04.11.2014 Views

Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik - at ee-cafe.org

Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik - at ee-cafe.org

Analisis Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik - at ee-cafe.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sudary<strong>at</strong>no Sudirham<br />

<strong>Analisis</strong><br />

<strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong><br />

Jilid 1<br />

Darpublic


Hak cipta pada penulis, 2010<br />

SUDIRHAM, SUDARYATNO<br />

<strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)<br />

Darpublic, Bandung<br />

are-0710<br />

edisi Juli 2011<br />

http://<strong>ee</strong>-<strong>cafe</strong>.<strong>org</strong><br />

Alam<strong>at</strong> pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135.<br />

Fax: (62) (22) 2534117<br />

v


BAB 1<br />

Pendahuluan<br />

Dua dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan<br />

energi dan kebutuhan akan informasi. Salah s<strong>at</strong>u cara yang dap<strong>at</strong><br />

dipilih untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut adalah melalui<br />

teknologi elektro. Energi yang tersedia di alam tidak selalu dalam<br />

bentuk yang kita perlukan akan tetapi terkandung dalam berbagai<br />

bentuk sumber energi misalnya air terjun, b<strong>at</strong>ubara, sinar m<strong>at</strong>ahari,<br />

angin, ombak, dan lainnya. Selain itu sumber energi tersebut tidak<br />

selalu berada di temp<strong>at</strong> di mana energi tersebut dibutuhkan.<br />

Teknologi elektro melakukan konversi energi non-listrik menjadi<br />

energi listrik dan dalam bentuk listrik inilah energi dap<strong>at</strong> disalurkan<br />

dengan lebih mudah ke temp<strong>at</strong> ia diperlukan dan kemudian<br />

dikonversikan kembali ke dalam bentuk yang sesuai dengan<br />

kebutuhan, misalnya energi mekanis, panas, cahaya. Proses<br />

penyediaan energi berlangsung melalui berbagai tahapan; salah s<strong>at</strong>u<br />

contoh adalah sebagai berikut:<br />

Energi non listrik, misalnya energi kimia yang terkandung dalam<br />

bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam boiler → energi<br />

panas diubah menjadi energi mekanis di turbin → energi mekanis<br />

diubah menjadi energi listrik di gener<strong>at</strong>or → energi listrik diubah<br />

menjadi energi listrik namun pada tingk<strong>at</strong> tegangan yang lebih<br />

tinggi di transform<strong>at</strong>or → energi listrik bertegangan tinggi<br />

ditransmisikan → energi listrik bertegangan tinggi diubah<br />

menjadi energi listrik bertegangan menengah pada transform<strong>at</strong>or<br />

→ energi listrik didistribusikan ke pengguna, melalui jaringan<br />

tegangan menengah tiga fasa, tegangan rendah tiga fasa, dan<br />

tegangan rendah s<strong>at</strong>u fasa → energi listrik diubah kembali ke<br />

dalam bentuk energi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.<br />

Demikian pula halnya dengan informasi. Teknologi elektro<br />

melakukan konversi berbagai bentuk informasi ke dalam bentuk<br />

sinyal listrik dan menyalurkan sinyal listrik tersebut ke temp<strong>at</strong> ia<br />

diperlukan kemudian dikonversikan kembali dalam bentuk-bentuk<br />

yang dap<strong>at</strong> ditangkap oleh indera manusia <strong>at</strong>aupun dimanfa<strong>at</strong>kan<br />

1


untuk su<strong>at</strong>u keperluan tertentu, misalnya pengendalian. Dengan<br />

mudah kita dap<strong>at</strong> mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan<br />

bumi yang lain dalam waktu yang hampir bersamaan dengan<br />

berlangsungnya kejadian, tanpa harus beranjak dari rumah. Tidak<br />

hanya sampai di situ, s<strong>at</strong>elit di luar angkasa pun dikendalikan dari<br />

bumi, dan jantung yang lemah pun dap<strong>at</strong> dibantu untuk dipacu.<br />

1.1. Pengertian <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong><br />

<strong>Rangkaian</strong> listrik (<strong>at</strong>au rangkaian elektrik) merupakan interkoneksi<br />

berbagai piranti (divais – device) yang secara bersama<br />

melaksanakan su<strong>at</strong>u tugas tertentu. Tugas itu dap<strong>at</strong> berupa<br />

pemrosesan energi <strong>at</strong>aupun pemrosesan informasi. Melalui<br />

rangkaian listrik, energi maupun informasi dikonversikan menjadi<br />

energi listrik dan sinyal listrik, dan dalam bentuk sinyal inilah energi<br />

maupun informasi dap<strong>at</strong> disalurkan dengan lebih mudah ke temp<strong>at</strong><br />

ia diperlukan.<br />

Teknologi elektro telah berkembang jauh. Dalam konversi dan<br />

transmisi energi listrik misalnya, walaupun masih tetap<br />

memanfa<strong>at</strong>kan sinyal analog berbentuk sinus, namun kuantitas<br />

energi yang dikonversi dan ditransmisikan semakin besar mengikuti<br />

pertumbuhan kebutuhan. Teknologi yang dikembangkan pun<br />

mengikuti kecenderungan ini. Kemampuan peral<strong>at</strong>an semakin<br />

tinggi, al<strong>at</strong> perlindungan (proteksi) semakin ket<strong>at</strong> baik perlindungan<br />

dalam mempertahankan kinerja sistem maupun terhadap pengaruh<br />

alam. Demikian pula pertimbangan-pertimbangan ekonomi maupun<br />

kelestarian lingkungan menjadi sang<strong>at</strong> menentukan. Bahkan<br />

perkembangan teknologi di sisi penggunaan energi, baik dalam<br />

upaya mempertinggi efisiensi maupun perluasan penggunaan energi<br />

dalam mendukung perkembangan teknologi informasi, cenderung<br />

memberikan dampak kurang menguntungkan pada sistem<br />

penyaluran energi listrik; dan hal ini menimbulkan persoalan lain<br />

yaitu persoalan kualitas daya yang harus diantisipasi dan di<strong>at</strong>asi.<br />

Kalau dalam pemrosesan energi masih digunakan sinyal analog,<br />

tidak demikian halnya dengan pemrosesan informasi. Pemanfa<strong>at</strong>an<br />

sinyal analog telah digantikan oleh sinyal-sinyal digital sehingga<br />

kualitas informasi video, audio, maupun d<strong>at</strong>a, menjadi sang<strong>at</strong><br />

meningk<strong>at</strong>. Pemanfa<strong>at</strong>an sinyal digital sudah sang<strong>at</strong> meluas, mulai<br />

dari lingkungan rumah tangga sampai luar angkasa.<br />

2 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Walaupun terdap<strong>at</strong> perbedaan yang ny<strong>at</strong>a pada bentuk sinyal dalam<br />

pemrosesan energi dan pemrosesan informasi, yaitu sinyal analog<br />

dalam pemrosesan energi dan sinyal digital dalam pemrosesan<br />

informasi, namun hakek<strong>at</strong> pemrosesan tidaklah jauh berbeda;<br />

pemrosesan itu adalah konversi ke dalam bentuk sinyal listrik,<br />

transmisi hasil konversi tersebut, dan konversi balik menjadi bentuk<br />

yang sesuai dengan kebutuhan.<br />

Sistem pemroses energi maupun informasi, dibangun dari<br />

rangkaian-rangkaian listrik yang merupakan interkoneksi berbagai<br />

piranti. Oleh karena itu langkah pertama dalam mempelajari analisis<br />

rangkaian listrik adalah mempelajari model sinyal dan model<br />

piranti. Karena pekerjaan analisis menggunakan model-model,<br />

sedangkan model merupakan pendek<strong>at</strong>an terhadap keadaan yang<br />

sebenarnya dengan pemb<strong>at</strong>asan-pemb<strong>at</strong>asan tertentu, maka hasil<br />

su<strong>at</strong>u analisis harus juga difahami sebagai hasil yang berlaku dalam<br />

b<strong>at</strong>as-b<strong>at</strong>as tertentu pula.<br />

1.2. Pengertian <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong><br />

Untuk mempelajari perilaku su<strong>at</strong>u rangkaian listrik kita melakukan<br />

analisis rangkaian listrik. <strong>Rangkaian</strong> listrik itu mungkin hanya<br />

berdimensi beberapa sentimeter, tetapi mungkin juga membentang<br />

r<strong>at</strong>usan bahkan ribuan kilometer. Dalam pekerjaan analisis, langkah<br />

pertama yang kita lakukan adalah memindahkan rangkaian listrik itu<br />

ke <strong>at</strong>as kertas dalam bentuk gambar; gambar itu kita sebut diagram<br />

rangkaian.<br />

Su<strong>at</strong>u diagram rangkaian memperlih<strong>at</strong>kan interkoneksi berbagai<br />

piranti; piranti-piranti tersebut digambarkan dengan menggunakan<br />

simbol piranti. Jadi dalam su<strong>at</strong>u diagram rangkaian (yang<br />

selanjutnya kita sebut dengan singk<strong>at</strong> rangkaian), kita melih<strong>at</strong><br />

bagaimana berbagai macam piranti saling dihubungkan.<br />

Perilaku setiap piranti kita ny<strong>at</strong>akan dengan model piranti. Untuk<br />

membedakan piranti sebagai benda ny<strong>at</strong>a dengan modelnya, maka<br />

model itu kita sebut elemen rangkaian. Sinyal listrik yang hadir<br />

dalam rangkaian, kita ny<strong>at</strong>akan sebagai peubah rangkaian yang<br />

tidak lain adalah model m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is dari sinyal-sinyal tersebut. Jadi<br />

dalam pekerjaan analisis rangkaian listrik, kita menghadapi diagram<br />

rangkaian yang memperlih<strong>at</strong>kan hubungan dari berbagai elemen,<br />

dan setiap elemen memiliki perilaku masing-masing yang kita sebut<br />

karakteristik elemen; besaran-fisika yang terjadi dalam rangkaian<br />

3


kita ny<strong>at</strong>akan dengan peubah rangkaian (variable rangkaian) yang<br />

merupakan model sinyal. Dengan melih<strong>at</strong> hubungan elemen-elemen<br />

dan memperh<strong>at</strong>ikan karakteristik tiap elemen, kita melakukan<br />

perhitungan peubah-peubah rangkaian.<br />

Perhitungan-perhitungan tersebut mungkin berupa perhitungan<br />

untuk mencari hubungan antara peubah yang keluar dari rangkaian<br />

(kita sebut dengan singk<strong>at</strong> keluaran) dan peubah yang masuk ke<br />

rangkaian (kita sebut dengan singk<strong>at</strong> masukan); <strong>at</strong>aupun mencari<br />

besaran keluaran dari su<strong>at</strong>u rangkaian jika masukan dan<br />

karakteristik setiap elemen diketahui. Inilah pekerjaan analisis yang<br />

memberikan hanya s<strong>at</strong>u hasil perhitungan, <strong>at</strong>au jawaban tunggal.<br />

Pekerjaan lain yang belum tercakup dalam buku ini adalah<br />

pekerjaan perancangan, yaitu mencari hubungan elemen-elemen<br />

jika masukan dan keluaran ditentukan. Hasil pekerjaan perancangan<br />

akan memberikan lebih dari s<strong>at</strong>u jawaban dan kita harus memilih<br />

jawaban mana yang kita ambil dengan memperhitungkan tidak saja<br />

aspek teknis tetapi juga aspek lain misalnya aspek ekonomi, aspek<br />

lingkungan, dan bahkan estetika.<br />

Telah dik<strong>at</strong>akan di <strong>at</strong>as bahwa hasil su<strong>at</strong>u analisis harus difahami<br />

sebagai hasil yang berlaku dalam b<strong>at</strong>as-b<strong>at</strong>as tertentu. Kita akan<br />

melih<strong>at</strong> bahwa rangkaian yang kita analisis kita anggap memiliki<br />

sif<strong>at</strong> linier dan kita sebut rangkaian linier; ia merupakan hubungan<br />

elemen-elemen rangkaian yang kita anggap memiliki karakteristik<br />

yang linier. Sif<strong>at</strong> ini sesungguhnya merupakan pendek<strong>at</strong>an terhadap<br />

sif<strong>at</strong> piranti yang dalam keny<strong>at</strong>aannya tidak linier namun dalam<br />

b<strong>at</strong>as-b<strong>at</strong>as tertentu ia bersif<strong>at</strong> hampir linier sehingga dalam<br />

pekerjaan analisis kita anggap ia bersif<strong>at</strong> linier.<br />

1.3. Struktur Dasar <strong>Rangkaian</strong>, Besaran <strong>Listrik</strong>, dan Kondisi<br />

Operasi<br />

Struktur Dasar <strong>Rangkaian</strong>. Secara umum su<strong>at</strong>u rangkaian listrik<br />

terdiri dari bagian yang aktif yaitu bagian yang memberikan daya<br />

yang kita sebut sumber, dan bagian yang pasif yaitu bagian yang<br />

menerima daya yang kita sebut beban; sumber dan beban terhubung<br />

oleh penyalur daya yang kita sebut saluran.<br />

4 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Besaran <strong>Listrik</strong>. Ada lima besaran listrik yang kita hadapi, dan dua<br />

di antaranya merupakan besaran dasar fisika yaitu energi dan<br />

mu<strong>at</strong>an listrik. Namun dalam analisis rangkaian listrik, besaran<br />

listrik yang sering kita olah adalah tegangan, arus, dan daya listrik.<br />

Energi dihitung sebagai integral daya dalam su<strong>at</strong>u selang waktu, dan<br />

mu<strong>at</strong>an dihitung sebgai integral arus dalam su<strong>at</strong>u selang waktu.<br />

Sumber biasanya diny<strong>at</strong>akan dengan daya, <strong>at</strong>au tegangan, <strong>at</strong>au arus<br />

yang mampu ia berikan. Beban biasa diny<strong>at</strong>akan dengan daya <strong>at</strong>au<br />

arus yang diserap <strong>at</strong>au diperlukan, dan sering pula diny<strong>at</strong>akan oleh<br />

nilai elemen; elemen-elemen rangkaian yang sering kita temui<br />

adalah resistor, induktor, dan kapasitor, yang akan kita pelajari lebih<br />

lanjut.<br />

Saluran adalah penghubung antara sumber dan beban, dan pada<br />

rangkaian penyalur energi (di mana jumlah energi yang disalurkan<br />

cukup besar) ia juga menyerap daya. Oleh karena itu saluran ini<br />

dilih<strong>at</strong> oleh sumber juga menjadi beban dan daya yang diserap<br />

saluran harus pula disediakan oleh sumber. Daya yang diserap<br />

saluran merupakan susut daya dalam produksi energi listrik. Susut<br />

daya yang terjadi di saluran ini merupakan peristiwa alamiah:<br />

sebagian energi yang dikirim oleh sumber berubah menjadi panas<br />

di saluran. Namun jika daya yang diserap saluran tersebut cukup<br />

kecil, ia dap<strong>at</strong> diabaikan.<br />

Dalam keny<strong>at</strong>aan, rangkaian listrik tidaklah sesederhana seperti di<br />

<strong>at</strong>as. Jaringan listrik penyalur energi perlu dilindungi dari berbagai<br />

kejadian tidak normal yang dap<strong>at</strong> menyebabkan terjadinya lonjakan<br />

arus <strong>at</strong>au lonjakan tegangan. Jaringan perlu sistem proteksi yaitu<br />

proteksi arus lebih dan proteksi tegangan lebih. Jaringan listrik juga<br />

memerlukan sistem pengendali untuk meng<strong>at</strong>ur aliran energi ke<br />

beban. Pada jaringan pemroses informasi, gejala-gejala kebocoran<br />

sinyal serta gangguan sinyal baik dari dalam maupun dari luar<br />

sistem yang disebut interferensi, memerlukan perh<strong>at</strong>ian tersendiri.<br />

Pada jaringan penyalur energi, sumber mengeluarkan daya sesuai<br />

dengan permintaan beban. Pada rangkaian penyalur informasi, daya<br />

sumber terb<strong>at</strong>as; oleh karena itu alih daya dari sumber ke beban<br />

perlu diusahakan terjadi secara maksimal; alih daya ke beban akan<br />

maksimal jika tercapai keserasian (m<strong>at</strong>ching) antara sumber dan<br />

beban.<br />

5


Peristiwa Transien. Kondisi operasi jaringan listrik tidak selalu<br />

mantap. Pada waktu-waktu tertentu bisa terjadi keadaan peralihan<br />

<strong>at</strong>au keadaan transien. Besar dan bentuk tegangan dan arus pada<br />

sa<strong>at</strong>-sa<strong>at</strong> setelah penutupan <strong>at</strong>aupun setelah pembukaan saklar<br />

tidaklah seperti keadaan setelah saklar lama tertutup <strong>at</strong>au setelah<br />

lama terbuka. Di samping itu kejadian sesa<strong>at</strong> di luar jaringan juga<br />

bisa menimbulkan keadaan transien, misalnya petir.<br />

Su<strong>at</strong>u selang waktu diperlukan antara sa<strong>at</strong> kemunculan peristiwa<br />

transien dengan sa<strong>at</strong> keadaan menjadi mantap. Waktu yang<br />

diperlukan untuk mencapai keadaan akhir tersebut tergantung dari<br />

nilai-nilai elemen rangkaian. Oleh karena itu kita harus h<strong>at</strong>i-h<strong>at</strong>i<br />

untuk memegang peral<strong>at</strong>an listrik walaupun ia sedang tidak<br />

beroperasi; yakinkan lebih dulu apakah keadaan sudah cukup aman.<br />

Yakinkan lebih dulu bahwa peral<strong>at</strong>an listrik yang terbuka sudah<br />

tidak bertegangan, sebelum memegangnya.<br />

1.4. Landasan Untuk Melakukan <strong>Analisis</strong><br />

Agar kita bisa melakukan analisis, kita perlu memahami beberapa<br />

hal yang sang<strong>at</strong> mendasar yaitu hukum-hukum yang berlaku dalam<br />

su<strong>at</strong>u rangkaian, kaidah-kaidah rangkaian, teorema-teorema<br />

rangkaian, serta metoda-metoda analisis.<br />

Hukum-Hukum <strong>Rangkaian</strong>. Hukum-hukum rangkaian merupakan<br />

dasar untuk melakukan analisis. Ada dua hukum yang akan kita<br />

pelajari yaitu Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff. Hukum Ohm<br />

memberikan relasi linier antara arus dan tegangan resistor. Hukum<br />

Kirchhoff mencakup Hukum Arus Kirchhoff (HAK) dan Hukum<br />

Tegangan Kirchhoff (HTK). HAK menegaskan bahwa jumlah arus<br />

yang menuju su<strong>at</strong>u pencabangan rangkaian sama dengan jumlah<br />

arus yang meninggalkan pencabangan; hal ini dibuktikan oleh<br />

keny<strong>at</strong>aan bahwa tidak pernah ada penumpukan mu<strong>at</strong>an di su<strong>at</strong>u<br />

pencabangan rangkaian. HTK meny<strong>at</strong>akan bahwa jumlah tegangan<br />

di su<strong>at</strong>u rangkaian tertutup sama dengan nol, dan hal ini sesuai<br />

dengan prinsip konservasi energi.<br />

Kaidah-Kaidah <strong>Rangkaian</strong>. Kaidah rangkaian merupakan<br />

konsekuensi dari hukum-hukum rangkaian. Dengan kaidah-kaidah<br />

ini kita dap<strong>at</strong> menggantikan susunan su<strong>at</strong>u bagian rangkaian dengan<br />

susunan yang berbeda tanpa mengganggu perilaku keseluruhan<br />

rangkaian, sehingga rangkaian menjadi lebih sederhana dan lebih<br />

6 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


mudah dianalisis. Dengan menggunakan kaidah-kaidah ini pula kita<br />

dap<strong>at</strong> melakukan perhitungan pada bentuk-bentuk bagian rangkaian<br />

tertentu secara langsung. Salah s<strong>at</strong>u contoh adalah kaidah pembagi<br />

arus: untuk arus masukan tertentu, besar arus cabang-cabang<br />

rangkaian yang terhubung paralel sebanding dengan<br />

konduktansinya; hal ini adalah konsekuensi dari hukum Ohm dan<br />

HAK.<br />

Teorema <strong>Rangkaian</strong>. Teorema rangkaian merupakan perny<strong>at</strong>aan<br />

dari sif<strong>at</strong>-sif<strong>at</strong> dasar rangkaian linier. Teorema rangkaian yang<br />

penting akan kita pelajari sesuai keperluan kita, mencakup prinsip<br />

proporsionalitas, prinsip superposisi, teorema Thévenin, teorema<br />

orton, teorema substitusi, dan teorema Tellegen.<br />

Prinsip proporsionalitas berlaku untuk rangkaian linier. Jika<br />

masukan su<strong>at</strong>u rangkaian adalah y in dan keluarannya adalah y o maka<br />

y o = Ky in dengan K adalah nilai tetapan.<br />

Prinsip superposisi meny<strong>at</strong>akan bahwa pada rangkaian dengan<br />

beberapa masukan, akan mempunyai keluaran yang merupakan<br />

jumlah keluaran dari masing-masing masukan jika masing-masing<br />

masukan bekerja secara sendiri-sendiri pada rangkaian tersebut.<br />

Kita ambil contoh s<strong>at</strong>u lagi yaitu teorema Thévenin. Teorema ini<br />

meny<strong>at</strong>akan bahwa jika seksi sumber su<strong>at</strong>u rangkaian (yaitu bagian<br />

rangkaian yang mungkin saja mengandung lebih dari s<strong>at</strong>u sumber)<br />

bersif<strong>at</strong> linier, maka seksi sumber ini bisa digantikan oleh s<strong>at</strong>u<br />

sumber yang terhubung seri dengan s<strong>at</strong>u resistor <strong>at</strong>aupun impedansi;<br />

sementara itu beban boleh linier <strong>at</strong>aupun tidak linier. Teorema ini<br />

sang<strong>at</strong> memudahkan perhitungan-perhitungan rangkaian.<br />

Metoda-Metoda <strong>Analisis</strong>. Metoda-metoda analisis dikembangkan<br />

berdasarkan teorema rangkaian beserta hukum-hukum dan kaidah<br />

rangkaian. Ada dua kelompok metoda analisis yang akan kita<br />

pelajari; yang pertama disebut metoda analisis dasar dan yang kedua<br />

disebut metoda analisis umum. Metoda analisis dasar terutama<br />

digunakan pada rangkaian-rangkaian sederhana, sedangkan untuk<br />

rangkaian yang agak lebih rumit kita memerlukan metoda yang<br />

lebih sistem<strong>at</strong>is yaitu metoda analisis umum. Kedua metoda ini kita<br />

pelajari agar kita dap<strong>at</strong> melakukan analisis rangkaian sederhana<br />

7


secara manual. Kemampuan melakukan analisis secara manual<br />

sang<strong>at</strong> diperlukan untuk dap<strong>at</strong> memahami sif<strong>at</strong> dan perilaku<br />

rangkaian.<br />

Selain perbedaan jangkauan penggunaannya, metoda analisis dasar<br />

berbeda dari metoda analisis umum dalam hal sentuhan yang kita<br />

miliki <strong>at</strong>as rangkaian yang kita hadapi. Dalam menggunakan metoda<br />

analisis dasar, kita masih merasakan bahwa kita sedang mengolah<br />

perilaku rangkaian. Dalam menggunakan metoda analisis umum kita<br />

agak kehilangan sentuhan tersebut; sekali kita sudah mendap<strong>at</strong>kan<br />

persamaan rangkaian, maka selanjutnya kita hanya melakukan<br />

langkah-langkah m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is <strong>at</strong>as persamaan tersebut dan kita akan<br />

mendap<strong>at</strong>kan hasil analisis tanpa merasa telah menghadapi<br />

rangkaian listrik. Kehilangan sentuhan ini mendap<strong>at</strong> kompensasi<br />

berupa lebih luasnya jangkauan kerumitan rangkaian yang bisa<br />

dipecahkan dengan metoda analisis umum.<br />

Selain dua kelompok metoda tersebut ada metoda analisis<br />

berbantuan komputer. Untuk rangkaian-rangkaian yang sang<strong>at</strong><br />

rumit, analisis secara manual tidaklah efektif bahkan tidak mungkin<br />

lagi dilakukan. Untuk itu kita memerlukan bantuan komputer.<br />

Metoda ini tidak dibahas khusus dalam buku ini namun pembaca<br />

perlu mempelajarinya dengan menggunakan buku-buku lain beserta<br />

perangk<strong>at</strong> lunaknya, seperti misalnya program SPICE.<br />

Landasan untuk melakukan analisis tersebut di <strong>at</strong>as akan kita<br />

pelajari dan setelah kita memahami landasan-landasan tersebut kita<br />

akan siap untuk melakukan analisis rangkaian. Berbagai contoh<br />

pekerjaan analisis akan kita jumpai dalam buku ini.<br />

8 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


BAB 2<br />

Besaran <strong>Listrik</strong> Dan Model Sinyal<br />

Dengan mempelajari besaran listrik dan model sinyal, kita akan<br />

• menyadari bahwa pembahasan analisis rangkaian di sini<br />

berkenaan dengan sinyal waktu kontinyu;<br />

• memahami besaran-besaran listrik yang menjadi peubah<br />

sinyal dalam analisis rangkaian;<br />

• memahami berbagai bentuk gelombang sinyal;<br />

• mampu meny<strong>at</strong>akan bentuk gelombang sinyal secara<br />

grafis maupun m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is.<br />

2.1. Besaran <strong>Listrik</strong><br />

Dalam kelistrikan, ada dua besaran fisika yang menjadi besaran<br />

dasar yaitu mu<strong>at</strong>an listrik (selanjutnya disebut dengan singk<strong>at</strong><br />

mu<strong>at</strong>an) dan energi listrik (selanjutnya disebut dengan singk<strong>at</strong><br />

energi). Mu<strong>at</strong>an dan energi, merupakan konsep dasar fisika yang<br />

menjadi fondasi ilmiah dalam teknologi elektro. Namun dalam<br />

praktik, kita tidak mengolah langsung besaran dasar ini, karena<br />

kedua besaran ini tidak mudah untuk diukur. Besaran yang sering<br />

kita olah adalah yang mudah diukur yaitu arus, tegangan, dan daya.<br />

Arus. Arus listrik diny<strong>at</strong>akan dengan simbol i; ia merupakan ukuran<br />

dari aliran mu<strong>at</strong>an. Ia merupakan laju perubahan jumlah mu<strong>at</strong>an<br />

yang melew<strong>at</strong>i titik tertentu. Dalam bentuk diferensial ia<br />

didefinisikan sebagai:<br />

dq<br />

i = (2.1)<br />

dt<br />

Dalam sistem s<strong>at</strong>uan SI, arus mempunyai s<strong>at</strong>uan ampere, dengan<br />

singk<strong>at</strong>an A. Karena s<strong>at</strong>uan mu<strong>at</strong>an adalah coulomb dengan<br />

singk<strong>at</strong>an C, maka<br />

1 ampere = 1 coulomb / detik = 1 coulomb / sekon = 1 C/s<br />

Perlu kita ing<strong>at</strong> bahwa ada dua jenis mu<strong>at</strong>an yaitu mu<strong>at</strong>an positif dan<br />

neg<strong>at</strong>if. Arah arus positif ditetapkan sebagai arah aliran mu<strong>at</strong>an<br />

positif netto, menging<strong>at</strong> bahwa aliran arus di su<strong>at</strong>u titik mungkin<br />

melib<strong>at</strong>kan kedua macam mu<strong>at</strong>an tersebut.<br />

9


Tegangan. Tegangan diny<strong>at</strong>akan dengan simbol v; ia terkait dengan<br />

perubahan energi yang dialami oleh mu<strong>at</strong>an pada waktu ia<br />

berpindah dari s<strong>at</strong>u titik ke titik yang lain di dalam rangkaian.<br />

Tegangan antara titik A dan titik B di su<strong>at</strong>u rangkaian didefinisikan<br />

sebagai perubahan energi per s<strong>at</strong>uan mu<strong>at</strong>an, yang dalam bentuk<br />

diferensial dap<strong>at</strong> kita tuliskan sebagai:<br />

dw<br />

v =<br />

dq<br />

(2.2)<br />

S<strong>at</strong>uan tegangan adalah volt, dengan singk<strong>at</strong>an V. Oleh karena<br />

s<strong>at</strong>uan energi adalah joule dengan singk<strong>at</strong>an J, maka 1 volt = 1<br />

joule/coulomb = 1 J/C.<br />

Daya. Daya diny<strong>at</strong>akan dengan simbol p, didefinisikan sebagai laju<br />

perubahan energi, yang dap<strong>at</strong> kita tuliskan:<br />

dw<br />

p = (2.3)<br />

dt<br />

Dari definisi ini dan definisi untuk arus (2.1) dan tegangan (2.2) kita<br />

dap<strong>at</strong>kan:<br />

⎛ dw ⎞ ⎛ dw ⎞ ⎛ dq ⎞<br />

p = ⎜ ⎟ = ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ = vi<br />

(2.4)<br />

⎝ dt ⎠ ⎝ dq ⎠ ⎝ dt ⎠<br />

S<strong>at</strong>uan daya adalah w<strong>at</strong>t, dengan singk<strong>at</strong>an W. Sesuai dengan<br />

hubungan (2.3) maka 1 W = 1 J/s.<br />

Energi. Energi diny<strong>at</strong>akan dengan simbol w. Untuk memperoleh<br />

besar energi yang teralihkan dalam selang waktu antara t 1 dan t 2 kita<br />

melakukan integrasi daya antara t 1 dan t 2<br />

S<strong>at</strong>uan energi adalah joule.<br />

t<br />

w = ∫<br />

1<br />

pdt<br />

(2.5)<br />

t<br />

1<br />

Mu<strong>at</strong>an. Mu<strong>at</strong>an diny<strong>at</strong>akan dengan simbol q, diperoleh dengan<br />

mengintegrasi arus terhadap waktu. Jadi jumlah mu<strong>at</strong>an yang<br />

dialihkan oleh arus i dalam selang waktu antara t 1 dan t 2 adalah :<br />

S<strong>at</strong>uan mu<strong>at</strong>an adalah coulomb.<br />

t<br />

q =<br />

∫<br />

2<br />

idt<br />

(2.6)<br />

t<br />

1<br />

10 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


2.2. Peubah Sinyal dan Referensi Sinyal<br />

Peubah Sinyal. Sebagaimana telah sebutkan di <strong>at</strong>as, dalam<br />

manangani masalah praktis, kita jarang melib<strong>at</strong>kan secara langsung<br />

kedua besaran dasar yaitu energi dan mu<strong>at</strong>an. Besaran yang lebih<br />

sering kita olah adalah arus, tegangan, dan daya. Dalam analisis<br />

rangkaian listrik, tiga besaran ini menjadi peubah rangkaian yang<br />

kita sebut sebagai peubah sinyal. Kehadiran mereka dalam su<strong>at</strong>u<br />

rangkaian listrik merupakan sinyal listrik, dan dalam analisis<br />

rangkaian listrik kita melakukan perhitungan-perhitungan sinyal<br />

listrik ini; mereka menjadi peubah <strong>at</strong>au variabel.<br />

Sinyal Waktu Kontinyu dan Sinyal Waktu Diskrit. Sinyal listrik<br />

pada umumnya merupakan fungsi waktu, t. Dalam teknologi elektro<br />

yang telah berkembang demikian lanjut kita mengenal dua macam<br />

bentuk sinyal listrik yaitu sinyal waktu kontinyu dan sinyal waktu<br />

diskrit. Su<strong>at</strong>u sinyal disebut sebagai sinyal waktu kontinyu (<strong>at</strong>au<br />

disebut juga sinyal analog) jika sinyal itu mempunyai nilai untuk<br />

setiap t dan t sendiri mengambil nilai dari s<strong>at</strong>u set bilangan riil.<br />

Sinyal waktu diskrit adalah sinyal yang mempunyai nilai hanya pada<br />

t tertentu yaitu t n dengan t n mengambil nilai dari s<strong>at</strong>u set bilangan<br />

bul<strong>at</strong>. Sebagai contoh sinyal waktu kontinyu adalah tegangan listrik<br />

di rumah kita. Sinyal waktu diskrit kita peroleh misalnya melalui<br />

sampling pada tegangan listrik di rumah kita. Gb.2.1.<br />

memperlih<strong>at</strong>kan kedua macam bentuk sinyal tersebut. Dalam<br />

mempelajari analisis rangkaian di buku ini, kita hanya akan<br />

menghadapi sinyal waktu kontinyu saja.<br />

v(t)<br />

v(t)<br />

0<br />

0<br />

t<br />

0 0<br />

t<br />

Sinyal waktu kontinyu<br />

Sinyal waktu diskrit<br />

Gb.2.1. Sinyal waktu kontinyu dan sinyal waktu diskrit.<br />

11


Referensi Sinyal. Arus dan tegangan mempunyai hubungan er<strong>at</strong><br />

namun mereka juga mempunyai perbedaan yang sang<strong>at</strong> ny<strong>at</strong>a. Arus<br />

merupakan ukuran besaran yang melew<strong>at</strong>i su<strong>at</strong>u titik sedangkan<br />

tegangan adalah ukuran besaran antara dua titik. Jadi arus diukur di<br />

s<strong>at</strong>u titik sedangkan tegangan diukur di antara dua titik.<br />

Dalam pekerjaan analisis, arah arus diny<strong>at</strong>akan dengan tanda anak<br />

panah yang menjadi referensi arah positif arus. Referensi ini tidak<br />

berarti bahwa arah arus sesungguhnya (yang mengalir pada piranti)<br />

adalah seperti ditunjukkan oleh anak panah. Arah arus<br />

sesungguhnya dap<strong>at</strong> berlawanan dengan arah anak panah dan jika<br />

demikian halnya kita k<strong>at</strong>akan arus neg<strong>at</strong>if. Dalam hal arah arus<br />

sesungguhnya sesuai dengan arah anak panah, kita k<strong>at</strong>akan arus<br />

positif.<br />

Pada elemen rangkaian, tanda “+” dipakai untuk menunjukkan titik<br />

yang dianggap mempunyai tegangan yang lebih tinggi dibandingkan<br />

dengan titik yang bertanda “−”, dan ini menjadi referensi tegangan.<br />

Di sinipun titik yang bertanda “+” pada keadaan sesungguhnya tidak<br />

selalu bertegangan lebih tinggi dibandingkan dengan titik yang<br />

bertanda “−“. Tetapi jika benar demikian keadaannya kita k<strong>at</strong>akan<br />

bahwa tegangan pada piranti adalah positif, dan jika sebaliknya<br />

maka tegangan itu neg<strong>at</strong>if.<br />

Konvensi Pasif. Dalam menentukan referensi tegangan dan arus kita<br />

mengikuti konvensi pasif yaitu arah arus digambarkan masuk ke<br />

elemen pada titik yang bertanda “+”. Konvensi ini disebut konvensi<br />

pasif sebab dalam konvensi ini piranti menyerap daya. Perh<strong>at</strong>ikan<br />

Gb.2.2. Dengan konvensi ini, jika arus dan tegangan memiliki tanda<br />

yang sama, daya bernilai positif. Jika arus da tegangan berlawanan<br />

tanda maka daya bernilai neg<strong>at</strong>if.<br />

tegangan diukur antara dua titik<br />

+ −<br />

piranti<br />

arus melalui piranti<br />

Gb.2.2. Tegangan dan arus pada s<strong>at</strong>u piranti<br />

Daya positif berarti elemen menyerap daya; daya<br />

neg<strong>at</strong>if berarti elemen mengeluarkan daya.<br />

12 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Selain referensi arus dan<br />

tegangan pada elemen, untuk<br />

meny<strong>at</strong>akan besar tegangan<br />

di berbagai titik pada su<strong>at</strong>u<br />

rangkaian kita menetapkan<br />

titik referensi umum yang<br />

kita namakan titik<br />

pentanahan <strong>at</strong>au titik nol <strong>at</strong>au<br />

ground. Tegangan di titiktitik<br />

lain pada rangkaian<br />

dihitung terhadap titik nol ini.<br />

Perh<strong>at</strong>ikan penjelasan pada<br />

Gb.2.3.<br />

Tegangan di titik A dap<strong>at</strong> kita sebut sebagai v A yaitu tegangan titik<br />

A terhadap titik referensi umum G. Demikian pula v B adalah<br />

tegangan titik B terhadap G. Beda tegangan antara titik A dan B<br />

adalah v A – v B = v AB = v 2 .<br />

Isilah kotak-kotak yang kosong pada tabel berikut ini.<br />

Piranti v [V] i [A] p [W] menerima/memberi daya<br />

A 12 5<br />

B 24 -3<br />

C 12 72<br />

D -4 96<br />

E 24 72<br />

COTOH-2.1: Tegangan pada su<strong>at</strong>u piranti adalah 12 V (konstan)<br />

dan arus yang mengalir padanya adalah 100 mA. a). Berapakah<br />

daya yang diserap ? b). Berapakah energi yang diserap selama 8<br />

jam? c). Berapakah jumlah mu<strong>at</strong>an yang dipindahkan melalui<br />

piranti tersebut selama 8 jam itu?<br />

Penyelesaian:<br />

referensi arus<br />

a). Daya yang diserap adalah :<br />

−<br />

p = vi = 12 × 100×<br />

10<br />

3 = 1,2 W<br />

b). Energi yang diserap selama 8 jam adalah<br />

8 8<br />

w = ∫ pdt = 1,2 = 1,2<br />

0 ∫ dt t<br />

0<br />

8<br />

0<br />

= 9,6 Wh<br />

c). Jumlah mu<strong>at</strong>an yang dipindahkan selama 8 jam adalah<br />

A<br />

+<br />

i 1 v<br />

1 1<br />

−<br />

referensi tegangan piranti<br />

i 2<br />

B<br />

2<br />

+ v 2 −<br />

+<br />

v 3 i<br />

3 3<br />

−<br />

G<br />

referensi tegangan umum (ground)<br />

Gb.2.3. Referensi arus dan tegangan<br />

13


8<br />

8<br />

−3<br />

q = ∫ idt = 100×<br />

10 t = 0,1 × 8 = 0,8 Ah<br />

0<br />

0<br />

Pemahaman :<br />

S<strong>at</strong>uan daya adalah W<strong>at</strong>t. Untuk daya besar digunakan s<strong>at</strong>uan<br />

kW (kilo w<strong>at</strong>t) yaitu 1 kW = 1000 W. S<strong>at</strong>uan daya yang lain<br />

adalah horse power (HP).<br />

1 HP = 746 W <strong>at</strong>au 1 kW = 1,341 HP<br />

W<strong>at</strong>t-hour (Wh) adalah s<strong>at</strong>uan energi yang biasa dipakai dalam<br />

sistem tenaga listrik.<br />

1 Wh = 3600 J <strong>at</strong>au 1 kWh = 3600 kJ<br />

S<strong>at</strong>uan mu<strong>at</strong>an adalah Coulomb. Dalam penyelesaian soal di<br />

<strong>at</strong>as, kita menggunakan s<strong>at</strong>uan Ampere-hour (Ah) untuk<br />

mu<strong>at</strong>an. S<strong>at</strong>uan ini biasa digunakan untuk meny<strong>at</strong>akan kapasitas<br />

su<strong>at</strong>u accu (accumul<strong>at</strong>or). Contoh : accu mobil berkapasitas 40<br />

Ah.<br />

karena 1 A = 1 C/s maka 1 C = 1 As dan 1 Ah = 3600 C<br />

COTOH-2.2: Sebuah piranti menyerap daya 100 W pada<br />

tegangan 200V (konstan). Berapakah besar arus yang mengalir<br />

dan berapakah energi yang diserap selama 8 jam ?<br />

Penyelesaian :<br />

p 100<br />

i = = = 0,5 A<br />

v 200<br />

8<br />

8<br />

w = ∫ 100dt<br />

= 100t<br />

= 800 Wh = 0,8 kWH<br />

0<br />

0<br />

COTOH-2.3: Arus yang melalui su<strong>at</strong>u piranti berubah terhadap<br />

waktu sebagai i(t) = 0,05t ampere. Berapakah jumlah mu<strong>at</strong>an<br />

yang dipindahkan melalui piranti ini antara t = 0 sampai t = 5<br />

detik ?<br />

Penyelesaian :<br />

Jumlah mu<strong>at</strong>an yang dipindahkan dalam 5 detik adalah<br />

5<br />

5 5 0,05 2 1,25<br />

q =<br />

∫<br />

idt = 0,05 = = = 0,625 coulomb<br />

0 ∫<br />

tdt t<br />

0 2 0 2<br />

14 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


COTOH-2.4: Tegangan pada su<strong>at</strong>u piranti berubah terhadap<br />

waktu sebagai v = 220cos400t dan arus yang mengalir adalah i<br />

= 5cos400t A. a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ?<br />

b). Berapakah nilai daya maksimum dan daya minimum ?<br />

Penyelesaian :<br />

a). p = 220cos 400t<br />

× 5cos 400t<br />

= 1100cos<br />

= 550 1<br />

400t<br />

( + cos800t<br />

) = 550 + 550cos800t<br />

W<br />

Suku pertama perny<strong>at</strong>aan daya ini bernilai konstan positif +<br />

550 V.<br />

b). Nilai<br />

Suku ke-dua bervariasi antara −550 V dan + 550 V.<br />

Secara keseluruhan daya selalu bernilai positif.<br />

daya : p<br />

p<br />

maksimum<br />

minimum<br />

= 550+<br />

550 = 1100 W<br />

2<br />

= 550−<br />

550 = 0 W<br />

W<br />

COTOH-2.5: Tegangan pada su<strong>at</strong>u piranti berubah terhadap<br />

waktu sebagai v = 220cos400t dan arus yang mengalir adalah i<br />

= 5sin400t A. a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ?<br />

b). Tunjukkan bahwa piranti ini menyerap daya pada su<strong>at</strong>u<br />

selang waktu tertentu dan memberikan daya pada selang waktu<br />

yang lain. c). Berapakah daya maksimum yang diserap ? d).<br />

Berapakah daya maksimum yang diberikan ?<br />

Penyelesaian :<br />

a).<br />

p = 220 cos 400t<br />

× 5 sin 400t<br />

= 1100 sin 400t<br />

cos 400t<br />

= 550 sin 800t<br />

W<br />

b). Dari a) terlih<strong>at</strong> bahwa daya merupakan fungsi sinus. Selama<br />

setengah perioda daya bernilai posisitif dan selama setengah<br />

perioda berikutnya ia bernilai neg<strong>at</strong>if. Jika pada waktu daya<br />

bernilai positif mempunyai arti bahwa piranti menyerap daya,<br />

maka pada waktu bernilai neg<strong>at</strong>if berarti piranti memberikan<br />

daya<br />

c). Daya maksimum yang diserap:<br />

p maks diserap = 550 W .<br />

d). Daya maksimum yang diberikan: p maks diberikan = 550 W .<br />

15


2.3. Bentuk Gelombang Sinyal<br />

Pada umumnya sinyal merupakan fungsi waktu, seperti yang kita<br />

lih<strong>at</strong> pada contoh-contoh di <strong>at</strong>as. Variasi sinyal terhadap waktu<br />

disebut bentuk gelombang. Secara formal dik<strong>at</strong>akan:<br />

Bentuk gelombang adalah su<strong>at</strong>u persamaan <strong>at</strong>au su<strong>at</strong>u grafik<br />

yang meny<strong>at</strong>akan sinyal sebagai fungsi dari waktu.<br />

Sebagai contoh, bentuk gelombang tegangan dan arus yang konstan<br />

di seluruh waktu, secara m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is diny<strong>at</strong>akan dengan persamaan:<br />

v = V0 ; i = I0<br />

, untuk − ∞ < t < ∞<br />

(2.7)<br />

Walaupun persamaan di <strong>at</strong>as hanyalah model, tetapi model ini<br />

sang<strong>at</strong> bermanfa<strong>at</strong> sebab ia merupakan pendek<strong>at</strong>an untuk sinyal<br />

yang secara ny<strong>at</strong>a dibangkitkan oleh sumber sebenarnya, misalnya<br />

b<strong>at</strong>ere.<br />

Bentuk gelombang dikelompokkan dalam dua kelompok. Kelompok<br />

pertama disebut bentuk gelombang dasar yang meliputi bentuk<br />

gelombang anak tangga, sinus, dan eksponensial. Mereka disebut<br />

bentuk gelombang dasar karena dari tiga bentuk gelombang ini<br />

dap<strong>at</strong> diturunkan bentuk-bentuk gelombang yang lain. Bentuk<br />

gelombang dasar ini terlih<strong>at</strong> pada Gb.2.4.<br />

v<br />

v<br />

v<br />

0<br />

0 0<br />

t<br />

t 0<br />

0<br />

0<br />

t<br />

Anak tangga Sinus Eksponensial<br />

Gb.2.4. Bentuk Gelombang Dasar.<br />

Kelompok kedua disebut bentuk gelombang komposit. Bentuk<br />

gelombang ini tersusun dari beberapa bentuk gelombang dasar,<br />

seperti terlih<strong>at</strong> pada Gb.2.5. Bentuk gelombang sinus teredam<br />

misalnya, merupakan hasil kali gelombang sinus dengan<br />

eksponensial; gelombang persegi merupakan kombinasi dari<br />

gelombang-gelombang anak tangga, dan sebagainya. Dalam analisis<br />

rangkaian, bentuk-bentuk gelombang ini kita ny<strong>at</strong>akan secara<br />

m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is seperti halnya dengan contoh sinyal konstan (2.7) di <strong>at</strong>as.<br />

Dalam keny<strong>at</strong>aan, bentuk-bentuk gelombang bisa sang<strong>at</strong> rumit;<br />

walaupun demikian, variasinya terhadap waktu dap<strong>at</strong> didek<strong>at</strong>i<br />

dengan menggunakan gabungan bentuk-bentuk gelombang dasar.<br />

16 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


v<br />

v<br />

v<br />

0 0<br />

t<br />

0<br />

t<br />

0<br />

0 t<br />

Sinus teredam Gelombang persegi Eksponensial ganda<br />

v<br />

v<br />

v<br />

0<br />

Deretan pulsa Gigi gergaji Segi tiga<br />

Gb.2.5. Beberapa gelombang komposit.<br />

2.3.1. Bentuk Gelombang Dasar<br />

t<br />

0 t 0<br />

t<br />

Bentuk gelombang dasar (disebut juga gelombang utama) meliputi<br />

fungsi anak-tangga (step function),<br />

fungsi eksponensial (exponential function), dan<br />

fungsi sinus (sinusoidal function).<br />

Fungsi Anak-Tangga (Fungsi Step). Secara umum, fungsi anaktangga<br />

didasarkan pada fungsi anak-tangga s<strong>at</strong>uan, yang<br />

didefinisikan sebagai berikut:<br />

u(<br />

t)<br />

= 0 untuk t < 0<br />

(2.8)<br />

= 1 untuk t ≥ 0<br />

Beberapa buku membiarkan fungsi u(t) tak terdefinisikan untuk t =<br />

0, dengan persamaan<br />

u(<br />

t)<br />

= 0 untuk t < 0<br />

= 1 untuk t > 0<br />

Perny<strong>at</strong>aan fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan yang terakhir ini mempunyai<br />

ketidak-kontinyuan pada t = 0. Untuk selanjutnya kita akan<br />

menggunakan definisi (2.8).<br />

Dalam keny<strong>at</strong>aan, tidaklah mungkin membangkitkan sinyal yang<br />

dap<strong>at</strong> berubah dari s<strong>at</strong>u nilai ke nilai yang lain tanpa memakan<br />

waktu. Yang dap<strong>at</strong> dilakukan hanyalah membu<strong>at</strong> waktu transisi itu<br />

sependek mungkin.<br />

Bila u(t) kita kalikan dengan sesu<strong>at</strong>u nilai konstan V A akan kita<br />

peroleh bentuk gelombang anak tangga (Gb.2.6.a.):<br />

17


v = VAu(<br />

t)<br />

⇒ v = 0 untuk t < 0<br />

= VA<br />

untuk t ≥ 0<br />

v V A<br />

v<br />

V A<br />

(2.9.a)<br />

0<br />

(a)<br />

Gb.2.6. Bentuk gelombang anak-tangga.<br />

Jika t kita ganti dengan (t-T s ) kita peroleh bentuk gelombang<br />

VAu( t − Ts ) yang merupakan bentuk gelombang anak tangga<br />

tergeser ke arah positif sebesar T s (Gb.2.6.b.).<br />

v = VAu(<br />

t − Ts<br />

) ⇒ v = 0 untuk t < Ts<br />

= VA<br />

untuk t ≥ Ts<br />

(2.9.b)<br />

Bentuk Gelombang Eksponensial. Sinyal exponensial merupakan<br />

sinyal anak-tangga yang amplitudonya menurun secara eksponensial<br />

menuju nol. Persamaan bentuk gelombang sinyal ini adalah:<br />

−t<br />

/ τ<br />

( V e ) u(<br />

t)<br />

t<br />

v = A<br />

(2.10)<br />

Parameter yang penting pada sinyal bentuk ini adalah amplitudo V A<br />

dan konsanta waktu τ (dalam detik). Konstanta waktu ini enentukan<br />

kecep<strong>at</strong>an menurunnya amplitudo sinyal. Makin besar τ makin<br />

lamb<strong>at</strong> amplitudo menurun dan makin kecil τ makin cep<strong>at</strong><br />

amplitudo menurun.<br />

0<br />

T s<br />

(b)<br />

t<br />

0.368V A<br />

v V A<br />

V A e −t / τ u(t)<br />

0 1 2 3 4 5 t/τ<br />

Gb.2.7. Bentuk gelombang eksponensial.<br />

Pada t = τ sinyal sudah menurun mencapai 36,8 % V A . Pada t = 5τ<br />

sinyal mencapai 0,00674V A , kurang dari 1% V A . Oleh karena itu kita<br />

definisikan durasi (lama berlangsung) su<strong>at</strong>u sinyal eksponensial<br />

18 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


adalah 5τ. Kalau kita hanya meninjau keadaan untuk t > 0, maka u(t)<br />

pada persamaan gelombang ini biasanya tidak dituliskan lagi. Jadi:<br />

v −t<br />

/ τ<br />

= V A e<br />

(2.11)<br />

Bentuk Gelombang Sinus. Sinus merupakan pengulangan tanpa<br />

henti dari su<strong>at</strong>u osilasi antara dua nilai puncak, seperti terlih<strong>at</strong> pada<br />

Gb.2.8. di bawah ini.<br />

T<br />

v 0<br />

V A<br />

0 0<br />

−V A<br />

t<br />

v<br />

V A<br />

−V A<br />

0 0<br />

T s<br />

Gb.2.8. Bentuk gelombang sinus.<br />

Amplitudo V A didefinisikan sebagai nilai maksimum dan minimum<br />

osilasi. Perioda T o adalah waktu yang diperlukan untuk membu<strong>at</strong><br />

s<strong>at</strong>u siklus lengkap. Dengan menggunakan dua parameter tersebut,<br />

yaitu V A dan T o , kita dap<strong>at</strong> menuliskan persamaan sinus ini dalam<br />

fungsi cosinus:<br />

v = V A cos(2π t / T o ) (2.12)<br />

Seperti halnya fungsi anak tangga, persamaan umum fungsi sinus<br />

diperoleh dengan mengganti t dengan (t-T s ). Jadi persamaan umum<br />

gelombang sinus adalah:<br />

v = VA<br />

cos[ 2π(<br />

t − Ts<br />

) / To<br />

]<br />

(2.13)<br />

dengan T s adalah waktu pergeseran, yang ditunjukkan oleh posisi<br />

puncak positif yang terjadi pertama kali seperti terlih<strong>at</strong> pada Gb.2.8.<br />

Pada gambar ini T s adalah positif. Jika T s neg<strong>at</strong>if pergeserannya<br />

akan ke arah neg<strong>at</strong>if.<br />

Pergeseran waktu dap<strong>at</strong> juga diy<strong>at</strong>akan dengan menggunakan sudut:<br />

v = VA cos[ 2π<br />

t / To − φ]<br />

(2.14)<br />

Parameter φ disebut sudut fasa. Hubungan antara waktu pergeseran<br />

T s dan sudut fasa φ adalah :<br />

T<br />

φ = 2π<br />

s<br />

T<br />

(2.15)<br />

0<br />

Variasi dari gelombang sinus dap<strong>at</strong> juga diny<strong>at</strong>akan dengan<br />

menggunakan frekuensi. Frekuensi f o didefinisikan sebagai jumlah<br />

T 0<br />

t<br />

19


perioda dalam s<strong>at</strong>u s<strong>at</strong>uan waktu, yang disebut frekuensi siklus.<br />

Oleh karena perioda T o adalah jumlah detik (waktu) per siklus, maka<br />

jumlah siklus (perioda) per detik adalah:<br />

1<br />

f 0 =<br />

T<br />

(2.16)<br />

0<br />

dengan s<strong>at</strong>uan hertz ( Hz ), <strong>at</strong>au siklus per detik. Selain frekuensi<br />

siklus, kita mengenal pula frekuensi sudut ω o dengan s<strong>at</strong>uan radian<br />

per detik (rad/det), yaitu:<br />

2<br />

f<br />

2π<br />

ω 0 = π 0 =<br />

T<br />

(2.17)<br />

0<br />

Dengan demikian ada dua cara untuk meny<strong>at</strong>akan frekuensi, yaitu<br />

frekuensi siklus (Hz) dan frekuensi sudut (rad/detik), dan fungsi<br />

sinus dap<strong>at</strong> diny<strong>at</strong>akan sebagai<br />

v = VA<br />

cos[2π<br />

f0<br />

t − φ]<br />

v = VA<br />

cos[ ω0<br />

t − φ]<br />

<strong>at</strong>au<br />

(2.17.a)<br />

COTOH-2.6: Tegangan pada su<strong>at</strong>u piranti adalah 12 V (konstan)<br />

dan arus yang mengalir padanya adalah 100 mA. a). Berapakah<br />

daya yang diserap ? b). Berapakah energi yang diserap selama 8<br />

jam? c). Berapakah jumlah mu<strong>at</strong>an yang dipindahkan melalui<br />

piranti tersebut selama 8 jam itu?<br />

Penyelesaian:<br />

Penyelesaian soal ini telah kita lakukan pada contoh 2.1. Di sini<br />

kita akan melih<strong>at</strong> model sinyalnya. Model m<strong>at</strong>em<strong>at</strong>is dari sinyal<br />

tegangan 12 V (konstan) kita tuliskan sebagai v = 12u(<br />

t)<br />

V,<br />

dan arus 100 mA kita tuliskan i = 100u(<br />

t)<br />

mA.<br />

Jika sinyal-sinyal ini kita gambarkan akan berbentuk seperti di<br />

bawah ini.<br />

v<br />

12 V<br />

v=12u(t) V<br />

i<br />

100 mA<br />

i=100u(t) mA<br />

0 t<br />

0 t<br />

20 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Daya yang diserap adalah p = v × i = 1.2 W dan jika kita<br />

gambarkan perubahan daya terhadap waktu adalah seperti<br />

gambar berikut ini.<br />

p<br />

1,2 W<br />

p = v × i<br />

p<br />

1,2 W<br />

0 t<br />

0 8 t (jam)<br />

Energi yang diserap selama 8 jam adalah integral dari daya<br />

untuk jangka waktu 8 jam. Besar energi ini ditunjukkan oleh<br />

luas bagian yang diarsir di bawah kurva daya seperti<br />

ditunjukkan pada gambar di sebelah kanan.<br />

COTOH-2.7: Carilah persamaan bentuk gelombang tegangan<br />

yang tergambar di bawah ini.<br />

v [V]<br />

2<br />

' ' '<br />

1 2 3 4 t [s]<br />

−3<br />

a) b)<br />

Penyelesaian :<br />

a). Bentuk gelombang tegangan ini adalah gelombang anak<br />

tangga yang persamaan umumnya adalah v(t) = A u(t − T s ) ,<br />

dengan A = amplitudo dan T s = pergeseran waktu. Maka<br />

persamaan gelombang pada gambar a) adalah<br />

v 1(<br />

t)<br />

= 2u(<br />

t −1)<br />

V.<br />

Gelombang ini mempunyai nilai<br />

v<br />

1 (<br />

t)<br />

= 2 V<br />

= 0 V<br />

v [V]<br />

untuk t ≥ 1<br />

untuk t < 1<br />

b). Bentuk gelombang tegangan gambar b) adalah<br />

v2(<br />

t)<br />

= −3u(<br />

t − 2) V.<br />

Gelombang ini mempunyai nilai<br />

' ' ' '<br />

1 2 3 4 t [s]<br />

21


Pemahaman :<br />

v<br />

2 (<br />

t)<br />

= −3 V<br />

= 0 V<br />

untuk t ≥ 2<br />

untuk t < 2<br />

u(t) adalah fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan, sebagaimana telah<br />

didefinisikan. Fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan ini tidak mempunyai<br />

s<strong>at</strong>uan. Bentuk gelombang tegangan pada gambar a) diperoleh<br />

dengan mengalikan su<strong>at</strong>u tegangan konstan sebesar 2 V dengan<br />

fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan u(t−1) yaitu fungsi anak tangga<br />

s<strong>at</strong>uan yang bergeser 1 detik. Sedangkan gelombang tegangan<br />

pada gambar b) diperoleh dengan mengalikan tegangan konstan<br />

sebesar −3 V dengan fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan yang bergeser 2<br />

detik.<br />

Bentuk gelombang apapun, jika dikalikan dengan<br />

fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan u(t) akan bernilai nol untuk<br />

t < 0, dan jika dikalikan dengan u(t−T s ) akan bernilai<br />

nol untuk t < T s .<br />

COTOH-2.8: Carilah persamaan dan gambarkanlah tiga bentuk<br />

gelombang eksponensial berikut ini dalam s<strong>at</strong>u gambar.<br />

v 1 (t) : amplitudo 5 V, konstanta waktu 2 detik<br />

v 2 (t) : amplitudo 10 V, konstanta waktu 2 detik<br />

v 3 (t) : amplitudo 10 V, konstanta waktu 4 detik<br />

Penyelesaian :<br />

Persamaan umum gelombang eksponensial adalah v(t) =<br />

Ae −t/τ u(t) dengan A = amplitudo, τ = konstanta waktu. Jadi<br />

perny<strong>at</strong>aan ketiga gelombang itu masing-masing adalah<br />

v ( t)<br />

= 5e<br />

1<br />

2<br />

3<br />

−t<br />

/ 2<br />

v ( t)<br />

= 10e<br />

v ( t)<br />

= 10e<br />

−t<br />

/ 2<br />

−t<br />

/ 4<br />

u(<br />

t)<br />

V;<br />

u(<br />

t)<br />

V;<br />

u(<br />

t)<br />

V.<br />

Bentuk gelombang tegangan tergambar di bawah ini.<br />

22 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Pemahaman :<br />

Kita lih<strong>at</strong> bahwa walaupun v 1 dan v 2 mempunyai amplitudo<br />

yang jauh berbeda, mereka teredam dengan kecep<strong>at</strong>an yang<br />

sama karena konstanta waktunya sama. Pada t = 5 × konstanta<br />

waktu, yaitu 5 × 2 = 10 detik, nilai gelombang telah dap<strong>at</strong><br />

diabaikan.<br />

Gelombang tegangan v 2 dan v 3 mempunyai amplitudo sama<br />

tetapi konstanta waktunya berbeda. Kita lih<strong>at</strong> bahwa gelombang<br />

yang konstanta waktunya lebih besar lebih lamb<strong>at</strong> menuju nol,<br />

sedangkan yang konstanta waktunya lebih kecil lebih cep<strong>at</strong><br />

menuju nol.<br />

COTOH-2.9: Tuliskan persamaan gelombang sinus untuk t > 0,<br />

yang amplitudonya 10 V, frekuensi siklus 50 Hz, dan puncak<br />

positif yang pertama terjadi pada t = 3 mili detik. Gambarkanlah<br />

bentuk gelombangnya.<br />

Penyelesaian :<br />

10<br />

v [V]<br />

5<br />

Perny<strong>at</strong>aan umum gelombang sinus standar untuk t > 0 adalah<br />

⎛ t − T<br />

v Acos<br />

2 s ⎞<br />

= ⎜ π u(<br />

t)<br />

T ⎟ dengan A adalah amplitudo, T s<br />

⎝ 0 ⎠<br />

pergeseran waktu, T 0 perioda, dan u(t) adalah fungsi anak<br />

tangga s<strong>at</strong>uan. Karena frekuensi siklus f = 1/T 0 maka persamaan<br />

umum ini juga dap<strong>at</strong> ditulis sebagai<br />

v = A cos<br />

v 1<br />

v 2<br />

v 3<br />

0<br />

0 5 10<br />

t [detik]<br />

( 2π<br />

f ( t − T ) u(<br />

t)<br />

Dari apa yang diketahui dalam persoalan yang diberikan, kita<br />

dap<strong>at</strong> menuliskan persamaan tegangan<br />

( 100π(<br />

t − 0,003) u(<br />

)<br />

v = 10 cos<br />

t<br />

dengan bentuk gelombang terlih<strong>at</strong> pada gambar berikut ini.<br />

s<br />

23


10<br />

v[V]<br />

5<br />

0<br />

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 t[detik]<br />

-5<br />

-10<br />

Pemahaman :<br />

Perh<strong>at</strong>ikan bahwa puncak pertama positif terjadi pada t = 0,003<br />

detik. Karena frekuensi gelombang 50 Hz, maka ada lima puluh<br />

siklus dalam s<strong>at</strong>u detik <strong>at</strong>au dengan k<strong>at</strong>a lain perioda<br />

gelombang ini adalah 1/50 detik = 0,02 detik. Persamaan umum<br />

gelombang sinus dap<strong>at</strong> ditulis dalam berbagai bentuk seperti<br />

berikut ini.<br />

⎛ t − T ⎞<br />

⎜ s<br />

v = A cos 2π<br />

⎟ <strong>at</strong>au v = Acos( 2π<br />

f ( t − Ts<br />

))<br />

<strong>at</strong>au<br />

⎝ T0<br />

⎠<br />

v = Acos( ω(<br />

t − Ts<br />

)) <strong>at</strong>au v = Acos( ωt<br />

− φ)<br />

Dari persamaan-persamaan umum ini kita dap<strong>at</strong> dengan mudah<br />

menuliskan persamaan bentuk gelombang sinus berdasarkan<br />

parameter-parameter yang diketahui.<br />

COTOH-2.10: Tuliskan persamaan gelombang sinus untuk t > 0,<br />

yang frekuensinya 1000 rad/s, dan puncak positif yang pertama<br />

terjadi pada t = 1 mili-detik. Pada t = 0 gelombang ini<br />

mempunyai nilai 200 V.<br />

Penyelesaian :<br />

Puncak positif yang pertama terjadi pada t = 1 mili detik,<br />

artinya pada bentuk gelombang ini terjadi pergeseran waktu<br />

sebesar 0,001 detik. Persamaan umum fungsi sinus yang<br />

muncul pada t = 0 adalah v = Acos[<br />

ω(<br />

t − Ts<br />

)] u(<br />

t)<br />

. Amplitudo<br />

dari gelombang ini dap<strong>at</strong> dicari karena nilai gelombang pada t =<br />

0 diketahui, yaitu 200 V.<br />

200 = Acos 1000(0<br />

( − 0,001) )<br />

⇒ A = 200/ 0,54 = 370 V<br />

Jadi persamaan gelombang sinus ini adalah :<br />

u(<br />

t)<br />

= Acos(<br />

−1)<br />

= A×<br />

0,54<br />

[ t − 0,001) ] u(<br />

) V<br />

v = 370cos 1000( t<br />

24 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


2.3.2. Bentuk Gelombang Komposit<br />

Bentuk gelombang yang diperoleh melalui penggabungan bentuk<br />

gelombang dasar disebut bentuk gelombang komposit. Beberapa di<br />

antaranya akan kita lih<strong>at</strong> berikut ini.<br />

Fungsi Impuls. Secara umum fungsi impuls dituliskan sebagai :<br />

v = Au(<br />

t − T ) − Au(<br />

t − T<br />

= A<br />

1<br />

[ u(<br />

t − T ) − u(<br />

t − T )]<br />

1<br />

2<br />

2<br />

)<br />

(2.18)<br />

Bentuk gelombang ini adalah gabungan dari dua gelombang anaktangga<br />

dengan amplitudo sama akan tetapi berlawanan tanda,<br />

masing-masing dengan pergeseran waktu T 1 dan T 2 . (Gb.2.9.a)<br />

v<br />

v<br />

v<br />

δ(t)<br />

t<br />

t<br />

0 T 1 T 2<br />

-T/2 +T/2 t<br />

0<br />

0<br />

a) Impuls. b) Impuls simetris thd nol. c) Impuls s<strong>at</strong>uan.<br />

Gb.2.9. Impuls<br />

Fungsi Impuls S<strong>at</strong>uan. Perh<strong>at</strong>ikan gelombang impuls yang simetris<br />

terhadap titik nol seperti pada Gb.2.9.b. Persamaan bentuk<br />

gelombang ini adalah:<br />

1 ⎡ ⎛ T ⎞ ⎛ T ⎞⎤<br />

v 1 = ⎢u⎜t<br />

+ ⎟ − u⎜t<br />

− ⎟<br />

T<br />

⎥<br />

⎣ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2<br />

(2.18.a)<br />

⎠⎦<br />

Impuls dengan persamaan di<strong>at</strong>as mempunyai amplitudo 1/T dan<br />

bernilai nol di semua t kecuali pada selang −T/2 ≤ t ≤ +T/2.<br />

Luas bidang di bawah pulsa adalah s<strong>at</strong>u karena amplitudonya<br />

berbanding terbalik dengan durasinya (lebarnya). Jika lebar pulsa T<br />

kita perkecil dengan mempertahankan luasnya tetap s<strong>at</strong>u, maka<br />

amplitudo akan makin besar. Bila T menuju nol maka amplitudo<br />

menuju tak hingga, namun luasnya tetap s<strong>at</strong>u. Fungsi yang<br />

diperoleh pada kondisi limit tersebut dinamakan impuls s<strong>at</strong>uan (unit<br />

impuls), dengan simbol δ(t). Representasi grafisnya terlih<strong>at</strong> pada<br />

Gb.2.9.c. Definisi formal dari impuls s<strong>at</strong>uan adalah:<br />

t<br />

v = δ( t)<br />

= 0 untuk t ≠ 0 ; ∫ δ(<br />

x)<br />

dx = u(<br />

t)<br />

- ∞<br />

(2.18.b)<br />

25


Kondisi yang pertama dari definisi ini meny<strong>at</strong>akan bahwa impuls<br />

ini nol di semua t kecuali pada t = 0, sedangkan kondisi kedua<br />

meny<strong>at</strong>akan bahwa impuls ini adalah turunan dari fungsi anaktangga<br />

s<strong>at</strong>uan.<br />

du(<br />

t)<br />

Jadi<br />

δ ( t)<br />

=<br />

(2.18.c)<br />

dt<br />

Amplitudo impuls s<strong>at</strong>uan adalah tak hingga. Oleh karena itu besar<br />

impuls didefinisikan menurut luasnya. Su<strong>at</strong>u impuls s<strong>at</strong>uan yang<br />

muncul pada t = T s dituliskan sebagai δ(t−T s ).<br />

Fungsi Ramp. Jika kita melakukan integrasi pada fungsi anak<br />

tangga s<strong>at</strong>uan, kita akan mendap<strong>at</strong>kan fungsi ramp s<strong>at</strong>uan yaitu<br />

t<br />

r( t)<br />

= ∫ u(<br />

x)<br />

dx = tu(<br />

t)<br />

− ∞<br />

(2.19)<br />

Ramp s<strong>at</strong>uan ini bernilai nol untuk t ≤ 0 dan sama dengan t untuk t<br />

> 0. Perh<strong>at</strong>ikan bahwa laju perubahan (kemiringan) dari ramp<br />

s<strong>at</strong>uan adalah 1. Jika kemiringannya adalah K maka persamaannya<br />

adalah r k (t) = K t u(t). Bentuk umum fungsi ramp adalah<br />

r(t) = K(t−T s )u(t-T s ),<br />

(2.19.a)<br />

yang bernilai nol untuk t < T s dan memiliki kemiringan K.<br />

(Gb.2.10).<br />

r(t)<br />

tu(t)<br />

r(t)<br />

t<br />

T s<br />

Gb.2.10. Fungsi ramp.<br />

K(t−T s )u(t−T s<br />

)<br />

t<br />

Bentuk Gelombang Sinus Teredam. Bentuk gelombang komposit<br />

ini diperoleh dengan mengalikan fungsi sinus dengan fungsi<br />

eksponensial, yang memberikan persamaan :<br />

−t<br />

/ τ<br />

( V e )<br />

−t<br />

/ τ<br />

v = sin( ωt)<br />

u(<br />

t)<br />

= V sinωt<br />

e u(<br />

t)<br />

(2.20)<br />

A<br />

A<br />

26 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Fungsi anak tangga u(t) menjadi salah s<strong>at</strong>u faktor dalam persamaan<br />

ini agar persamaan<br />

bernilai nol pada t < 0. V A<br />

Pada t = 0, gelombang<br />

v<br />

melalui titik asal<br />

karena sin(nπ) = 0.<br />

Bentuk gelombang ini<br />

V A e −t / 5<br />

tidak periodik karena<br />

faktor eksponensial<br />

memaksa<br />

0<br />

25<br />

amplitudonya<br />

t<br />

menurun secara<br />

V A e −t / 5 sin(ωt)<br />

eksponensial. Osilasi<br />

ini telah mencapai Gb.2.11. Gelombang sinus teredam.<br />

nilai sang<strong>at</strong> kecil pada<br />

t = 5τ sehingga telah dap<strong>at</strong> diabaikan pada t > 5τ.<br />

Bentuk Gelombang Eksponensial Ganda. Gelombang komposit ini<br />

diperoleh dengan menjumlahkan dua fungsi eksponensial<br />

beramplitudo sama tapi berlawanan tanda. Persamaan bentuk<br />

gelombang ini adalah :<br />

v = V<br />

= V<br />

−t<br />

/ τ1<br />

Ae<br />

Bentuk gelombang<br />

komposit ini, dengan τ 1<br />

> τ 2 terlih<strong>at</strong> pada<br />

Gb.2.12. Untuk t < 0<br />

gelombang bernilai nol.<br />

Pada t = 0 gelombang<br />

masih bernilai nol karena<br />

kedua fungsi saling<br />

A<br />

meniadakan. Pada t >> τ 1<br />

gelombang ini menuju<br />

nol karena kedua bentuk<br />

u(<br />

t)<br />

− V<br />

−t<br />

/ τ2<br />

Ae<br />

−t<br />

/ τ1<br />

−t<br />

/ τ2<br />

( e − e ) u(<br />

t)<br />

V A<br />

v<br />

−V A<br />

V A e −t / 5<br />

u(<br />

t)<br />

−V A e −2t / V A (e −t / 5− e −2t / 5<br />

Gb.2.12. Gelombang eksponensial<br />

ganda.<br />

eksponensial itu menuju nol. Fungsi yang mempunyai konstanta<br />

waktu lebih besar akan menjadi fungsi yang lebih menentukan<br />

bentuk gelombang.<br />

(2.21)<br />

t<br />

27


Bentuk Gelombang Persegi. Bentuk gelombang persegi juga<br />

merupakan gelombang<br />

v(t) T<br />

komposit. Karena<br />

0<br />

gelombang ini merupakan<br />

V A<br />

gelombang periodik maka<br />

persamaan gelombang ini<br />

dap<strong>at</strong> diperoleh dengan<br />

−V A<br />

menjumlahkan persamaan<br />

untuk setiap siklus.<br />

Gb.2.13. Gelombang persegi.<br />

Persamaan untuk siklus yang pertama setelah t = 0, merupakan<br />

jumlah dari tiga fungsi anak-tangga, yaitu:<br />

T0<br />

v1 = VAu(<br />

t)<br />

− 2V<br />

Au(<br />

t − ) + VAu(<br />

t − To<br />

)<br />

2<br />

Persamaan untuk siklus yang kedua setelah t = 0 adalah persamaan<br />

siklus pertama yang digeser sebesar s<strong>at</strong>u perioda :<br />

T0<br />

v2<br />

= VAu(<br />

t − T0<br />

) − 2V<br />

Au(<br />

t − − T0<br />

) + VAu(<br />

t − 2To<br />

)<br />

2<br />

3T0<br />

= VAu(<br />

t − T0<br />

) − 2V<br />

Au(<br />

t − ) + VAu(<br />

t − 2To<br />

)<br />

2<br />

Persamaan untuk siklus yang ke k adalah persamaan siklus pertama<br />

yang digeser sebesar (k−1) perioda:<br />

2k<br />

−1<br />

vk<br />

= VAu( t −[<br />

k −1]<br />

T0 ) − 2V<br />

Au(<br />

t − T0<br />

) + VAu(<br />

t − kTo<br />

)<br />

2<br />

Persamaan gelombang persegi dap<strong>at</strong> diperoleh dengan<br />

menjumlahkan v k (t) dari k = −∞ sampai k = +∞.<br />

k<br />

∑ = +∞<br />

k = −∞<br />

v = v k ( t)<br />

(2.22)<br />

Penjumlahan dari −∞ sampai +∞ tersebut diperlukan karena<br />

gelombang persegi melebar ke tak hingga baik ke arah positif<br />

maupun ke arah neg<strong>at</strong>if.<br />

COTOH-2.11: Gambarkanlah bentuk-bentuk gelombang yang<br />

persamaannya adalah<br />

a). v 1 = 4 u(t) V ; b). v 2 = −3 u(t−2) V<br />

28 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)<br />

t


c). v 3 = 4u(t)−3u(t−2) V; d). v 4 = 4u(t)−7u(t−2)+3u(t−5) V<br />

Penyelesaian :<br />

a). Bentuk gelombang ini adalah<br />

gelombang anak tangga dengan<br />

amplitudo 4 volt dan muncul<br />

pada t = 0. Bentuk gelombang<br />

terlih<strong>at</strong> pada gambar di<br />

samping.<br />

b). Gelombang anak tangga ini<br />

mempunyai amplitudo − 3 volt<br />

dan muncul pada t = 2. Gambar −3V<br />

bentuk gelombang terlih<strong>at</strong> di<br />

samping ini<br />

c). Bentuk gelombang ini terdiri<br />

dari gelombang anak tangga<br />

beramplitudo 4 volt yang<br />

muncul pada t = 0 ditambah<br />

gelombang anak tangga<br />

beramplitudo −3<br />

volt yang<br />

muncul pada t = 2. Lih<strong>at</strong> gambar di samping.<br />

d). Bentuk gelombang ini terdiri dari tiga gelombang anak<br />

tangga yang masing-masing<br />

4V<br />

muncul pada t = 0, t = 2 dan<br />

t = 5. Amplitudo mereka<br />

v 4<br />

berturut-turut adalah 4, −7,<br />

dan 3 volt. Bentuk<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

gelombang terlih<strong>at</strong> pada −3V<br />

gambar di samping ini.<br />

COTOH-2.12: Gambarkanlah bentuk-bentuk gelombang yang<br />

persamaannya adalah<br />

a). v 1 = 2t u(t) V ;<br />

4V<br />

b). v 2 = −2(t−2) u(t−2) V ;<br />

c). v 3 = 2tu(t) − 2(t−2) u(t−2) V;<br />

d). v 4 = 2tu(t) − 4(t−2)u(t-2) V ;<br />

e). v 5 = 2tu(t) − 2(t−2)u(t−2) − 4u(t−5) V ;<br />

f). v 6 = 2tu(t) − 2(t−2)u(t−2) − 4u(t−2) V<br />

v 1<br />

0<br />

v 2 1 2 3 4 5<br />

0 t<br />

4V<br />

v 3<br />

1V<br />

0<br />

1 2 3 4 5<br />

t<br />

t<br />

t<br />

29


Penyelesaian :<br />

4V<br />

a).<br />

v<br />

v 1 = 2t u(t)<br />

1<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t<br />

v 2<br />

b).<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

−4V<br />

−2(t−2) u(t−2)<br />

t<br />

2tu(t) − 2(t−2) u(t−2)<br />

4V<br />

c).<br />

v 3<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t<br />

4V<br />

d).<br />

v 4<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

2tu(t) − 4(t−2)u(t-2)<br />

t<br />

4V<br />

e).<br />

f).<br />

4V<br />

2tu(t) − 2(t−2)u(t−2)<br />

− 4u(t−2)<br />

v 5<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t<br />

t<br />

v 6<br />

1 2 3 4 5 6<br />

2tu(t) − 2(t−2)u(t−2) − 4u(t−5)<br />

COTOH-2.13: Tentukanlah persamaan bentuk gelombang yang<br />

mulai muncul pada t = 0 berikut ini. a). Gelombang sinus :<br />

amplitudo 10 V, frekuensi sudut 50 rad per detik, puncak<br />

positif pertama terjadi pada t = 20 mili-detik. b). Gelombang<br />

sinus pada a) yang terredam sehingga pada t = 0,5 detik<br />

gelombang sinus ini sudah dap<strong>at</strong> diabaikan nilainya. c).<br />

Gambarkanlah bentuk gelombang pada a) dan b).<br />

Penyelesaian:<br />

a). Gelombang sinus ini baru muncul pada t = 0, sehingga<br />

persamaan umumnya adalah v = A cos( ω(<br />

t −Ts<br />

)) u(<br />

t)<br />

. Dari<br />

parameter yang diketahui, persamaan gelombang yang<br />

dimaksud adalah v1 = 10 cos( 50( t − 0,020) ) u(<br />

t)<br />

V.<br />

30 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


). Agar gelombang sinus pada a) teredam, maka harus<br />

dikalikan dengan fungsi eksponensial. Jika nilai gelombang<br />

sudah harus dap<strong>at</strong> diabaikan pada t = 0,5 detik, maka<br />

konstanta waktu dari fungsi eksponensial sekurangkurangnya<br />

haruslah τ = 0 ,5/5 = 0, 1 . Jadi persamaan<br />

gelombang yang dimaksud adalah<br />

−t / 0,1<br />

( 50( t − 0,020) ) e u(<br />

)<br />

v2 = 10cos<br />

t<br />

c). Gambar kedua bentuk gelombang tersebut di <strong>at</strong>as adalah<br />

sebagai berikut.<br />

v 1<br />

v 2<br />

t [detik]<br />

Pemahaman:<br />

Gelombang sinus pada umumnya adalah non-kausal yang<br />

persamaan umumnya adalah v = Acos( ω(<br />

t −Ts<br />

)). Dalam soal<br />

ini diny<strong>at</strong>akan bahwa gelombang sinus baru muncul pada t = 0.<br />

Untuk meny<strong>at</strong>akan gelombang seperti ini diperlukan fungsi<br />

anak tangga u(t) sehingga persamaan akan berbentuk<br />

v = Acos( ω(<br />

t −Ts<br />

)) u(<br />

t)<br />

.<br />

Dengan meny<strong>at</strong>akan bentuk gelombang sinus dengan fungsi<br />

cosinus, identifikasi bentuk gelombang menjadi lebih mudah.<br />

Puncak pertama su<strong>at</strong>u fungsi cosinus tanpa pergeseran waktu<br />

terjadi pada t = 0. Dengan demikian posisi puncak pertama<br />

fungsi cosinus menunjukkan pula pergeseran waktunya.<br />

Dengan mengalikan fungsi sinus dengan fungsi eksponensial<br />

kita meredam fungsi sinus tersebut. Peredaman oleh fungsi<br />

eksponensial berlangsung mulai dari t = 0. Oleh karena itu<br />

puncak positif pertama dari gelombang sinus teredam pada<br />

persoalan di <strong>at</strong>as mempunyai nilai kurang dari 10 V.<br />

31


Fungsi Parabolik S<strong>at</strong>uan dan Kubik S<strong>at</strong>uan. Telah kita lih<strong>at</strong><br />

bahwa integrasi fungsi anak tangga s<strong>at</strong>uan memberikan fungsi ramp<br />

s<strong>at</strong>uan. Jika integrasi dilakukan sekali lagi akan memberikan fungsi<br />

parabolik s<strong>at</strong>uan dan integrasi sekali lagi akan memberikan fungsi<br />

kubik s<strong>at</strong>uan. Gb.2.14. di samping ini memperlih<strong>at</strong>kan evolusi<br />

bentuk fungsi anak tangga menjadi fungsi ramp, parabolik, dan<br />

kubik melalui integrasi.<br />

Fungsi-ramp, parabolik, dan kubik ini menuju nilai tak hingga jika t<br />

menuju tak hingga. Oleh karena itu pemodelan dengan<br />

menggunakan fungsi-fungsi ini dib<strong>at</strong>asi dalam selang waktu<br />

tertentu. Perh<strong>at</strong>ikan sinyal gigi gergaji pada Gb.2.5. yang<br />

dimodelkan dengan fungsi ramp yang berulang pada setiap selang<br />

waktu tertentu.<br />

v<br />

kubik<br />

parabolik<br />

t<br />

Gb.2.14. Anak tangga, ramp, parabolik, kubik.<br />

Fungsi Signum. Su<strong>at</strong>u sinyal<br />

konstan (tegangan misalnya) yang<br />

pada t = 0 berubah polaritas,<br />

dimodelkan dengan fungsi signum,<br />

dituliskan sebagai<br />

v ( t)<br />

= sgn( t)<br />

(2.23)<br />

ramp<br />

anak tangga<br />

−u(−t)<br />

Bentuk gelombang fungsi signum<br />

terlih<strong>at</strong> pada Gb.2.15. di samping Gb.2.15. Signum.<br />

ini. Fungsi signum ini merupakan<br />

jumlah dari fungsi anak tangga yang telah kita kenal, ditambah<br />

dengan fungsi anak tangga yang diperluas untuk t < 0.<br />

sgn( t)<br />

= u(<br />

t)<br />

− u(<br />

−t)<br />

(2.24)<br />

1<br />

0<br />

v(t)<br />

−1<br />

u(t)<br />

t<br />

32 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


Fungsi Eksponensial Dua Sisi. Perluasan fungsi anak tangga untuk<br />

mencakup kejadian sebelum t = 0 dap<strong>at</strong> pula dilakukan pada fungsi<br />

eksponensial. Dengan demikian kita dap<strong>at</strong>kan fungsi eksponensial<br />

dua sisi yang kita tuliskan sebagai<br />

−αt<br />

−α(<br />

−t)<br />

v(<br />

t)<br />

= e u(<br />

t)<br />

+ e u(<br />

−t)<br />

(2.25)<br />

dengan bentuk kurva seperti pada Gb.2.16.<br />

e −α(−t) u(−t)<br />

v(t)<br />

1<br />

e −αt u(t)<br />

0<br />

t<br />

Gb.2.16. Eksponensial dua sisi.<br />

33


SOAL-SOAL<br />

Dalam soal-soal model sinyal berikut ini, s<strong>at</strong>uan waktu t adalah<br />

s = detik ; ms = milidetik ; µs = mikrodetik<br />

1. Gambarkan dan tentukan persamaan bentuk gelombang sinyal<br />

anak tangga berikut ini :<br />

a) v 1 : amplitudo 5 V, muncul pada t = 0.<br />

b) v 2 : amplitudo 10 V, muncul pada t = 1s.<br />

c) v 3 : amplitudo −5 V, muncul pada t = 2s.<br />

2. Dari sinyal-sinyal di soal 1, gambarkanlah bentuk gelombang<br />

sinyal berikut ini.<br />

a). v 4 = v1<br />

+ v2;<br />

b). v5<br />

= v1<br />

+ v3<br />

c). v6<br />

= v1<br />

+ v2<br />

+ v3<br />

3. Gambarkanlah bentuk gelombang sinyal yang diperoleh dengan<br />

cara mengintegrasi bentuk gelombang sinyal pada soal 1.<br />

4. Gambarkanlah bentuk gelombang sinyal yang diperoleh dengan<br />

cara mengintegrasi bentuk gelombang sinyal pada soal 3.<br />

5. Gambarkan dan tentukan persamaan bentuk gelombang pulsa<br />

tegangan berikut ini :<br />

a). Amplitudo 5 V, lebar pulsa 1 s, muncul pada t = 0.<br />

b). Amplitudo 10 V, lebar pulsa 2 s, muncul pada t = 1s.<br />

c). Amplitudo −5 V, lebar pulsa 3 s, muncul pada t = 2 s.<br />

6. Gambarkan dan tentukan persamaan bentuk gelombang sinyal<br />

eksponensial yang muncul pada t = 0 dan konstanta waktu τ ,<br />

berikut ini :<br />

a). v a = amplitudo 5 V, τ = 20 ms.<br />

b). v b = amplitudo 10 V, τ = 20 ms.<br />

c). v c = amplitudo −5 V, τ = 40 ms.<br />

7. Dari bentuk gelombang sinyal pada soal 6, gambarkanlah bentuk<br />

gelombang sinyal berikut.<br />

a). v d = va<br />

+ vb;<br />

b). ve<br />

= va<br />

+ vc;<br />

c). v f = va<br />

+ vb<br />

+ vc<br />

8. Tentukan persamaan bentuk gelombang sinyal sinus berikut ini :<br />

a). Amplitudo 10 V, puncak pertama terjadi pada t = 0,<br />

frekuensi 10 Hz.<br />

b). Amplitudo 10 V, puncak pertama terjadi pada t = 10 ms,<br />

frekuensi 10 Hz.<br />

34 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)


c). Amplitudo 10 V, pergeseran sudut fasa 0 o , frekuensi 10<br />

rad/detik.<br />

d). Amplitudo 10 V, pergeseran sudut fasa +30 o , frekuensi 10<br />

rad/detik.<br />

9. Gambarkanlah bentuk gelombang komposit berikut.<br />

−100t<br />

a). v1<br />

= 10{ 1 − e } u(<br />

t)<br />

V;<br />

−100t<br />

b). v2<br />

= { 10 − 5e<br />

} u(<br />

t)<br />

V<br />

c). v3<br />

= { + 5sin(10π<br />

t)<br />

} u(<br />

t)<br />

V;<br />

−t<br />

d). v4<br />

= 10{ 1 + e sin(10π<br />

t)<br />

} u(<br />

t)<br />

V<br />

10. Tentukan persamaan siklus pertama dari bentuk-bentuk<br />

gelombang periodik yang digambarkan berikut ini.<br />

perioda<br />

v 5<br />

[V]<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t (detik)<br />

a).<br />

−5<br />

perioda<br />

v 5<br />

[V]<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t (detik)<br />

b). −3<br />

c).<br />

perioda<br />

v 5<br />

[V]<br />

0 t (detik)<br />

1 2 3 4 5 t<br />

−3<br />

e<br />

35


perioda<br />

v 5<br />

[V]<br />

0<br />

1 2 3 4 5 6<br />

t (detik)<br />

d).<br />

−5<br />

perioda<br />

5<br />

v<br />

[V]<br />

0 t (detik)<br />

1 2 3 4 5<br />

e).<br />

−5<br />

36 Sudary<strong>at</strong>no Sudirham, <strong>Analisis</strong> <strong>Rangkaian</strong> <strong>Listrik</strong> (1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!