Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
kriminal<br />
Gedung Sekolah Tinggi<br />
Ilmu Pelayaran di Cilincing,<br />
Jakarta Utara.<br />
dok. stipjakarta<br />
Menjadi pelaut adalah impian Dimas<br />
Dikita Handoko, sulung dari<br />
tiga bersaudara pasangan Budi<br />
Handoko dan Rukita Hanayaki.<br />
Sejak bersekolah di SMA Negeri 3 Medan,<br />
Sumatera Utara, keinginan itu sering diungkap<br />
Dimas kepada teman-temannya. Karena keinginan<br />
yang kuat itulah pemuda berusia 20<br />
tahun tersebut berusaha tabah meski sering<br />
“dikerjai” para seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu<br />
Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara.<br />
Penyebab perlakuan kasar itu bisa beragam.<br />
Jika terlambat, penampilan tidak rapi, sampai<br />
hal sepele. Namun semua perlakuan para senior<br />
itu cuma ia ceritakan kepada bekas teman<br />
sekolahnya di Medan, itu pun dalam beberapa<br />
kesempatan via telepon. “Sejak kuliah di STIP,<br />
Dimas mengaku sering dianiaya seniornya,”<br />
kata Tria Harahap, salah satu teman SMA Dimas,<br />
saat ditemui di rumah duka, Jalan Selebes,<br />
Gang 9, Belawan, Medan, Sumatera Utara,<br />
Selasa, 29 April lalu.<br />
Juli Raehan (42), menuturkan, keluarga sudah<br />
banting tulang untuk memuluskan impian<br />
Dimas. Itu sebabnya mereka sangat bersyukur<br />
saat Dikita diterima di STIP tahun lalu.<br />
Setidaknya, kata Juli, separuh cita-citanya<br />
menjadi pelaut sudah terlaksana. Namun siapa<br />
menyangka, baru setahun kuliah di sekolah<br />
milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub)<br />
itu, takdir berkata lain. Dimas tewas di tangan<br />
para seniornya.<br />
“Dimas bercita-cita ingin bekerja di dunia pelayaran.<br />
Tapi para senior tega menghancurkan<br />
cita-cita itu,” ujar Juli, yang juga kerabat Dimas.<br />
Saat ini, polisi sudah menahan tujuh tersangka.<br />
Mereka adalah taruna tingkat II STIP, yakni<br />
Majalah detik 5 - 11 mei 2014