Padahal, menurut Dana Moneter Internasional<br />

(IMF), perekonomian Negeri Beruang Merah<br />

juga sedang lesu, bahkan menuju jurang resesi.<br />

Tahun ini, diperkirakan lebih dari US$ 100<br />

miliar modal asing bakal kabur dari Rusia garagara<br />

ketidakpastian masalah Ukraina. Jika urusan<br />

Ukraina ini segera tuntas, menurut Antonio<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Polisi berusaha<br />

melerai bentrokan<br />

antara massa<br />

pro-Ukraina dan<br />

pro-Rusia di Kota<br />

Donetsk pekan<br />

lalu.<br />

Baz Ratner/Reuters<br />

Spilimbergo, Kepala Misi IMF untuk Rusia, beban<br />

di pundak ekonomi Rusia bakal terangkat.<br />

Pemerintah Rusia sendiri tampak tak tertarik<br />

meladeni sank si dari Amerika dan sekutunya.<br />

“Kami tak akan bertindak, melakukan sesuatu<br />

yang bodoh.... Kami akan memberikan waktu<br />

kepada mitra-mitra kami untuk menenangkan<br />

diri,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei<br />

Lavrov. Tapi mereka tak akan berdiam diri jika<br />

sanksi itu terus berkelanjutan.<br />

“Kami akan terus mempelajari situasinya....<br />

Kami tak pernah bertindak atas dasar tekanan<br />

pihak lain. Kami selalu bertindak atas nama kepentingan<br />

nasional dan hukum internasional,”<br />

kata Lavrov. n SAPto PraditYO | GUARDIAN | REUTERS | BBC |<br />

NYtimes<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Jika Barat<br />

jadi Barang<br />

Haram<br />

“Semoga Tuhan mengutuk mereka yang gagal<br />

membebaskan anak-anak kami.”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Orang-orang<br />

berkerumun<br />

menyaksikan sisa-sisa<br />

pengeboman di<br />

Terminal Nyayan,<br />

Abuja, 14 April lalu.<br />

Lebih dari 70 orang<br />

tewas. Pelakunya<br />

diduga Boko Haram.<br />

Afolabi Sotunde/Reuters<br />

Lewat dua pekan sudah Samson Dawah<br />

terus menyimpan setitik harapan<br />

keponakannya, Saratu, segera pulang.<br />

Pensiunan guru di Desa Chibok, Negara<br />

Bagian Borno, wilayah timur laut Nigeria,<br />

terus mencari kabar di mana sang keponakan.<br />

Dan Senin pekan lalu, dia menerima kabar yang<br />

sungguh pahit.<br />

Samson segera mengumpulkan seluruh kerabatnya.<br />

Dia meminta para sesepuh keluarga<br />

tak ikut menyimak kabar itu, takut mereka tak<br />

kuat mendengar kabar menyakitkan itu. “Aku<br />

sudah mendengar kabar dari orang-orang yang<br />

tinggal di hutan, ke mana mereka membawa<br />

anak-anak perempuan itu. Mereka mengatakan<br />

anak-anak itu sudah dinikahi dan dibagi-bagikan<br />

sebagai istri untuk anggota milisi Boko Haram,”<br />

kata Samson kepada keluarganya pekan lalu.<br />

Pogo Bitrus, tetua Kampung Chibok, mengatakan<br />

gadis-gadis remaja itu dijual kepada anggota<br />

milisi Boko Haram di Cad dan Kamerun<br />

seharga 2.000 naira atau hanya Rp 130 ribu per<br />

orang. Menerima kabar perih itu, ayah Saratu<br />

kontan ambruk. Dia segera dilarikan ke rumah<br />

sakit. Bagi para ibu-ibu keluarga Saratu, semua<br />

makanan yang mereka telan menjadi terasa<br />

pahit. “Istriku terus bertanya mengapa pemerintah<br />

tak mengerahkan segala upaya untuk<br />

mencari mereka,” kata Samson.<br />

Pada 15 April lalu, ratusan murid sekolah<br />

negeri khusus perempuan di Desa Chibok<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

tengah bersiap diri menghadapi ujian akhir<br />

sekolah, saat sekelompok milisi Boko Haram<br />

datang menyerbu. Mereka menembak penjaga<br />

sekolah dan menggiring anak-anak gadis itu ke<br />

beberapa truk yang sudah menanti. Sejak saat<br />

Istriku terus bertanya<br />

mengapa pemerintah tak<br />

mengerahkan segala upaya<br />

untuk mencari mereka.”<br />

itu, jejak 234 anak gadis itu semakin simpangsiur.<br />

Yakubu Ubalala kehilangan dua putrinya,<br />

Maimuna, 18 tahun, dan Kulu, 17 tahun. Kabar<br />

bahwa dua putrinya yang masih remaja diperistri<br />

dengan paksa oleh anggota milisi Boko<br />

Haram sungguh tak tertahankan. “Istriku menangis<br />

sepanjang hari,” kata Yakubu. Menurut<br />

kesaksian tiga gadis yang berhasil melarikan<br />

diri, anak-anak perempuan itu dibagi menjadi<br />

tiga rombongan. Sebagian dibawa lari bersembunyi<br />

di hutan Sambisa, basis pertahanan Boko<br />

Haram. Hutan itu menjadi perlindungan yang<br />

sempurna bagi mereka.<br />

Beberapa orang tua tak mau hanya berdiam<br />

diri, menunggu kabar tanpa kepastian. Dengan<br />

menunggangi sepeda motor, mereka bersamasama<br />

mengejar Boko Haram ke hutan Sambisa.<br />

“Kami bertemu dengan warga kampung di<br />

pinggir hutan Sambisa. Mereka mengatakan<br />

kamp Boko Haram masih jauh di dalam hutan.<br />

Mereka memperingatkan, kami mungkin tak<br />

akan kembali hidup-hidup,” kata ayah Shettima<br />

Haruna. Tapi mereka tak jeri. Hujan deras dan<br />

medan beratlah yang memaksa mereka balik<br />

kanan.<br />

Folly Teika, 53 tahun, yang kehilangan dua<br />

anak gadisnya, Aisha dan Hima, selama berharihari<br />

menelusuri jejak milisi penculik hingga tiba<br />

di Desa Bale. “Aku mendapat cerita, beberapa<br />

hari sebelumnya beberapa anak perempuan<br />

mengambil air di desa itu,” kata Folly. Warga<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Mereka merasa pemerintah tak benar-benar<br />

serius mencari dan membebaskan anak-anak<br />

perempuan itu.<br />

“Jika lebih dari 230 anak perempuan hilang<br />

sekian lama dan tak ada yang tahu bagaimana<br />

menemukan mereka, ada yang salah dengan<br />

negara ini,” Tokumbo Adebanjo, 45 tahun,<br />

berteriak kencang. Enoch Mark—dia kehilanginternasional<br />

Keluarga korban<br />

penculikan<br />

berkumpul di<br />

Desa Chibok,<br />

Borno, menyimak<br />

penjelasan<br />

pemerintah dua<br />

pekan lalu.<br />

Afolabi Sotunde/<br />

Reuters<br />

Kampung Bale yakin, para penculik tak seberapa<br />

jauh dari desa mereka. “Tapi mereka memperingatkan<br />

kami supaya tak mengejar karena<br />

kami tak bersenjata.”<br />

Sekian lama tanpa kabar, para orang tua anakanak<br />

gadis itu mulai hilang kesabaran. Pekan<br />

lalu, sembari menenteng rupa-rupa poster, mereka<br />

menggeruduk gedung parlemen Nigeria.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Orang-orang<br />

mendukung<br />

mereka karena<br />

pemerintah telah<br />

mencurangi<br />

warganya.”<br />

an putri dan dua keponakan—menumpahkan<br />

amarahnya. “Semoga Tu han mengutuk mereka<br />

yang gagal membebaskan anak-anak kami.”<br />

Presiden Nigeria Goodluck Jonathan mengatakan<br />

mereka sudah mengerahkan pasukan<br />

untuk membebaskan gadis-gadis remaja itu.<br />

Selain medan yang berat yang menghadang<br />

pencarian, seorang prajurit curiga ada petinggi<br />

pemerintah yang membocorkan operasi mereka.<br />

“Kami tahu di mana<br />

posisi gadis-gadis itu<br />

disekap. Tapi, setiap<br />

kali kami menyergap,<br />

hasilnya selalu mengecewakan,”<br />

katanya.<br />

●●●<br />

Pada suatu siang<br />

yang gerah, dua lakilaki<br />

dengan kain melilit kepala memperkenalkan<br />

diri dengan santai di kantor pengurus masjid<br />

di Negara Bagian Kano, Nigeria. Keduanya<br />

anggota milisi Boko Haram—bahasa Hausa,<br />

artinya kurang-lebih “pendidikan ala Barat itu<br />

haram”.<br />

Tak ada yang menaruh perhatian kepada<br />

mereka berdua. Anak-anak berlari dan bermain<br />

tanpa takut. “Bukan rakyat Nigeria yang memusuhi<br />

kami, hanya polisi dan tentara pemerintah<br />

yang melawan kami,” salah satu anggota Boko<br />

Haram itu mengklaim. “Jutaan orang di Negara<br />

Bagian Kano mendukung kami.”<br />

Entah atas dasar apa dia mengatakan hal itu.<br />

Padahal, sejak 2009, ribuan orang tewas akibat<br />

ulah brutal mereka. Sebagian warga beragama<br />

Kristen, tapi tak sedikit pula warga muslim yang<br />

menjadi korban. Sepanjang 2014 saja, menurut<br />

catatan Amnesty International, lebih dari 1.500<br />

orang terbunuh.<br />

Resminya, mereka menamakan diri “Jamā'at<br />

ahl as-sunnah li-d-da'wa wa-l-jihād”. Penduduk<br />

Maiduguri, ibu kota Negara Bagian Borno,<br />

tempat gerakan ini bermula, memberinya<br />

nama Boko Haram. Pendiri gerakan ini adalah<br />

Mohammad Yusuf pada 2002. Menurut penelitian<br />

Ahmad Murtada dari Universitas Bayero<br />

di Kano, Yusuf punya hubungan erat dengan<br />

Ikhwanul Muslimin di Nigeria.<br />

Yusuf meyakini, pendidikan ala Barat akan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Afolabi Sotunde/Reuters<br />

menggerus keyakinan terhadap doktrin Satu<br />

Tuhan dan bertentangan dengan ajaran Islam.<br />

“Seperti hujan, misalnya. Kita meyakini<br />

bahwa hujan merupakan ciptaan Tuhan<br />

ketimbang itu merupakan hasil penguapan<br />

yang mengalami pengembunan,” kata Yusuf<br />

kepada BBC beberapa tahun lalu. “Itu seperti<br />

halnya mengatakan bahwa bumi ini bulat.<br />

Kami menentang semua hal yang berlawanan<br />

dengan ajaran Tuhan. Kami juga menentang<br />

teori Darwin.”<br />

Setelah Yusuf tewas pada 2009, kursi nomor<br />

satu Boko Haram diambil alih oleh wakilnya,<br />

Abubakar Muhammad Shekau. Sang wakil rupanya<br />

punya pendapat lebih keras ketimbang<br />

Yusuf. “Dia jarang bicara, tapi tak punya takut,”<br />

ujar Ahmad Shalkida, wartawan Nigeria, yang<br />

punya hubungan erat dengan Boko Haram.<br />

“Shekau percaya, mereka tak pantang mengorbankan<br />

apa pun demi keyakinannya.”<br />

Sejak Shekau jadi pemimpin, Boko Haram<br />

semakin galak. Kekuatannya semakin besar.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Afolabi Sotunde/<br />

Reuters<br />

“Orang-orang mendukung mereka karena<br />

pemerintah telah mencurangi warganya,” ujar<br />

Mohammad Ghali, imam masjid di Kano. Abdullahi<br />

Garba, seorang penjual permen, mengaku<br />

tertarik bergabung dengan Boko Haram.<br />

“Kapan saja aku siap bergabung untuk melawan<br />

ketidakadilan di negara ini.”<br />

Owoye Azazi, penasihat keamanan pemerintah<br />

Nigeria, mengatakan semakin menggelembungnya<br />

Boko Haram merupakan buah<br />

dari pelbagai persoalan. “Ada masalah agama,<br />

ada soal pemerintahan, tapi juga politik,” kata<br />

Azazi. Menurut Theodor Orji, Gubernur Negara<br />

Bagian Abia, Boko Haram bukanlah perang<br />

agama. “Baik muslim maupun Kristen mereka<br />

bunuh. Ini bukan perang agama, orang-orang<br />

jangan salah menilai,” kata Orji. ■ SAPto PraDityo |<br />

reuterS | BBC | GUARDIAN<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Korea<br />

Utara<br />

dalam<br />

Sepotong<br />

Burger<br />

“Ini sesuatu yang baru bagi mereka,<br />

sama seperti saat McDonald’s buka<br />

pertama kali di Singapura.”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Biliar di Korea Utara<br />

GETTYIMAGE<br />

Korea Utara seperti satu dunia<br />

lain di mata sebagian orang. Dari<br />

rupa-rupa kabar yang berembus dari<br />

negara komunis di Semenanjung<br />

Korea itu, ada kesan mengerikan, misterius,<br />

tapi sekaligus eksotis. Bagi Will Phillips, penulis<br />

di majalah That’s Beijing di Tiongkok, “pesona”<br />

Korea Utara terlalu sayang dilewatkan.<br />

Maka, ketika ada yang mengundangnya ikut<br />

dalam lomba lari maraton Mangyongdae atau<br />

Pyongyang Marathon pertengahan April lalu,<br />

dengan senang hati dia segera angkat koper ke<br />

Pyongyang. Lomba lari lebih dari 42 kilometer<br />

merupakan bagian dari perayaan kelahiran pemimpin<br />

besar Korea Utara, Kim Il-sung. Seperti<br />

yang dia sangka, Korea Utara memang lain dari<br />

yang lain.<br />

Begitu mendarat, Phillips dan rombongannya<br />

sudah kena hardik seorang tentara saat mereka<br />

nekat mengambil foto pesawat di Bandara<br />

Pyongyang. Lebih ganjil lagi aturan saat lomba:<br />

tak boleh ada bendera Amerika Serikat dan<br />

Jepang pada kostum yang dikenakan. Juga tak<br />

diperkenankan rupa-rupa logo merek produk<br />

olahraga. Satu peserta, gara-gara logo pada<br />

kostumnya kelewat besar, terpaksa berlari<br />

dengan celana jins.<br />

Peserta—ada 225 pelari asing turut serta—<br />

juga tak diperkenankan berkemih di pinggir<br />

jalan. Mereka hanya boleh buang air kecil di<br />

toilet restoran atau gedung di sepanjang lintasan.<br />

Padahal lokasi toiletnya kadang ada di lantai<br />

dua gedung dan berjarak lebih dari 50 meter<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Warga Korea Utara<br />

menyukai burger,<br />

wafel, dan ayam<br />

goreng.”<br />

dari jalan.<br />

Demi menjaga cara hidup warganya selaras<br />

dengan ideologi komunisme, ada rupa-rupa<br />

“peraturan” di negeri ini—kadang tertulis, tapi<br />

lebih sering lagi tak tertulis—mulai urusan<br />

berpakaian hingga gaya rambut. Segala hal<br />

yang berbau Amerika Serikat dan kapitalistis<br />

jadi barang haram. Jadi, jangan<br />

berharap kita bisa melihat<br />

Kentucky Fried Chicken,<br />

McDonald’s, atau Burger King<br />

buka gerai di Pyongyang.<br />

Sejak pemimpin muda<br />

Kim Jong-un berkuasa<br />

menggantikan ayahnya, Kim<br />

Jong-il, yang meninggal dua<br />

setengah tahun lalu, angin<br />

perubahan sepoi-sepoi<br />

bertiup di Pyongyang. Kini,<br />

warga Pyongyang sudah bisa<br />

menikmati makanan cepat saji ala McDonald’s.<br />

Beberapa tahun lalu, Patrick Soh, pengusaha<br />

asal Singapura, membuka restoran cepat saji<br />

Samtaesong—bahasa Korea, artinya Tiga Bintang<br />

Besar, menggambarkan sosok Kim Il-sung,<br />

Kim Jong-il, dan Kim Jong-un.<br />

Pada jam-jam tertentu, antrean pembeli di<br />

Samtaesong mengular panjang. Bahkan, untuk<br />

sekadar mendapatkan tempat duduk sebelum<br />

pukul 11 pagi, mereka harus memesan bangku<br />

sehari sebelumnya. Pemimpin besar Kim Jongun<br />

pun sempat mampir ke Samtaesong pertengahan<br />

Juni tahun lalu. Dia, tentu saja, tak perlu<br />

memesan bangku terlebih dulu.<br />

“Warga Korea Utara menyukai burger, wafel,<br />

dan ayam goreng.... Ini sesuatu yang baru bagi<br />

mereka, sama seperti saat McDonald’s buka<br />

pertama kali di Singapura,” Patrick Soh, 56<br />

tahun, menjelaskan menu favorit di restoran<br />

miliknya. Bedanya, Soh menambahkan lebih<br />

banyak sayur di menu-menunya. “Mereka tak<br />

suka junk food, jadi kami tawarkan menu yang<br />

lebih sehat.”<br />

Lucunya, karena nama hamburger dilarang<br />

di negeri itu, tak ada “burger” di daftar menu.<br />

Alih-alih mereka menggunakan nama lokal<br />

yang kurang-lebih artinya “daging sapi dengan<br />

roti”. Harga menu “daging sapi dengan roti” termurah<br />

di Samtaesong 1,3 euro atau Rp 21 ribu.<br />

Lumayan mahal bagi warga Korea Utara, yang<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Restoran fast food<br />

di Korea Utara<br />

KCNA<br />

tak putus dirundung bencana kelaparan itu.<br />

Ajaibnya lagi, semua transaksi di Restoran<br />

Tiga Bintang Besar dilakukan dalam mata<br />

uang euro, dolar Amerika Serikat, atau yuan.<br />

Menurut seorang sumber yang dikutip Radio<br />

Free Asia, Samtaesong bisa melenggang masuk<br />

Pyongyang karena disokong oleh Kim Kyonghui,<br />

saudara perempuan sang pemimpin<br />

tertinggi, Kim Jong-un. “Tiga kali makan hamburger,<br />

kalian mulai bisa merasakan enaknya.<br />

Tapi, setelah yang kelima kalinya, kalian akan<br />

mulai kecanduan rasanya,” ujar seorang warga<br />

Pyongyang.<br />

Ada satu cerita lucu soal burger ini. Entah<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Tiga kali makan<br />

hamburger, kalian<br />

mulai bisa merasakan<br />

enaknya.”<br />

apakah buah dari mesin propaganda penguasa,<br />

warga Pyongyang meyakini bahwa hamburger<br />

merupakan ciptaan Kim Jong-il. “Ya, dia menciptakannya<br />

pada tahun 2009,” kata Nona Kim,<br />

mahasiswa kajian bahasa asing di Universitas<br />

Pyongyang. Dia sama sekali tak tampak sedang<br />

bercanda.<br />

●●●<br />

Sama seperti burger,<br />

di mata penguasa komunis<br />

di Pyongyang,<br />

jins merupakan lambang<br />

budaya kapitalis, dus<br />

terlarang di negeri itu.<br />

Kacamata hitam juga<br />

barang sangat langka di<br />

Korea Utara. Menurut Ji<br />

Woo, seorang pelarian<br />

dari utara, hanya Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un,<br />

yang selalu mengenakan kacamata hitam. Kapan<br />

pun dan di mana pun. Dia menduga, kacamata<br />

hitam itu merupakan lambang kekuasaan bagi<br />

Kim Jong-il dan bagi sejumlah petinggi negara itu.<br />

Bagi mereka yang nekat mengenakan celana<br />

jins atau kacamata hitam, siap-siap saja<br />

menghadapi masalah. Memang jarang ada peraturan<br />

tertulis soal rupa-rupa urusan remehtemeh<br />

itu, tapi selalu ada “polisi fashion” yang<br />

rajin menegakkan gaya hidup sosialis ala Korea<br />

Utara. “Polisi gaya hidup” ini tak dibayar, tapi<br />

mereka punya kekuasaan. Mereka adalah Liga<br />

Pemuda Sosialis Korea Utara. Song Eun-byul,<br />

bukan nama sebenarnya, punya pengalaman<br />

berurusan dengan para pemuda sosialis itu.<br />

Suatu kali, Song tak bisa lagi menahan hasratnya.<br />

Hitam, hak tinggi dengan ritsleting di<br />

sampingnya. Harga sepatu bot di kota yang<br />

tak jauh dari perbatasan dengan Tiongkok<br />

itu sebenarnya jauh dari murah untuk ukuran<br />

kantong Song. Modelnya yang tak umum<br />

bagi perempuan Korea Utara, juga bisa<br />

mendatangkan bahaya. Tapi hati Song sudah<br />

telanjur “meleleh”.<br />

“Sepatu itu cantik dan baru, semua orang<br />

menaruh perhatian,” kata Song pertengahan<br />

April lalu. Hanya beberapa hari setelah dia<br />

memamerkan sepatunya, anggota Liga Pemuda<br />

mencegatnya di jalan. Untung Song sudah<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Salon di Korea Utara<br />

Uritours<br />

mengarang cerita bohong. Dia mengatakan<br />

sepatu itu akan dipakai untuk pernikahannya.<br />

Beruntung pula para “polisi fashion” partikelir<br />

itu percaya pada cerita bohongnya. Sejak<br />

enam bulan lalu, Song memilih lari ke Tiongkok<br />

sehingga tak perlu lagi takut bakal ditangkap<br />

“polisi fashion” Korea Utara.<br />

Han Myong-hee, pelarian Korea Utara di<br />

Tiongkok, juga bukan nama sebenarnya, mengatakan<br />

rezim komunis di Korea Utara matimatian<br />

menghadang invasi “budaya asing”. Semua<br />

hal yang berbau dan tampak asing bakal<br />

mengundang syak dari petugas pemerintah<br />

atau Liga Pemuda Sosialis.<br />

“Tapi kalian tak pernah tahu apa ukuran<br />

‘asing’ itu,” Han mengeluh. Karena tak jelas<br />

panduannya, aturan di Provinsi Ryanggang<br />

bisa tak berlaku di Provinsi Hamgyong. Dahulu,<br />

perempuan tak diperbolehkan mengenakan<br />

celana panjang. Sekarang, perempuan bebas<br />

memakai celana panjang sepanjang modelnya<br />

tak ketat menempel ke kaki.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


internasional<br />

Gaya busana warga<br />

Korea Utara<br />

FLICKR<br />

Suatu kali, potongan rambut perempuan<br />

yang kelewat pendek bisa jadi masalah. Tapi<br />

band perempuan Moranbong, yang anggotanya<br />

dipilih langsung oleh Kim Jong-un, ratarata<br />

berpotongan rambut pendek. “Biasanya<br />

kami mengikuti apa yang ada di televisi, tapi<br />

aku baru tahu bahwa rambut pendek sekarang<br />

diperbolehkan,” Han terheran-heran. Bahkan<br />

stasiun televisi pemerintah berulang kali menayangkan<br />

serial acara Cara Memotong Rambut<br />

Mengikuti Gaya Sosialis. ■<br />

Sapto PRADItyo | GUARDIan | DAIly MAIL | NYDAIly | StraIT TImeS<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Monster<br />

Van<br />

untuk Kira<br />

Mampu menempuh jarak<br />

lebih dari 3.000 kilometer<br />

tanpa menambah<br />

bahan bakar.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Sistem Pemantau<br />

Radar laser dan<br />

microwave, kamera<br />

kualitas HD, dan<br />

ultrasonic range<br />

finder<br />

Tangki Bahan Bakar<br />

kapasitasnya 170 galon<br />

dengan lapisan pemanas<br />

untuk medan bersalju.<br />

Mampu dipakai menempuh<br />

jarak 3200 kilometer<br />

di medan datar.<br />

Ban<br />

Ban standar militer<br />

dengan diameter 46<br />

inchi, dilapisi<br />

kevlar untuk menghadapi<br />

medan berbatu.<br />

Sistem Keamanan<br />

Pelacak berbasis<br />

GPS dan pemancar<br />

sinyal darurat.<br />

Sistem Komunikasi<br />

Lewat transmisi<br />

radio maupun<br />

satelit<br />

Pengolah liMBah<br />

Limbah buangan<br />

langsung dibakar<br />

dengan insinerator<br />

menyisakan abu tak<br />

beracun.<br />

Mesin<br />

Mercedes Benz enam<br />

silinder, mampu<br />

menghasilkan 260<br />

tenaga kuda.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Dunia di luar sana<br />

besar sekali dan<br />

aku baru melihat<br />

sebagian kecil.<br />

BRAN FERREN<br />

YOUTUBe<br />

Ketika baru berumur 9 tahun,<br />

orang tua Bran Ferren mengajaknya<br />

berwisata ke Kuil Pantheon di Roma,<br />

Italia. Bocah kecil itu terpesona melihat<br />

kuil yang sudah berumur hampir 2.000<br />

tahun itu. Pada Pantheon, Ferren menyaksikan<br />

kedahsyatan ilmu pengetahuan dan teknologi<br />

saat dikombinasikan dengan seni.<br />

Sejak kecil, dunia Ferren sudah dikelilingi barang-barang<br />

seni dan teknologi. Usia 16 tahun,<br />

Ferren yang jenius diterima di kampus teknik<br />

prestisius, Massachusetts Institute of Technology<br />

(MIT). Tapi MIT kelewat membosankan<br />

bagi Ferren. Dia hanya betah bertahan satu<br />

tahun di kampus itu. Ferren memilih keluar dan<br />

mengembangkan bakatnya.<br />

Dengan mengkombinasikan sains dan seni,<br />

Bran mendirikan Associates & Ferren saat<br />

baru berumur 25 tahun. Semangat perusahaan<br />

itu adalah mengkombinasikan sains dengan<br />

seni. Dasar otaknya memang brilian, Ferren<br />

dipercaya mengerjakan efek dan pencahayaan<br />

sejumlah film, seperti The Untouchables, Star<br />

Trek V: The Final Frontier, dan Dirty Rotten Scoundrels.<br />

Saat manggung, Paul McCartney dan<br />

Pink Floyd juga menyerahkan urusan efek-efek<br />

panggungnya kepada Ferren.<br />

Saat perusahaannya dibeli oleh Walt Disney<br />

Company pada 1993, Bran dipercaya mengepalai<br />

grup Teknologi Kreatif di Disney. Tugasnya,<br />

menurut Michael Eisner, mantan bosnya di Disney,<br />

antara lain, ”Membuat lift yang bisa jatuh<br />

lebih cepat ketimbang kecepatan gravitasi.”<br />

Pada tahun 2000, bersama seorang karibnya,<br />

Bran mendirikan Applied Minds. Dia menggambarkan<br />

perusahaannya itu sebagai “Willy<br />

Wonka and The Chocolate Factory” bagi para<br />

geek seperti dia. Perusahaan itu menyediakan<br />

jasa konsultasi dan desain untuk pelbagai hal,<br />

mulai perangkat ekspedisi antariksa, kendaraan<br />

tempur, hingga mainan anak-anak. Kliennya<br />

berderet, mulai Angkatan Udara Amerika Serikat,<br />

perusahaan pembuat prosesor Intel Corp,<br />

hingga General Motors.<br />

Walaupun Bran Ferren hanya setahun menginjak<br />

bangku kuliah, paten dan gelar yang disandangnya<br />

tak kalah dari profesor di kampus mana<br />

pun. Dalam hal sains, teknologi, maupun seni,<br />

Bran sama jagonya. Otak kiri dan otak kanan<br />

sama hebatnya. Kalau ada satu urusan yang dia<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Kira Van<br />

APPLIED MINDS<br />

sama sekali tak jago, itu adalah menjadi orang<br />

tua. Bran, kini 61 tahun, baru mulai memikirkan<br />

memiliki anak lima-enam tahun lalu.<br />

Sekarang Kira Ferren, anak hasil hubungannya<br />

dengan pasangannya, Robyn Low, telah<br />

berumur 4 tahun. Butuh waktu bagi Bran untuk<br />

beradaptasi dengan kehadiran bayi dan bocah<br />

kecil dalam hidupnya. Dia mulai mengurangi<br />

hobi-hobinya yang berbahaya, seperti menerbangkan<br />

helikopter dan ngebut. “Tapi semua<br />

pengorbanan itu sepadan.... Orang mengatakan,<br />

‘Kamu tak akan pernah merasakan cinta<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Kira Van<br />

WIRED<br />

Kalian mungkin berpikir merancang<br />

pesawat jet lebih sulit ketimbang<br />

mendesain mobil off-road.<br />

seperti ini sebelumnya,’” kata Bran beberapa<br />

pekan lalu. “Mereka sepenuhnya benar.”<br />

Bocah perempuan kecil itu mengubah hidup<br />

Bran. Kini di seluruh<br />

penjuru rumah Bran<br />

bertebaran rupa-rupa<br />

barang yang dia persiapkan<br />

untuk Kira. Di<br />

studionya, Bran merekam<br />

wawancaranya dengan sejumlah seniman,<br />

desainer, dan ilmuwan. Dia berharap suatu<br />

ketika Kira bisa belajar dari mereka.<br />

Bran juga berhasrat mengajak Kira bertualang,<br />

melihat pelbagai hasil karya hebat di<br />

dunia. Suatu ketika nanti, dia membayangkan<br />

mengajak anaknya berkeliling dunia. “Aku suka<br />

melihat anakku belajar sesuatu.... Dunia di luar<br />

sana besar sekali dan aku baru melihat sebagian<br />

kecil,” kata Bran. Sejak Kira masih bayi, Bran<br />

mulai merancang mobil keluarga yang bisa dia<br />

pakai bertualang ke mana pun bersama Kira<br />

dan Robyn.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Kira Van<br />

BRAN FERREN<br />

Mobil petualang bagi Bran Ferren tentu bukan<br />

sekadar mobil penjelajah biasa. Dia harus<br />

bisa bertahan di lingkungan yang sangat panas,<br />

juga sebaliknya. Dia juga harus bisa dipakai<br />

menempuh medan-medan ekstrem. “Kalian<br />

mungkin berpikir merancang pesawat jet lebih<br />

sulit ketimbang mendesain mobil off-road. Kalian<br />

bisa salah,” kata Bran. Soal duit dan ide, tak<br />

ada masalah bagi Bran Ferren.<br />

Bran memikirkan semua hal, dari urusan<br />

material, mesin, sistem keamanan, sistem komunikasi,<br />

navigasi, kelistrikan, sampai sistem<br />

pengolahan limbah. Bran berkonsultasi dengan<br />

ahli-ahli pertambangan dan perminyakan<br />

bagaimana peralatan-peralatan mereka bisa<br />

bertahan di lingkungan ekstrem.<br />

Hasilnya adalah Kira Van, monster van untuk<br />

Kira. Mobil bongsor itu bisa melaju sejauh<br />

lebih dari 3.000 kilometer tanpa perlu menambah<br />

bahan bakar. Dia juga sanggup mendaki<br />

hingga kemiringan 45 derajat tanpa banyak<br />

kesulitan. Bran juga menghendaki, kapan pun<br />

dan di mana pun mobilnya bisa berkomunikasi<br />

dengan satelit, bahkan jika kondisi darurat, bisa<br />

berhubungan dengan pesawat terdekat.<br />

Walaupun tampilannya sangar, di dalam Kira<br />

Van sangat nyaman: syarat mutlak bertualang<br />

bersama bocah kecil seperti Kira. Bran menghendaki<br />

mobil petualangnya benar-benar sempurna.<br />

Tangguh dan nyaman. Bahkan, untuk<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


sains<br />

Kira Van<br />

KIRAVANNET<br />

kursi anaknya saja, Bran perlu memesan khusus<br />

supaya bangku itu bisa benar-benar meredam<br />

getaran dan guncangan.<br />

Tak mengherankan jika proses pembuatannya<br />

makan waktu. Dia terus-menerus<br />

mengubah pelbagai hal karena masih belum<br />

puas.<br />

“So are you gonna drive the big truck?” Ferren<br />

bertanya kepada Kira.<br />

“No, ’cause I’m a little kid,” kata si kecil Kira.<br />

“OK, then I guess we’ll wait for you to be a big<br />

kid.” ■<br />

SAPTO PRADITYO | WIRED | TELEGRAPH | PC MAG<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Selamat<br />

Datang ,<br />

Gas Amerika<br />

Meski kaya gas, Indonesia<br />

mengimpor dari Amerika<br />

Serikat. Harga murah<br />

menjadi salah satu<br />

penyebab.<br />

think stock<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Indonesia, negeri yang<br />

kaya gas, memang akan<br />

mengimpor gas dari luar<br />

negeri.<br />

DIREKTUR Pemasaran dan Niaga<br />

Pertamina menengok galangan kapal<br />

Hyundai di Ulsan, Korea Selatan, bulan<br />

lalu. Ia tidak hanya ingin melihat<br />

dua kapal raksasa pengangkut elpiji yang dipesan<br />

Pertamina di pabrik itu. Tapi ia juga diberi<br />

tugas tambahan untuk mengkaji kemungkinan<br />

mereka menambah pesanan lagi, yakni dua<br />

kapal pengangkut LNG.<br />

Pertamina masih belum<br />

menentukan dari mana mereka<br />

akan membeli dua kapal<br />

raksasa pengangkut LNG.<br />

Mereka masih menimbangnimbang<br />

apakah tidak sebaiknya<br />

memilih kapal buatan<br />

Jepang dan Tiongkok, bukan<br />

Korea. Mereka juga belum<br />

menentukan ukuran kapalnya.<br />

“Kemungkinan 140-170 ribu meter kubik,<br />

kapal kelas very large (raksasa),” kata Hanung.<br />

Meski Indonesia kaya gas dan puluhan tahun<br />

menjadi pengekspor LNG terbesar dunia—baru<br />

belakangan ini posisinya digeser Qatar—kapal<br />

itu bukan untuk kepentingan ekspor. Justru<br />

sebaliknya. Kapal itu akan dipakai untuk mengimpor<br />

gas dari Amerika Serikat mulai sekitar<br />

2018 dengan kontrak 20 tahun.<br />

Ya, Indonesia, negeri yang kaya gas, memang<br />

akan mengimpor gas dari luar negeri. Alasannya?<br />

Ekspor dari ladang-ladang gas dalam<br />

negeri tidak bisa dikurangi. “Karena terikat kontrak<br />

jangka panjang,” ujar Hanung.<br />

Memang, meski produksi gas begitu besar,<br />

mayoritas memang untuk diekspor. Ini terutama<br />

untuk ladang gas yang mulai produksi sebelum<br />

2004. “Karena gas saat itu belum terlalu dibutuhkan<br />

domestik,” kata anggota Komisi Energi<br />

DPR, Bobby Adhityo Rizaldi.<br />

Kebutuhan gas dalam negeri mulai naik sejak<br />

2004, bersamaan dengan meroketnya harga<br />

minyak dunia. Apalagi, produksi minyak dalam<br />

negeri terus turun. Saat itu, Indonesia mulai<br />

memutar otak untuk mengubah kebijakan<br />

energi, sehingga bahan bakar minyak mulai<br />

diganti gas. “Maka gas alam Indonesia, dalam<br />

semua bentuk, diperlukan,” kata Bobby.<br />

Gas dari terminal ekspor di Corpus Christi,<br />

Texas, itu bakal dikirim ke terminal impor di Cilacap,<br />

Jawa Tengah, dan Arun, Aceh. Vice Presi­<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Pembangunan pipa gas<br />

Arun di Belawan. Untuk<br />

kebutuhan dalam negeri,<br />

semula Indonesia hanya<br />

mengandalkan jaringan pipa<br />

sehingga gas tidak perlu<br />

diubah jadi LNG.<br />

antara<br />

dent Corporate Communication PT Pertamina,<br />

Ali Mundakir, mengatakan terminal penerima<br />

ini berkapasitas sekitar 3 juta ton gas per tahun.<br />

“Ini untuk memasok kebutuhan gas bagi sektor<br />

ketenagalistrikan dan industri,” katanya. Dari<br />

kapasitas sebesar itu, sekitar 800 ribu ton gas<br />

per tahun akan dipasok dari Amerika Serikat.<br />

Terminal ini tidak sepenuhnya dipasok dalam<br />

negeri karena Satuan Kerja Sementara Minyak<br />

dan Gas Bumi (SKK Migas) memang tidak berani<br />

memberi jatah terlalu banyak. Kepala SKK Migas,<br />

Johanes Widjonarko, menuding salah satu alasannya<br />

adalah dua terminal penerima itu tidak juga<br />

selesai. “Tidak mungkin dikasih banyak, tapi tidak<br />

bisa menerima,” katanya.<br />

Saat ini dua terminal impor ini belum selesai<br />

dibuat. Di Arun, terminal impor memanfaatkan<br />

terminal ekspor yang bertahun-tahun mengubah<br />

gas menjadi gas alam cair (LNG) untuk<br />

dikirim ke Jepang. Sedangkan di Cilacap sedang<br />

disiapkan terminal impor penerima gas terapung.<br />

Urusan terminal penerima gas ini memang<br />

ribet.<br />

Meski Indonesia kaya gas dan menjadi raja<br />

ekspor, untuk konsumsi dalam negeri malah dihambat<br />

urusan teknis. Sebelumnya, gas untuk<br />

konsumsi dalam negeri disalurkan dengan pipa.<br />

Tambang-tambang gas di Sumatera, misalnya,<br />

disalurkan ke Jawa lewat jalur-jalur pipa. Pipa<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Hanung Budya (Atas),<br />

Ali Mundakir<br />

ANTARA | ari saputra | detik foto<br />

ini terentang di sekitar Jakarta, memasok kebutuhan<br />

gas untuk industri, pembangkit listrik,<br />

sampai sejumlah perumahan.<br />

Tapi, yang menjadi masalah, banyak tambang<br />

gas di Indonesia yang wilayahnya terpencil. Sangat<br />

sulit untuk dijangkau dengan pipa. Pilihan<br />

satu-satunya adalah mengirim dalam bentuk<br />

cair alias LNG. Cuma, mengubah gas menjadi<br />

LNG itu membutuhkan teknologi tinggi yang<br />

mahal.<br />

Untuk terminal pengiriman atau ekspor, yang<br />

mengubah gas menjadi cair, sejauh ini memang<br />

tidak masalah. Terminal ini menyatu dengan<br />

kompleks tambang gas. Kapal-kapal pembawa<br />

LNG biasa mengambil gas di Bontang, Arun,<br />

atau Tangguh untuk dikirim ke Jepang, Tiongkok,<br />

atau Korea.<br />

Tapi untuk terminal penerima atau impor—<br />

yang mengubah LNG menjadi gas kembali—<br />

posisi Indonesia berkebalikan. Indonesia tidak<br />

memilikinya. Akhirnya diputuskan membuat<br />

sejumlah terminal impor atau penerima LNG di<br />

sejumlah tempat Indonesia. Terminal ini, seperti<br />

di Arun, dimodifikasi dari terminal pengiriman.<br />

Namun terminal lainnya dibuat dalam bentuk<br />

terapung dan sering disebut dengan FSRU,<br />

singkatan dari jargon teknis floating storage and<br />

regasification unit. Terminal terapung pertama<br />

beroperasi sekitar setahun ini di Teluk Jakarta,<br />

dan sudah mendapat kontrak pengiriman gas<br />

selama 11 tahun dari lapangan gas di Bontang,<br />

Kalimantan Timur.<br />

Terminal terapung lain adalah milik PT Perusahaan<br />

Gas Negara. Terminal buatan Hyundai,<br />

Korea Selatan, ini sudah dalam pengiriman<br />

untuk ditempatkan di Lampung. Diperkirakan,<br />

pada Mei mendatang, terminal terapung ini sudah<br />

bisa ditambatkan di lepas pantai Lampung.<br />

Sedangkan di Banten masih dalam pembuatan.<br />

Selain soal hasil tambang gas yang telanjur<br />

dikontrak untuk dijual ke asing serta ketidakberanian<br />

SKK Migas menjatah terminal penerima<br />

dalam jumlah banyak, impor dilakukan karena<br />

harga di Amerika Serikat sangat murah.<br />

Harga gas di Amerika anjlok karena hadirnya<br />

shale gas, jenis gas yang semula susah<br />

ditambang tapi sekarang sudah bisa dan murah<br />

ditambang. Gas jenis ini, sejak 10 tahun lalu,<br />

banyak ditambang Amerika Serikat. Akibatnya,<br />

harga gas di sana anjlok gila-gilaan dan pasokan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Salah satu stasiun gas di<br />

Indonesia.<br />

antara<br />

menjadi berlimpah.<br />

Harga gas murah di Amerika ini berkebalikan<br />

dengan situasi di Indonesia. Menambang gas<br />

di Indonesia sangat mahal karena kebanyakan<br />

berada di laut dalam seperti di Natuna. “Lokasi<br />

terpencar-pencar, sehingga butuh biaya produksi<br />

yang tinggi,” ucapnya.<br />

Saat ini, harga pasar gas alam di Asia adalah<br />

US$ 10-11 per MMBTU (juta British termal unit).<br />

Di Amerika Serikat, harganya hanya US$ 2-3<br />

per MMBTU. “Biaya di dalam negeri itu selalu<br />

dihitung sesuai dengan harga yang berlaku di<br />

pasar Asia, yang sudah tinggi,” ujar anggota<br />

Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas<br />

Bumi, Ibrahim Hasyim.<br />

Meski biaya pengiriman gas dari Amerika<br />

ke Indonesia mahal, kalau dihitung-hitung,<br />

tetap di bawah US$ 10 per MMBTU saat gas<br />

itu sampai di Indonesia. Lebih murah dari<br />

harga pasar, asal jangan dibandingkan dengan<br />

harga gas dari Tangguh, Papua, yang dijual ke<br />

Tiongkok. Indonesia menjual gas ke Tiongkok<br />

cuma US$ 3,35 per MMBTU. n<br />

Hans HenriCus B.S. ARON, RISTA RAMA DHany, BUDI ALIMuddin |<br />

Nur Khoiri<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Rezeki<br />

Gas dari<br />

Indonesia<br />

Cheniere sukses mempertaruhkan<br />

dana untuk membuat terminal ekspor<br />

gas dari Amerika Serikat.<br />

ANTARA<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Salah satu rezeki<br />

untuk Souki datang<br />

dari Indonesia.<br />

ANDA pernah mendengar nama<br />

Charif Souki? Nama ini muncul pekan-pekan<br />

belakangan di sejumlah<br />

media bisnis Amerika Serikat. Penyebabnya?<br />

Ia menjadi presiden direktur dengan<br />

bayaran tertinggi pada tahun lalu.<br />

Sepanjang 2013, ia mengantongi gaji dan sejumlah<br />

bonus dengan total mencapai US$ 142<br />

juta (Rp 1,6 triliun). Pendapatan sebesar ini lima<br />

kali bayaran untuk CEO ExxonMobil, salah satu<br />

raksasa minyak dunia.<br />

Perusahaan yang dipimpin<br />

Souki memang tidak terlalu<br />

ngetop namanya, apalagi di<br />

Indonesia. Cheniere Energy<br />

Inc namanya. Penemuan shale<br />

gas—gas yang terperangkap<br />

dalam batuan keras—yang<br />

murah membuat Amerika<br />

mulai banyak mengekspor<br />

gas. Cheniere, yang mengoperasikan<br />

terminal ekspor, ikut ketiban pulung.<br />

Salah satu rezeki untuk Souki datang dari<br />

Indonesia. Akhir tahun lalu, salah satu terminal<br />

perusahaan ini yang sedang dibangun di wilayah<br />

Corpus Christi, Amerika Serikat, mendapatkan<br />

pembeli, yakni PT Pertamina Gas. Begitu beroperasi,<br />

pada 2018, sekitar 0,8 juta ton gas per<br />

tahun akan dimasukkan ke kapal Pertamina dan<br />

dibawa ke Indonesia.<br />

Pertamina membeli langsung gas itu ke Cheniere,<br />

tidak lewat perantara. “Ini business-to-business,<br />

tidak ada perantara di antara Pertamina<br />

dan penjual gas dari Amerika itu,” ucap Direktur<br />

Utama PT Pertamina Gas Hendra Jaya.<br />

Souki bisa mendapat bonus berlimpah karena<br />

berhasil membawa Cheniere sukses besar<br />

terkait dengan shale gas, meski sebelumnya<br />

rugi banyak. Awalnya, Souki berhitung bahwa<br />

Amerika bakal mengimpor banyak gas. Karena<br />

itu, ia membangun terminal impor gas. Ia<br />

bahkan berhasil membuat Chevron dan Total,<br />

dua raksasa minyak dan gas dunia, menyewa<br />

terminal dalam jangka panjang.<br />

Keberhasilan ini membuat saham Cheniere<br />

melompat 10 kali lipat dari 2002 ke 2005. Tapi,<br />

sialnya, saat proyek terminal belum selesai,<br />

pada 2005 muncul shale gas di pasar. Pasokan<br />

gas Amerika Serikat aman karena kehadiran<br />

shale gas dan tidak perlu lagi mengimpor.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Surono (kiri), Johanes<br />

Widjonarko<br />

antara foto | Grandy | detik foto<br />

Harga gas pun anjlok di Amerika Serikat.<br />

Pada 2008, harga gas mencapai lebih dari US$<br />

12 per juta unit termal Inggris (BTU). Tapi, sejak<br />

2012, harganya di bawah US$ 3 per juta BTU.<br />

Kehadiran shale gas yang berlimpah dan murah<br />

ini membuat Souki gelisah. Mereka sudah<br />

membuat satu terminal impor tapi tidak bisa<br />

terpakai. Padahal, seperti dikutip New York<br />

Times, biaya untuk membuat terminal impor ini<br />

mencapai US$ 1,4 miliar (sekitar Rp 15 triliun).<br />

Harga saham, yang sempat mencapai US$ 40<br />

per lembar, anjlok menjadi hanya US$ 2 per<br />

lembar.<br />

Tapi Souki tidak patah semangat. Melihat<br />

shale gas yang berlimpah ruah, ia mendapat ide<br />

untuk mengubah terminal impor ini menjadi<br />

ekspor. Terminal gas untuk ekspor, atau impor,<br />

sangat mahal, tidak seperti untuk minyak.<br />

Di terminal ekspor, gas harus didinginkan<br />

sampai suhu minus 162 Celsius. Pada suhu ini,<br />

gas berubah menjadi cair, dan nama LNG—<br />

gas alam cair—muncul dari proses ini. Proses<br />

pengembunan ini dilakukan agar pengiriman<br />

dengan kapal lebih ringkas karena, dalam bentuk<br />

cair, volumenya sekitar 1/600 dibanding<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

antara<br />

bentuk gas. Sebaliknya, di terminal impor, LNG<br />

akan diubah menjadi gas.<br />

Souki kemudian menyuntik Cheniere dengan<br />

dana sekitar US$ 3 miliar (lebih dari Rp 30<br />

triliun) untuk membuat terminal ekspor gas. Ini<br />

terminal ekspor kedua Amerika Serikat selain di<br />

Alaska. Negara ini memang tidak pernah mengekspor<br />

gas.<br />

Perhitungan Cheniere sederhana: Amerika<br />

bisa mengekspor limpahan gas produksi dalam<br />

negeri ke Eropa dan Asia. Penyebabnya, harga<br />

gas di Eropa dan Asia bisa dua kali lipat dibanding<br />

di Amerika Serikat setelah ada shale gas.<br />

Perjudian Cheniere berhasil. Perusahaan<br />

ini mulai mendapat calon pembeli gas dari<br />

terminal ekspor yang mereka bangun. Pelanggannya<br />

termasuk PT Pertamina Gas dari<br />

Indonesia. n Budi Alimuddin<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Potensi Besar,<br />

Biaya Kurang<br />

Potensi gas Indonesia sangat besar, terutama untuk shale<br />

gas. Tapi biaya eksplorasi dan produksi di sini sangat tinggi.<br />

antara<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

INDONESIA mungkin miskin produksi<br />

gas untuk memasak alias miskin elpiji. Gas<br />

yang dijual dalam tabung-tabung itu sedikit<br />

yang merupakan hasil tambang di negeri<br />

sendiri. Gas itu lebih banyak didatangkan dari<br />

luar negeri, seperti Qatar.<br />

Kepala Satuan Kerja Sementara Minyak dan<br />

Gas Bumi (SKK Migas), Johanes Widjonarko,<br />

mengatakan sekitar 60 persen kebutuhan elpiji<br />

masih diimpor. “Kalau elpiji itu kan ekstrak, ya,”<br />

katanya. “Dan tidak setiap kandungan elpiji,<br />

Jumlah ini, jika disetarakan dengan<br />

minyak, kira-kira hampir 1,5 juta barel<br />

per hari.<br />

yakni C-3 dan C-4, ada di dalam gas alam.” Maka<br />

sudah bertahun-tahun Indonesia mengimpor<br />

elpiji dari Qatar.<br />

Tapi untuk urusan gas alam di luar elpiji, Indonesia<br />

sangat kaya. Bahkan bertahun-tahun<br />

negeri ini menjadi pengekspor LNG—gas bentuk<br />

cair—terbesar di dunia. Kementerian ESDM<br />

mencatat potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia<br />

mencapai 170 triliun kaki kubik (TSCF).<br />

Jumlah sebesar ini, dalam perhitungan pemerintah,<br />

bisa dipanen sampai 59 tahun ke depan,<br />

tidak seperti minyak bumi, yang tinggal belasan<br />

tahun mendatang usianya. “Gas alam cair Indonesia<br />

berlimpah dan untuk pasokan dalam negeri itu<br />

sangat-sangat cukup,” kata Widjonarko.<br />

Saat ini produksi gas per hari Indonesia<br />

mencapai 8.400 juta kaki kubik (MMSCF) per<br />

hari. Jumlah ini, jika disetarakan dengan minyak<br />

menurut kalkulator Selena Oil & Gas, kirakira<br />

hampir 1,5 juta barel per hari. Jumlah yang<br />

spektakuler karena produksi minyak kita hanya<br />

di kisaran 900 ribu barel per hari.<br />

Produksi ini akan terus bertambah. Dalam<br />

dua tahun ini saja produksi rata-rata naik 200<br />

MMSCF per hari. Pada 2018 nanti, pemerintah<br />

memperkirakan puncak dari produksi gas nasional<br />

mencapai 10 ribu MMSCF per hari.<br />

Tambahan ini datang karena tahun depan,<br />

misalnya, Lapangan Donggi Senoro dengan<br />

cadangan 2,8 TSCF akan berproduksi.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Salah satu fasilitas<br />

Cheniere, perusahaan<br />

yang mengekspor gas<br />

dari Amerika Serikat ke<br />

Indonesia.<br />

getty images<br />

Pada 2017, Lapangan Jangkrik di Selat Makassar<br />

dengan cadangan 3,4 TSCF mulai berproduksi<br />

550 MMSCF per hari. Tahun berikutnya,<br />

Lapangan Masela dengan cadangan 9,18 TSCF<br />

dan Lapangan Tangguh Train 3 dengan cadangan<br />

gas sekitar 8 TSCF mulai berproduksi.<br />

Itu baru cadangan gas konvensional. Dua<br />

tipe gas lain, coal bed methane (CBM) dan shale<br />

gas, juga mulai dikembangkan. Kedua jenis gas<br />

ini masih belum banyak dikembangkan dunia<br />

karena soal teknologi. Menurut catatan pemerintah,<br />

potensi cadangan shale gas di Indonesia<br />

mencapai 574 TSCF dan CBM sebanyak 453,3<br />

TSCF, jauh lebih banyak dibanding cadangan<br />

gas konvensional.<br />

Namun potensi kandungan yang besar itu<br />

tidak berbanding lurus dengan kemampuan<br />

untuk eksplorasi dan biaya. Kepala Badan Geologi<br />

Kementerian ESDM, Surono, mengatakan,<br />

untuk mengeksplorasi potensi CBM dan shale<br />

gas di Indonesia, yang butuh biaya besar, belum<br />

didukung dengan infrastruktur yang memadai<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Sharif Souki, bos Cheniere<br />

dan menjadi CEO dengan<br />

bayaran termahal di<br />

Amerika Serikat.<br />

getty images<br />

serta kemampuan pendanaan.<br />

Contohnya untuk mengeksplorasi shale gas,<br />

yang saat ini menjadi primadona di Amerika<br />

Serikat. Di Negeri Abang Sam biaya untuk satu<br />

kali pengeboran diperkirakan sekitar US$ 3 juta.<br />

Sedangkan untuk ongkos produksinya sebesar<br />

US$ 2 per juta unit termal Inggris (MMBTU)<br />

dengan harga jual ke domestik sebesar US$ 3<br />

per MMBTU.<br />

Apabila pengeboran dilakukan di Indonesia,<br />

ongkosnya diperkirakan bisa mencapai tiga<br />

atau empat kali lipatnya. “Di Indonesia, lokasinya<br />

tersebar dan eksplorasi biasanya akan bersinggungan<br />

dengan tanah orang, permukiman,<br />

perkebunan, yang tidak mudah untuk diselesaikan<br />

dan belum lagi butuh teknologi tinggi,”<br />

imbuh Surono.<br />

Selain masalah biaya dan infrastruktur, menurut<br />

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo,<br />

kendala lainnya dalam mengeksplorasi gas nonkonvensional<br />

adalah kekurangan tenaga kerja<br />

terdidik dan terlatih untuk mengoperasikan<br />

peralatan rig atau anjungan tambang. “Tenaga<br />

kerja sebenarnya banyak, namun tidak banyak<br />

yang terdidik dan terlatih mengoperasikan rig,”<br />

katanya. n HANS HENRICus B.S. ARON<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


impor gas<br />

Indonesia negeri yang sangat kaya gas alam. Baru beberapa<br />

tahun ini posisi peringkat pertama negara pengekspor gas<br />

diserahkan kepada Qatar. Tapi, meski produksinya berlimpah,<br />

Indonesia malah nekat mengimpor gas.<br />

100<br />

Produksi dan Konsumsi Gas Alam Indonesia<br />

90<br />

80<br />

70<br />

65.9<br />

63.3 63.2<br />

62.7<br />

73.8<br />

68.3<br />

Produksi<br />

setara<br />

juta ton<br />

minyak<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

64.1<br />

60.9<br />

64.7 64<br />

31.5<br />

33.6 33.5<br />

29.9 28.2<br />

Konsumsi<br />

36.3<br />

29<br />

29.9<br />

30<br />

32.2<br />

10<br />

0<br />

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012<br />

tahun<br />

Sumber: BP Statistical Review of Energy 2013<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


isnis<br />

Mainan Baru<br />

PT Pegadaian<br />

PT Pegadaian langsung jadi juragan hotel. Perusahaan ini<br />

membangun banyak hotel di lahan-lahan menganggurnya.<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Salah satu kantor pelayanan<br />

PT Pegadaian. Perusahaan<br />

ini mulai mencoba<br />

mendapatkan pemasukan<br />

tambahan dari lahan yang<br />

menganggur.<br />

Grandyos Zafna Manase Mesah/<br />

detik FOTO<br />

LAHAN seluas 1,1 hektare di kawasan<br />

Kebon Nanas, Jakarta Timur, itu biasanya<br />

telantar dan berisi semak belukar.<br />

Sangat disayangkan lahan itu tidak<br />

dipakai, padahal lokasinya sangat strategis, di<br />

pinggir Jalan DI Panjaitan yang selalu ramai. Di<br />

lahan seluas itu, hanya ada kantor Pegadaian<br />

kecil beserta tiga gudang yang berisi 36 mobil<br />

dan ratusan sepeda motor yang jadi jaminan<br />

para nasabah.<br />

Lahan itu sekarang sudah dibersihkan dari<br />

semak belukar dan dipasang paving block. Pemiliknya,<br />

PT Pegadaian, agaknya sudah gatal<br />

ingin mengeruk duit dari lahan menganggur di<br />

lokasi bagus itu. Perusahaan ini sedang mempertimbangkan<br />

berbagai pilihan: menjadikannya<br />

sebagai pusat kerajinan, bursa mobil bekas,<br />

atau diisi warung-warung untuk wisata kuliner.<br />

“Sekarang lagi difinalisasi,” ujar Direktur Utama<br />

Pegadaian Suwhono.<br />

Perusahaan jasa keuangan yang akrab dengan<br />

masyarakat bawah ini memang sedang<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Rancangan salah satu hotel<br />

bintang tiga yang dibangun<br />

PT Pegadaian.<br />

Mohamad Hamzah/ANTARA FOTO<br />

gencar memutar otak untuk mendapatkan<br />

penghasilan tambahan. Salah satu idenya adalah<br />

memanfaatkan lahan-lahan kosong. Apalagi<br />

Pegadaian memiliki lebih dari 800 petak lahan.<br />

Sebagian sudah diisi, tapi banyak juga yang<br />

kosong seperti di Kebon Nanas ini.<br />

Pemanfaatan lahan di Kebon Nanas ini merupakan<br />

bagian dari program optimalisasi asetaset<br />

Pegadaian dan ini proyek kecil. Proyek<br />

besarnya, Pegadaian sedang dan akan membangun<br />

hotel bintang tiga di beberapa daerah.<br />

Pegadaian memberi nama hotelnya Pesonna—<br />

dengan dua huruf “n” karena merupakan singkatan<br />

dari Pegadaian.<br />

Proses konstruksi sedang berjalan di Pekanbaru,<br />

Surabaya, dan Makassar. Hotel ini diharapkan<br />

bisa beroperasi mulai triwulan keempat<br />

tahun ini. Di Yogyakarta baru saja mendapat<br />

izin mendirikan bangunan dan rencananya<br />

akan dimulai pembangunannya pertengahan<br />

tahun ini. Sementara itu, di Tegal, Pekalongan,<br />

Semarang, Lamongan, dan Gresik, Pegadaian<br />

sedang menunggu keluarnya izin bangunan.<br />

Direktur Bisnis Bidang Arsitektur dan Logistik<br />

PT Pegadaian Ferry Febrianto mengatakan<br />

perusahaannya mengincar segmen hotel bintang<br />

tiga karena pasarnya gemuk. Selain itu,<br />

masyarakat kelas menengah sedang tumbuh.<br />

Hotel-hotel ini akan didirikan di wilayah bisnis<br />

dan industri. “Kami lebih memilih hotel bisnis,<br />

yang laku saat weekdays, bukan pleasure hotel,<br />

yang cuma laku Sabtu dan Minggu,” ujar Ferry.<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Rancangan Hotel Pesonna<br />

milik Pegadaian.<br />

Mohamad Hamzah/ANTARA FOTO<br />

Namun bukan berarti Pegadaian enggan<br />

mendirikan hotel di kawasan wisata. Pegadaian<br />

juga mencari lokasi dengan kombinasi imbang<br />

antara bisnis dan wisata. Pilihannya jatuh di<br />

Yogyakarta. Dua hotel akan dibangun masingmasing<br />

di kawasan Malioboro dekat Gedung<br />

Agung dan di kawasan Kulon Tugu. Menurut<br />

Ferry, Pegadaian mendirikan dua hotel karena<br />

memandang Yogyakarta sebagai kota wisata<br />

sekaligus kota bisnis, sehingga hari kerja pun<br />

laku, bukan cuma pada akhir pekan.<br />

Pegadaian merogoh kocek hingga Rp 600<br />

miliar untuk membiayai proyek hotel ini. Sumber<br />

dananya berasal dari belanja modal 2014<br />

sebesar Rp 1,1 triliun. Investasi satu hotel, yang<br />

jumlah kamarnya 130-140 unit, menelan biaya<br />

Rp 70-75 miliar dengan target balik modal delapan<br />

tahun.<br />

Pegadaian akan mendirikan anak usaha untuk<br />

mengelola bisnis hotel ini, yang rencananya<br />

akan bernama Pesonna Indonesia. Nama anak<br />

usaha ini masih menunggu pengesahan dari<br />

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.<br />

Ferry enggan menyebut tarif kamar hotelnya.<br />

Tapi Direktur Eksekutif Persatuan Hotel dan<br />

Restoran Indonesia Cyprianus Aoer mengatakan,<br />

“Hotel bintang tiga biasanya memiliki rate<br />

Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.”<br />

Meski serius di hotel, bukan berarti Pegadaian<br />

melupakan bisnis lama di bidang keuangan.<br />

“Prinsip optimalisasi aset di Pegadaian ini harus<br />

bisa menjadi pendukung core business, itu prinsip<br />

dasarnya,” Ferry menambahkan. ■<br />

Hans Henricus B.S. Aron<br />

Majalah detik 5 - 11 mei Mei 2014


isnis<br />

Munculnya aplikasi sosial, seperti<br />

WhatsApp, KakaoTalk, dan Line, mengancam<br />

bisnis layanan suara dan SMS operator<br />

seluler. Operator seluler mulai mencari<br />

cara meraih pendapatan lain.<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Direktur Utama PT Kereta<br />

Commuter Jabodetabek<br />

Tri Handoyo saat berbicara<br />

dengan bos XL Axiata<br />

Hasnul Suhaimi dan CEO<br />

Indosat Alexander Rusli.<br />

Dua operator itu melayani<br />

isi ulang tiket komuter.<br />

Wahyu Putro A/ANTARA FOTO<br />

ARIE Haryanto memungut sebotol<br />

air mineral di rak dan membawanya<br />

ke kasir salah satu warung modern<br />

Alfamart di Serang, Banten. Pemandangannya<br />

bakal tidak ada yang aneh jika ia<br />

membayar minuman itu dengan uang. Tidak<br />

pula aneh jika ia menyodorkan kartu kredit<br />

atau kartu debit. Tapi ia menyodorkan ponsel<br />

dengan layar yang menyala.<br />

Kasir kemudian memasukkan beberapa angka<br />

di layar dan, wussss, transaksi yang dibayar<br />

menggunakan ponsel itu pun selesai dalam<br />

sekejap. Transaksi yang masih tergolong ganjil<br />

di Indonesia ini sering dilakukan Arie. “Aku<br />

sering pakai XL Tunai kalau beli makanan atau<br />

minuman di Alfamart,” ucap Arie.<br />

Layanan seluler XL, yang dimiliki oleh PT<br />

XL Axiata, memang bukan hanya soal data<br />

atau suara. Operator-operator seluler, seperti<br />

XL dan Telkomsel, memang mati-matian berusaha<br />

mendapatkan tambahan pemasukan di<br />

luar layanan standar, seperti memberi layanan<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Operator seluler<br />

memamerkan luas jaringan<br />

mereka beberapa waktu<br />

lalu. Meski jaringan luas,<br />

tapi penekanan bisnis<br />

bergeser tak lagi di layanan<br />

suara dan SMS.<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

jaringan Internet atau telekomunikasi suara.<br />

Penyebabnya sederhana: operator seluler ini<br />

sudah berhitung, layanan suara dan SMS, yang<br />

menjadi tulang punggung pendapatan saat ini,<br />

bakal berkurang banyak. “Semua operator seluler<br />

akan berlomba-lomba memasuki layanan<br />

digital ini guna menghindari kemunduran pendapatan<br />

via voice dan SMS,” kata Adita Irawati,<br />

Vice President Corporate Communication<br />

Telkomsel.<br />

Layanan ini berkurang karena diserang sejumlah<br />

aplikasi yang memungkinkan pengguna<br />

hanya membayar layanan digital yang murah<br />

untuk sekadar bertelepon atau berkirim pesan.<br />

Aplikasi ini mulai WhatsApp, Line, KakaoTalk,<br />

sampai BBM.<br />

Karena memang untuk “masa depan”, para<br />

operator belum mendapatkan pemasukan bagus<br />

dari layanan-layanan nonsuara dan data ini.<br />

XL, misalnya, mengucurkan US$ 2 juta (lebih<br />

dari Rp 20 miliar) untuk layanan XL Tunai seperti<br />

yang dipakai Arie membayar air mineral.<br />

Tapi pemasukan masih sedikit. Meski begitu,<br />

Vice President Digital Service Delivery XL<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Tiket elektronik kereta<br />

komuter pun bisa diisi lewat<br />

ponsel. Petugas kereta api<br />

memperlihatkan tiket dan<br />

aplikasi isi ulangnya.<br />

Wahyu Putro A/ANTARA FOTO<br />

Axiata, Yessie D. Yosetya, mengatakan, “Kami<br />

optimistis dalam waktu 5 tahun mendapatkan<br />

nilai tambah dari sini.”<br />

Jumlah yang relatif kecil juga diungkapkan<br />

oleh Telkomsel. Adita mengatakan layanan bicara<br />

masih menyumbang 51 persen pendapatan<br />

dan SMS memberi 21 persen pendapatan. “(28<br />

persen) sisanya lain-lain, di antaranya digital<br />

service, seperti e-banking dan T-Cash,” katanya.<br />

Ia memasang target tahun depan porsi<br />

pendapatan di luar layanan suara dan data itu<br />

meningkat menjadi 30 persen. Karena itu, mereka<br />

mesti menambah jumlah pengguna layanan<br />

e-money dan digital mereka, yang masih di<br />

bawah 10 juta orang.<br />

Telkomsel memang cukup agresif menggali<br />

pendapatan di luar bisnis utama mereka.<br />

Mereka membagi layanannya menjadi tiga.<br />

Pertama sektor gaya hidup, yang membuat<br />

Telkomsel mendapat pendapatan jika ada<br />

yang mengunduh musik atau berlangganan<br />

nada dering. “Ini masuk layanan digital gaya<br />

hidup,” ucapnya.<br />

Telkomsel juga mulai agresif di bidang periklanan.<br />

Saat berada di mal, misalnya, pelanggan<br />

akan mendapatkan iklan dari rumah makan<br />

yang ada di lokasi itu. “Jadi mal-mal sekarang<br />

tidak perlu lagi banyak memasang iklan di dinding<br />

gedung atau banner di dekat pintu masuk<br />

gedung,” ucapnya.<br />

Layanan lain adalah pembayaran dan perbankan.<br />

Layanan ini mulai T-Cash, SMS banking,<br />

sampai layanan M-Pos.<br />

Di XL, layanan ini diberi cap XL Tunai. Dalam<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


isnis<br />

Salah satu ponsel<br />

dipamerkan di "South<br />

Pacific Intouch Cooperation<br />

Summit". Ponsel cerdas<br />

ini bakal memotong<br />

pendapatan SMS operator<br />

seluler.<br />

Paramayuda/ANTARA FOTO<br />

layanan ini, pelanggan akan mendaftarkan dan<br />

mengisi “nomor” XL mereka dengan uang. Saat<br />

membayar transaksi, uang itu ditransfer oleh XL<br />

masuk rekening Alfamart—atau rekanan lain,<br />

termasuk sejumlah situs perdagangan Internet,<br />

seperti Disdus.com.<br />

Layanan e-banking memiliki harapan cerah<br />

karena lebih efisien. Ini seperti diungkapkan<br />

Asosiasi Penyedia Konten Seluler dan Internet<br />

atau Indonesian Mobile and Online Content<br />

Provider Association (Imoca).<br />

Sekretaris Jenderal Imoca, Ferrij Lumoring,<br />

mengatakan transaksi lewat mobile banking hanya<br />

butuh Rp 1.000 per transaksi. Sedangkan<br />

via ATM butuh Rp 3.000 per transaksi. “Operator<br />

penyedia layanan data juga bisa menjangkau<br />

unbankable people (orang yang tak memiliki<br />

rekening) dari seluruh kelas sosial,” katanya.<br />

Tapi sejumlah masalah masih menghadang.<br />

XL menyatakan kendala utama layanan SMS<br />

banking, Internet banking, dan XL Tunai adalah<br />

kuatnya pengaruh uang tunai untuk transaksi<br />

di Indonesia.<br />

Tapi rupanya masalah bukan hanya itu. Arie,<br />

misalnya, tidak selalu membayar tran saksi<br />

menggunakan XL Tunai. Pertama, karena sinyal<br />

kadang buruk. Transaksi ini memang membutuhkan<br />

sinyal seluler yang stabil. Selain itu,<br />

tidak semua kasir mafhum dengan teknologi<br />

pembayaran baru ini. “Sejumlah pegawai Alfamart<br />

belum tahu ada layanan ini,” ucapnya.<br />

■ BUDI ALIMuddin<br />

Majalah detik 5 - 11 mei Mei 2014


selingan<br />

koes plus &&&politik<br />

Bukan cuma olahraga,<br />

musik pun bisa menjadi alat<br />

diplomasi politik. Kelompok musik<br />

Koes Plus pernah mengalaminya<br />

di dua rezim: Bung Karno<br />

dan Soeharto. Pemenjaraan<br />

Koes Plus pada 1965 ternyata<br />

dimaksudkan agar Koes Plus bisa<br />

masuk ke Malaysia, yang tengah<br />

berkonfrontasi dengan Indonesia.<br />

Menjelang integrasi Timor Timur,<br />

Koes Plus sengaja dikirim untuk<br />

manggung di Dili. Lewat konser<br />

mereka terdeteksi seberapa kuat<br />

masyarakat yang pro-integrasi.<br />

Majalah detik 5 - 11 Mei 2014


selingan<br />

Alat Politik<br />

Bung Karno<br />

dan Soeharto<br />

Rezim Orde Lama sengaja memenjarakan<br />

mereka untuk disusupkan ke Malaysia.<br />

Orde Baru mengirim ke Dili menjelang<br />

Timor Timur berintegrasi.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Soedarsono alias Dipo<br />

Rangga<br />

sudrajat/majalah detik<br />

Di salah satu sudut Rolling Stone Cafe,<br />

Jakarta, Soedarsono alias Dipo Rangga,<br />

65 tahun, menjajakan aneka kaus<br />

bergambar sampul album Koes Plus,<br />

Minggu, 27 April. Kaus-kaus itu ia sablon sendiri<br />

dengan foto-foto eksklusif koleksi pribadinya.<br />

Dari sekitar 200 pengunjung yang menghadiri<br />

acara peluncuran buku Koes Plus—Kisah<br />

dari Hati di kafe tersebut, terlihat Ais Suhana<br />

sedang memilih-milih dagangan Dipo. “Bungkusin<br />

dua ya, nanti saya bayar,” ujar Ais, yang<br />

direspons dengan sigap oleh Dipo.<br />

Tak lama berselang, beberapa pentolan grup<br />

musik rock God Bless, seperti Achmad Albar,<br />

Ian Antono, dan Donny Fatah, serta para kru<br />

Koes Plus Junior, pun menyalami Dipo dengan<br />

hangat. Rupanya ia memang bukan sekadar pedagang<br />

kaki lima. Dipo punya pertalian emosi<br />

cukup kuat dengan Koes Plus.<br />

“Saya penata suara Koes Plus sejak awal 1970.<br />

Ke mana pun Koes Plus manggung, saya pasti<br />

ikut,” ujarnya. “Saya salah satu saksi kunci misi<br />

kesenian ke Timor Portugis,” katanya seraya<br />

merujuk halaman 30 buku Koes Plus—Kisah dari<br />

Hati.<br />

Pada November 1974, Koes Plus, yang amat<br />

terkenal kala itu, oleh rezim Orde Baru sengaja<br />

dikirim untuk konser di Dili. Turut bersama<br />

mereka adalah penyanyi Ernie Djohan. Mereka<br />

mendarat di Kupang, Nusa Tenggara Timur,<br />

pada 6 November. Dari situ perjalanan dilanjutkan<br />

ke Dili dengan pesawat TAP (Timor Aero<br />

Transporte).<br />

“Yang nugasin ke sana Ali Moertopo (asisten<br />

khusus Presiden Soeharto),” ungkap Koesjono<br />

alias Yon Koeswoyo, vokalis Koes Plus,<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

saat berbincang dengan<br />

majalah detik di kediamannya,<br />

kawasan Pamulang,<br />

30 April. Salah satu tujuan<br />

utamanya, ia melanjutkan,<br />

adalah mendeteksi berapa<br />

banyak warga dan tokoh<br />

di sana yang benar-benar<br />

ingin bergabung dengan<br />

Indonesia.<br />

Konser digelar di markas<br />

tentara Portugis di<br />

Dili. Lagu yang dibawakan<br />

antara lain Layanglayang<br />

dan Hidup yang<br />

Sepi. “Meski sepertinya<br />

enggak ngerti syairnya,<br />

mereka kelihatan seneng<br />

banget. Bener-bener dahsyat<br />

lagu-lagu Koes Plus<br />

itu,” kata Yon.<br />

Meski cuma menggelar satu kali konser, karena<br />

pengiriman Koes Plus juga dimaksudkan<br />

sebagai bagian operasi intelijen, mereka tinggal<br />

di sana selama sepekan. Seusai konser, para<br />

personel Koes Plus, yang didampingi beberapa<br />

perwira intelijen, seperti Mayor Surojo, melakukan<br />

berbagai pertemuan dengan sejumlah<br />

tokoh Timor Portugis.<br />

“Kami antara lain bertemu Gubernur Timor<br />

Portugis (Fernando Alves Aldeia). Dia bilang ke<br />

Mas Tonny (pimpinan Koes Plus), ‘Kamu ke sini<br />

jangan bawa bom, ya. Main musik saja', ha-haha...,”<br />

tutur Yon.<br />

Sedangkan Yok Koeswoyo dalam buku Koes<br />

Plus—Kisah dari Hati, yang ditulis Ais Suhana,<br />

mengungkapkan, seusai konser mereka diundang<br />

makan siang dan makan malam ke sanakemari.<br />

“Kami seperti orang penting,” kata Yok.<br />

Bukan hanya pertunjukan mereka yang<br />

mendapat sambutan hangat, ketika kembali ke<br />

Hotel Turismo tempat menginap, orang-orang<br />

di sana menggedor-gedor pintu mobil sambil<br />

berteriak-teriak, “Koes Plus bom grupo de musica”<br />

dan “Viva Presidente Soeharto,” kata Yok.<br />

Kembali dari Dili pada 13 November 1974,<br />

Koes Plus disambut Menteri Luar Negeri Adam<br />

Malik dan Ali Moertopo begitu tiba di Jakarta.<br />

Paspor mereka diminta dan tidak dikembalikan.<br />

Sedangkan Dipo, yang pulang dengan pesawat<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

lain yang mengangkut peralatan, paspornya tak<br />

sempat disita. “Mungkin pemerintah lupa atau<br />

enggak menganggap penting peran saya,” kata<br />

Dipo diiringi tawa.<br />

lll<br />

Pelibatan Koes Plus dalam kancah politik juga<br />

dilakukan rezim Orde Baru di awal kekuasaannya.<br />

Dalam Pemilu 1971, kata Dipo, Koes Plus<br />

menjadi ujung tombak kampanye<br />

Golkar (Golongan karya). Mulai<br />

dari Mei sampai Juni 1971, bersama<br />

para penyanyi dan pelawak, mereka<br />

berkeliling daerah.<br />

Orde Baru sendiri menyebut<br />

pemilu sebagai “pesta demokrasi”.<br />

Mungkin karena ada kata “pesta”,<br />

aspek hiburan menjadi lebih<br />

dominan ketimbang pesan-pesan<br />

politik. “Kami pentas sampai kabupaten-kabupaten<br />

di Bali, Lombok,<br />

Bima, Kupang, dan daerah lainnya,”<br />

ujar Dipo.<br />

Sebagai peserta pemilu pendatang<br />

baru, gaya kampanye yang<br />

dijalankan Golkar kala itu terbukti ampuh dan<br />

mampu mengungguli para pesaingnya, seperti<br />

PNI, Partai NU, Partai Muslimin Indonesia<br />

(Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),<br />

Partai Persatuan Tarbiyah Islam (Perti), Partai<br />

Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik, dan<br />

Partai Murba.<br />

Semua artis top, pelawak, penari, dimonopoli<br />

sama Golkar lewat “Tim Kesenian Safari<br />

Golkar”. Namun, mulai pemilu kedua, menurut<br />

Yon, Tonny Koeswoyo sebagai pimpinan Koes<br />

Plus menolak turut serta dalam kampanye.<br />

Meski banyak pengurus Golkar yang membujuk<br />

dengan iming-iming bayaran yang lumayan,<br />

Tonny tetap pada pendiriannya. “Koes Plus<br />

milik semua lapisan masyarakat, enggak boleh<br />

dimonopoli salah satu pihak,” kata Yon, menirukan<br />

kalimat Tonny kala itu.<br />

Memasuki era reformasi, sikap para personel<br />

Koes Plus tak berubah meski Tonny telah lama<br />

tiada. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono<br />

berniat melibatkan para musikus Koes<br />

Plus yang tersisa, ternyata tawaran itu ditolak.<br />

Ajakan Yudhoyono itu disampaikan lewat Ishadi<br />

S.K.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

ketika masa kampanye sudah selesai, he-hehe...,”<br />

kata Ais.<br />

Abadi Soesman, istri Tonny<br />

Koeswoyo, putra Nomo<br />

Koeswoyo, Ais Suhana, Ishadi,<br />

Rico Murry, Djon dan Yon<br />

Koeswoyo, serta Bens Leo.<br />

sudrajat/majalah detik<br />

“Pak SBY sejak taruna menggemari lagu-lagu<br />

Koes Plus. Dia ingin menghidupkan kembali<br />

kejayaan Koes Plus,” kata Ishadi.<br />

Hanya, ketika ia menyampaikan niat baik tersebut<br />

melalui Ais Suhana, yang pernah menjadi<br />

promotor sekaligus manajer Koes Plus, ternyata<br />

salah satu personelnya menolak. “Iya, Mas Yok<br />

akhirnya menyampaikan penolakan lewat SMS<br />

lll<br />

Sebelum Orde Baru, Presiden Sukarno sebagai<br />

Panglima Besar Revolusi pun rupanya<br />

pernah berniat menjadikan Koes Plus sebagai<br />

alat kontra-intelijen. Khususnya ketika Sukarno<br />

melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Sejak<br />

1961, Sukarno menganggap Malaysia sebagai<br />

boneka Inggris.<br />

Karena kebetulan anak-anak Koeswoyo yang<br />

tergabung ke dalam Koes Bersaudara gemar<br />

memainkan lagu-lagu milik The Beatles asal<br />

Liverpool, Inggris, Sukarno pun berniat memanfaatkan<br />

mereka. Setelah tampil di kediaman<br />

Kolonel Koesno di Jalan Djati Petamburan II<br />

A pada 24 Juni 1965, keesokan paginya mereka<br />

dijemput jaksa dan dijebloskan ke penjara di<br />

kawasan Glodok. Selama tiga bulan mereka<br />

mendekam di sana tanpa proses pengadilan.<br />

Orang tua mereka tentu amat terpukul.<br />

Mereka tak habis pikir dengan kebijakan semena-mena<br />

penguasa kala itu. “Bocah ora salah<br />

apa-apa kok dibui. Bung Karno kelewatan iki,”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Paspor Soedarsono alias Dipo<br />

Rengga saat berkunjung ke<br />

Timor Portugis, November<br />

1974.<br />

sudrajat/majalah detik<br />

ungkap Djon Koeswoyo,<br />

82 tahun,<br />

menirukan kekesalan<br />

ayah mereka.<br />

Djon adalah putra<br />

sulung Koeswoyo.<br />

Dia pernah menjadi<br />

salah satu personel<br />

Koes Bersaudara,<br />

tapi cuma di album<br />

pertama. Selanjutnya<br />

ia keluar dan lebih<br />

banyak memberikan<br />

dukungan logistik bagi<br />

adik-adiknya yang bermusik.<br />

Setiap Senin dan<br />

Kamis ia mengirimi adikadiknya<br />

makanan. “Saya<br />

nasihati mereka supaya jangan bersedih, karena<br />

pasti ada sesuatu rencana lebih besar dari<br />

Tuhan. Ada blessing in disguise,” ujar Djon.<br />

Ternyata benar, salah satu yang membuat<br />

Koes Bersaudara dan Koes Plus dianggap fenomenal<br />

dan menjadi legenda adalah karena<br />

pernah dipenjara tanpa proses hukum.<br />

Belakangan terungkap, Koes Bersaudara sengaja<br />

dimasukkan ke penjara di Glodok karena<br />

rezim Sukarno, yang tengah menjalankan politik<br />

konfrontasi terhadap Malaysia, berencana<br />

mengirim mereka ke negara itu.<br />

Tujuannya untuk mengintip atau mengintai<br />

langsung apakah orang Indonesia yang berada<br />

di sana atau orang Malaysia sendiri antipati kepada<br />

Indonesia. “Karena waktu itu kita (rezim<br />

Bung Karno) kurang sreg dengan berdirinya<br />

Malaysia, yang sebelumnya bernama Malaya,”<br />

ungkap Yok.<br />

Koes Bersaudara sengaja dimasukkan ke<br />

penjara untuk memberi kesan grup itu tak<br />

disukai pemerintah Indonesia dan diharapkan<br />

tak dicurigai kalau dikirim untuk manggung di<br />

Malaysia. Jika tidak terjadi peristiwa Gerakan<br />

30 September 1965, Koes Bersaudara hampir<br />

pasti dikirim ke Malaysia melaksanakan misi<br />

negara. ■ SUDRajat<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Bermusik<br />

sampai<br />

mati<br />

foto: grandy/detikfoto<br />

Pada usia 74 tahun, Yon Koeswoyo masih<br />

aktif bernyanyi. Menjadi ikon industri<br />

kelapa dan masih mencipta lagu.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Beraksi di Rolling Stone Cafe,<br />

Minggu, 27 April 2014.<br />

sudrajat/majalah detik<br />

Selepas Kasmuri (Murry) berpulang<br />

pada awal Februari lalu, praktis<br />

personel Koes Plus tinggal kakak-adik<br />

Koesyono alias Yon Koeswoyo dan<br />

Koesroyo (Yok). Tapi yang masih aktif bermusik<br />

cuma Yon. Pada usia 74 tahun, prajurit terakhir<br />

Koes Plus itu masih energetik. Ketika sudah<br />

di atas panggung, dia betul-betul “egois”. Bila<br />

belum genap satu jam berjingkrak-jingkrak, dia<br />

tak akan rela turun dari panggung.<br />

Setidaknya itu diperlihatkan Yon di Rolling<br />

Stone Cafe, Jakarta, Minggu, 27 April lalu. Ketika<br />

Ais Suhana, penulis buku Koes Plus—Kisah<br />

dari Hati, membujuknya agar bergantian dengan<br />

God Bless, yang juga hendak tampil, lelaki<br />

kelahiran Tuban, Jawa Timur, 27 September<br />

1940, itu menolaknya.<br />

“Iki ngawur, lagi enak nyanyi kok mau diselang-seling.<br />

God Bless nanti saja,” sergah Yon<br />

disambut tawa dan tepuk tangan sekitar 200<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

pengunjung. Achmad Albar, Ian Antono, Donny<br />

Fatah, dan Teddy Sujaya cuma senyum-senyum<br />

maklum.<br />

Saat majalah detik menemui di kediamannya,<br />

Jalan Salak, Pamulang, Yon dengan semangat<br />

langsung memencet tuts piano merek<br />

Kohler&Campbell. “Mau Beatles, Queen, atau<br />

lagu-lagu Koes Plus?” ia menawarkan lagu yang<br />

hendak dimainkannya. “Saya mau terus bermusik<br />

sampai akhir hayat, selama masih kuat,” ujar<br />

pria yang akrab disapa Babeh itu.<br />

Kabarnya Babeh sedang mengerjakan<br />

album baru....<br />

Bukan album... saya diminta jadi ikon kampanye<br />

VCO (virgin coconut oil). Ini proyek swasta<br />

bersama Kementerian Pembangunan Daerah<br />

Tertinggal. Minyak kelapa di luar negeri kan<br />

digembar-gemborkan seolah mendatangkan<br />

penyakit jantung. Padahal sakit jantung itu kan<br />

akibat fast food, enggak olahraga. Kalau VCO<br />

itu bagus. Dari dulu nenek moyang kita menggoreng<br />

makanan ya pakai minyak kelapa. Kasihan<br />

petani kelapa kita di desa-desa itu kalau<br />

enggak dibantu.<br />

Saya kemarin ke Palu, Mamuju (Sulawesi Barat),<br />

waduh, pohon kelapa ada di mana-mana.<br />

Itu aset. Luar negeri melirik kelapa karena mengandung<br />

asam laurat, yang biasa terdapat di<br />

ASI. Itu merupakan antibakteri, antivirus, dan<br />

antijamur.<br />

Bagaimana ceritanya kok mereka melibatkan<br />

Babeh?<br />

Ya, mungkin mereka melihat saya dan lagulagu<br />

Koes Plus, seperti Nusantara, Kolam Susu.<br />

Di Koes Plus kan tinggal saya yang aktif ngamen<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Bersama isteri, Bonita Angelia,<br />

Bela Aron, dan Kenas Berton.<br />

repro: grandy/detikfoto<br />

ke mana-mana. Genjrang-genjreng. Indonesia<br />

ini kan sebetulnya kaya bener, cuma kok ya jadi<br />

begini.<br />

Babeh tidak tertarik membuat lagu atau<br />

album baru?<br />

Oh, saya baru bikin lagu, judulnya Curiga.<br />

Ceritanya ya tentang hubungan dengan pacar<br />

atau suami-istri. Itu nanti yang nyanyikan IDP<br />

(Indah Dewi Pertiwi). Dia datang ke sini sama<br />

manajernya, agennya.<br />

Kau salah duga penilaianmu kepadaku // kau<br />

membayangkan perbuatanku kepadamu // kau<br />

marah selalu, risau di hatimu // akankah selalu<br />

kau curiga kepadaku // aku tak tahu harus apa<br />

kukatakan // kau tetap saja tak percaya kepadaku<br />

// mengapa begitu, aku pun tak tahu // karena<br />

cintaku selalu saja kepadamu // Kuselalu sayang,<br />

kau selalu saja marah // kau balas aku dengan<br />

sikapmu, membenciku...<br />

Dahsyat, kan!<br />

Itu lagu pengalaman orang lain atau Babeh<br />

sendiri?<br />

Iya, saya sendiri dengan istri saya yang pertama,<br />

Bu Susi. Juga sama istri yang sekarang,<br />

Bonita (Angelia). Dia juga sering curiga sama<br />

saya, ha-ha-ha…. Dia masih muda banget. Saya<br />

bersyukur karena dia orangnya pintar, cerdas,<br />

me-manage saya dan Koes Plus. Dia berani<br />

bernegosiasi langsung untuk urusan show ke<br />

daerah sampai ke luar negeri. Ya, dia masih<br />

muda, godaan pasti ada. Wajar saja. Tapi saya<br />

percaya, enggak mungkinlah dia mengkhianati<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Silakan saja kalau<br />

mereka mau hidup<br />

dari lagu-lagu Koes<br />

Plus. Saya ikut<br />

senang saja.<br />

saya.<br />

Babeh suka cemburu?<br />

Karena saya orang ngetop, cemburunya<br />

disimpan. Saya sudah tua, apa gunanya. Bisa<br />

rusak batin saya. Ora tak pikirin, mending<br />

santai sajalah. Hati bersih, pikiran bersih, dan<br />

perbuatan bersih, itu yang bikin saya<br />

seperti ini. Kalau enggak, ya sudah<br />

mati, sakit-sakitan, ha-ha-ha….<br />

Sampai kapan Babeh akan menyanyi?<br />

Ya, sampai akhir hayat, sampai<br />

enggak kuat. Hidup dan mati saya ya<br />

di musik. Itu anak-anak muda yang<br />

mengiringi saya nyanyi juga pernah<br />

tanya, “Babeh mau sampai kapan nyanyi? Sampai<br />

umur 80 tahun saja, Beh.” Buset, ha-ha-ha….<br />

Bagaimana Babeh bisa main bareng mereka?<br />

Itu karena ada kontrak nyanyi di mana gitu<br />

saya lupa, tahunnya juga lupa. Nah, terus harus<br />

nyanyi medley Nusantara. Wah, itu kan harus<br />

ada Murry dan Jack Kasbi. Tapi mereka enggak<br />

mau. Memboikot saya. Seolah-seolah mau<br />

bilang, silakan saja saya nyanyi, apa bisa tanpa<br />

mereka. Eh, malamnya datang anak-anak itu ke<br />

sini. Terus saya ajak latihan, dan ternyata lumayan.<br />

Akhirnya saya manggung sama anak-anak<br />

itu. Jadi bukan salah saya kok kalau ninggalin<br />

Murry dan lainnya. Saya kan vokalis Koes Plus,<br />

ya salah dong kalau ditinggalin. Kecuali kalau<br />

pemain drumnya atau pemain gitarnya yang<br />

ditinggalin. Tapi kalau vokalis, susah.<br />

Suara Babeh kok sepertinya enggak berubah<br />

ya dari muda sampai sekarang….<br />

Iya, itu semua anugerah Tuhan. Juga karena<br />

hati dan pikiran kita bersih. Saya bangun pagi<br />

sekitar pukul 5, terus olahraga, renang, main<br />

piano, atau main gitar. Saya makan enggak<br />

ada pantangan. Apa saja bisa. Di warteg<br />

sebelah rumah ini juga bisa, Rp 15 ribu cukup<br />

buat beli lauk. Saya merokok, ngopi juga tapi<br />

cuma secangkir sehari. Kalau lebih, nanti kayak<br />

Mbah Surip. Sate kambing, durian, saya makan.<br />

Enggak ada urusan saya, wong sewaktu kecil<br />

saya enggak pernah makan daging, ha-ha-ha….<br />

Tahunya cuma sayur bening, tempe, telur satu<br />

buat rame-rame.<br />

Sebagai prajurit terakhir Koes Plus, Babeh<br />

enggak bikin kader?<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Selain memahat, melukis<br />

menjadi aktivitas Yon<br />

sehari-hari.<br />

grandy/detikfoto<br />

Lo, itu yang main bareng saya anak muda semua.<br />

Enggak perlu disuruh, mereka sudah pada<br />

pinter sendiri. Hafal semua lagu Koes Plus dan<br />

bisa mainkan musiknya dengan bagus. Seluruh<br />

Indonesia itu sudah mengkaderkan sendiri,<br />

kok. Ada juga Koes Plus junior. Belum lagi ada<br />

komunitas-komunitas di banyak daerah. Kalau<br />

mereka mau bikin acara, perwakilannya datang<br />

ke sini. Ya, saya berterima kasih kepada mereka<br />

karena ikut melestarikan lagu-lagu Koes Plus.<br />

Silakan saja kalau mereka mau hidup dari lagulagu<br />

Koes Plus. Saya ikut senang saja.<br />

Tak dapat royalti?<br />

Dulu (mengeluarkan) satu volume dikasih<br />

duit sebesar ini. Tanda tangan, oke ya. Volume<br />

I-VII itu saya dibayar pakai motor Honda 90,<br />

Gelatik. Terus, kalau mau dapat uang lumayan,<br />

ya dari show ke mana-mana. Saya bisa beli Fiat<br />

100, mobil paling keren zaman itu. Kalau grup<br />

band sekarang, album sekali meledak, wow...<br />

dahsyat, beli Alphard. Setelah muncul kaset<br />

pada 1974, baru bisa beli tanah. Cicil tanah<br />

tetangga. Nabung di sana-sini. Kalau seniman<br />

enggak bisa manage penghasilannya, ya nes-<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Kaus produksi Dipo Rengga,<br />

mantan teknisi Koes Plus.<br />

grandy/detikfoto<br />

tapa di masa tuanya.<br />

Apa yang membuat Koes Plus berkiblat<br />

pada The Beatles?<br />

Dulu awalnya yang terkenal kan The Everly<br />

Brothers, cuma lama-lama bosan. Terus keluar<br />

kelompok anak-anak muda yang nyanyi pakai<br />

suara satu, suara dua, sambil jingkrak-jingkrak.<br />

Nah, Beatles itu campuran Elvis Presley dan<br />

The Everly Brothers. Tapi kan hukum alam berlaku<br />

juga. Beatles kemudian terlindas oleh Bee<br />

Gees, Queen. Koes Plus juga begitu. Terlindas<br />

oleh zaman penyanyi-penyanyi cewek, Ebiet<br />

G. Ade, Chrisye. Tapi, anehnya, lagu-lagu Koes<br />

Plus itu abadi.<br />

Nah, itu apa resepnya?<br />

Apa ya... mungkin karena saya, Mas Tonny,<br />

bikin lagu dengan jujur. Dari pengalaman<br />

pribadi, apa yang kita rasakan dan lihat seharihari.<br />

Sebetulnya lagunya juga banyak yang berlandaskan<br />

nilai-nilai Indonesia, bukan nyontek<br />

luar negeri. Pada dasarnya, enggak munafik,<br />

kita niru lagu Barat. Tapi kemudian jadi punya<br />

identitas sendiri.<br />

Koes Plus pernah membuat album rohani,<br />

juga kasidah. Seperti apa sebetulnya<br />

keberagamaan di keluarga Koeswoyo?<br />

Leluhur kami sih semuanya Islam. Saya, Yok,<br />

Islam. Bagi kami, sikap beragama itu bukan<br />

melulu cuma ritual. Tapi bagaimana menjaga<br />

harmoni di antara sesama, kasih sayang, menjaga<br />

perdamaian. Kalau orang Islam menghayati<br />

betul doa pembukaan sebelum Al-Fatihah,<br />

pasti dahsyat. Enggak bakal ada teroris. n<br />

ARIF ARIANTO | SUDRAJAT<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Dipenjara<br />

LALU<br />

MELEGENDA<br />

Berbeda dengan beberapa musikus di era sekarang<br />

yang umumnya dipenjara karena kasus narkoba atau<br />

asusila, Koes Bersaudara harus mendekam di terali besi<br />

selama tiga bulan murni karena musik yang mereka<br />

mainkan. “Musik ngak-ngek-ngok,” begitu Bung Karno menyebut<br />

lagu-lagu Barat, seperti The Beatles, yang pernah dimainkan Koes<br />

Bersaudara.<br />

Lepas dari penjara di Glodok pada 29 September 1965, popularitas<br />

Koes Bersaudara justru melejit. Ratusan lagu karya mereka<br />

hampir semuanya menjadi hit dan digemari masyarakat, bahkan<br />

hingga generasi sekarang ini. Vokalis God Bless menyebut<br />

mereka sebagai “Super Legend”.<br />

l Koes Bersaudara terbentuk pada 1960<br />

dengan personel John Koeswoyo (Koesdjono)<br />

yang memainkan bas betot; Tonny<br />

Koeswoyo (Koestono), lead guitar; Nomo<br />

Koeswoyo (Koesnomo), drum; Yon Koeswoyo<br />

(Koesjono), vokal, rhythm guitar;<br />

Yok Koeswoyo (Koesrojo), vokal, bass<br />

guitar.<br />

l Pada 1969, Koes Bersaudara berganti<br />

nama menjadi Koes Plus. Nomo, yang sibuk<br />

berbisnis, digantikan Kasmuri (Murry).<br />

l Kehadiran Koes Plus antara lain terinspirasi<br />

oleh Everly Brothers, The Beatles, The<br />

Bee Gees. Koes Plus sempat dijuluki “The<br />

Bee Gees Jawa”.<br />

l Tonny Koeswoyo sangat mengidolakan<br />

John Lennon dari The Beatles.<br />

l Koes Bersaudara merekam lagu-lagu<br />

pertama mereka pada 1962 di studio rekaman<br />

Irama di Jalan Theresia (belakang<br />

Sarinah).<br />

l Koes Bersaudara dan Koes Plus total merilis<br />

93 album dan 900 lagu.<br />

l Lagu Diana terinspirasi dari sosok gadis<br />

Portugis putri petani di Timor Timur. Lagu<br />

Diana, yang semula direkam di piringan<br />

hitam, kemudian diproduksi oleh lebih<br />

dari 20 perusahaan rekaman dalam bentuk<br />

kaset, CD, VCD, dan DVD.<br />

l Lagu Diana lahir ketika Koes Plus pindah<br />

dari perusahaan rekaman Dimita ke Remaco<br />

(Republic Manufacturing Company<br />

Limited) pada 1972.<br />

l Lagu Tul Jaenak, yang diciptakan Yok<br />

Koeswoyo, syairnya tersirat fenomena<br />

tamatnya PKI di Indonesia seiring Gerakan<br />

30 September 1965. “PKI kan lambangnya<br />

merah, dan banyak muka palsu, yang<br />

sebelumnya pro sekarang berbalik benci,”<br />

ujar Yon.<br />

l Lagu Nusantara tercipta dari hasil pengamatan<br />

dan perjalanan Koes Plus ke<br />

berbagai pelosok Tanah Air. “Dari atas<br />

pesawat kan pemandangan di bawah itu<br />

dahsyat banget. Lautnya, gunungnya, pohon<br />

kelapanya, macem-macem,” ujar Yon.<br />

l Lagu Andaikan Kau Datang Kembali<br />

diciptakan Tonny untuk Yon yang telah<br />

menikah, sedangkan kekasih sebelumnya,<br />

(Susy Nander, personel Dara Puspita)<br />

yang telah tiga tahun berkelana ke Eropa,<br />

akan kembali ke Jakarta.<br />

l Di bawah bendera Remaco pimpinan<br />

Eugene Timothy, Koes Plus merajai pasar<br />

industri musik rekaman dan panggung.<br />

l Remaco menjadikan Koes Plus sebagai<br />

grup musik paling produktif. Remaco pula<br />

yang membuat Koes Plus menjadi satusatunya<br />

grup musik pop yang memiliki<br />

karya lagu keroncong, lagu rohani, kasidah,<br />

pop Jawa, dan Melayu.<br />

l Selain dalam bahasa Indonesia, Jawa,<br />

Batak, dan Inggris, ada lagu berbahasa<br />

Prancis berjudul Vivre Heureux. Lagu ini<br />

diciptakan Yok Koeswoyo pada 1978, dan<br />

masuk dalam album Koes Plus ’78: “Melati<br />

Biru”.<br />

l Lagu-lagu Koes Bersaudara maupun Koes<br />

Plus cuma mengandalkan tiga kunci: C, F,<br />

dan G. Namun resep “simple but beautiful”<br />

yang dilakukan Tonny Koeswoyo<br />

justru amat digemari masyarakat karena<br />

mudah didengarkan.<br />

l Tonny mengaku membaca sejumlah<br />

buku, seperti Bhagavad Gita, Gitanjali<br />

karya Rabindranath Tagore, serta karyakarya<br />

William Shakespeare dan Yasunari<br />

Kawabata, peraih Nobel Sastra asal Jepang,<br />

dan karya Chairil Anwar.<br />

l Untuk melengkapi bakat, pengetahuan,<br />

dan pengalamannya dalam bermusik,<br />

Tonny belajar not balok kepada Nick Manolov.<br />

Ia juga belajar memetik gitar dengan<br />

plectrum, dan memperoleh sistem<br />

five fingers dari gitaris kelahiran Spanyol,<br />

Carcasi, dan Tjio Bun Tek, guru gitar klasik<br />

di Jakarta.<br />

l Lagu Why Do You Love Me semula akan<br />

dibawakan dengan ritme nada agak cepat.<br />

Tapi Yon sebagai vokalis membawakannya<br />

dengan perasaannya sendiri, syahdu,<br />

slow beat, dan melankolis. Lagu ini pernah<br />

ngetop di Australia selama beberapa pekan<br />

pada 1970-an.<br />

l Masyarakat Belu, Nusa Tenggara Timur,<br />

menilai lagu Kolam Susu terinspirasi dari<br />

salah satu obyek wisata di Kabupaten<br />

Belu yang bernama “Kolam Susuk”. Padahal<br />

sebetulnya, menurut Yon Koeswoyo,<br />

lagu itu terinspirasi dari seorang turis Jerman<br />

yang mengatakan kepadanya bahwa<br />

negara Indonesia, terutama perairannya,<br />

seperti kolam susu yang kaya hasil lautnya<br />

dan indah pemandangannya karena<br />

dihiasi pulau-pulau. “Itu dikatakan oleh<br />

orang Jerman pada 1960-an.”<br />

l Pada 1973, Koes Plus<br />

menjadi bintang iklan<br />

produk mobil Toyota<br />

Kijang dengan jingle<br />

iklan lagu Pelangi ciptaan<br />

Murry. Mereka<br />

juga membintangi<br />

iklan produk minuman<br />

F&N Soda Pop.<br />

Yon Koeswoyo juga<br />

pernah membintangi<br />

iklan rokok Wismilak<br />

dengan jingle lagu<br />

Buat Apa Susah.<br />

Sumber: Kisah dari Hati Koes Plus (April 2014) |<br />

Yon Koeswoyo Autobiografi (Mei, 2013)<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

God Bless<br />

Bicara Koes Plus<br />

Para personel grup musik rock God Bless ternyata masing-masing punya<br />

pengalaman, kenangan, dan apresiasi tersendiri terhadap Koes Plus.<br />

Hal itu terungkap saat mereka menghadiri acara peluncuran buku Koes<br />

Plus—Kisah dari Hati di Rolling Stone Cafe, Jakarta, Minggu, 26 April.<br />

Meski siang itu hujan deras mengguyur, mereka datang untuk berbagi<br />

cerita tentang Koes Plus. Berikut ini di antaranya.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Achmad Albar<br />

Vokalis God Bless<br />

Legenda<br />

Super<br />

Bagi saya pribadi, Koes Plus tak<br />

cuma legenda, tapi Super Legend.<br />

Salah satu kekuatan yang membuat<br />

Koes Plus fenomenal adalah<br />

lirik dan musiknya yang harmonis. Tak mengherankan<br />

kalau lagu-lagu Koes Plus tetap eksis<br />

sampai sekarang. Ada lagu Kolam Susu, Nusantara,<br />

misalnya. Kami, saya, dan God Bless<br />

Pada 1992-1993, saya diminta Ais Suhana (Direktur<br />

PT Metrobiz Indoswara, penulis buku Koes Plus—Kisah<br />

dari Hati) untuk menghidupkan lagi Koes Plus.<br />

Waduh… gimana, ya? Waktu itu kan saya lagi gencar-gencarnya<br />

bawain lagu-lagu The Beatles. Tapi<br />

memang diam-diam saya juga prihatin, grup musik<br />

asing bebas manggung di sini. Bahkan dari Malaysia<br />

ada Search, yang terkenal dengan lagu Isabella. Wah,<br />

grup band Indonesia pada ke mana, nih? Akhirnya<br />

saya terima deh untuk bantu menghidupkan Koes<br />

Plus.<br />

Saya menemui Mas Yon dan dia antusias menyambutnya.<br />

Tapi syaratnya, Mas Yok harus ikutan juga.<br />

“Kalau dia oke, saya siap saja,” kata Mas Yon. Saya pun<br />

menemui Mas Yok. Ternyata susah. Dia menampik<br />

pernah tampil bareng di Istora Senayan, kalau<br />

tidak salah pada 1963 atau 1964.<br />

Tentu saya berharap di antara personel Koes<br />

Plus maupun Koes Bersaudara yang tersisa<br />

bisa rujuk. Dan, kalau Koes Plus sudah dibuatkan<br />

beberapa buku, tinggal God Bless nih<br />

yang belum, ha-ha-ha.... n<br />

dengan alasan sedang tak<br />

butuh duit. Berkali-kali<br />

saya harus membujuknya,<br />

sampai-sampai saya harus<br />

nemenin dia seharian mancing.<br />

Tiap ketemu, obrolannya misuhmisuh<br />

(marah-marah) terus.<br />

“Aku sudah main band dari<br />

zaman Jepang. Apa enggak<br />

blenek (mual) ngeband<br />

terus?” begitu Mas Yon berkilah.<br />

Tapi akhirnya kami jadi<br />

main di News Cafe. Sambutan<br />

penonton dan media massa luar<br />

biasa. n<br />

EnGGak<br />

Butuh Duit<br />

Abadi Soesman<br />

Gitaris Bharata Band<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


selingan<br />

Ian Antono<br />

Gitaris God Bless<br />

Manggung<br />

Bareng<br />

Koes Plus<br />

Koes Plus itu legenda musik Indonesia.<br />

Saya punya koleksi lagu-lagunya, baik dalam<br />

bentuk piringan hitam, CD, maupun DVD.<br />

Salah satu lagu yang paling saya suka adalah<br />

Ke Jakarta Aku Kan Kembali.<br />

TVRI Yogyakarta pernah membuat festival<br />

lagu-lagu Koes Plus, dan ternyata<br />

sambutannya luar biasa. Bayangkan, sampai<br />

200-an grup yang mendaftar. Sampai butuh<br />

lima hari bagi panitia untuk menyeleksinya.<br />

Salah satu indikasi lain kebesaran Koes<br />

Plus itu komunitasnya tersebar hampir di<br />

seluruh pelosok Tanah Air. Yang saya tahu,<br />

Gak tahu kenapa, meski<br />

saya lebih banyak menangani<br />

lagu berirama rock,<br />

tapi pernah dipercaya untuk<br />

mengaransemen lagu-lagu buat Koes Plus.<br />

Ya, mungkin sekitar enam atau delapan lagu<br />

yang diaransemen. Terakhir itu lagu Burung<br />

Dara pada 2002. Lagu itu ciptaan Pak Koeswoyo.<br />

Nada dasarnya sebetulnya keroncong.<br />

Kebayang kan gimana saya yang biasa bikin<br />

lagu untuk irama jingkrak-jingkrak harus memolesnya.<br />

Lagu lainnya apa ya? Penyesalan. Lupa<br />

yang lainnya. Harapan buat Koes Plus apa ya,<br />

saya ingin banget main bareng. Mudah-mudahan<br />

suatu hari nanti bisa. n<br />

cuma Rhoma Irama yang bisa<br />

menyainginya.<br />

Sewaktu saya memimpin<br />

TPI, juga pernah menyiarkan secara<br />

live konser Koes Plus di Ancol. Dan<br />

sambutan pemirsa memang luar biasa.<br />

Pemasang iklan pun antre untuk<br />

menampilkan produk-produk mereka<br />

di acara itu. n SUDRAJAT<br />

Dr. Ishadi Soetopo<br />

Kartosapoetro, M.Sc<br />

(Komisaris Trans Media)<br />

Antre<br />

Iklan di TPI<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Wahyu Suci<br />

Gelung Drupadi<br />

Ada kekuatan sekeras baja di balik kelembutan<br />

dan kecantikan parasnya. Drupadi, sang ibu<br />

bumi dengan keluhuran pribadi, jadi perempuan<br />

spesial sepanjang masa.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

D<br />

rupadi berputarputar.<br />

Jaritnya ditarik<br />

terus dan terus oleh<br />

Dursasana di atas<br />

meja judi. Perempuan<br />

ini dipermalukan<br />

habis-habisan. Suaminya<br />

sendiri, Yudistira,-lah yang menjadikan<br />

istrinya sebagai bahan taruhan judi<br />

dadu.<br />

“Sewu real minangka botohanipun…Paman!<br />

(Seribu real sebagai taruhannya… Paman!),”<br />

Duryudana, kakak sulung Dursasana dari keluarga<br />

Kurawa, sesumbar sebelum dadu diputar<br />

Sengkuni. Tanpa dikira sama sekali oleh Yudistira,<br />

sulung keluarga Pandawa itu kalah. Dan<br />

kini, setelah hartanya habis, istrinya dia serahkan<br />

kepada lawan judinya.<br />

Adegan tersebut merupakan klimaks cerita<br />

drama tari musikal Pulung Gelung Drupadi oleh<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Suksma Budaya di Teater Jakarta, Taman Ismail<br />

Marzuki, 25-26 April 2014. Klimaks cerita diikuti<br />

klimaks tata panggung berikut pencahayaan<br />

yang dramatis.<br />

Pementasan ini menyuguhkan tampilan unik<br />

dengan dua penari berperan sebagai Drupadi,<br />

yakni Via, penari alumnus Institut Seni Indonesia<br />

Surakarta, dan Nungki Kusumastuti. Tak<br />

jarang keduanya berada di panggung secara<br />

bersamaan memerankan dua “wajah” Drupadi,<br />

yakni sebagai ibu yang agung dan sebagai perempuan<br />

yang disia-siakan suaminya.<br />

Pulung Gelung Drupadi disampaikan dalam<br />

bahasa Jawa, kecuali monolog Drupadi, yang<br />

diucapkan dalam bahasa Indonesia. Ada empat<br />

inti pembabakan pergelaran yang masingmasing<br />

diiringi tembang-tembang magis, yakni<br />

Kelahiran, Rambut Tergelung, Terlepasnya Gelung,<br />

dan Rambut Tergelung Kembali dengan<br />

Pensucian. Tentu di sana ada peran besar Gandung<br />

Bondowoso sebagai pengarah drama,<br />

Sri Astari Rasjid sebagai produser dan artistik,<br />

serta Mitu M. Prie sebagai pengarah kreatif<br />

dan esensi naskah. Mereka menjadikan drama<br />

tari ini menarik selain dapat dicerna.<br />

Dalam kisah pewayangan Jawa, Drupadi<br />

lahir dari api suci. Sosoknya anggun, berparas<br />

cantik, dan bersifat rendah hati serta welas asih.<br />

Perempuan yang kemudian diperistri Yudistira<br />

itu memiliki kekuatan sebagai pengimbang sekaligus<br />

pengayom kelima Pandawa, terutama<br />

pada masa menyedihkan dalam perjalanan<br />

hidup mereka bersama.<br />

Namun, di balik ketenangannya, Drupadi<br />

mampu mengubah sejarah. Dialah penyebab<br />

perang besar Baratayuda antara keluarga Pandawa<br />

dan keluarga Kurawa, setelah dirinya jadi<br />

barang taruhan judi suaminya.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Kainnya dilucuti, hendak ditelanjangi Dursasana,<br />

tapi tidak pernah bisa. Lilitan kain di<br />

tubuhnya tak habis-habis. Maka terucaplah<br />

sumpah Drupadi bahwa dia tidak akan pernah<br />

menggelung rambutnya sebelum dicuci dengan<br />

darah Dursasana, karena gelung ibarat garbha<br />

(kerahiman) suci, yang juga berarti kehormatan<br />

perempuan yang sakral.<br />

Dan ketika sumpahnya terlaksana, panggung<br />

berubah jadi merah “mengerikan” dengan suara<br />

gemercik darah yang mengucur dari rambut<br />

Drupadi. Perempuan itu duduk menghadap<br />

bokor berisi darah Dursasana. Dengan tangan<br />

dia menciduk, lalu membawanya ke kepala<br />

dan mengusapkan ke rambut, berulang-ulang<br />

hingga darah dalam bokor habis, hingga merah<br />

tanah di sekitarnya makin luas.<br />

Drama tari musikal Pulung Gelung Drupadi menyuguhkan<br />

kekuatan dan kedalaman sosok Drupadi<br />

sebagai salah satu poros budaya adiluhung.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Dia berani jadi sesaji demi menjaga harkat<br />

saudara-saudaranya Pandawa yang kalah judi<br />

dadu. Inilah bentuk “suksma Drupadi”, sebuah<br />

sisi spiritual yang tidak banyak dikenal.<br />

Figur kehalusan spiritualnya memancarkan<br />

kehormatan seorang perempuan, ibu,<br />

dan kekasih. Drupadi dalam refleksi alam<br />

semesta adalah ibu bumi, ibu pertiwi. Wujud<br />

kasih sayang mendalam yang tak terhingga<br />

di tengah pergulatan kehidupan beragam<br />

moral manusia. ■ Silvia Galikano<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Sekuel<br />

yang Menyengat<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Judul: The Amazing Spider-Man 2<br />

Genre: Action | Adventure |<br />

Fantasy<br />

Sutradara: Marc Webb<br />

Skenario: Alex Kurtzman,<br />

Roberto Orc<br />

Distributor: Columbia<br />

Pemain: Andrew Garfield,<br />

Emma Stone, Jamie Foxx<br />

Durasi: 2 jam 22 menit<br />

Manusia-manusia mutan jadi<br />

musuh terbaru Spider-Man.<br />

Hubungan asmaranya<br />

dengan Gwen pun makin<br />

rumit.<br />

Ada gangguan listrik di perusahaan<br />

raksasa bioengineering, OsCorp,<br />

tepat jam bubar kantor. Max Dillon<br />

(Jamie Foxx), satu-satunya teknisi<br />

yang tidak setergesa-gesa koleganya menyerbu<br />

lift, jadi orang yang ditugasi mengecek sumber<br />

kerusakan.<br />

Sebenarnya ini bukan lagi tugasnya karena<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

jam kerjanya sudah selesai. Tapi demikianlah<br />

Max, teknisi jujur dan lugu, rajin, tapi tidak pernah<br />

dianggap oleh penyelianya yang angkuh.<br />

Max kini memanjat tiang-tiang di ruang<br />

kendali yang minim pengaman. Satu kesalahan<br />

dia temukan, yakni adanya kabel yang<br />

terputus. Namun, ketika sedikit lagi pekerjaannya<br />

selesai, pria ini terpeleset, jatuh dari<br />

ketinggian, tercebur ke akuarium berisi belut<br />

listrik.<br />

Segera Max jadi sasaran serbuan belut listrik<br />

dan berkali-kali terkena sengatan listrik ribuan<br />

watt. Hidupnya berakhir di kamar mayat.<br />

Max adalah pengagum berat Spider-Man. Dia<br />

pernah diselamatkan superhero itu saat nyaris ditabrak<br />

truk. “Kenapa kau selamatkan aku?” Max,<br />

yang masih tak percaya pada kejadian barusan,<br />

bertanya kepada Spider-Man. “Karena kau orang<br />

penting. Aku akan membutuhkanmu.”<br />

Tengah malam, ketika semua lampu di kamar<br />

mayat dimatikan, jenazah Max di atas brankar<br />

bergetar hebat, membuat lumpur kering yang<br />

membungkus tubuhnya rontok. Max, yang dinyatakan<br />

sudah tewas, ternyata masih hidup<br />

dan malah kini bermutasi jadi manusia listrik,<br />

Electro.<br />

Electro mendapat kekuatan dengan menyedot<br />

listrik seantero kota, sehingga kehadirannya<br />

bisa menggelapkan New York City. Kekuatan<br />

mahadahsyatnya didorong oleh kemarahan<br />

yang dia sendiri tak tahu dari mana asalnya.<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Sejak Spider-Man masih<br />

dalam bentuk komik,<br />

penggemarnya sudah<br />

sangat tahu pertempuran<br />

paling besar Spider-Man<br />

adalah melawan dirinya<br />

sendiri.<br />

Max, yang dulu mengagumi<br />

Spider-Man, kini<br />

berbalik jadi musuhnya.<br />

Sementara itu, Peter<br />

Parker/Spider-Man (Andrew<br />

Garfield), yang<br />

sedang beradaptasi<br />

dengan kehidupan<br />

kampus, makin galau<br />

dengan kehidupan asmaranya.<br />

Dia tidak<br />

ingin menempatkan kekasihnya,<br />

Gwen Stacy<br />

(Emma Stone), dalam bahaya, sesuai pesan<br />

mendiang ayah Emma sebelum meninggal.<br />

Padahal tanggung jawab Peter sebagai Spider-<br />

Man selalu menyerempet bahaya.<br />

Misi Spider-Man kali ini tak kurang berbahayanya.<br />

Dia menghadapi perusahaan raksasa<br />

OsCorp. Bos barunya, Harry Osborn<br />

(Dane DeHaan), tak lain teman sekolah<br />

Peter dulu. Harry baru saja<br />

mewarisi perusahaan ini dari ayahnya, yang<br />

meninggal akibat penyakit genetis.<br />

Penyakit itu sekarang juga mulai dirasakan<br />

Harry. Dia terobsesi mencari satu-satunya penawar<br />

penyakitnya, yakni darah Spider-Man. Harry<br />

lalu bekerja sama dengan Max.<br />

Sejak Spider-Man masih dalam bentuk komik,<br />

penggemarnya sudah sangat tahu pertempuran<br />

paling besar Spider-Man adalah melawan<br />

dirinya sendiri. Pertempurannya abadi antara<br />

kewajiban sebagai Peter Parker yang warga<br />

negara biasa dan tanggung jawab yang tidak<br />

biasa sebagai Spider-Man.<br />

Namun, dalam The Amazing Spider-Man 2,<br />

Peter Parker menemukan konflik yang lebih<br />

besar. Dia terpaksa berhadapan dengan musuh<br />

yang lebih kuat, Electro, yang sebelumnya merupakan<br />

pengagum berat Spider-Man. Di lapis<br />

berikutnya, musuh Spider-Man tak lain kawan<br />

lamanya saat sekolah, Harry Osborn. Keduanya<br />

berpangkal pada satu hal, yakni OsCorp,<br />

perusahaan yang di basement-nya menyimpan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

banyak mutan hasil olah genetika.<br />

The Amazing Spider-Man 2 adalah reboot<br />

kedua sutradara Marc Webb setelah The<br />

Amazing Spider-Man (2012). Dia menerapkan<br />

siasat jitu, dan terbilang berhasil, menghadirkan<br />

chemistry antara Andrew Garfield dan Emma<br />

Stone tanpa perlu berpayah-payah. Keduanya<br />

adalah pasangan kekasih di luar layar sejak tiga<br />

tahun lalu. Tak beda dengan Tobey Maguire<br />

dan Kirsten Dunst, yang sempat berpacaran<br />

saat membintangi Spider-Man 2 (2004) yang<br />

disutradarai Sam Raimi.<br />

Selebihnya, film superhero berbujet besar<br />

(lebih dari US$ 200 juta) ini terasa berpanjangpanjang<br />

dengan drama percintaan Peter dengan<br />

Gwen dan kurang bobot action-nya. Alhasil,<br />

banyak adegan action yang lewat saja dengan<br />

hambar. Yang long-shot kurang menggigit, yang<br />

close-up tidak jelas apa maksudnya.<br />

Meski demikian, penampilan juara Sally Field<br />

sebagai Bibi May dapat mengimbangi segala<br />

kekecewaan tadi. Kita bisa temui adegan-adegan<br />

emosional Bibi, yang sekarang menjanda,<br />

dengan keponakan tersayangnya. Ambil contoh<br />

dialog berikut ini saat keduanya berebut<br />

mesin cuci:<br />

“Aku saja yang mencuci pakaian. Sejak kau<br />

kecil, aku juga yang mencuci pakaianmu.”<br />

“Tolong, Bibi, aku sudah besar. Biarkan aku<br />

yang mencuci pakaian dalamku.”<br />

“Aku saja. Terakhir kau mencuci, semua pakaian<br />

luntur jadi biru dan merah.”<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Juga Foxx, yang kali ini lebih meyakinkan<br />

sebagai penjahat ketimbang jadi<br />

ilmuwan. Emma Stone memancarkan<br />

pesona yang manis meski lumayan sulit<br />

menerima karakternya sebagai pelajar<br />

SMA (usianya 25 tahun, sedangkan<br />

Garfield 30). Andrew Garfield berhasil<br />

menghadirkan paduan unik kecerdasan<br />

dan kecerobohan pada sosok Peter Parker.<br />

Sosok sensitif Peter Parker memang perekat<br />

yang pas dengan karakter lain. Dalam adeganadegan<br />

romantisnya dengan Gwen, sejenak kita<br />

dibuat lupa bahwa ini film action semua umur,<br />

bukan film komedi-romantis. Semoga tak lama<br />

lagi ada yang membuatkan genre komedi-romantis<br />

untuk keduanya. ■<br />

Silvia Galikano<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

The Other<br />

Women<br />

S etelah mengetahui bahwa kekasihnya, Mark<br />

(Nikolaj Coster-Waldau), telah menikah, Carly (Cameron<br />

Diaz) mencoba menata kembali hidupnya. Namun, ketika<br />

tanpa sengaja dia bertemu istri kekasihnya, Kate (Leslie Mann), ia<br />

menemukan banyak kesamaan di antara mereka. Keduanya pun<br />

menjadi kawan.<br />

Tidak cukup satu, Mark ternyata punya kekasih gelap lainnya, Amber (Kate<br />

Upton), yang lebih muda dan seksi. Kate dan Carly yang mengetahui hal ini<br />

akhirnya mencoba mendekati Amber dan membagi cerita. Ketiganya pun<br />

akhirnya sepakat untuk membalas dendam kepada Mark.<br />

Genre: Komedi<br />

Distributor: 20th Century Fox<br />

Produser: Julie Yorn<br />

Sutradara: Nick Cassavetes<br />

Skenario: Melissa Stack<br />

Pemain: Cameron Diaz, Leslie Mann, Kate Upton,<br />

Nikolaj Coster-waldau, Nicki Minaj<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

Transcendence<br />

D r. Will Caster (Johnny<br />

Depp) memiliki impian menciptakan<br />

sebuah teknologi<br />

komputer supercanggih yang kemampuannya<br />

akan lebih besar dari kepintaran<br />

kolektif semua manusia yang<br />

pernah ada. Saat usahanya hampir berhasil,<br />

ia ditembak kelompok yang menyebut diri<br />

mereka sebagai “gerakan antiteknologi”.<br />

Dalam keadaan sekarat, sang istri,<br />

Evelyn (Rebecca Hall), dan sahabatnya,<br />

Max (Paul Bettany), berusaha menolong<br />

Will dengan menghubungkan isi otak<br />

Will ke dalam teknologi komputer<br />

yang sedang dikembangkannya. Usaha<br />

ini ternyata membawa bencana bagi<br />

dunia, yang mengancam kelangsungan<br />

umat manusia di bumi.<br />

Genre: aCtion<br />

Distributor: Alcon<br />

Entertainment<br />

Produser: Kate Cohen,<br />

Broderick Johnson, Andrew A.<br />

Kosove<br />

Sutradara: Wally Pfister<br />

Skenario: Jack Paglen<br />

Pemain: Johnny Depp, Kate Mara,<br />

Morgan Freeman, RebeCCa Hall,<br />

Cillian Murphy, Paul Bettany<br />

Durasi: 119 menit<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


seni hiburan<br />

Film Pekan Ini<br />

The<br />

Iceman<br />

P<br />

ada<br />

Dinasti Ming, ada empat<br />

anak yatim: Ying, Yuanlong, Sao,<br />

dan Niehu, yang dibesarkan di<br />

Taoyuan Village sebagai empat saudara<br />

dekat.<br />

Seni bela diri yang luar biasa memungkinkan<br />

mereka mencapai peringkat tertinggi di<br />

antara para penjaga kekaisaran.<br />

Mereka menerima perintah untuk<br />

membunuh pemimpin pasukan Jepang, dan<br />

kembali dalam kemenangan. Kaisar kemudian<br />

memerintahkan Ying untuk mengawal<br />

Golden Wheel of Time dari India kembali<br />

ke ibu kota. Golden Wheel ini dipercaya<br />

memiliki kekuatan waktu perjalanan dan<br />

meramalkan masa depan.<br />

Dalam perjalanan mengawal, Ying<br />

diatur oleh saudara-saudaranya dan dia<br />

memilih untuk melawan mereka. Duel pun<br />

mengguncang bumi.<br />

Genre: aCtion<br />

Distributor: China 3d Digital<br />

Entertainment<br />

Produser: Huang Jianxin<br />

Sutradara: Law Wing-cheong<br />

Skenario: Mark Wu, Lam Fung,<br />

Shum Shek-yin<br />

Pemain: Donnie Yen, Simon<br />

Yam, Wang Baoqiang, Eva<br />

Huang, Yu Kang, Gregory<br />

Wong, Ava Liu<br />

Durasi: 105 menit<br />

Majalah Majalah detik 4 detik - 10 november 5 - 11 mei 2014<br />

2013


seni hiburan<br />

agenda<br />

agenda MEI<br />

The 7th Jakarta International<br />

Jewellery Fair 2014 (jijF)<br />

Indonesia Jewellery Fair 2014<br />

Kartika Expo Center & Rafflesia Grand Ballroom,<br />

Balai Kartini, Jakarta.<br />

8-11<br />

MEI<br />

8 Mei, Pukul 19.00 wib<br />

Kuliah Umum: Seni & Politik<br />

dalam Sejarah<br />

Penceramah: Goenawan Mohamad<br />

Serambi Salihara<br />

10 Mei, Pukul 19.00 wib<br />

May’n Live in Jakarta<br />

Promotor: Marygops and SOZO<br />

Upper Room Jakarta 11-12th Floor, Annex<br />

Building, Wisma Nusantara Complex, Jakarta<br />

9-12 Mei<br />

Pameran Pangan dan Obyek<br />

Wisata<br />

Oleh PT Fery Agung Corindotama (Feraco)<br />

Bima Hall A, Jogja Expo Center, Yogyakarta<br />

8-11 Mei<br />

Djarum Black<br />

Auto black through<br />

Oleh CV Ratu Prabu Wijaya<br />

Bima Hall BC & Outdoor Area,<br />

Jogja Expo Center, Yogyakarta<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

Tap untuk<br />

kembali ke cover

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!