09.05.2014 Views

JIS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hukum<br />

Ketua Komisi V DPR Laurens<br />

Bahang Dama.<br />

antara<br />

Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Laurens Bahang Dama prihatin dengan praktek<br />

ini. Pasalnya, truk yang muatannya melebihi<br />

batas tonase membuat infrastruktur jalan cepat<br />

rusak. Truk-truk itu bisa lolos setelah menyogok<br />

petugas. Menurut Laurens, pos jembatan timbang<br />

semestinya berperan melakukan pencegahan.<br />

“JT (jembatan timbang) ini untuk menimbang,<br />

apakah ada kelebihan muatan yang dibawa truk<br />

dan ditarik retribusi. Kalau tidak bayar retribusi<br />

(denda), ya barang harus diturunkan, bukan<br />

dengan cara sogok-sogokan,” kata politikus<br />

Partai Amanat Nasional ini.<br />

Denda atau retribusi di jembatan timbang<br />

diatur melalui peraturan daerah. Pemasukan<br />

dari jembatan timbang juga menjadi pendapatan<br />

asli daerah (PAD) setempat. Jalan negara<br />

seperti jalur Pantura, kata Laurens, tak<br />

akan cepat rusak seandainya kepala daerah<br />

benar-benar menerapkan aturan hukum dan<br />

sanksinya.<br />

“JT juga menyumbang PAD. Jika itu dikelola<br />

dengan baik, saya yakin jalan tak akan cepat<br />

rusak dan PAD-nya bisa untuk kemakmuran<br />

rakyat,” ujarnya, seraya mengapresiasi aksi<br />

Ganjar memergoki praktek sogok-menyogok<br />

tersebut.<br />

Namun pakar transportasi dari Universitas<br />

Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno,<br />

menilai peraturan daerah retribusi<br />

di jembatan timbang menyisakan masalah.<br />

Kesalahan pengelolaan di jembatan timbang<br />

juga tak serta-merta bisa ditimpakan kepada<br />

petugas di lapangan.<br />

Sebab, kata dia, Undang-Undang Nomor 28<br />

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi<br />

Daerah memang tidak mengatur soal retribusi<br />

di jembatan timbang. Karena itu, memungut<br />

retribusi di jembatan timbang merupakan kegiatan<br />

ilegal. “JT berfungsi mengawasi muatan lebih,<br />

bukan memberi sanksi dengan membayar<br />

denda, yang kemudian menjadi PAD,” tuturnya.<br />

“Pungli berjemaah telah terjadi di jembatan<br />

timbang.”<br />

Djoko menuturkan, awalnya keberadaan<br />

jembatan timbang dimaksudkan untuk mendata<br />

arus barang. Kini jembatan timbang dioperasikan<br />

di jalan nasional tapi retribusinya ditarik<br />

daerah, dan bukan untuk memperbaiki jalan<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!