09.05.2014 Views

JIS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

internasional<br />

Warga Korea Utara<br />

menyukai burger,<br />

wafel, dan ayam<br />

goreng.”<br />

dari jalan.<br />

Demi menjaga cara hidup warganya selaras<br />

dengan ideologi komunisme, ada rupa-rupa<br />

“peraturan” di negeri ini—kadang tertulis, tapi<br />

lebih sering lagi tak tertulis—mulai urusan<br />

berpakaian hingga gaya rambut. Segala hal<br />

yang berbau Amerika Serikat dan kapitalistis<br />

jadi barang haram. Jadi, jangan<br />

berharap kita bisa melihat<br />

Kentucky Fried Chicken,<br />

McDonald’s, atau Burger King<br />

buka gerai di Pyongyang.<br />

Sejak pemimpin muda<br />

Kim Jong-un berkuasa<br />

menggantikan ayahnya, Kim<br />

Jong-il, yang meninggal dua<br />

setengah tahun lalu, angin<br />

perubahan sepoi-sepoi<br />

bertiup di Pyongyang. Kini,<br />

warga Pyongyang sudah bisa<br />

menikmati makanan cepat saji ala McDonald’s.<br />

Beberapa tahun lalu, Patrick Soh, pengusaha<br />

asal Singapura, membuka restoran cepat saji<br />

Samtaesong—bahasa Korea, artinya Tiga Bintang<br />

Besar, menggambarkan sosok Kim Il-sung,<br />

Kim Jong-il, dan Kim Jong-un.<br />

Pada jam-jam tertentu, antrean pembeli di<br />

Samtaesong mengular panjang. Bahkan, untuk<br />

sekadar mendapatkan tempat duduk sebelum<br />

pukul 11 pagi, mereka harus memesan bangku<br />

sehari sebelumnya. Pemimpin besar Kim Jongun<br />

pun sempat mampir ke Samtaesong pertengahan<br />

Juni tahun lalu. Dia, tentu saja, tak perlu<br />

memesan bangku terlebih dulu.<br />

“Warga Korea Utara menyukai burger, wafel,<br />

dan ayam goreng.... Ini sesuatu yang baru bagi<br />

mereka, sama seperti saat McDonald’s buka<br />

pertama kali di Singapura,” Patrick Soh, 56<br />

tahun, menjelaskan menu favorit di restoran<br />

miliknya. Bedanya, Soh menambahkan lebih<br />

banyak sayur di menu-menunya. “Mereka tak<br />

suka junk food, jadi kami tawarkan menu yang<br />

lebih sehat.”<br />

Lucunya, karena nama hamburger dilarang<br />

di negeri itu, tak ada “burger” di daftar menu.<br />

Alih-alih mereka menggunakan nama lokal<br />

yang kurang-lebih artinya “daging sapi dengan<br />

roti”. Harga menu “daging sapi dengan roti” termurah<br />

di Samtaesong 1,3 euro atau Rp 21 ribu.<br />

Lumayan mahal bagi warga Korea Utara, yang<br />

Majalah detik 5 - 11 mei 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!