buletin - fahmina institute Cirebon
buletin - fahmina institute Cirebon
buletin - fahmina institute Cirebon
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
fokus<br />
<br />
itu semua. Karena ada proses harus<br />
dilipat, disusun lagi. Proses-proses<br />
ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan<br />
begitu saja, harus ada pengawasan. Di<br />
sinilah peran yang akan dimainkan<br />
oleh pihak kepolisian untuk menjaga<br />
keberlangsungan Pemilu agar berjalan<br />
baik,” tegas dia.<br />
Kemudian yang berkaitan dengan<br />
pelanggaran hukum, menurut Natalia,<br />
undang-undang sekarang sebenarnya<br />
jauh lebih baik, karena banyak sekali halhal<br />
yang sudah dimasukkan dalam kategori<br />
pasal-pasal yang berkaitan dengan<br />
penegakkan hukum Pemilu. Sehingga<br />
menurutnya, jika ada pelanggaran itu<br />
bisa langsung dikenai sanksi. Yaitu ada<br />
51 pasal, misalnya KPUD tidak merespon<br />
atau menindaklanjuti temuan dari Panwas.<br />
Hal itu bisa dipidanakan dan dijadikan<br />
kasus di dalam undang-undang<br />
yang baru.<br />
Kemudian terkait dengan distribusi<br />
logistik adalah jumlah pemilih<br />
yang menurut data terakhir adalah 171<br />
juta. “Indonesia nomor 2 atau 3 terbesar<br />
dalam hal jumlah pemilih. Ini negara demokratis<br />
yang paling banyak melibatkan<br />
pemilihnya. Nah, tahapan Pemilu inilah<br />
yang sebetulnya bisa menimbulkan<br />
persengkataan-persengketaan. Seperti<br />
pemutakhiran data pemilih, pendaftaran<br />
dan penetapan peserta pemilu, proses<br />
pendaftaran kandidat Caleg, penyediaan<br />
logistik, kampanye, pemungutan dan<br />
penghitungan suara, penetapan hasil<br />
Pemilu, dan terakhir pelantikan anggota<br />
lembaga legislatif,” paparnya.<br />
Natalia juga menekankan, meskipun<br />
proses pemutakhiran data pemilih<br />
ini sudah lewat. Namun dari proses<br />
pendaftaran kandidat Caleg, kita banyak<br />
belajar perihal para Caleg yang berseteru<br />
dangan partainya, soal siapa yang berhak<br />
dijadikan Caleg. Selain itu, yang juga<br />
penting adalah menyambut masa kampanye<br />
di bulan Maret ini. Yang dimaksud<br />
dengan kampanye sebenarnya adalah<br />
segala kegiatan yang dilakukan oleh peserta<br />
Pemilu untuk mempengaruhi pemilih<br />
dengan menawarkan visi, misi dan<br />
program peserta Pemilu.<br />
“Jadi, kalau bagi-bagi sembako,<br />
tapi tidak ngomongin visi itu bukan<br />
kampanye. Ini jika mengacu pada<br />
pengertian tadi sesuai undang-undang.<br />
Jadi, kalau bikin pengobatan gratis,<br />
lalu tidak ditulis visi dan misi dalam<br />
spanduknya, itu juga bukan dianggap<br />
kampanye,” tandas Natalia.<br />
Lalu, lanjutnya, model-model<br />
kampanye yang diatur undang-undang<br />
adalah pertemuan tertutup, pertemuan<br />
tatap muka, kampanye di media massa<br />
cetak & elektronik, pemasangan dan<br />
pendistribusian materi kampanye<br />
(spanduk, sticker, baliho, dan lain<br />
sebagainya), rapat umum, serta kegiatan<br />
lainnya yang tidak melanggar ketentuan<br />
dan peraturan yang berlaku.<br />
Menurutnya, peraturan di undangundang<br />
memang sangat longgar<br />
untuk menilai mana yang dimasukkan<br />
kampanye dan mana yang tidak. Hanya<br />
rapat terbuka (umum) yang baru bisa<br />
dimulai itu nanti dari tanggal 16 Maret.<br />
Kalau bentuk-bentuk kampanye dalam<br />
kegiatan lainnya telah terlaksana<br />
sejak 3 hari KPU<br />
mengumumkan<br />
peserta Pemilu 2009,<br />
sekitar bulan Juli<br />
2008.<br />
“Inilah sebenarnya<br />
yang membedakan<br />
Pemilu kali<br />
ini dengan Pemilu<br />
sebelumnya, yakni<br />
Pemilu 2004. Kalau<br />
kita melihat dari<br />
sistem, sebenarnya<br />
sama, hanya istilahnya<br />
saja yang dipakai<br />
berbeda. Kemudian<br />
tentang penentuan<br />
Caleg terpilih. Pada<br />
Pemilu 2004 ada yang<br />
namanya Bilangan<br />
Pembagi Pemilih.<br />
Sekarang, pada pemilu<br />
2009, setelah<br />
keputusan Mahkamah<br />
Konstitusi (MK)<br />
keluar, yang dipakai<br />
adalah sistem suara<br />
terbanyak,” papar<br />
Natalia.<br />
Kemudian kursi<br />
untuk DPR, tambahnya,<br />
ada penambahan<br />
10 kursi, dan juga<br />
penambahan daerah<br />
pemilihan. Yang<br />
menarik juga adalah<br />
jumlah Caleg DPR.<br />
Jadi, untuk 560 kursi<br />
DPR itu akan diperebutkan oleh hampir<br />
11.371 Caleg. Ini satu kompetisi yang<br />
luar biasa. Satu kursi diperebutkan oleh<br />
banyak orang. Selanjutnya, yang namanya<br />
Parliamentary Threshold juga salah satu<br />
komponen yang penting. Parliamentary<br />
Threshold artinya ambang batas suara, di<br />
mana partai politik akan diikutsertakan<br />
dalam pembagian kursi di DPR.<br />
“Nah, ini kita nantinya akan melihat<br />
korelasinya dengan suara terbanyak.<br />
Potensi kekisruhan seperti apa yang<br />
mungkin akan terjadi. Kemudian kursi di<br />
daerah pemilihan. Kemudian untuk cara<br />
memilih, di Pemilu 2004 itu dicoblos,<br />
sedangkan Pemilu sekarang diberi tanda.<br />
Ini juga kita akan lihat potensi keruwetan<br />
yang akan dihadapi oleh petugaspetugas<br />
lapangan, para saksi, Caleg itu<br />
sendiri, dan pemilih.” (a5)<br />
Apa Harapan Mereka di<br />
Pemilu 2009?<br />
KH. Syarif Ustman Yahya<br />
(Sesepuh masyarakat dan Pengasuh Pondok Pesantren Khatulistiwa<br />
Kempek <strong>Cirebon</strong>)<br />
“Pemilu Mestinya Redamkan<br />
Ketegangan”<br />
Sudah seharusnya Pemilu yang bertujuan untuk menyejahterakan<br />
rakyat semestinya berlangsung damai dan tanpa kekerasan.<br />
Karena dari sisi apapun kekerasan pada akhirnya yang menjadi<br />
korban adalah masyarakat. Semoga mampu redamkan<br />
ketegangan di masyarakat. Karena pada dasarnya, Pemilu itu<br />
adalah usaha-usaha untuk meredam ketegangan fisik tentang<br />
persoalan ke depan bangsa. Puncaknya, Pemilu itu akan<br />
menentukan kita lima tahun ke depan. Dari hasil Pemilu itu, nasib<br />
kita ditentukan.<br />
Takmad, Tetua Komunitas Dayak Losarang Indramayu<br />
“Pemilu Harus Membuat Nasib<br />
Rakyat Lebih Baik Lagi”<br />
Apapun hasilnya dan siapapun pemimpin yang terpilih di Pemilu<br />
2009, semoga mampu membawa nasib rakyat lebih baik lagi.<br />
Memahami keinginan rakyat, mengayomi, dan tidak membuat<br />
rakyat menderita lagi.<br />
Saeful Arbiyanto (Rakom Bonbar FM Kebun Baru)<br />
“Jangan Remehkan Persoalan Teknis”<br />
Saya berharap, pelaksanaan di TPS nanti calon pemilih yang<br />
sangat sepuh diberikan kebijakan khusus. Karena mereka perlu<br />
dibantu, terutama persoalan teknis. Selain itu, jangan sampai ada<br />
kecurangan atau kesalahan sehingga tidak menimbulkan konflik<br />
yang berkepanjangan.<br />
Edisi 17 Maret 2009