You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
wisata<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
menjepret aksi gila teman saya itu. Ada pula<br />
yang meniru posenya.<br />
Setelah puas melihat patung, kami bergeser<br />
ke sebuah bangunan bertingkat di bagian belakang<br />
taman. Bangunan ini ternyata sebuah<br />
toko, tepatnya sex shop.<br />
Banyak benda terkait seks yang lucu dan<br />
unik. Jika sedang mencari sesuatu, misalnya<br />
alat bantu seksual, pengunjung bisa mencari<br />
dan membelinya di toko ini.<br />
Kami menduga lantai atas bangunan ini juga<br />
bagian dari sex shop. Namun, ternyata, saat naik,<br />
kami menemukan banyak sekali diorama mini.<br />
Uniknya, diorama ini menggambarkan posepose<br />
hubungan seks. Meski erotis, ada beberapa<br />
gambaran lucu tentang kehidupan seks<br />
orang kebanyakan.<br />
Karena hari mulai gelap, kami pun buru-buru<br />
melanjutkan perjalanan. Dari jauh, kami melihat<br />
bangunan kecil yang mirip kafe. Kami pun memutuskan<br />
mampir untuk membeli minuman.<br />
Lagi-lagi saya tertawa begitu tiba di “warung”<br />
yang berada di tengah-tengah taman itu. Bukan<br />
menertawakan warung atau penjaganya, lo.<br />
Saya tertawa karena melihat yang dijual di sini.<br />
Saya melihat kue-kue berbentuk tak biasa. Ya,<br />
kue-kue di sini berbentuk penis. Dengan 2.000<br />
won atau sekitar Rp 20 ribu, pengunjung bisa<br />
mendapatkan tiga kue penis.<br />
Saya pun tak mau ketinggalan mencicipi.<br />
“Aduh, makannya jadi gimana gitu,” kata Desy,<br />
teman saya, saat memegang kue penis sepanjang<br />
10 sentimeter itu.<br />
Bentuknya memang menggemaskan, tapi<br />
rasanya sebenarnya biasa saja. Mirip kue pukis<br />
yang biasa dijual abang-abang di pasar-pasar<br />
tradisional di Indonesia. n KEN YUNITA<br />
Majalah detik 5 - 11 mei 2014