You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
paedofil di jis<br />
Mantan Menteri Keuangan<br />
Soemitro Djojohadikoesoemo.<br />
Putri sang menteri, Bianti<br />
Sumitro, membantu <strong>JIS</strong><br />
mendapatkan tanah buat<br />
kampus baru yang kini ada di<br />
Jalan Pattimura, Jakarta Selatan.<br />
soedoetpandang.wordpress.com<br />
kedutaan. Maka sekolah ini pun jadi Joint Embassy<br />
School (JES) di bawah Kedutaan Besar<br />
Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Yugoslavia.<br />
Arsitek yang membangun kampus Pattimura<br />
itu, Arthur Thomas Pope, bercerita, pada 1963<br />
sekolah sudah menerima siswa Indonesia.<br />
Berencana membuka sekolah menengah atas,<br />
mereka kembali mencari tanah.<br />
Namun ide itu baru terwujud setelah kekuasaan<br />
pindah ke tangan Presiden Soeharto. Menurut<br />
Pope, ide membuat kampus di kawasan<br />
Terogong, Pondok Indah, itu awalnya datang<br />
dari Presiden Direktur Pertamina Ibnu Sutowo.<br />
“Dia mau semua bos perusahaan minyak<br />
asing yang tinggal di Singapura menetap di<br />
Jakarta,” kata Pope. “Tapi, untuk itu, dibutuhkan<br />
sekolah menengah atas buat anak-anak mereka.”<br />
Ibnu Sutowo bahkan siap membantu membelikan<br />
tanah jika ada lokasi yang cocok. Setelah<br />
memilih lokasi di Cilandak, Ibnu memerintahkan<br />
Direktur Keuangan Pertamina Tirto<br />
Utomo, yang keturunan Tionghoa, menawar<br />
kepada sekitar 40 pemilik tanah.<br />
Berhari-hari Tirto duduk di bawah pohon<br />
di lahan itu sambil tawar-menawar dengan<br />
pemilik tanah. Tirto mematok harga Rp 8.000<br />
per meter persegi pada 1969 itu. Tapi pemilik<br />
tanah meminta lebih tinggi. Tawar-menawar<br />
yang berlangsung alot itu akhirnya berbuah<br />
kesepakatan beli.<br />
Gilanya, membeli tanah ternyata tak termasuk<br />
pohon di atasnya. Saat penggusuran pun<br />
Majalah detik 5 - 11 mei 2014