Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
FilosoFi <strong>Kopi</strong><br />
berdua berbincang-bincang di salah satu sudut. Satu-satunya<br />
kesempatan kami untuk akhirnya minum kopi.<br />
“Tidak terasa, kita sudah punya kedai ini setahun lebih.”<br />
Lamunanku berputar bersama putaran kayu manis,<br />
terisap pusaran kopi dalam cangkirku sendiri.<br />
“Sekian banyak manusia sudah datang dan pergi,” nada<br />
bicara Ben tiba-tiba melonjak, seolah sesuatu menyengatnya,<br />
“dan kamu tahu apa kesimpulanku?”<br />
“Kita akan kaya raya?”<br />
“Belum tentu. Tapi, semua karakter dan arti kehidupan<br />
ada di sini.”<br />
“Di dalam daftar minuman ini?” Aku menunjuk buku<br />
tipis yang tergeletak di meja.<br />
Mantap, Ben mengangguk.<br />
“Bagaimana kamu bisa mengondensasi jumlah yang tak<br />
terhingga itu ke dalam sebuah daftar minuman?” aku menatapnya<br />
geli, “Ben... Ben....”<br />
“Jody... Jody....” Dia malah ikutan geleng-geleng. “Buku<br />
ini adalah buku yang hidup, daftar yang akan terus berkembang.<br />
Selama masih ada yang namanya biji kopi,<br />
orang-orang akan menemukan dirinya di sini.” Ben mengacungkan<br />
daftar ramuan kopinya tepat di depan hidungku.<br />
Air muka itu meletup-letup seperti didihan air. Ben<br />
beroleh ide baru. Aku berandai-andai kapan dia terpikir<br />
untuk akhirnya membangun berhala dari biji kopi, karena<br />
sepertinya hanya masalah waktu.<br />
6