Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
paedofil di jis<br />
Dia mau semua bos<br />
perusahaan minyak<br />
asing menetap<br />
di Jakarta. Jadi<br />
dibuatkan sekolah<br />
buat anak-anak<br />
mereka.<br />
Kain-kain biru dililitkan pada<br />
pohon yang menjulang di depan<br />
gedung Fine Arts Theater Jakarta<br />
International School (<strong>JIS</strong>), Jakarta.<br />
Pita-pita biru, warna khas <strong>JIS</strong>, yang digantung<br />
di dahannya menjulur hingga ke tanah dengan<br />
plastik mika bening diikatkan di sana.<br />
“Pohon Harapan” itu jadi tempat siswa dan<br />
orang tua murid menyatakan simpati kepada<br />
korban kekerasan seksual di <strong>JIS</strong>. Mereka juga<br />
menyatakan dukungan kepada <strong>JIS</strong>. “Kami mendengar<br />
ada banyak komentar minta <strong>JIS</strong> ditutup,”<br />
kata Maya, orang tua murid, saat ditemui<br />
majalah detik di kampus <strong>JIS</strong> pada Rabu, 30<br />
April 2014.<br />
Sepanjang sejarahnya, <strong>JIS</strong> memang berkalikali<br />
dirundung masalah. Namun baru kali ini<br />
sekolah itu terbelit kasus kekerasan seksual<br />
terhadap murid dan dipermasalahkan izinnya.<br />
<strong>JIS</strong>, yang kini punya tiga kampus, berawal<br />
dari sekolah dengan hanya tiga murid di markas<br />
Komisi Tiga Negara di Jalan Kebon Sirih,<br />
Jakarta Pusat. Pendirinya pasangan warga negara<br />
Amerika Serikat, Joseph dan Antoinette<br />
Stepanek.<br />
Saat ditugasi memimpin misi industri Perserikatan<br />
Bangsa-Bangsa pada Komisi Tiga Negara<br />
mengawasi peralihan kekuasaan dari Belanda<br />
ke Indonesia, Joseph kesulitan mencari sekolah<br />
buat anaknya: Joseph, James, dan Tonilou Stepanek.<br />
“Yang ada hanya sekolah Belanda dan<br />
Indonesia, yang bahasanya sulit buat kami,”<br />
kata Antoinette.<br />
Berbekal kursi, meja, dan papan tulis yang<br />
dibuat oleh narapidana di penjara terdekat, rumah<br />
di Jalan Kebon Sirih itu makin mirip ruang<br />
kelas. Akhirnya, pada September 1951, Jakarta<br />
International School resmi beroperasi dengan<br />
Antoinette dan orang Indonesia yang mampu<br />
berbahasa Inggris sebagai gurunya.<br />
Karena siswa terus bertambah, sekolah ini<br />
mencari lokasi baru di daerah Kebayoran pada<br />
1952. Dibantu anak Menteri Keuangan Soemitro<br />
Djojohadikoesoemo, yakni Bianti Sumitro,<br />
dan mantan Menteri Luar Negeri Agus Salim,<br />
mereka berhasil melobi pemerintah sehingga<br />
mendapat tanah yang sekarang berada di Jalan<br />
Pattimura, Jakarta Selatan.<br />
Pada 1960, Presiden Sukarno mengharuskan<br />
semua sekolah internasional berafiliasi dengan<br />
Majalah detik 5 - 11 mei 2014