May 2012 Issue - Sysmex Indonesia
May 2012 Issue - Sysmex Indonesia
May 2012 Issue - Sysmex Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Online Version<br />
Welcome to the <strong>May</strong> <strong>2012</strong> online issue of<br />
<strong>Sysmex</strong> <strong>Indonesia</strong> Updates<br />
Selamat datang di edisi Mei Infinity Online.<br />
Pada edisi ini, PT. <strong>Sysmex</strong> <strong>Indonesia</strong> akan mengulas<br />
manfaat Immature Platelet Fraction (IPF) dan akurasinya<br />
pada alat <strong>Sysmex</strong>. Kami juga membahas perbandingan<br />
koagulometer metoda optik multi wavelength dengan<br />
metoda mekanik dalam mendeteksi HIL.<br />
Selain itu, kami juga meliput Semiloka Mutu Ke-10 yang<br />
diadakan pada tanggal 3-5 Mei <strong>2012</strong> di Hotel Aryaduta,<br />
Jakarta.<br />
• Manfaat Immature<br />
Platelet Fraction dan<br />
stabilitas pada alat<br />
<strong>Sysmex</strong><br />
• Perbandingan<br />
koagulometer metoda<br />
optik multi wavelength<br />
dengan metoda<br />
mekanik dalam<br />
mendeteksi HIL dan<br />
penentuan nilai rujukan<br />
PT, aPTT, dan<br />
fibrinogen<br />
• Semiloka ke-10<br />
Kami menunggu kritik dan saran di e-mail:<br />
berlian.viona@sysmex.co.id<br />
Manfaat Immature Platelet Fraction dan<br />
stabilitas pada alat <strong>Sysmex</strong><br />
Parameter IPF (immature platelet fraction) merupakan<br />
parameter baru yang digunakan untuk menentukan<br />
jumlah trombosit immature. Parameter ini mampu<br />
dideteksi menggunakan alat <strong>Sysmex</strong> XE series (XE-2100<br />
dan XE-5000) yang telah memperoleh sertifikasi<br />
internasional. Manfaat parameter ini adalah untuk<br />
mengetahui aktivitas trombopoiesis sehingga dengan<br />
demikian mampu digunakan dalam membantu<br />
menegakkan diagnosis trombositopenia, terutama pada<br />
kasus destruksi trombosit di darah tepi seperti pada<br />
penderita AITP (auto immune thrombocytopenic purpura)<br />
dan TTP (thrombotic thrombocytopenic purpura) dengan<br />
stabilitas yang masih baik selama 48 jam. 1 Hal ini pun<br />
dibuktikan oleh penelitian Thomas, dkk yang<br />
mengevaluasi HFPF (high fluorescent platelet fraction),<br />
dan juga mendapatkan kestabilan HFPF sampai 48 jam<br />
pada suhu ruang, namun sayangnya sampel untuk uji<br />
kestabilan hanya sedikit. 2<br />
Pada tahun 2010, Jung, dkk yang melakukan penelitian<br />
IPF pada pasien trombositopenia karena ITP (idiopathic<br />
thrombocytopenic purpura) dan AA (aplastic anemia)<br />
mendapatkan data tentang kestabilan IPF lebih dari 8<br />
jam pada suhu ruang dengan jumlah sampel yang cukup<br />
besar. 3 Penelitian oleh Ault KA, dkk dalam menguji<br />
stabilitas fraksi trombosit immature yang dilakukan<br />
dengan menggunakan dua metoda, yaitu melapisi<br />
trombosit dengan biotin dan mewarnai asam nukleat<br />
dengan zat fluoresens, memperlihatkan bahwa<br />
trombosit immature memiliki kestabilan hingga 24 jam. 4<br />
Penelitian lain yang dilakukan Osei Bimpong, dkk<br />
menunjukkan bahwa kestabilan IPF hanya berlangsung<br />
sekitar 4 jam setelah flebotomi dan menunjukkan<br />
peningkatan palsu setelah 12 jam jika disimpan pada<br />
suhu 4 o C, namun kadar hemoglobin dan jumlah<br />
trombosit masih stabil hingga 24 jam. Hal ini<br />
kemungkinan disebabkan oleh RNA yang keluar dari<br />
trombosit dan mengalami degradasi, atau karena<br />
aktivasi mitosis trombosit in vitro. 5<br />
Data dari penelitian <strong>Sysmex</strong> di Jepang tentang stabilitas<br />
IPF diperiksa dalam 2 kondisi, yaitu 4 o C dan 25 o C<br />
selama 72 jam, dengan sampel yang diukur masingmasing<br />
pada jam ke-1, 12, 24, 48, dan 72 masingmasing<br />
menggunakan K 2<br />
EDTA, K 3<br />
EDTA, maupun<br />
Na 2<br />
EDTA. Hasil menunjukkan bahwa pada IPF lebih<br />
stabil pada suhu ruang dibandingkan pada suhu 4 o C<br />
(sesuai dengan penelitian Osei-Bimpong, dkk) dan nilai<br />
IPF tetap stabil selama 1 jam setelah pengambilan,<br />
namun setelah 12 jam tampak terjadi peningkatan<br />
persentase dan jumlah absolut trombosit immature.<br />
Referensi<br />
1. Briggs C, et al. Assessment of an immature platelet fraction<br />
(IPF) in peripheral thrombocytopenia. Brit J Haematol.<br />
pocH-100i<br />
Automated Hematology<br />
Analyzer<br />
Hematology Testing<br />
Made Easy<br />
• Innovative<br />
technology<br />
• Accurate and<br />
reliable<br />
• Compact and fully<br />
integrated<br />
• Easy operation and<br />
maintenance<br />
• Safe and secure<br />
• Network capability<br />
For more information,<br />
please contact your<br />
<strong>Sysmex</strong> representative or<br />
authorized distributors.<br />
Product information also<br />
available on our website.<br />
Upcoming events :<br />
Rakernas Patelki IX<br />
Aston Denpasar Hotel &<br />
Convention Center<br />
22-25 Mei <strong>2012</strong><br />
<strong>Sysmex</strong> Lunch<br />
Symposium: Update<br />
in Hematology<br />
Quality Control<br />
Page 1 / 3
2004;126:93–99.<br />
2. Kickler TS, Oguni S, Borowitz MJ. A clinical evaluation of<br />
high fluorescent platelet fraction percentage in<br />
thrombocytopenia. Am J Clin Pathol 2006;125:282-7.<br />
3. Jung H, Jeon HK, Kim HJ, Kim SH. Immature platelet<br />
fraction: establishment of a reference interval and diagnostic<br />
measure for thrombocytopenia. Korean J Lab Med<br />
2010;30:451-9.<br />
4. Ault KA, Knowles C. In vivo biotinylation demonstrates that<br />
reticulated platelets are the youngest platelets in circulation.<br />
Exp Hematol. 1995;23:996–1001. [PubMed: 7635185]<br />
5. Osei-Bimpong A. The effect of storage on the clinical utility<br />
of the immature platelet fraction. Hematol. 2009;14:118-121.<br />
Perbandingan koagulometer metoda<br />
optik multi wavelength dengan metoda<br />
mekanik dalam mendeteksi HIL dan<br />
penentuan nilai rujukan PT, aPTT, dan<br />
fibrinogen<br />
Kendala yang sering<br />
ditemukan dalam perihal<br />
penilaian hasil koagulasi<br />
adalah adanya faktor<br />
interferensi yang dikenal<br />
sebagai HIL (hemolisis,<br />
ikterik, dan lipemik) pada<br />
sampel. Seperti diketahui<br />
secara luas bahwa<br />
kelemahan dari koagulometer metoda optik adalah<br />
faktor interferensi HIL. Pada kondisi ini, pemakaian<br />
metoda mekanik atau manual lebih disarankan. Untuk<br />
mengatasi masalah tersebut, PT <strong>Sysmex</strong> <strong>Indonesia</strong><br />
memperkenalkan koagulometer metoda foto-optik<br />
terbaru yaitu CS-2100i dengan menggunakan deteksi<br />
multi-wavelength sehingga memperkecil kesalahan<br />
pemeriksaan akibat HIL pada sampel. 1<br />
Adapun telah dilakukan penelitian yang membandingkan<br />
metoda optik terbaru (CS-2100i) dengan metoda<br />
mekanik (Sta Compact) dalam mencari nilai rujukan untuk<br />
PT, aPTT, dan fibrinogen pada sampel dengan HIL. 2 (see<br />
poster)<br />
Seperti diketahui, semakin tinggi nilai hemoglobin dalam<br />
sampel dengan hemolisis maka semakin memanjang PT<br />
dan aPTT, serta semakin rendah kadar fibrinogen baik<br />
pada koagulometer metoda foto optik multi wavelength<br />
maupun pada metoda mekanik. Demikian pula halnya<br />
pada sampel yang ikterik maupun lipemik. 1,3<br />
Dari hasil penelitian tersebut, terhadap sampel hemolisis<br />
tampak bahwa kadar hemoglobin hingga 150 mg/dL<br />
tidak berdampak terhadap nilai PT pada kedua metoda.<br />
Demikian juga kadar hemoglobin hingga 300 mg/dL tidak<br />
berdampak terhadap nilai aPTT, serta hingga kadar 75<br />
mg/dL tidak berdampak terhadap kadar fibrinogen.<br />
Untuk sampel ikterik, kadar bilirubin tidak berdampak<br />
terhadap nilai PT hingga kadar 1,93 mg/dL, terhadap<br />
aPTT hingga kadar 3,86 mg/dL, dan terhadap fibrinogen<br />
hingga kadar 1,93 mg/dL. Bahkan untuk sampel lipemik,<br />
kadar trigliserida hingga 350,7 mg/dL tidak<br />
mempengaruhi nilai PT dan aPTT pada kedua metoda;<br />
sedangkan kadar trigliserida tidak mempengaruhi kadar<br />
fibrinogen pada kadar hingga 501,0 mg/dL. 2<br />
23 Mei <strong>2012</strong><br />
Speaker: dr. Tjan Sian<br />
Hwa SpPK<br />
Moderator: Dr. Ellis<br />
Susanti, MM., MPd, MSi.<br />
Workshop<br />
Pemantapan Mutu<br />
ILKI<br />
Savoy Homann Bidakara<br />
Hotel - Bandung<br />
<strong>Sysmex</strong> Lunch<br />
Symposium<br />
7 Juni <strong>2012</strong><br />
Pemenang<br />
<strong>Sysmex</strong> POP Quiz!<br />
Infinity Online edisi April<br />
<strong>2012</strong><br />
• dr. Santy Setiawan,<br />
SpPK<br />
• dr. Juliani Dewi, SpPK<br />
• dr. Isabella Valentina<br />
• Ms. Indriyanti R.S<br />
• dr. Tjhi Megawati<br />
Selamat kepada para<br />
pemenang.<br />
Kami tunggu<br />
partisipasinya di <strong>Sysmex</strong><br />
POP Quiz! selanjutnya.<br />
Terima kasih<br />
Untuk tampilan yang lebih<br />
baik, silahkan klik<br />
"Online Version"<br />
Oleh sebab itu sampel HIL dapat diatasi menggunakan<br />
koagulometer foto optik dengan teknologi multi<br />
wavelength <strong>Sysmex</strong> CS-2100i.<br />
Selain melakukan evaluasi faktor interferensi, penelitian<br />
juga ditujukan untuk menentukan rentang rujukan nilai<br />
PT, aPTT, dan fibrinogen pada dewasa sehat normal di<br />
<strong>Indonesia</strong>, khususnya di Jakarta, dengan kriteria hasil<br />
pemeriksaan hematologi, GGT dan CHE normal; tidak<br />
mengkonsumsi obat antikoagulan, dan tidak memakai<br />
alat kontrasepsi. Subyek penelitian yang terdiri atas 143<br />
individu dewasa menunjukkan nilai rentang rujukan<br />
untuk PT adalah 12,2 – 13,6 detik, untuk aPTT adalah<br />
34,0- 41,4 detik, serta untuk fibrinogen berada pada<br />
rentang 215,8 – 348,4 mg/dL. Sebagai perbandingan,<br />
penelitian oleh <strong>Sysmex</strong> Corporation di Jepang<br />
menunjukkan nilai rentang PT sekitar 10,2-13,0 detik,<br />
rentang aPTT pada 27,7-40,2 detik ,dan rentang kadar<br />
fibrinogen pada 154,3 – 397,9 mg/dL.<br />
Referensi<br />
1. Junker R, et al. Interferences in coagulation tests –<br />
evaluation of the 570-nm method on the Dade Behring BCS<br />
analyser. Clin Chem Lab Med 2005;43(2):244–52.<br />
Page 2 / 3
2. Setiabudy R, Kosasih A, Setiawan L. The performance of<br />
multi-wavelength coagulometer on hemolyzed, icteric, and<br />
lipemic sample. A comparative study with a mechanical<br />
coagulometer. Congress of International Society on<br />
Thrombosis and Haemostasis, ICC Kyoto,23-28 Jul 2011.<br />
3. Bai B, Christie DJ, Gorman RT, Wu JR. Comparison of<br />
optical and mechanical clot detection for routine coagulation<br />
testing in a large volume clinical laboratory. Blood Coagul<br />
Fibrinolysis. 2008;19(6):569-76.<br />
4. Dorn-Beineke A, Dempfle CE, Bertsch T, Wisser<br />
H. Evaluation of the automated coagulation analyzer <strong>Sysmex</strong><br />
CA-7000. Thromb Res. 2005;116(2):171-9.<br />
Semiloka ke-10<br />
Point Care of Testing : "Establishing Laboratory<br />
Quality and Implementation"<br />
Bertempat di Hotel Aryaduta, Jakarta, pada tanggal 3-5<br />
Mei <strong>2012</strong>, Semiloka ke-10 ini berlangsung sukses<br />
dengan dihadiri sekitar 300 peserta yang terdiri atas<br />
dokter patologi klinik, internis, ppds, serta staf<br />
laboratorium.<br />
Acara ini bertujuan menstandarisasi pemeriksaan Point<br />
of Care Testing (POCT) di Rumah Sakit, sekaligus melaunching<br />
buku mengenai penyelenggaraan panduan<br />
POCT di RS. Selain itu, dilakukan pembahasan mengenai<br />
rencana pelatihan analis untuk flebotomi dan rencana<br />
pelatihan manajemen untuk dokter umum selama 3<br />
bulan di laboratorium yang belum memiliki dokter<br />
spesialis patologi klinik.<br />
Kami ucapkan terima kasih atas respon positif para<br />
peserta dan sampai jumpa pada acara selanjutnya.<br />
PT <strong>Sysmex</strong> <strong>Indonesia</strong><br />
sysmex@sysmex.co.id<br />
Cyber 2 Tower, 5th Floor, Unit E<br />
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 No 13<br />
Jakarta Selatan 12950, <strong>Indonesia</strong><br />
Page 3 / 3