POTENSIMIKROORGANISME SEBAGAI SUMBER BAHAN OBAT ...
POTENSIMIKROORGANISME SEBAGAI SUMBER BAHAN OBAT ...
POTENSIMIKROORGANISME SEBAGAI SUMBER BAHAN OBAT ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
Oseana, Volume XXIX, Nomor 1, Tahun 2004 : 1 - 7 ISSN 0216-1877<br />
<strong>POTENSIMIKROORGANISME</strong> <strong>SEBAGAI</strong> <strong>SUMBER</strong> <strong>BAHAN</strong><br />
<strong>OBAT</strong>-<strong>OBAT</strong>AN DARILAUT YANG DAP AT DIBUDIDAYAKAN<br />
Oleh<br />
Tutik Murniasih<br />
ABSTRACT<br />
THE POTENCY OF MICROORGANISMS AS CULTURABLE SOURCE OF DRUG<br />
FROM THE SEA. Since the annual number of papers on the new biomedical obtained<br />
from marine ancestry such as algae, coelenterates and sponges were declining,<br />
in contrast, searching a new metabolite from marine microorganisms were<br />
growing rapidly. Many researches demonstrated that microorganisms should be in<br />
some instances the true producers of a number of secondary marine metabolite.<br />
Some active substances such as okadaic acid, symplostatin 1, staurorosporea,<br />
dolastatin, theopalauamide, bryostatin and macrolide swinholide A isolated from<br />
sponges and other marine invertebrate were claimed produced by associated microorganisms.<br />
PENDAHULUAN<br />
Lebih dari setengah abad jasad renik<br />
yang berasal dari darat yaitu bakteri dan jamur<br />
merupakan sumber obat-obatan yang<br />
terpenting, sebagai contoh lebih dari 120 obat<br />
yang digunakan saat ini antara lain penicillins,<br />
cyclosporine A, adriamycine dan Iain-lain<br />
diperoleh dari mikroorganisme darat. Bahkan<br />
sebagian besar antibiotik berasal dari kelompok<br />
besar bakteri darat ordo Actinomycetales,<br />
namun sayangnya penemuan metabolit baru<br />
dari actinomycetes darat tersebut saat ini<br />
mengalami penurunan (KELECOM, 2002).<br />
Menganalogi hasil gemilang yang pernah<br />
dicapai oleh mikroorganisme darat, maka<br />
penelitian mulai tertuju pada mikroorganisme<br />
laut. Hal ini diawali dengan penemuan antibiotik<br />
cephalosporin C dan cephalosporin PI dari<br />
jamur Cephalosporium sp. yang diisolasi dari<br />
air laut sekitar pantai Sardinia (BURTON &<br />
ABRAHAM, 1951). Bahkan pada dua tahun<br />
terakhir ini penelitian tentang bahan bioaktif<br />
dari mikroorganisme laut meningkat dengan<br />
pesatnya. William Fenical dalam Simposium<br />
Produk Alam Laut IV melaporkan bahwa pada<br />
periode 1988-1997 dari 151 makalah tercatat 246<br />
senyawa baru yang telah ditemukan dalam<br />
mikroorganisme laut (FENICAL et al., 1989).<br />
Hal tersebut mendorong peneliti produk alam<br />
laut lebih antusias menangani mikroorganisme.<br />
Dua masalah serius yang menghambat<br />
pengembangan obat-obatan dari laut, yang<br />
pertama adalah sebagian besar senyawa aktif<br />
yang diisolasi dari biota laut mempunyai<br />
struktur yang komplek dan kuantitasnya sangat<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
sedikit, padahal untuk proses sintesis senyawa<br />
organik diperlukan jumlah yang cukup banyak.<br />
Sintesis ini sangat diperlukan karena pada<br />
umumnya senyawa yang diperoleh mempunyai<br />
toksisitas yang cukup tinggi sehingga untuk<br />
mengurangi toksisitas dan meningkatkan<br />
aktivitas dilakukan modifikasi struktur<br />
kimianya.<br />
Masalah yang kedua adalah terbatasnya<br />
sumber biota penghasil senyawa aktif dan<br />
berbagai kendala dalam budidayanya.<br />
Beberapa fakta membuktikan bahwa sebagian<br />
senyawa aktif yang diisolasi dari biota laut,<br />
diproduksi oleh mikroorganisme yang<br />
bersimbiosis dengannya. Hal ini merupakan<br />
angin segar untuk memecahkan kedua masalah<br />
tersebut. Mikroorganisme yang diisolasi baik<br />
dan invertebrata maupun biota laut lainnya<br />
dapat dikulturkan sesuai dengan jumlah yang<br />
kita inginkan. Agar produksi substansi aktif<br />
dapat dioptimalkan maka perlu memodifikasi<br />
lingkungan kuitivasi. Kondisi kultivasi<br />
mikrorganisme laut yang berbeda dengan<br />
mikroorganisme darat memungkinkan<br />
mikroorganisme laut memproduksi metabolit<br />
sekunder yang mempunyai struktur unik dan<br />
kompleks.<br />
Sebagai sumber bahan obat yang dapat<br />
diperbaharui mikroorganisme yang diisolasi<br />
dari lingkungan laut mempunyai prospek yang<br />
menjanjikan. Dalam tulisan ini dipaparkan<br />
tentang bagaimana peran mikroorganisme<br />
simbion dalam produksi metabolit sekunder,dan<br />
senyawa-senyawa aktif lain yang dikandung<br />
oleh mikroorganisme laut.<br />
MIKROORGANISME DARI BIOTA LAUT<br />
<strong>SEBAGAI</strong> <strong>SUMBER</strong> PRODUKSI<br />
METABOLIT SEKUNDER<br />
Sebagian besar he wan invertebrata laut<br />
merupakan sarang dari bakteri, cianobakteri<br />
dan jamur, yang tersimpan dalam jaringan ekstra<br />
maupun intraseluler (VACELET & DONADE Y,<br />
1977). Salahsatu biota tempat mikroorganisme<br />
bersimbiosis adalah spons. Spons mencari<br />
makanan dengan cara "filter feeder", yaitu<br />
dengan memompa sejumlah volume air kedalam<br />
tubuh melalui saluran vascular yang unik,<br />
sehingga air yang masuk ke tubuhnya menjadi<br />
steril. Sedangkan bakteri yang merupakan<br />
makanan spons terdapat dalam air yang<br />
dipompa masuk kedalam tubuh spons, tertahan<br />
dalam membran pinacoderm spons sebagai<br />
simbion. (VACELET, 1975). Populasi bakteri ini<br />
sebagaian besar bakteri ekstraselular yang<br />
berada dekat dengan matriks mesohyl dan<br />
secara fisik terhindar dari air laut karena dibatasi<br />
oleh membran pinacoderm spons. Seperti<br />
halnya dengan bakteri, jamur juga berasosiasi<br />
kedalam tubuh spons lewat air laut yang<br />
dipompa masuk kedalam tubuhnya. Spora jamur<br />
terakumulasi didalam jaringan tubuh spons dan<br />
hidup sebagai "dormant" kemudian spora ini<br />
akan tumbuh jika menemukan media yang<br />
cocok (PAUL & FENICAL, 2000).<br />
Interaksi simbiotik mutualisme terjadi<br />
antara spons dan mikroorganisme. Bagi spons,<br />
simbion mikroorganisme berfungsi dalam<br />
membantu proses perolehan nutrien (terutama<br />
dalam fiksasi karbon dan nitrogen), penstabil<br />
kerangka spons, proses ekskresi dan ikut andil<br />
daiam siklus produksi metabolit sekunder<br />
(HENTSCEL et al, 2002). Sedangkan bakteri<br />
mendapatkan lingkungan tumbuh yang sesuai<br />
dalam tubuh spon. Fungsi bakteri simbion<br />
dalam produksi metabolit sekunder spons<br />
berkaitan dengan bidang farmakologi dan<br />
bioteknologi, karena adanya laporan bahwa<br />
beberapa produk alam laut dari spons berasal<br />
dari mikroorganisme simbion.<br />
Bukti keterlibatan mikroorganisme<br />
dalam biosintesa produk alam laut dapat<br />
ditunjukkan pada biota spons. Mikroalga yang<br />
diketahui mempunyai keterlibatan dalam<br />
biosintesa metabolit sekunder dari spons<br />
adalah genus Halicondria yaitu H. okadai atau<br />
H. melanodocia. Kedua spesies spons tersebut<br />
mengandung enzym penghambat protein phosphatase<br />
asam okadaik (TACHIBANA et al,<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
1981).Ternyata akhir-akhir ini diketahui bahwa<br />
asam okadaik tersebut juga dihasilkan oleh<br />
dinoflagelata dari genus Prorocentrum<br />
(MURAKAMI et ah, 1982). Prorocentrum<br />
merupakan salah satu sumber makanan bagi<br />
spons genus ini. Berikut di bawah ini adalah<br />
struktur dari asam okadaik.<br />
mulanya diperoleh pada moluska Dolabella<br />
auricularia (LUESCH, 2001). Struktur<br />
symplostatin 1 dengan dolastatin hampir sama.<br />
Staurosporine merupakan senyawa kimia<br />
yang ditemukan pada beberapa jenis<br />
actinomycetes antara lain Saccharothrix<br />
Selain asam okadaik contoh lain dari<br />
metabolit yang dihasilkan oleh makanan spons<br />
adalah symplostatin 1, dulastatin 10 dan<br />
staurosporine. Symplostatin 1 merupakan hasil<br />
metabolit dari "blue green algae" Symploca<br />
hydnoides (HARRIGAN et a/., 1998).<br />
Symplostatin 1 saat ini masih berada pada uji<br />
klims tahap II. Dolastatin 10 adalah metabolit<br />
yang dihasilkan oleh cyanobakteri, yang pada<br />
aerocolonigenes dan Streptomyces<br />
staurosporeus. Belakangan ini senyawa<br />
tersebut berhasil diisolasi dari cacing<br />
Pseudoceros sp. yang merupakan makanan<br />
tunicate asal Micronesia yaitu Eudistoma<br />
toealensis(SCHUP, 1999). Dolastatin 10 dan<br />
staurosporine mempunyai keaktifan sebagai<br />
sitotoksis. Berikut ini adalah struktur kimia dari<br />
Staurosporine.<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
Selain tunicate E. toealensis, tunicate<br />
E. turbinate juga menghasilkan metabolit<br />
ecteinascidine 743 (ET-743) yang strukturnya<br />
mirip dengan metabolit dari Pseudomonas<br />
fluorescens yaitu safracin B (IKEDA, 1983).<br />
Adanya kemiripan struktur kimia menunjukkan<br />
bahwa secara bioteknologi safracin B<br />
merupakan salah satu prekursor dalam<br />
biosintesa ET-743 (CUEVAS, 2000).<br />
Berdasarkan pendekatan struktur kimia yang<br />
merupakan identifikasi produk alam yang<br />
dihasilkan dari invertebrata dan<br />
mikroorganisme, dapat diasumsikan bahwa<br />
senyawa-senyawa dolastatin 10, staurosporine<br />
atau bahkan ET-743 dibentuk oleh invertebrata<br />
melalui rantai makanan atau berasal dari<br />
simbiotik bakteri atau mikroalga.<br />
Spons Theonella swinhoei yang<br />
dikoleksi dari Philippina dan Macronesia<br />
mengandung peptide siklik theopalauamide dan<br />
macrolide swinholide A. Theopalauamide<br />
mempunyai aktivitas sebagai antifungal<br />
sedangkan macrolide swinholide A sebagai<br />
sitotoksik. Beberapa fraksi selular darijaringan<br />
spons dapat diperoleh dengan cara sentrifugasi<br />
bertahap. Theopalauamide terdeteksi dalam<br />
filamen bakteri, sedangkan swinholide A<br />
ditemukan dalam fraksi yang sebagian besar<br />
merupakan bakteri uniselular (BEWLEY et al,<br />
1996). Bakteri yang mengandung<br />
theopalauamide dalam taksonomi disebut<br />
"Candidatus Entotheonella palauensis"<br />
(SCHMIDT et al, 2000).<br />
Dalam kasus bryozoan B.neritina, yang<br />
diketahui sebagai sumber penghasil senyawa<br />
antikanker bryostatins, baru-baru ini dilaporkan<br />
bahwa senyawa tersebut berasal dari bakteri<br />
yang berasosiasi. γ-Proteobacteria simbion<br />
"Candidatus Endobugula sertula"<br />
kemungkinan terlibat dalam biosintesa<br />
bryostatins. Eksperimen menunjukkan bahwa<br />
penambahan antibiotik pada kultivasi<br />
B.neritina menurunkan konsentrasi bakteri<br />
simbion yang diikuti dengan penurunan kadar<br />
bryostatins. Fragmen gen polyketide synthase<br />
tipe I (PKS-I) dapat dikloning dari bakteri<br />
simbion B.neritina dan dari korelasi RNA<br />
menunjukkan bahwa ikatan hanya terdapat pada<br />
bakteri simbion tetapi tidak terdapat pada sel<br />
bryozoan ataupun bakteri lainnya (HA YGOOD<br />
& DAVIDSON, 1997). Berikut di bawah ini<br />
adalah struktur kimia dari bryostatins.<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
Selain senyawa-senyawa tersebut di<br />
atas beberapa peneliti telah melaporkan<br />
penemuan senyawa-senyawa baru dari<br />
mikroorganisme laut yang mempunyai<br />
keaktifan sebagai antikanker, antibakteri,<br />
antivirus, antifungal dan Iain-lain. Alteramide<br />
A, aburatubolactam A, asperazin,<br />
halichomycin, leptosins dan neomangicols<br />
diantaranya adalah metabolit sekunder dari<br />
mikroorganisme laut yang mempunyai<br />
keaktifan sebagai antikanker. Sedangkan<br />
senyawa Marinone, dibromomarinone,<br />
Massetol, Microspaeropsisin,(3S)-(3’5’-<br />
Dihydroxyphenyl) butanol, 2-( 1 ‘(E)-Propenyl)-<br />
octa-4(E),6(Z)-diene-1,2-diol merupakan<br />
senyawa antibakteri. Senyawa antivirus yang<br />
berhasil diisolasi diantaranya adalah<br />
macrolactin A, caprolactin A & B, Haovir. Dan<br />
untuk antifungal salah satu diantaranya adalah<br />
senyawa lipodepsipeptida 15G256γ. (PAUL &<br />
WILLIAM FENICAL, 2000).<br />
Demikian bukti-bukti keterlibatan<br />
mikroorganisme simbion dalam biosintesa<br />
senyawa-senyawa aktif yang diisolasi dari<br />
biota laut khususnya invertebrata. Persoalan<br />
baru muncul ketika usaha propaganda strain<br />
mikroorganisme simbion dilakukan. Penentuan<br />
kondisi maupun media kultivasi mikroorganisme<br />
potensial tidaklah mudah. Kondisi<br />
yang berbeda dari situasi dan keadaan ketika<br />
bakteri berada pada reservoar spons terkadang<br />
mempengaruhi produksi metabolit sekunder<br />
dan bahkan dapat menghilangkan senyawa<br />
aktifnya. Selain itu sulitnya taksonomi<br />
mikroorganisme juga merupakan tantangan<br />
tersendiri bagi para mikrobiologis untuk<br />
pengembangan produk alam laut.<br />
PROSPER MIKROORGANISME LAUT<br />
<strong>SEBAGAI</strong> BIOMEDIKA<br />
Dewasa ini industri farmasi memfokuskan<br />
menggunakan mikroorganisme<br />
sebagai sumber untuk memperoleh obat baru.<br />
Khususnya dari kelompok actinomycetes dan<br />
bakteri gram positip dari darat. Hasilnya<br />
sungguh menakjubkan, terdapat sekitar 100<br />
obat baru yang diperoleh dari proses fermentasi<br />
mikroorganisme darat. Akibatnya lebih dari<br />
9 $ milyar pertahun dialokasikan untuk<br />
membiayai penelitian substansi bioaktif dari<br />
mikroorganisme darat (PAUL & WILLIAM<br />
FENICAL, 2000). Namun terbatasnya<br />
pengembangan mikroorganisme darat<br />
menyebabkan penurunan jumlah senyawa baru<br />
yang diketemukan, sehingga diperlukan<br />
eksplorasi sumber baru. Mikroorganisme laut<br />
adalah alternatif terakhir sesudah sumber yang<br />
lain dirasa tidak mempunyai prospek yang<br />
bagus.<br />
Berbicara mengenai prospek<br />
mikroorganisme laut sebagai sumber obatobatan,<br />
tidak lepas dan potensi jenis<br />
mikroorganisme laut yang sangat beragam.<br />
Beragamnya jenis mikroorganisme laut mi<br />
disebabkan oleh perbedaan morfologi, ekologi<br />
dan fisiologi. Namun karena ukurannya yang<br />
sangat renik mikroorganisme sangat sulit<br />
dikarakterisasi. Selain ditinjau dari<br />
biodiversitasnya, kondisi lingkungan laut yang<br />
spesifik memicu mikroorganisme menghasilkan<br />
metabolit yang mempunyai struktur kirnia yang<br />
spesifik dan unik. Oleh karena itu peluang<br />
untuk mendapatkan metabolit baru sangatlah<br />
besar. Kedua hal tersebut membuktikan bahwa<br />
mikroorganisme laut merupakan sumber bahan<br />
biomedika baru yang sangat efektif. Adapun<br />
prospek yang sangat potensial ini harus<br />
didukung oleh beberapa faktor, diantaranya<br />
adalah:<br />
a. Pengembangan Riset di bidang<br />
Mikrobiologi Laut<br />
Skreening substansi aktif dan<br />
mikroorganisme laut tidaklah produktif jika<br />
tidak dibarengi dengan pengembangan ilmu<br />
biologi dasar tentang mikroorganisme laut.<br />
Kemajuan-kemajuan metode klasifikasi<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
mikroorganisme laut sangat berpengaruh<br />
terhadap penemuan senyawa baru hasil<br />
metabolit sekunder. Penemuan metabolit baru<br />
akan sangat terbatas jika jenis mikroorganisme<br />
yang diteliti tidak berkembang. Selain itu juga<br />
akan terjadi pengulangan penelitian pada jenis<br />
yang sama. Pengetahuan yang terbatas tentang<br />
pertumbuhan, kondisi fermentasi maupun<br />
nutrien yang dibutuhkan untuk mengukur<br />
mikroorganisme laut juga akan menghambat<br />
penemuan metabolit baru. Media yang umum<br />
seperti peptone, karbohidrat sederhana sangat<br />
tidak realistik untuk diterapkan pada<br />
mikroorganisme laut, karena dalam lingkungan<br />
asalnya terdapat sumber karbon yang sangat<br />
komplek seperti kitin, polisakarida sulfat dan<br />
protein laut. Selain itu kita tidak tahu banyak<br />
tentang efek unsur-unsur anorganik seperti<br />
litium dan silicon terhadap pertumbuhan<br />
mikroorganisme laut, padahal unsur-unsur<br />
tersebut banyak terdapat di lingkungan air laut.<br />
b. Peran Industri dan Lembaga Penelitian<br />
Meskipun metabolit sekunder baru telah<br />
ditemukan dari mikroorganisme laut, namun<br />
secara klinis hal tersebut tidaklah berarti, jika<br />
penelitian tidak diteruskan dengan pengujian<br />
bioaktifitasnya terhadap beberapa bioindikator<br />
sumber penyakit. Bagaimanapun perkembangan<br />
penelitian lebih lanjut sangat<br />
tergantung kepada beberapa faktor diantaranya<br />
adalah konsistensi berbagai kelompok<br />
penelitian yang bekerja pada bidang ini dan<br />
kemauan dari lembaga-lembaga penelitian<br />
dalam meng-alokasikan dana untuk penelitian<br />
produk alam laut ini. Penelitian farmakognosi<br />
selanjutnya guna meluncurkan obat baru ke<br />
pasar membutuhkan waktu dan biaya yang<br />
cukup besar. Untuk beberapa "lead compounds"<br />
secara klinis belum dapat difungsikan<br />
sebelum dilakukan serangkaian uji klinis dan<br />
taksonomi yang tepat dari sumber<br />
mikroorganisme. Industri farmasi yang kuat<br />
dibutuhkan untuk membawa produk mikroba<br />
laut sebagai bahan obat. Kondisi "in vivo"<br />
yang sesuai untuk dikembangkan ke skala<br />
fermentasi yang lebih besar dan potensi klinis<br />
yang menjanjikan dan senyawa mikroba laut<br />
sangat dibutuhkan oleh industri untuk<br />
meluncurkan obat baru melalui berbagai<br />
pengujian. Jika hal tersebut terpenuhi maka<br />
kemungkinan besar untuk menjadikan<br />
mikrooorganisme laut sebagai sumber obat<br />
baru akan segera terealisasi.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
BEWLEY,C.A., N.D. HOLLAND and<br />
D.J.FAULKNER 1996. Two classes of<br />
metabolites from Theonella swinhoei<br />
are localized in distinct populations of<br />
bacterial symbionts. Experientia<br />
52:716-722<br />
BURTON, H.S. and E.P.ABRAHAM 1951. Isolation<br />
of antibiotics from a species of<br />
Cephalosponwn. Cephalosporins P r<br />
P,, P 3 , P 4 and P s . Biochem J 50: 168-174<br />
CUEVAS 2000. Drugs from the seas-current<br />
status and microbiological implication,<br />
in Mini-Review (Proksch.ed.) Springer-<br />
Verlag2002.pp.4.<br />
FENICAL,W., P. JENSEN ,D. TAPIOLAS, K.<br />
GUSTAFSON, M. ROMAN and C.<br />
PATHIRANA C. 1989. Natural products<br />
chemistry of sediment-derived marine<br />
bacteria. Proceed. VI Int. Symp. Marine<br />
Natural Products, Dakar, Senegal.<br />
HARRIGAN,GG., H. LUESCH, W. Y. YOSHIDA,<br />
R.E. MOORE, D.G. NAGLE, VJ. PAUL,<br />
S.L. MOOBERRY, T.H. CORBETT and<br />
F.A. VALERIOTE 1998. Symplostatin 1:<br />
A dolastatin 10 analogue from marine<br />
cyanobacterium symploca hydnoides.<br />
J Nat Prod; 61:1075-1077.<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<br />
HAYGOOD and DAVIDSON 1997 Drugs from<br />
the seas-current status and microbiological<br />
implication, in Mini-Review<br />
(Proksch.ed.) Springer-Verlag 2002.pp.7.<br />
HENTSCHEL, U., J. HOPKE, M. HORN, A. B.<br />
FRIEDRICH, M. WAGNER, J. HACKER<br />
and B.S. MOORE 2002. Molecular Evidence<br />
for a Uniform Microbial Community<br />
in Sponges from Different Oceans.<br />
Applied and Environmental Microbiology<br />
68(9):4431- 4440.<br />
IKED A 1983 Drugs from the seas-current status<br />
and microbiological implication, in<br />
Mini-Review (Proksch.ed.) Springer-<br />
Verlag2002.pp.5.<br />
KELECOM, A. 2002 . Secondary Metabolism<br />
from Marine Microorganisms. An. Acad.<br />
Bras. Cienc. Vol. 74 no. 1 Rio de Janeiro.<br />
LUESCH 2001. Drugs from the seas-current<br />
status and microbiological implication,<br />
in Mini-Review (Proksch.ed.) Springer-<br />
Verlag2002.pp.5.<br />
MURAKAMI, Y., Y.OSHIMA and T.<br />
YASUMOTO 1982. Identification of<br />
okadaic acid as a toxic component of a<br />
marine dinoflagellate Prorocentrum<br />
lima. Bull Jap SocSci Fish .48: 69-72.<br />
PAUL, R.J. and W. FENICAL 2000. Marine<br />
Microorganisms and Drug Discovery:<br />
Current Status and Future Potential. In<br />
: Drug from the Sea (Nobuhiro Fusetani<br />
ed.). S. Karger Switzerland.pp. 6-29.<br />
SCHMIDT,E.W., A.Y. OBRAZTOVA, S.K.<br />
DAVIDSON, D.J. FAULKNER, and<br />
M.G. HAYGOOD 2000. Identification<br />
of the antifungal peptide-containing<br />
symbiont of the marine sponge<br />
Theonella sxvinhoei as a novel<br />
delta-Proteobacterium Candidatus<br />
Entotheonella palauensis. Mar. Biol.<br />
136:969-977.<br />
SCHUPP 1999. Drugs from the seascurrent<br />
status and microbiological<br />
implication.In: Mini Review (Proksch<br />
ed.) Springer-Verlag 2002.pp.5.<br />
TACHIBANA K., P.J.SCHEUER, Y.<br />
TSUKITANI, H. KIKUCHI, D. V. ENGEN,<br />
J.CLARDY, Y.GOPICHAND and<br />
F.J.SCHMITZ 1981. Okadaic acid,<br />
a cytotoxic polyether from two marine<br />
sponges of the genus Halichondria. J<br />
Am ChemSoc 103: 2469-2471.<br />
VACELET, J. 1975. Etude en microscopie<br />
electronnique de l'associoation entre<br />
bacteries et spongiaires du genre<br />
Verongia (Dictyoceratida). J. Microscope<br />
study of the association between<br />
some sponges and bacteria. J. Mi arose.<br />
Biol.Cell.23:27l'2&SJ<br />
VACELET, J. andC. DONADEY 1977. Electron<br />
microscope study of the association between<br />
some sponges and bacteria.<br />
J.Exp.Mar. Ecol. 30:301-314.<br />
Oseana, Volume XXIX no. 1, 2004