24.12.2014 Views

beberapa catatan tentang bintang mengular (ophiuroidea ... - Lipi

beberapa catatan tentang bintang mengular (ophiuroidea ... - Lipi

beberapa catatan tentang bintang mengular (ophiuroidea ... - Lipi

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Oseana, Volume XVI, Nomor 1 ; 13 - 22 ISSN 0216-1877<br />

BEBERAPA CATATAN TENTANG BINTANG MENGULAR (OPHIUROIDEA)<br />

SEBAGAI BIOTA BENTIK<br />

oleh<br />

AZNAM AZIZ *)<br />

ABSTRACT<br />

SOME NOTES ON OPHIURIDS AS BENTHIC FAUNA. Ophiurids or brittle<br />

stars are also called serpent stars because of their long slender arms with snake-like<br />

movements, and the fact that the arms break very easily if the animals are handled or<br />

disturbed. The majority of species have five arms, but a small species of family Ophiactidae,<br />

has six or seven arms. Many ophiurids live in tremendous numbers on the open sea<br />

floor at considerable depths, but others can be found in low-level tide pools, under<br />

boulders, and particularly among the holdfasts of kelp at low tide. They hunt for food for<br />

the most part at night, and feed mainly on organic debris or on small dead animals or<br />

frafments of larger ones. Systematic, habitat, distribution, reproduction, and some effects<br />

of water temperature and salinity is discussed in this article.<br />

PENDAHULUAN<br />

Bintang <strong>mengular</strong> atau Ophiuroidea<br />

merupakan kelompok biota laut yang termasuk<br />

kedalam filum ekhinodermata. Hewan<br />

ini merupakan salah satu biota bentik<br />

(hidup di dasar) dan mempunyai kebiasaan<br />

bersembunyi (dwelling habit). Bintang <strong>mengular</strong><br />

mempunyai kemiripan dengan <strong>bintang</strong><br />

laut, karena mempunyai bentuk tubuh<br />

yang bersimetri pentaradial. Tubuh berbentuk<br />

cakram, yang dilindungi oleh cangkang<br />

kapur berbentuk keping (ossicle) dan dilapisi<br />

dengan granula dan duri-duri. Di dalam<br />

tubuh (disk) terdapat berbagai organ seperti<br />

gonad, saluran pencernaan dan sistem pembuluh<br />

air. Dari tubuh yang berbentuk ca-<br />

kram ini secara radial tumbuh 5 atau lebih<br />

tangan-tangan yang memanjang berbentuk<br />

silindris dan sangat fleksibel. Gerakan tangantangan<br />

ini kadang-kadang mirip gerakan ular,<br />

oleh sebab itu biota ini dikenal dengan nama<br />

umum <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> (brittle star)<br />

(Gambar 1).<br />

Biota ini tidak mempunyai nilai ekonomi,<br />

tetapi kehadirannya pada suatu perairan<br />

mempunyai peranan yang cukup penting<br />

sebagai salah satu anggota biota bentik.<br />

Pada perairan ugahari <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> ini<br />

merupakan makanan ikan demersal yang<br />

cukup penting. Dalam tulisan kali ini akan<br />

diuraikan berbagai aspek biologi dan ekologi<br />

dari <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> ini.<br />

1) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi - LIPI,<br />

Jakarta.<br />

13<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Gambar 1. Salah satu jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> Ophiopinna elegans (HELLER), FELL<br />

(1966).<br />

SISTEMATIKA<br />

Kelompok <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> termasuk<br />

kedalam filum ekhinodermata, kelas Stelleroidea,<br />

anak kelas Ophiuroidea. Ophiuroidea,<br />

terdiri atas 3 bangsa (ordo), 16 suku<br />

(family), dan 276 marga (genus). Pada saat<br />

ini diperkirakan terdapat sekitar 1600 jenis<br />

(species) <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong>. Bintang <strong>mengular</strong><br />

ini ditemui pada semua laut dan lautan<br />

dengan batas kedalaman antara 0 meter<br />

sampai 6720 meter (MARSHALL 1979) Pada<br />

umumnya biota ini hidup mengelompok<br />

(agregasi) pada dasar laut, terutama pada<br />

dasar perairan yang terdiri dari lumpur atau<br />

campuran lumpur dan pasir.<br />

14<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Untuk perairan Indonesia dan Filipina<br />

biota ini diwakili oleh 451 jenis yang<br />

termasuk kedalam 135 marga, dengan batasan<br />

batimetrik antara 0 meter sampai<br />

dengan 4000 meter (GUILLE 1979).<br />

HABITAT DAN SEBARAN<br />

Bintang <strong>mengular</strong> dapat menempati<br />

ekosistem terumbu karang, atau hidup bebas<br />

di dasar perairan lepas pantai. Di daerah ekosistem<br />

terumbu karang biota ini menempati<br />

berbagai habitat seperti karang hidup, karang<br />

mati, pecahan karang, dan daerah lamun.<br />

Biota ini mempunyai sifat fototaksis negatif<br />

dan cenderung hidup bersembunyi di daerah<br />

penyebarannya. Suku yang dominan di daerah<br />

terumbu karang adalah Ophiocomidae,<br />

Ophiothricidae, Ophiolepididae, Ophiodermatidae,<br />

Ophionereidae, Ophiomyxidae. Sedangkan<br />

di daerah lereng terumbu bagian<br />

luar (outer reef slope), ditempati oleh suku<br />

Gorgonocephalidae dan Euryalidae. Berbagai<br />

aspek penelitian yang berkaitan dengan<br />

sebaran lokal biota ini di daerah terumbu<br />

karang telah banyak dilakukan oleh para<br />

pakar seperti MAGNUS (1967), KISSLING<br />

& TAYLOR (1977), SLOAN (1979, 1982),<br />

BRAY (1981), GUILLE & RIBES (1981),<br />

CHARTOCK (1983), LEWIS & BRAY<br />

(1983), SHIDES & WOODLEY (1985),<br />

dan ARONSON (1988).<br />

Pada perairan lepas pantai kelompok<br />

<strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> hidup mengelompok pada<br />

dasar perairan, biota ini dapat menempati<br />

dasar berlumpur, berpasir, atau campuran<br />

lumpur dan pasir. Suku yang menonjol<br />

pada perairan lepas pantai ini adalah Amphiuridae,<br />

Ophiuridae, Ophiochitonidae, Op<br />

hiothricidae, Gorgonocephalidae, dan Eur-<br />

yalidae. Menurut WILSON et al. (1977),<br />

ada kecenderungan suku tertentu berdominasi<br />

pada macam dasar tertentu, seperti suku<br />

Ophiothricidae menyukai dasar keras dengan<br />

campuran pasir dan gravel, suku Amphiuridae,<br />

Ophiuridae dan Ophiocomidae lebih<br />

menyukai dasar lunak yang berupa campuran<br />

lumpur dan pasir halus. MARTIN (1968),<br />

melaporkan bahwa <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> jenis<br />

Axiognathus squamata merupakan jenis yang<br />

sebarannya sangat luas (kosmopolitan) dan<br />

hidup pada berbagai macam substrat.<br />

Keberadaan <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> ini di<br />

daerah sebarannya dapat mencapai tingkat<br />

kepadatan yang cukup tinggi. Jenis Ophiothrix<br />

fragilis yang hidup di perairan lepas<br />

pantai Inggris dapat mencapai kepadatan<br />

sekitar 1330 individu per meter persegi. Selanjutnya<br />

laporan mengenai kepadatan <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> di berbagai tempat dapat dilihat<br />

pada Tabel 1.<br />

Jenis lain seperti Asteronyx loveni<br />

adalah penghuni laut dalam yang sangat menarik.<br />

Biota ini hidup pada kedalaman antara<br />

100 meter sampai 1800 meter di perairan<br />

Jepang Utara, dan merupakan jenis<br />

pemakan plankton dan partikel melayang<br />

(seston). Menurut penelitian FUJITA &<br />

OHTA (1988), kehadiran biota ini secara<br />

tidak langsung dapat menunjukkan tempat<br />

yang berarus kuat. Jadi kehadirannya dapat<br />

dipakai sebagai indikator arus, untuk daerah<br />

Sauriku Jepang, identik dengan kecepatan<br />

arus 20 cm sampai 35 cm per detik. Penelitian<br />

mengenai kehidupan <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

di daerah lepas pantai juga telah banyak<br />

dilaporkan antara lain oleh MASSE (1963),<br />

ROBERT (1975), SINGLETARY & MOO-<br />

RE (1974), GUILLE (1979), WARNER<br />

(1971), dan MARTIN (1968).<br />

15<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

Tabel 1. Kepadatan relatif <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> di berbagai tempat.<br />

Keterangan :<br />

1. SINGLETARY & MOORE 1974<br />

2. HENDLER & MEYER 1982<br />

3. CHARTOCK1982<br />

4. BRAY 1981<br />

5. MAGNUS 1967<br />

6. WARNER 1971<br />

CARA MAKAN DAN MACAM MAKANAN<br />

Menurut WARNER (1982), pada dasarnya<br />

<strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> dikelompokkan kepada<br />

pemakan biota lainnya (karnivora) dan<br />

pemakan partikel-partikel kecil (mikrofagus).<br />

Kelompok pertama (karnivora), biasanya<br />

mempunyai tangan4angan berduri pendek,<br />

kaki tabung yang bertugas memindahkan<br />

mangsa yang tertangkap ke arah mulut.<br />

Contoh kelompok pertama ini adalah suku<br />

Ophiomyxidae, Ophiodermatidae, dan<br />

Ophiuridae. Kelompok kedua (mikrofagus)<br />

merupakan kelompok yang paling umum.<br />

Cara pengambilan makanannya bisa dengan<br />

mengambil langsung partikel-partikel kecil<br />

dari substrat (surface deposit feeder), atau<br />

mengambil partikel-partikel dari massa air<br />

disekitarnya (filter feeder). Pada kelompok<br />

kedua ini tangan-tangan relatif lebih panjang<br />

dan dilengkapi pula dengan duri-duri yang<br />

lebih panjang. Untuk menangkap partikelpartikel<br />

kecil selain kaki tabung, juga dibantu<br />

oleh mukus yang terdapat di sepanjang<br />

alur makanan di sisi ventral dari tangan-<br />

16<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

tangannya. Contoh <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> dari<br />

kelompok mikrofagus ini adalah suku Ophiocomidae,<br />

Ophiactidae, Amphiuridae, dan<br />

Ophiothricidae. Tetapi pada kenyataannya<br />

tidaklah terlihat batasan yang tajam untuk<br />

kedua kelompok ini. Di alam seringkali<br />

ditemukan kelompok yang merupakan kombinasi<br />

dari kedua cara makan tersebut.<br />

MAGNUS (1967), telah melaporkan secara<br />

rinci mengenai cara makan dan macam makanan<br />

dari <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> jenis Ophiocoma<br />

scolopendrina. Biota ini memakan<br />

detritus yang diperoleh dari massa air disekitarnya.<br />

Selanjutnya cara makan dan<br />

macam makanan dari berbagai jenis <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> dapat dilihat pada Tabel 2.<br />

Tabel 2. Cara makan dan macam makanan berbagai jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong>.<br />

Keterangan : Macam makanan kelompok karnifora, antara lain foraminifera,<br />

polikhet, dan krustasea kecil.<br />

Macam makanan kelompok mikrofagus, antara lain plankton dan<br />

partikel detritus.<br />

1. SINGLETARY1980<br />

2. MARTIN 1968<br />

3. WARNER 1982<br />

4. CHARTOCK1983<br />

5. WARNER&WOODLY 1975<br />

6. MASSE 1963<br />

17<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

DAUR HIDUP<br />

Bintang <strong>mengular</strong> mempunyai kelamin<br />

terpisah. Hewan jantan dan hewan betina<br />

masing-masing melepaskan telur dan sperma<br />

ke massa air di sekitarnya pada musim<br />

memijah. Fertilisasi terjadi di air laut. Telur<br />

yang telah dibUahi akan tumbuh jadi zygote,<br />

kemudian tumbuh menjadi larva yang disebut<br />

ophiopluteus. Larva ophiopluteus ini<br />

hidup bebas sebagai plankton, dan kelak<br />

akan mengalami metamorfose dan akan menjelma<br />

menjadi "juvenile" (biota muda)<br />

yang bersifat bentonik. Lamanya masa larva,<br />

tergantung kepada jenis. letak geografis,<br />

dan kondisi lingkungan.<br />

HENDLER (1975, 1977), melaporkan<br />

bahwa dua faktor abiotik seperti salinitas<br />

dan suhu mempunyai pengaruh langsung<br />

terhadap lamanya masa larva dan fase embryonik.<br />

Secara umum kondisi di bawah<br />

atau di atas persyaratan optimal dari salinitas<br />

dan suhu dapat menghambat atau memperpanjang<br />

fase embryonik dan masa larva.<br />

Selanjutnya HENDLER (1975), telah mengikhtisarkan<br />

berbagai hasil penelitian pakar<br />

Ophiuroidea yaitu fase blastula untuk berbagai<br />

jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong>, berkisar antara<br />

6 jam sampai 36 jam, fase gastrula berkisar<br />

antara 1 hari sampai 2 hari, fase larva<br />

berkisar antara 5 hari sampai 42 hari, dan<br />

fase metamorfose berkisar antara 8 hari<br />

sampai 40 hari.<br />

Secara umum pola perkembangan biakkan<br />

seksual dari <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> dapat<br />

dibedakan atas 3 tipe, yaitu planktotroflk,<br />

lecithotroflk, dan "abbreviated development"<br />

(HENDLER 1975). Planktotroflk<br />

adalah tipe yang dikenal paling umum, ditandai<br />

oleh adanya fase larva yang hidup<br />

aktif sebagai plankton (ophiopluteus larva).<br />

Lecithotroflk adalah tipe pertumbuhan env<br />

briyonik di mana fase larva yang hidup bebas<br />

absen. Dalam hal ini semua fase yang<br />

dilewati berlangsung di dalam dinding telur<br />

dan memakan waktu cukup lama (sampai<br />

berbulan-bulan). Fase metamorfose juga terjadi<br />

di dalam telur tersebut, sehingga sewaktu<br />

menetas telah terwujud individu dewasa<br />

(juvenile). Menurut HENDLER (1977), tipe<br />

ini diduga sebagai salah satu adaptasi untuk<br />

menghindari kondisi lingkungan yang buruk.<br />

Sedangkan tipe ketiga yang disebut "abbreviated<br />

development", mirip dengan tipe<br />

lecithotroflk tetapi fase embryonik dalam<br />

telur berlangsung relatif sangat cepat. Tipe<br />

ketiga ini diduga kebanyakkan dimiliki<br />

oleh <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> yang hidup di tempat<br />

dalam dan hidup pada perairan dingin (dekat<br />

kutub). Sebagai contohnya <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> jenis Amphioplus abditus hanya<br />

melalui fase embryonik dalam telur selama<br />

4 hari, segera setelah menetas berwujud<br />

biota dewasa yang mampu mencari makan<br />

dan menyelusup ke dalam lumpur (HEND-<br />

LER 1977). Lebih lanjut HENDLER (1975,<br />

1977, dan 1979), melaporkan bahwa <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> dengan tipe pertumbuhan embryonik<br />

planktotroflk mempunyai telur berukuran<br />

kecil (kurang dari 0,1 mm), sedangkan<br />

<strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> dari tipe lecithotroflk<br />

mempunyai telur berukuran relatif lebih<br />

besar, yaitu antara 0,2 mm sampai 0,35 mm.<br />

Pada umumnya <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> memijah<br />

pada musim panas di daerah ugahari dan<br />

sepanjang tahun untuk daerah tropis, tetapi<br />

<strong>beberapa</strong> pengamatan di daerah Panama<br />

menunjukkan bahwa pengaruh musim ini<br />

tidak begitu jelas (HENDLER 1979).<br />

SINGLETARY (1980), yang meneUti berbagai<br />

jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> yang hidup di<br />

Florida juga mendapatkan bahwa musim<br />

memijah tidak menunjukkan hubungan yang<br />

jelas dengan musim. Selanjutnya HENDLER<br />

18<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

& MEYER (1982), melaporkan bahwa<br />

<strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> jenis Ophiarthrum pictum<br />

yang hidup di perairan Palau memijah di<br />

malamhari.<br />

Selain reproduksi seksual, <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> juga mengenal reproduksi aseksual,<br />

yaitu individu yang terpotong dua pada<br />

bagian cakramnya akan tumbuh menjadi<br />

2 individu baru. Selanjutnya juga dilaporkan<br />

bahwa perkembangbiakkan aseksual ini<br />

sering terjadi pada perairan yang persediaan<br />

makanannya sangat kurang (EM SON &<br />

WILKIE 1984).<br />

TOLERANSI TERHADAP SUHU DAN<br />

SALINITAS<br />

Bintang <strong>mengular</strong> yang hidup di daerah<br />

tropis pada umumnya hidup pada perairan<br />

dengan suhu yang berkisar antara 27°C<br />

sampai 30°, namun daya tahan terhadap<br />

suhu ini bergantung kepada kedudukan geografis<br />

dan faktor kedalaman. Misalnya jenis<br />

Ophiacantha vivipara yang hidup di daerah<br />

Antartik mempunyai batasan toleransi .antara<br />

-2°C sampai 8°C (FELL 1966).<br />

Selanjutnya SINGLETARY (1975), melaporkan<br />

bahwa berbagai jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

dari suku Amphiuridae, Ophiothricidae,<br />

Ophicomidae dan Ophinereidae mempunyai<br />

ambang batas suhu maksimal yang mematikan<br />

(lethal temperature) antara 37,5°C<br />

sampai 4O,5°C. Sedangkan ambang batas<br />

minimal berada sekitar 10°C. Penurunan suhu<br />

di bawah 10°C menyebabkan biota<br />

tersebut akan mengalami kematian dalam<br />

waktu 7 jam sampai 16 jam. HENDLER<br />

(1977), melaporkan bahwa <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

jenis Amphioplus abditus akan mengalami<br />

perlambatan pertumbuhan fase ernbriyo-nik<br />

selama 72 jam apabila suhu diturunkan dari<br />

21°C sampai dengan 16°C.<br />

Jenis Amphioplus abditus mempunyai<br />

daya toleransi terhadap salinitas antara<br />

20°/oo. sampai 40°/oo., diperkirakan salinitas<br />

optimal selama fase embryonik berkisar<br />

antara 25°/oo. sampai 30°/oo., pada salinitas<br />

25°/oo. sampai 40°/oo. pertumbuhan<br />

tidak terganggu, tapi pada penurunan salinitas<br />

sampai dengan 20°/oo. embriyo tersebut<br />

membengkak dan pada penurunan<br />

dibawah 15°/oo. akan menyebabkan kematian.<br />

Sedangkan untuk hewan dewasa<br />

penurunan salinitas dibawah 5°/oo. atau<br />

penaikan salinitas diatas 50°/oo. akan<br />

menyebabkan kematian kurang dari 36 jam.<br />

Pada umumnya <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

mempunyai batasan toleransi terhadap salinitas<br />

pada air laut normal (FELL 1966).<br />

Namun terdapat jenis-jenis tertentu dengan<br />

batas toleransi relatif rendah, seperti jenis<br />

Ophiophragmus filograneus yang hidup di<br />

perairan sekitar Florida dapat bertahan pada<br />

salinitas sekitar 7,7°/oo. dan <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

jenis Ophiura albida yang hidup di laut<br />

Baltik dapat hidup pada salinitas sekitar<br />

10°/oo.<br />

PERANAN DI LINGKUNGAN BENTIK<br />

Seperti telah disinggung pada pembicaraan<br />

terdahulu salah satu anggota <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> ini, yaitu jenis Asteronyx loveni<br />

bisa dipakai sebagai indikator arus (FUJITA<br />

& OHTA 1988). Peranan lain dari biota<br />

ini adalah merupakan sumber makanan bagi<br />

biota lainnya, seperti ikan demersal, kepiting<br />

dan <strong>bintang</strong> laut. Berbagai jenis kepiting<br />

yang hidup di daerah lepas pantai ataupun<br />

di terumbu karang menjadikan hewan ini sebagai<br />

mangsanya (VASSEROT 1965 ;FELL<br />

1966; WARNER 1971). Hewan pemangsa<br />

yang paling penting untuk kelompok <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> ini adalah kelompok ikan demersal,<br />

seperti ikaxx "haddock" marga Gadus,<br />

19<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

ikan sebelah, dan banyak ikan lainnya<br />

(FELL 1966; WARNER 1971; ARONSON<br />

1988; JONES 1974). Lebih lanjut JONES<br />

(1974), melaporkan bahwa dari penelitian<br />

ikan suku Gadidae dengan ukuran panjang<br />

TL 55 cm sampai 60 cm yang tertangkap<br />

disekitar Dimon Island, Atlantik, ternyata<br />

<strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> jenis Ophiopholis spp.<br />

merupakan 95% isi lambungnya. Sedangkan<br />

dari hasil analisis isi lambung ikan sebelah<br />

marga Hippoglosus yang hidup di perairan<br />

Norwegia, menunjukkan bahwa 50% dari isi<br />

lambung ikan tersebut terdiri dari <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> jenis Ophiura albida (LANDEL<br />

1976). Menurut WARNER (1971), dari<br />

analisis isi lambung ikan sebelah dari perairan<br />

Inggris ternyata <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

marga Ophiotrix fragilis merupakan 39%<br />

dari isi lambungnya.<br />

ARONSON (1988), yang meneliti macam<br />

makanan ikan jenis Halichoeres bivittatus<br />

(Labridae) dan ikan Sparisoma spp.<br />

(Scaridae). Ikan-ikan ini diuji kesukaannya<br />

dengan berbagai jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong>.<br />

Penelitian ini dilakukan di perairan Rod<br />

Bay, Karibia, ternyata bahwa jenis <strong>bintang</strong><br />

<strong>mengular</strong> yang paling disukai adalah Ophiocoma<br />

pumilla, kemudian berturut-turut pilihan<br />

jatuh kepada jenis Ophiocoma echinata,<br />

Ophiolepis impressa, Ophioderma<br />

appressum dan Ophiotrix oerstedi. Kedua<br />

jenis <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> yang disebut paling<br />

belakangan tidak atau kurang disukai oleh<br />

ikan, karena mempunyai tekstur kapur<br />

yang lebih kompak dan mempunyai duri-duri<br />

yang lebih panjang.<br />

SHIRLEY (1982), dalam menganalisa<br />

isi lambung ikan-ikan karang di Pulaupulau<br />

Padre, Amerika mendapatkan sekitar<br />

8 jenis ikan karang dari toal 31 jenis ikan<br />

yang ada memperlihatkan ekhinodermata<br />

(terutama kelompok <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong> mar-<br />

ga Ophiactis dan Ophiotrix) sebagai makanannya<br />

(merupakan 9% sampai 33% isi lambung).<br />

Amphiura filiformis merupakan makanan<br />

utama dari ikan sebelah jenis Limanda<br />

limanda yang hidup di Laut Utara<br />

(DUINEVELD & NOORT 1986).<br />

Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat<br />

dan bisa menambah pengetahuan<br />

kita mengenai kelompok <strong>bintang</strong> <strong>mengular</strong><br />

ini.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

ARONSON, R.B. 1988. Payability of<br />

five Caribbean Ophiuroids. Bull. mar.<br />

Sci. 43(1): 93-97.<br />

BRAY, R.D. 1981. Size variation of the<br />

ruble-dwelling Ophiuroid Ophicoma echinata<br />

of Barbados, West India. Proc.<br />

Fourth. Int. Coral Reef Symp., Manila, 2:<br />

619-621.<br />

CHARTOCK, M.A. 1983. Habitat and<br />

feeding observations on species of Ophiocoma<br />

(Ophiocomidae) at Eniwetak. Micronesica<br />

19 (1 - 2): 131 - 149.<br />

CLARK, A.M. 1976. Tropical epizoic<br />

echinoderms and their distribution. Micronesica,<br />

12(1): 111 -117.<br />

DUINEVELD, G.C.A. and GJ. NOORT<br />

1986. Observations of the population<br />

dynamics of Amphiura filiformis in the<br />

Southern North Sea and its exploitation<br />

by the dab, Limanda4imanda. Neth. J.<br />

Sea. Res., 20(1): 85-94.<br />

EMSON, R.H. and I.C. WILKIE 1984.<br />

An apparent instance of recruitment<br />

following sexual reproduction in the<br />

flssiparous brittlestar Ophiactis savignyi<br />

Muller & Troschel. /. Exp. Mar. Biol.<br />

Ecol. 11 : 23 - 28.<br />

FELL, H.B. 1966. The ecology of ophiuroids.<br />

In : Treatise on Invertebrate Pa-<br />

20<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

leontology (MOORE R.C. ed.) Part U,<br />

Echinodermata 3(1). Univ. Kansas Press,<br />

Kansas: U214 - U220.<br />

FUJITA, T. and S. OHTA 1988. Photographic<br />

observations of the life style of a deep—<br />

sea ophiuroid Astronyx loveni<br />

(Echinodermata). Deep-Sea Res. 35<br />

(12): 2029-2043.<br />

GUILLE, A. 1979. Les Ophiurides des<br />

marges continentales de la region Philippines<br />

— Indonesie distribution bathymetrique<br />

et etagement. Coll. Europ.<br />

Echino., Brussels: 97 - 105.<br />

GUILLE, A. et S. RIBES 1981. Echinodermes<br />

associes aux Scleroctinaires d'un<br />

recif frangeant de Pile de la Reunion<br />

(Ocean Indien). Bull. Mar. natn. Hist.<br />

Nat., 4 (3) A (1): 73-92.<br />

HENDLER, G. 1975. Adaptational significance<br />

of the patterns of Ophiuroid<br />

development. Amer. Zool., 15 : 691 —<br />

718.<br />

HENDLER, G. 1977. Development of<br />

Amphioplus abditus (VERRILL) (Echinodermata<br />

: Ophiuroidea) : 1. Larval<br />

biology. Biol. Bull., 152 : 51 - 63.<br />

HENDLER, G. 1979. Reproductive periodicity<br />

of Ophiuroids (Echinodermata :<br />

Ophiuroidea) on the Atlantic and Pacific<br />

coast of Panama. In : STANCYK, S.E.<br />

(ed.) Reproductive Ecology of marine<br />

invertebrates. South California Press: 145-<br />

156.<br />

HENDLER, G. and D.L. MEYER 1982.<br />

Ophiuroids FLAGRANTE DELICTO and<br />

notes on the spawning of other echinoderms<br />

in their natural habitat. Bull. Mar.<br />

Sci., 32(2): 600-607.<br />

JONES, R. 1974. The rate of elimination of<br />

food from the stomach of haddock<br />

Melanogrammus aeglefinus, cod, Gadus<br />

morhua and whiting Merlangius merlangus.<br />

J. Cons. Int. Explor. Mer. t 35 (3) : 225<br />

- 243.<br />

KISSLING, D.L. and G.T. TAYLOR 1977.<br />

Habitat factors for reefdwelling ophiuroids<br />

in the Florida Keys. Proc. Third Int.<br />

Coral Reff Symp. t Miami : 225 -231.<br />

LEWIS, J.B. and R.B. BRAY 1983. Community<br />

structure of Ophiurids (Echinodermata)<br />

from three different habitats<br />

on a Coral Reef in Barbados, West Indies.<br />

Mar. Biol. 73 : 171 - 176.<br />

MAGNUS, D.B.E. 1967. Ecological and<br />

Ethological studies and experiments on the<br />

Echinoderms of the Red Sea. Stud. Trop.<br />

Oceanogr. Miami 5 : 635 - 664.<br />

MARSHALL, N.B. 1979. Developments in<br />

Deep-Sea Biology. Blanford Press, London<br />

: 566 pp.<br />

MARTIN, R.B. 1968. Aspects of the Ecology<br />

and behaviour of Axignathus squa-mata<br />

(Echinodermata : Ophiuroidea). Tane,<br />

14:65-81.<br />

MASSE, H. 1963. Etude ecologique et ethologique<br />

du genre Ophiopsila. Rec. Tray.<br />

St. Mar. End. Bull. 28 (43) : 49 - 54.<br />

ROBERT, D.C. 1975. Investigations into a<br />

Modiolus modiolus (1.), (Mollusca : Bivalvia)<br />

community in Strangford Lough, N.<br />

Ireland. Rep. Underwater Ass., 1 (N.S.) :<br />

27 - 49.<br />

SIDES, E.M. and J.D. WOODLEY 1985.<br />

Niche separation in three species of<br />

Ophiocoma (Echinodermata : Ophiuroidea)<br />

in Jamaica, West Indies. Bull,<br />

mar. Sci. 36 (3): 701 -715.<br />

SHIRLEY, T.C. 1982. The importance of<br />

echinoderms in the diet of fishes of a<br />

sublittoral rock reef. In : CHAPMAN and<br />

J.W. TUNEL (eds.) South Texas Fauna.<br />

Caesar Kleberg Wild life Researches<br />

Institute : 49 — 55.<br />

SINGLETARY, R.L. 1971. Thermal tolerance<br />

of ten shallow-water Ophiurids in Biscayne<br />

Bay, Florida. Bull. Mar. Sci. 21 (4) :<br />

938-943.<br />

21<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991


www.oseanografi.lipi.go.id<br />

SINGLETARY, R.L. 1980. The Biology and<br />

Ecology of Amphioplus cornioto-des,<br />

Ophionepthys limicola, and Micro-pholis<br />

gracillima (Ophiuroidea : Amphiu-ridea).<br />

Carib. J. Set 16 (1 - 4) : 39 - 55.<br />

SINGLETARY, R.L. and H.B. MOORE<br />

1974. A redescription of the Amphioplus,<br />

corniotodes - Ophionepthys limicola<br />

community of Biscayne Bay, Florida.<br />

Bull Mar. Sci. 24 (3) : 690 - 699.<br />

SLOAN, N.A. 1979. Microhabitat and<br />

resource utilization in cryptic rocky<br />

intertidal echinoderms at Aldabra Atoll,<br />

Seychelles. Mar. Biol t 54 : 269 - 279.<br />

SLOAN, N.A. 1982. Size and structure of<br />

echinoderm populations associated with<br />

different coexisting coral species at<br />

Aldabra atoll, Seychelles. Mar. Biol.<br />

66:67-75.<br />

VASSEROT, J. 1965. Un predateur d'echinodermes<br />

s'attaquant particullierement aux<br />

Ophiures : la lagouste Panutirus vulgaris.<br />

Bull. Soc. Zool. France XC (2 - 3) : 365 -<br />

384.<br />

WARNER, G.F. 1971. On the Ecology of a<br />

dense bed of the brittlestar Ophio-thrix<br />

fragilis. J. Mar. Biol. Ass. UK. 51 : 267 -<br />

282.<br />

WARNER, G.F. 1982. Food and feeding<br />

mechanisms : Ophiuroidea. In : JANG-OUX,<br />

M. and J.M. LAWRENCE (Eds.) Echinoderm<br />

Nutrition. A.A. BALKEMA Pulb.,<br />

ROTTERDAM : 161 - 181.<br />

WARNER, G.F. and J.D. WOODLEY<br />

1975. Suspension feeding in the brittlestar<br />

Ophiothrix fragilis. J. Mar. Biol. Ass.<br />

UK. 5 5 : 199-210.<br />

22<br />

Oseana, Volume XVI No. 1, 1991

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!