07.06.2014 Views

FINAL REPORT Barier Removal Operational Plan ... - RarePlanet

FINAL REPORT Barier Removal Operational Plan ... - RarePlanet

FINAL REPORT Barier Removal Operational Plan ... - RarePlanet

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

II. Implementasi Kegiatan<br />

Beberapa tahap implementasi kegiatan yang dilaksanakan pada periode ini antara lain:<br />

A. Fase Persiapan<br />

A.1 Kajian Data Sekunder<br />

Data sekunder dilakukan untuk menganalisis peluang-peluang hukum pengakuan<br />

PSDHBM di kawasan konservasi. Kebijakan kolaborasi (Permenhut No.P.19 Tahun 2004<br />

tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam)<br />

dan zonasi (Permenhut No 56 Tahun 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional)<br />

menjadi titik masuk yang paling penting untuk mengawali proses pengakuan ini. Selain itu<br />

secara spesifik, Balai TNGHS pun telah membuat rancangan zonasi di TNGHS yang<br />

diharapkan dapat mengakomodir seluruh kepentingan yang terdapat di kawasan TNGHS.<br />

Salah satu peluang pengakuan keberadaan masyarakat adalah berada di zona khusus.<br />

Berdasarkan PerMenHut No. P.56/MenHut-II/2006, Zona Khusus adalah bagian dari<br />

taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok<br />

masyarakat dan sarana penunjang kehidupan yang tinggal sebelum wilayah tersebut<br />

ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana komunikasi, fasilitasi transportasi<br />

dan listrik. Di dalam rancangan zonasi TNGHS dan Rencana Strategis BTNGHS peluang ini<br />

harus dilengkapi dengan nota kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding)<br />

berupa Rencana Tata Ruang Kesepakatan (RTRK) pengelolaan wilayah zona khusus.<br />

Dalam konteks model-model pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat atau<br />

dikenal dengan istilah Community Based Forest Management (CBFM), saat ini<br />

Departemen Kehutanan telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang memperkuat CBFM,<br />

seperti Hutan Kemasyarakatan(HKm), Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, dll. Namun<br />

kesemuanya itu belum bisa diimplementasikan secara spesifik di kawasan konservasi.<br />

Oleh karena itu, Departemen Kehutanan melalui PHKA (Perlindungan Hutan Konservasi<br />

Alam) sedang mencari model-model pengelolaan yang lebih tepat di kawasan konservasi.<br />

Rancangan Hutan Kemasyarakat di kawasan Konservasi (HKm-K) dan Model Desa<br />

Konservasi (MDK) masih menjadi substansi kajian bagi PHKA.<br />

Model Kampung Konservasi (MKK) 2 merupakan salah satu program yang dikeluarkan<br />

TNGHS sejak tahun 2006 untuk merespon kebijakan kolaborasi dan zonasi. Dengan<br />

mengedepankan tiga strategi yang dipilih yaitu restorasi, rehabilitasi dan income<br />

generating, saat ini BTNGHS tengah mengembangkan 21 MKK di kawasan TNGHS. Alat<br />

yang digunakan dalam MKK ini antara lain, melakukan observasi bersama dengan<br />

masyarakat lokal, melakukan reboisasi dan rehabilitasi kawasan TNGHS yang rusak<br />

dengan melibatkan masyarakat lokal, dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk<br />

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di TNGHS. Kesepakatan kerjasama MKK ini<br />

ditandai dengan Memorandum of Understanding (MoU) dengan batasan waktu tertentu.<br />

Seperti yang dilakukan oleh MKK Cisangku, bahwa MoU hanya berlaku selama 3 tahun<br />

2 Harmita (2009), definisi Kampung Konservasi menurut versi MKK adalah kampung yang didalamnya bisa melakukan<br />

aktifitas perlindungan secara mandiri, mampu menjaga ekosistem dan secara ekonomi bisa memberikan<br />

kesejahteraan masyarakat.<br />

2

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!