STOP Anarkis Pelajar! - Kemenag Jatim
STOP Anarkis Pelajar! - Kemenag Jatim
STOP Anarkis Pelajar! - Kemenag Jatim
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>STOP</strong><br />
<strong>Anarkis</strong> <strong>Pelajar</strong>!<br />
Oleh LULUK MUHAYATI, S.Pd, M.Pd *)<br />
36 MPA 314 / November 2012<br />
Miris sekali menyaksikan ulah<br />
pelajar sekarang ini. Hanya karena<br />
adu mulut, berlanjut hingga samurai<br />
yang bicara.<br />
Maraknya tingkah laku agresif<br />
akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok<br />
remaja kota merupakan sebuah<br />
kajian yang menarik untuk di bahas.<br />
Perkelahian pelajar yang ada pada<br />
umumnya sangat merugikan dan<br />
perlu upaya untuk mencari jalan keluar<br />
dari masalah ini atau setidaknya<br />
mengurangi. Perkembangan teknologi<br />
yang terpusat pada kota-kota besar<br />
mempunyai korelasi yang erat<br />
dengan meningkatnya perilaku agresif<br />
yang dilakukan oleh pelajar kota,<br />
sehingga melahirkan anarkis bagi<br />
pelajar.<br />
Berdasarkan catatan Humas<br />
Polda Metro Jaya, tawuran antar<br />
pelajar yang terjadi sejak Juni hingga<br />
September 2012 ini sudah mencapai<br />
7 kasus dan 5 pelajar tewas meregang<br />
nyawa akibat aksi kekerasan di kalangan<br />
pelajar itu. Yang paling heboh<br />
yaitu, pelajar SMAN 6 dan SMAN<br />
70 terlibat aksi tawuran di Bulungan,<br />
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada<br />
Senin (24/9) siang lalu yang mengakibatkan<br />
siswa SMAN 6 bernama<br />
Alawi Yusianto Putra tewas, serta<br />
temannya yang bernama Ramdan<br />
Dimas dan Diaz Pahlevi mengalami<br />
luka-luka. Pelaku berinisial FT alias<br />
Doyok, siswa SMAN 70 ditangkap<br />
di Jogjakarta, Rabu (26/9) malam.<br />
(detikNews)<br />
Menurut Setyo Novanto, Ketua
Fraksi Partai Golkar DPR RI, “Sekolah<br />
bukan hanya wahana memperoleh<br />
pengetahuan, tetapi juga sarana mendidik<br />
siswa menjadi pribadi yang lebih<br />
baik dan bertanggungjawab terhadap<br />
lingkungannya dan kasus perkelahian<br />
ini perlu mendapatkan penanganan<br />
yang lebih serius dari semua<br />
pihak yang terkait”. ( Dalam<br />
Siaran Pers, 27/9/2012).<br />
Oleh karena itu, beliau mengajak<br />
kepada seluruh pihak terkait, dalam<br />
hal ini Kementerian Pendidikan dan<br />
Kebudayaan, Guru, Orang Tua Siswa<br />
dan seluruh siswa bersama-sama<br />
mengatasi persoalan ini. Tekankan<br />
kembali pendidikan Budi Pekerti<br />
sebagai pelajar yang harus ditanamkan<br />
kepada siswa sejak dini. Jadikan<br />
sekolah dan kampus secara sungguh-sungguh<br />
sebagai tempat penyampaian<br />
sekaligus pembudayaan<br />
nilai-nilai moral sehingga menghasilkan<br />
pelajar dan mahasiswa yang Berkarakter<br />
dan Berbudi Luhur.<br />
(detikNews)<br />
Menteri Sosial Salim Segaf Al<br />
Jufri, mengatakan “Secara pribadi terus<br />
terang saya malu, kita ini bangsa<br />
yang besar dan memiliki tokoh-tokoh<br />
yang punya semangat juang tinggi<br />
melawan penjajah. Tapi pelajar-pelajar<br />
kita, yang baru tumbuh kembang<br />
malah membantai kawan sendiri, apa<br />
yang di banggakan “. Mensos juga<br />
mengatakan,tawuran pelajar antara<br />
dua sekolah menengah atas yang<br />
berada di ibukota itu sudah sering<br />
terjadi, dimana semua bisa melihat<br />
baik itu pejabat, para ahli dan semua<br />
pihak yang seharusnya malu melihat<br />
tawuran terus terjadi. (Republika<br />
Online)<br />
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan<br />
(Mendikbud) M Nuh, menyatakan<br />
bahwa “Fenomena tawuran<br />
menjadi permasalahan sosial yang<br />
berat karena terus berulang setiap<br />
tahunnya. Ini bukan sekedar masalah<br />
pendidikan saja yang kemudian dibebankan<br />
pada pihak sekolah semata,<br />
saya yakin kepala sekolah dan<br />
guru juga berat untuk mendidik anakanak<br />
yang memiliki beban sosial<br />
seperti itu”, tambahnya. (Kompas.com)<br />
Dari hal tersebut di atas, dapat<br />
ditarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor<br />
penyebab terjadinya tawuran antar<br />
Menteri Sosial Salim<br />
Segaf Al Jufri,<br />
mengatakan “Secara<br />
pribadi terus terang<br />
saya malu, kita ini<br />
bangsa yang besar<br />
dan memiliki tokohtokoh<br />
yang punya<br />
semangat juang<br />
tinggi melawan<br />
penjajah. Tapi<br />
pelajar-pelajar kita,<br />
yang baru tumbuh<br />
kembang malah<br />
membantai kawan<br />
sendiri, apa yang di<br />
banggakan “.<br />
pelajar, yaitu faktor internal dan<br />
eksternal. Faktor Internal adalah faktor<br />
yang berlangsung melalui proses<br />
internalisasi diri yang keliru oleh remaja<br />
dalam menanggapi perubahan<br />
di lingkungan sekitarnya.<br />
Faktor eksternal antara lain karena<br />
faktor keluarga yang merupakan<br />
pondasi awal pembentukan perilaku<br />
anak. Keluarga yang berantakan atau<br />
tidak harmonis dan kurang perhatian<br />
terhadap anak, akan berakibat buruk<br />
pada perkem-bangan anak. Lingkungan<br />
sekolah juga mempengaruhi<br />
perilaku anak. Sekolah adalah lingkungan<br />
dimana seorang anak mendapat<br />
pendidikan, pengajaran dan<br />
ilmu pengetahuan yang bisa berguna<br />
untuk meraih kesuksesan. Dengan<br />
demikian, apabila sekolah/ madrasah<br />
tidak menguntungkanakan berakibat<br />
buruk pada perkembangan anak selanjutnya,<br />
misalnya kurikulum pendidikan<br />
tidak terselenggara dengan<br />
baik, kurang adanya ruang untuk<br />
kegiatan olah raga sebagai penyaluran<br />
agresitas pelajar. Masyarakat juga<br />
berperan dalam membentuk perilaku<br />
anak. Lingkungan sekitar yang tidak<br />
baik akan sangat berpengaruh bagi<br />
perkembangan anak khususnya remaja.<br />
Adapun solusi yang tepat dalam<br />
mengatasi tawuran pelajar, antara lain<br />
dengan Memperkuat Kehidupan Beragama<br />
yaitu dengan memperkuat nilai<br />
moral yang terkandung dalam agama<br />
dan menerapkannya dalam kehidupan<br />
sehari-hari. Peran orangtua juga<br />
sangat penting. Orangtua harus mampu<br />
menciptakan suasana demokratis<br />
dalam keluarga, sehingga anak memiliki<br />
kemampuan sosial yang baik.<br />
Di sekolah, disiplin harus ditegakkan,<br />
yaitu dengan memberian<br />
sanksi bagi siswa yang melanggar<br />
disiplin yang diterapkan oleh sekolah/madrasah.<br />
Guru semestinya juga<br />
berperan sebagai Pendidik, bukan<br />
hanya Pengajar. Hal tersebut juga<br />
harus didukung oleh peningkatan peningkatan<br />
kinerja sekolah. Dalam hal<br />
ini, sekolah harus mampu dan terampil<br />
serta inovatif dalam melaksanakan<br />
pembelajaran.Karena itu, kegiatan<br />
bersama antar sekolah perlu dilaksanakan,<br />
yaitu dengan menggelar kegiatan<br />
ekstrakurikuler, outbond, bimbingan<br />
belajar dan kompetisi yang<br />
dilaksanakan antar sekolah.<br />
Dan yang tak kalah penting,<br />
adalah peran serta masyarakat. Masyarakat<br />
harus ikut mengurangi beban<br />
sosial. Masyarakat sangat berperan<br />
dalam mengatasi masalahmasalah<br />
sosial.<br />
Orangtua selalu punya harapan<br />
besar ketika menyekolahkan anaknya<br />
agar menjadi anak yang sholeh, berbakti<br />
pada orang tua, berguna bagi<br />
masyarakat dan negara. Anak-anak<br />
Indonesia harus di selamatkan dari<br />
aksi kekerasan dan anarkis. Karenanya,<br />
kita tak akan pernah ingin membiarkan<br />
anak-anak kita berlaku anarkis<br />
dengan korban yang terus berjatuhan.<br />
Dengan demikian kita sebagai<br />
guru sangat berperan dalam menanggulangi<br />
anarkis pelajar. Maka itu, perlu<br />
ada perubahan-perubahan mendasar<br />
dalam sistem pendidikan kita.<br />
Mungkin hanya dengan kondisi<br />
seperti itulah, pendidikan kita akan<br />
mampu melahirkan individu yang<br />
Cerdas, Kreatif, Inovatif, Agamis,<br />
Menghargai Pluralitas/perbedaan,<br />
serta menjadi masyarakat Indonesia<br />
berkarakter. •<br />
*)Guru BK MTsN Surabaya II<br />
MPA 314 / November 2012<br />
37