28.04.2015 Views

Perilaku konsumsi suplemen pria dewasa di kota Makasar

Perilaku konsumsi suplemen pria dewasa di kota Makasar

Perilaku konsumsi suplemen pria dewasa di kota Makasar

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

! I. / I<br />

, .:-~'..<br />

Tahull xxv No.2<br />

Desell1ber 2001<br />

ISSN 0216 - 9363<br />

me<strong>di</strong>a<br />

GIZI & KELUARGA<br />

JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA<br />

FAKUL TAS PERTANIAN<br />

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


Me<strong>di</strong>a Gtzi & Keluarga ISSN 0216-9363<br />

Terakre<strong>di</strong>tasi SK No. 53/DIKTIIKepI1999<br />

Pemlmpin Umuml<br />

Penanggung Jawab<br />

Ketua Redaksi<br />

Anggota Redaksi<br />

Setting<br />

Penerbltan<br />

Langganan<br />

Alamat Redaksi<br />

Ketua Jurusan GMSK <br />

Fakultas PeI1anian - IPB <br />

Ora Emma S Wirakusumah. MSc<br />

ProfDr.lr. Ali Khomsan , MS <br />

Dr.lf. Ujang Sumanvan. MSc <br />

Dr.Ir. Har<strong>di</strong>nsyah. MS <br />

Ir. Oiah K: Pranadji, MS <br />

Ir. Ha<strong>di</strong> Riya<strong>di</strong> , MS <br />

If. Do<strong>di</strong>k Briawan. MeN <br />

Ir. Sri Rihati Kusno <br />

: Maman Hennansyah<br />

: dua kali setahun Uuli & Desember)<br />

Rp. 20.000,- per tahun<br />

Rek. Taplus No. 0610001 1~85 7. 9 3 1<br />

Bank BNI Dannaga-Bogor<br />

Jurusan Gizi Masyarakat dan <br />

Sumberdaya Keluarga (GMSK) <br />

Fakultas Pertanian - IPB <br />

Kampus Dannaga - Bogor <br />

Telp. (0251) 621258 <br />

Fax. (0251) 622276 <br />

E-mail : gmsk-ipb@indonet.id <br />

Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga merupakan majalah ilmiah Jurusan GMSK Fakultas Pertanian<br />

lPH yang telah terakre<strong>di</strong>tasi oJeh Ditjen Oikti. Redaksi menerima sumbangan naskah<br />

ilmiah <strong>di</strong> bidang pangan. giZl, keluarga, dan konsumen. Pcdoman penulisan dapat<br />

<strong>di</strong>lihat pada halaman sampul belakang baglan dalam AI1ikel Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga<br />

dapat <strong>di</strong>kutip dengan menyebutkan sumbernya.


KATAPENGANTAR<br />

Me<strong>di</strong>a Gizi dan Keluarga E<strong>di</strong>si Desember 200 I kembali mengunjungi pembaca dengan<br />

artikel-artikel hasil penelitian bidang pangan. gizi dan keluarga. Artikel pertama mengupas<br />

tentang potensi pisang owak sebagai bahan makanan campuran untuk makanan tarnbahan bayi.<br />

Penelitian ini mengungkapkan bahwa makanan tambahan bayi yang <strong>di</strong>hasilkan mempunyai<br />

kandungan protein, energi dan vitamin A yang lebih tinggi <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan produkkomersial.<br />

Artikel mengenai profil pel abel an produk minuman menganalisis kelengkapan label gizi<br />

dari produk minuman kemasan yang beredar <strong>di</strong> masyarakat. Dari analisis yang <strong>di</strong>lakukan<br />

<strong>di</strong>ketahui bahwa sekitar 86 persen produk minuman yang terpilih sebagai sampel tidak<br />

memenuhi kelengkapan pelabelan sebagaimana <strong>di</strong>tetapkan oleh peraturan pemerintah.<br />

Sementara itu hasil penelitian tentang perilaku <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> menunjukkan bahwa<br />

frekwensi <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> berhubungan nyata positif dengan pengetahuan gizi Fenomena<br />

minuman kesehatan akan selalu menarik untuk <strong>di</strong>teliti karena iklannya yang terns menerns<br />

<strong>di</strong>sampaikan kepasa masyarakat niscaya akan membawa dampak perubahan peri1aku <strong>konsumsi</strong>.<br />

Masih banyak lagi artikel yang akan menambah wawasan pembaca dalam e<strong>di</strong>si kali ini.<br />

Semoga Me<strong>di</strong>a Gizi dan Keluarga ini membawa manfaat bagi segenap pembaca,sekalian.<br />

Terima Kasih.<br />

Reda ksi.


II<br />

MEDIA GIZI DAN KELUARGA II <br />

Tahun xxv No.2 <br />

Desember 200 1 <br />

I .<br />

Pemanfaatan Tepung Pisang Owak (Musa Para<strong>di</strong>siaca, L) untuk Bahan Makanan<br />

Campuran (BMC) sebagai Makanan Tambahan Bayi<br />

Yuli Heirina Hamid, Emma S. Wlfakusumah, dan Hidayat Syarief<br />

7 Profil Pelabelan Produk Minuman <br />

Yeni Suryani, Ali Khomsan, dan Clara M Kusharto<br />

9 <br />

3 Pengaruh Berbagai Proses Pengolahan terhadap Kadar Pati Resisten (Resistant Starch) <br />

dan Nilai Indeks Glisemik Uwi (Dioscorea A/ata Linn) <br />

Amrijati ... . . . . . . . . . . . 16 <br />

4. Minyak Sawit Mernpercepat Regresi Aterosklerosis Aorta pada Kelinci <br />

Hiperkolesterolernia Ringan, tetapi Tidak pada yang Hiperkolesterolernia Berat <br />

Lidya Irma Mornuat, Sulistiyani, Ali Khomsan, dan Don<strong>di</strong>n Sajuthi ...... . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . .<br />

26 <br />

5. Aspek Keamanan Pangan Dari Ayam Panggang <strong>di</strong> Restoran Tra<strong>di</strong>sional Sunda <br />

Tika Wulan Sari dan Lilik Noor Yuliati . ................ ............ 35 <br />

6 Keragaan dan Detenninan Status Gizi Penduduk Lokal Timika Berdasarkan Agroekologi <br />

Har<strong>di</strong>nsyah, Yekti H. Effen<strong>di</strong>, Mila Fa<strong>di</strong>lla, Wisnu Susetyo, dan Dadang Sukandar . ~.. .. .<br />

7. <strong>Perilaku</strong> Konsumsi Suplemen Pria Dewasa <strong>di</strong> Kota <strong>Makasar</strong> <br />

Har<strong>di</strong>nsyah, Retnaningsih, dan Siradju<strong>di</strong>n ..... . ... .. .<br />

8. Evaluasi Dampak Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PtvIT-AS) pada Absensi <br />

dan Status Gizi Murid <strong>di</strong> Jawa Tengah dan Lampung <br />

Djoko Kartono, Sandjaja, Siha<strong>di</strong>, Anies Irawati dan Suhartato ... ..... .. ... .. ... ...... .. . .. ...<br />

9. Hubungan antara Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Batita pada Rumah Tangga Petani <br />

<strong>di</strong> Kabupaten Bogor <br />

Sus Widayani, Hidayat Syarief, dan Clara M. Kusharto<br />

10. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Olahan Tempe sebagai Upaya Perbaikan Gizi <strong>di</strong> <br />

Desa Tertinggal, Kecarnatan Nanggung, Kabupaten Bogor <br />

Yekti Hartati Effen<strong>di</strong> dan Vera Uripi<br />

11 . Stu<strong>di</strong> Konsumsi Gula dan Karies Gigi pada Murid Taman Kanak-Kanak <br />

Nurce Intan PeITI1ata, Do<strong>di</strong>k Briawan. Djiteng Roedjito, dan Yekti Hartati Effen<strong>di</strong><br />

45 <br />

57 <br />

65 <br />

73 <br />

83 <br />

91


Me<strong>di</strong>a Gizi & Kelua.rga, Desember 200 I, XXV (2) '. 57 - 64<br />

PERILAKU KONSUMSI SUPLEMEN PRlA DEWASA DI KOTA MAKASAR<br />

(Supplement Consumption Behavior of Adult Men in <strong>Makasar</strong>)<br />

Har<strong>di</strong>nsyah 1 , Retnaningsih l , dan Siradju<strong>di</strong>n2<br />

ABSTRACT. Consumption behavior on supplement was stu<strong>di</strong>ed in Real Estate in <strong>Makasar</strong>,<br />

namely Panakkukang Mas, Taman Su<strong>di</strong>ng Illdah. IKIP Resort, UNHASResort, Taman<br />

Telkomas, and Burni Tamalanrea Permai. As many as 300 adult men were chosen as samples.<br />

The objective of this study is analyzing the consumption behavior (trend of frequency, level 0<br />

consumption, and relation with consumer characteristics). The samples aged 20 - 60 years 0"<br />

that at least consumed supplement once in the last month. The sample frame was formed fron<br />

the list of telephone <strong>di</strong>rectory (SPT) of<strong>Makasar</strong> the year 2000 - 2001. The results showed tha<br />

majority of samples (60%) aged -16 - 60 years old, had <strong>di</strong>plomC1JS1 degree (6-1.3%) , worked ill<br />

private sectorslBUMN (52.6%), and had income Rp. 1.620.000 - Rp. 3.000.000 per month<br />

(72. 7%). All respondents had good health status. They consumed food supplements for health<br />

reason (66.7%) with frequency I - 3 timeslWeek (55.7%). The food supplements consumption<br />

was < 10 serving sizefmonth, for liquidlsyrup was 20.5 bottles/month, and. for granules was<br />

1-1.7 sachetS/month. Statistical analysis showed that frequency ofsupplement consumption had<br />

positive correlation with age and. nutrition knowledge; and level of consumt~ had positive<br />

correlation with nutrition knowledge.<br />

"<br />

Keywords: consumption behavior. supplement<br />

PENDAHULUAN<br />

Latar Belakang<br />

Dari data pada Badan Pengawasan Obat dan<br />

\1akanan (POM) tercatat pada tahun 1994<br />

terdapat <strong>suplemen</strong> impor berjumJah 482 merek<br />

dan dalam negeri 187 merek (Karya<strong>di</strong> &<br />

Hermana, 1994) dan produksi minuman <strong>suplemen</strong><br />

sebanyak 93,2 juta liter setiap tahun (Wibisono,<br />

Sindhunata, & GumiJang, 1997).<br />

Penelitian tentang <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> telah<br />

dJakukan <strong>di</strong> Amerika Serikat tahun 1986 melalui<br />

.'l'HNES. Hasilnya <strong>di</strong>laporkan bahwa antara 28 ,9<br />

- 38,1 persen konsumen <strong>suplemen</strong> berusia antara<br />

18 - 50 tahun sedangkan Stewart (1985)<br />

menyebutkan bahwa keJompok usia dew as a yang<br />

:nerupakan konsumen tetap ter<strong>di</strong>ri dan laki-lili<br />

35,3 persen dan perempuan sebanyak 38,8 persen.<br />

Kota <strong>Makasar</strong> sebagai pusat pengembangan<br />

;-(awasan Timur Indonesia (KTI) memiliki<br />

Jenduduk l. 191.456 jiwa yang ter<strong>di</strong>ri dari 48,8<br />

: StafPengaJar Jurusan GMSK.. Faperta LPS<br />

~ Staf Pengajar Akademi Gizi, Depkes <strong>Makasar</strong><br />

persen lalci-lili dan 51 ,2 persen perempuan. Ratarata<br />

pertambahan jumJah penduduk 3,2 persen per<br />

tahun dengan Product Domestic Regional Bruto<br />

(PDRB) per kapita sebesar Rp' 1. 273 .342. Pada<br />

tahun 2000 <strong>di</strong> Kota <strong>Makasar</strong> telah banyak Multi<br />

Level Marketing (MLM) yang memasarkan<br />

<strong>suplemen</strong> antara lain PI. Centra Nusa<br />

Insancemerlang (CNl), PI. Amindoway Jaya<br />

Indonesia (Amway), DXN Indonesia, Multicare,<br />

dlL Keadaan ini menyebabkan peluang <strong>konsumsi</strong><br />

<strong>suplemen</strong> akan semakin meningkat (BPS, 1999)<br />

Sehubungan dengan penlUnbuhan ekonomi,<br />

letaknya yang strategis, jumJah, pertambahan.<br />

penduduk dan banyaknya <strong>di</strong>stributor yang<br />

menjual supJemen termasuk peredaran <strong>suplemen</strong><br />

yang <strong>di</strong>jual <strong>di</strong> tempat-tempat umum, maka<br />

menarik untuk <strong>di</strong>teliti perilaku <strong>konsumsi</strong><br />

<strong>suplemen</strong> khususnya pada <strong>pria</strong> <strong>dewasa</strong> (usia 20­<br />

60 tahun) <strong>di</strong> Kota <strong>Makasar</strong><br />

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk<br />

mengetahui perilaku <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> pada<br />

<strong>pria</strong> <strong>dewasa</strong> <strong>di</strong> <strong>kota</strong> <strong>Makasar</strong>, dan tujuan khusus<br />

57


Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga , Desember 200 I, XXV (2) • 57 - 64<br />

adalah untuk mengetahui (I) karakteristik contoh<br />

(usia, pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, pendapatan keluarga,<br />

pekerjaan, jam kerja, pengetahuan gizi tentang<br />

<strong>suplemen</strong>, keadaan kesehatan); (2) jenis dan<br />

bentuk; (3) frekuensi; (4) tingkat <strong>konsumsi</strong><br />

<strong>suplemen</strong> sebulan; dan (5) anal isis hubungan<br />

perilaku <strong>konsumsi</strong> dengan karakteristi,k contoh.<br />

I<br />

Analisis data dengan deskripsi meliputi<br />

karakterisrik contoh, <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong><br />

Genislbentuk, tingkat dan frekwensi) dan analisis<br />

statistik meliputi: hubungan <strong>konsumsi</strong> dengan<br />

karakteristik dengan Uji Korelasi Spearman.<br />

Pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS<br />

Windows 95 .<br />

METODE PENELlTIAN<br />

<strong>Perilaku</strong> <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> <strong>di</strong>teliti dengan<br />

menggunakan desain Cross Sectional Study<br />

dengan metode survei, pada komplek peru mahan<br />

ekonorni menengah atas <strong>di</strong> Kota <strong>Makasar</strong> yaitu:<br />

(1) Komplek Panakukang Mas: (2) Taman<br />

Su<strong>di</strong>ang Indah; (3) Komplek Perumahan Dosen<br />

Institut Keguruan dan TImu Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan (IKJP)<br />

<strong>Makasar</strong>; (4) Komplek Perumahan Dosen<br />

Universitas Hasanud<strong>di</strong>n (UNHAS) Barabaraya<br />

dan Tamalanrea; (5) Taman Telkomas; dan (6)<br />

Burni Tamalanrea Permai (BTP)<br />

Pria Dewasa (20-60 tahun) yang pemah<br />

meng<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> minimal satu kali<br />

sebulan terakhir, <strong>di</strong>tetapkan sebagai contoh dalam<br />

penelitian ini dengan alasan jumlahnya banyak<br />

dan merupakan kelompok usia produktif<br />

Kerangka contoh <strong>di</strong>susun dari Buku Petunjuk<br />

Telepon (BPT) Kota <strong>Makasar</strong> periode 2000-2001<br />

dan dari dari hasil registrasi ini tercatat jumlah<br />

pemilik pesawat telepon dari seluruh komplek<br />

peru mahan 2384 rumahtangga dan sekitar 37,31<br />

persen (876 orang) yang dapat <strong>di</strong>hubungi melalui<br />

telepon. Bagi yang memenuhi syarat dan berse<strong>di</strong>a<br />

<strong>di</strong>wawancarai langsung <strong>di</strong>pilih sebagai contoh<br />

yang jumlahnya <strong>di</strong>tentukan secara langsung<br />

sebanyak 300 orang (50 orang setiap komplek<br />

perumahan).<br />

Jenis data teri<strong>di</strong>ri dari (1) data primer<br />

meliputi karakteristik contoh (keadaan sosial<br />

ekonomi, pengetahuan gizi dan kesehatan),<br />

<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> Genislbentuk, tingkat,<br />

frekuensi), <strong>di</strong>kumpulkan dengan cara interview<br />

telepon, dan (2) data sekunder meliputi<br />

karakteristik produk (komposisi dan <strong>di</strong>stributor)<br />

<strong>di</strong>catat dari label produk dan Buku Panduan<br />

Distributor Suplemen. Data demografi <strong>di</strong>kumpulkan<br />

dengan mencatat pada data BPS<br />

(<strong>Makasar</strong>/Sulawesi Dalam Angka 1999)<br />

BASIL DAN PEMBABASAN<br />

Keadaan Sosial Ekonomi<br />

Konsumsi <strong>suplemen</strong> lebih umum <strong>di</strong><br />

kalangan <strong>pria</strong> <strong>dewasa</strong> usia 46-60 tahun (60%)<br />

daripada kelompok usia 20-45 tahun (40%)<br />

karena beberapa alasan antara lain bertambahnya<br />

usia akan <strong>di</strong>ikuti dengan menurunnya kemampuan<br />

dan daya tahan fisiko Pada kon<strong>di</strong>si seperti ini<br />

<strong>di</strong>perlukan serangkaian upaya yang dapat<br />

membuat seseorang tampil prima dan berkerja<br />

secara optimal. Hal ini juga yang menyebabkan<br />

mengapa <strong>pria</strong> <strong>dewasa</strong> meng<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong><br />

umumnya untuk memelihara kesehatan (66,7%)<br />

dan menjaga stamina (10,7%). Tingkat<br />

pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan konsumen umumnya dari <strong>di</strong>ploma dan<br />

Sl (69,3%) mereka bekerja lebih banyak <strong>di</strong> sektor<br />

swasta dan BUMN (55%). Jenis pekerjaan pad a<br />

umumnya berhubungan dengan tingkat<br />

pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, karena kualifikasi pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan akan<br />

mewamai kemampuan dalam berkarya yang<br />

akhirnya menja<strong>di</strong> tolok ukur penempatan dalam<br />

bidang pekerjaan dan jumlah pendapatan yang<br />

akan <strong>di</strong>terima sebagai umpan balik dari keahlian<br />

seseorang. Pendapatan keluarga konsumen<br />

umumnya berkisar Rp. 1.620.000 sampai dengan<br />

3.000.000 setiap bulan, sedangkan persentase<br />

pengeluaran untuk membeli <strong>suplemen</strong> setiap<br />

bulannya sebesar \ ,27 persen. Jtka <strong>di</strong>lihat<br />

menurut kategori tingkat pendapatan sebagaimana<br />

<strong>di</strong>sajikan pada Gambar 1, maka dapat <strong>di</strong>jelaskan<br />

bahwa naiknya tingkat pendapatan akar.<br />

menyebabkan jumlah uang yang <strong>di</strong>belanjakar.<br />

untuk membeli <strong>suplemen</strong> akan bertambah tetap'<br />

menurun secara proporsional terhadap totapendapatan<br />

keluarga. Hal ini nampaknya sej ala:­<br />

dengan Hukwn Engel yakni pada golonga::<br />

ekonomi menengah atas, persentase pengeluara:­<br />

untuk belanja pangan akan menu run denga::<br />

58


Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga, Desember 200 1, XXV (2) • 57 - 64<br />

naiknya tingkat pendapatan mekipun nilai riilnya<br />

tetap lebih banyak.<br />

2.<br />

i§<br />

§<br />

OJ<br />

eo<br />

c<br />

CL" 1.<br />

S "<br />

c<br />

~<br />

CL "<br />

bawah sedans alas<br />

Kategori Pendapalan<br />

Gambar 1. Persentase Pengeluaran untuk<br />

Membeli Suplemen memlll..lt<br />

Kategori Tingkat Pendapatan<br />

Jam kerja sebagai salah satu tolok ukur<br />

banyaknya waktu yang d.igunakan oleh seseorang<br />

untuk menyelesaikan satu rangkaian tugas formal<br />

dapat d.ipandang sebagai variabel independen<br />

yang mempengaruhi dua aspek penting yang<br />

berhubungan dengan <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> yaitu<br />

jumJah uang sebagai imbalan dan energi sebagai<br />

motor penggerak aktivitas fisik Rata-rata jam<br />

kerja contoh 60 jamlminggu atau sekitar 52,6<br />

persen contoh memiliki jam kerja ~ 54<br />

jarn/minggu. Pengetahuan gizi khususnya yang<br />

berhubungan dengan <strong>suplemen</strong> dapat d.ianggap<br />

baik karena persentase yang merniliki<br />

pengetahuan gizi baik (27,7%) lebih banyak dari<br />

pada pengetahuan gizi kurang (16,3%) sedangkan<br />

keadaan kesehatan semua tergolong sehat.<br />

Jenis dan Bentuk Suplemen<br />

Ada 24 jenis merek <strong>suplemen</strong> yang<br />

<strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> oleh contoh yaitu yang berbentuk cair<br />

sebanyak 51,3 persen, tablet/kapsul (22,3%),<br />

serbuk (16,7%), dan kombinasi (9%). Merek yang<br />

paling popular adalah Fit-Up (10,7%)<br />

sebagairnana <strong>di</strong>sajikan pada Tabel 1.<br />

Bentuk yang paling banyak <strong>di</strong>pilih adalah<br />

bentuk cair d.isusul bentuk kapsul, serta bubuk.<br />

8anyaknya contoh yang memilih bentuk cair<br />

adalah karena keterse<strong>di</strong>aannya hampir merata <strong>di</strong><br />

berbagai tempat, juga karena harga setiap<br />

kemasan jual relatif terjangkau sedangkan bentuk<br />

kapsul khususnya yang <strong>di</strong>jual melalui MLM tidak<br />

dapat d.ibeli <strong>di</strong> tempat umum dan harga setiap<br />

kemasan jual relatif mahal.<br />

Tabel 1. Sebaran Contoh yang Meng<strong>konsumsi</strong><br />

Satu Jenis Suplemen menurut Merek dan<br />

Bentuk<br />

Konsumsi<br />

Merelc<br />

Bentuk<br />

Tungga.l +<br />

TUD~<br />

Gauds<br />

n % n %<br />

I . Fit-Up Cair 30 1\.1 32 10.7<br />

2 . M-150 Cair 22 8.1 32 10.7<br />

3. Vegeta Serbuk 24 8.9 28 9.3<br />

4 . HemavitoD CairlkapsuJ 22 8.1 25 8.3<br />

5. Exna Joss Serlmk 22 8.1 23 7.7<br />

6. Kratingdaeng Cair 14 5.2 20 6.7<br />

7. Ginsana Cair 19 7.0 19 6.3<br />

8. Lipovitan Cair 14 5.2 17 5,7<br />

9. Villi" ginseng Cair 14 5.2 15 5.0<br />

10. Sunchorella" Tablet 12 4.4 12 4.0<br />

II . Natural B Com" Tablet 12 4.4 12 4.0<br />

12. Galin B ugar Cair II 4. 1 II 3.7<br />

13. Reisb.i Gallo" Kapsul II 4, 1 II 3.7<br />

14 . Vitasigi" Tablet 8 3.0 8 2. 7<br />

15. AcerolaC" Tablet 6 2.2 i 6 2.0<br />

, 16. Digestive Tea" Serbuk 5 1.9 5 1. 7<br />

17 . Royal JeUy Fresh" Kapsul 5 1.9 5 1.7<br />

18 . Ginseng Cotlbe- Serbuk '4 1.5 4 I.3<br />

19. Ester C Plus" Tablet 4 1,5 4 1,3<br />

20. Vitacimin Tablet 3 1.1 3 1,0<br />

21. CaMg" Tablet 3 \.I 3 1.0<br />

22. Big C Plu. " Tablet 2 0,7 2 0.7<br />

23 . Nutri- IO Family M Serlmk 2 0.7 2 0.7<br />

24. CGF Honey'" Cair I 0.4 I 0.3<br />

OTAL 270 100 300 100<br />

Keterangan.<br />

• Jwnlah contob yang hanya meng<strong>konsumsi</strong> satu jenis rnerek<br />

•• Suplemen ya ng <strong>di</strong>iual melalui l'vlLM<br />

Konsumen yang memili.1-t <strong>suplemen</strong> Jerus<br />

merek ganda sebanyak 10 persen. Merek yang<br />

lebih banyak <strong>di</strong>pilih adalah M 150 dengan Vitas<br />

Ginseng (33,3%) <strong>di</strong>susul Kratingdaeng dengan<br />

Vegeta (20%). Keterangan lebih lanjut dapat<br />

<strong>di</strong>lihat pad a Tabel 2.<br />

Pilihan dua jenis merek tersebut <strong>di</strong>dasarkan<br />

pada fungsi produk yang saling melengkapi<br />

misalnya Vegeta paling banyak <strong>di</strong>kombinasikan<br />

dengan merek lainnya karen a fungsi Vegeta<br />

sangat khas <strong>di</strong>antara <strong>suplemen</strong> yang lain.<br />

I<br />

59


Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga, Desember 200 I, XXV (2) : 57 - 64<br />

Tabel 2. Sebaran contoh yang meng<strong>konsumsi</strong> dua<br />

Jenis Suplemen menurut Merek<br />

Merek<br />

l. MI50 dan Vitas Ginseng<br />

2. Kratingdneng


Me<strong>di</strong>a G1zi & Keluarga, Desember 2001, XXV (2) : 57 - 64<br />

cair/minuman kapsul/1llbIc:t serbuk<br />

BenlUk<br />

Gambar 3. Rata-rata Jumlah Suplemen yang<br />

Di<strong>konsumsi</strong> Contoh Sebulan<br />

Komposisi dan Klaim Suplemen<br />

Komposisi<br />

Kombinasi bahan yang terkandung dalam<br />

pangan olahan <strong>di</strong>atur secara jelas pada PP 69<br />

Tahun 1999 (pasal 19 sampai 22). Hal yang perlu<br />

<strong>di</strong>perhatikan adalah pencantuman pernyataan<br />

dalam label bahwa pangan telah <strong>di</strong>tambah,<br />

<strong>di</strong>perkaya atau <strong>di</strong>fortifikasi dengan vitamin,<br />

mineral atau zat penambab gizi lainnya tidak<br />

<strong>di</strong>larang, sepanjang hal tersebut benar <strong>di</strong>lakukan<br />

pada saat pengolahan pangan dan tidak<br />

menyesatkan. Berdasarkan kajian pustaka dan<br />

pengalaman penulis maka pada umumnya ada<br />

empat jenis komponen utama <strong>suplemen</strong> yaitu<br />

taurin, vitamin (B 1, B2, B6), kafein dan madu.<br />

Selain komponen tersebut ada yang<br />

menambahkan zat lain misalnya ginseng dan<br />

inositol (Extra Joss), asam sitrat (Fit-Up),<br />

sukrosa, panthotenol (M150), sukrosa, lysin, dan<br />

so<strong>di</strong>um benzoat (Kratingdaeng), serta lysine<br />

(Vitas Ginseng).<br />

[nformasi gizi yang tercantum pada label<br />

adalah hal yang sangat penting <strong>di</strong>perhatikan oleh<br />

konsumen karena harus <strong>di</strong>sesuaikan dengan<br />

kebutuhan tubuh. Ambang batas aman untuk<br />

beberapa hahan dalam <strong>suplemen</strong> seperti kafein,<br />

aspartame dan bahan tambahan lainnya<br />

(tartrazine, ponceau) harus aman bagi kesehatan<br />

konsumen. Jika <strong>di</strong>lihat dari segi jumlah beberapa<br />

zat yang penggunaannya harus <strong>di</strong>batasi seperti<br />

kafein dan aspartame, maka semuanya telah<br />

memenuhi aturan yang semestinya.<br />

Kafein adalab baban yang hampir <strong>di</strong>jumpai<br />

pada setiap <strong>suplemen</strong> khususnya golongan<br />

minuman berenergi. Konsumsi kafein setiap hari<br />

yang aman ada1ab 150 mg sedangkan kandungan<br />

rata-rata kafein dalam seuplemen sebanyak 50<br />

mg. Jika produsen menganjurkan pemakaian tiga<br />

kali sehari berarti masih aman untuk. <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong><br />

dengan ketentuan konsumen tidak meng<strong>konsumsi</strong><br />

bahan makanan lain yang mengandung kafein.<br />

Kandungan kalori minuman berenergi berkisar<br />

100-112 kkal dengan lSI 50 mlJbtl. Jika<br />

<strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan dosis anjuran yaitu 2-3 kali<br />

sehari berarti kontribusi kalori dari <strong>suplemen</strong><br />

jenis ini antara 200-336 kkal, sehingga secara<br />

rinci dapat <strong>di</strong>jelaskan kontribusi kalori untuk<br />

kebutuhan <strong>pria</strong> <strong>dewasa</strong> adalah sebagai berikut:<br />

a. Kelompok usia 20-45 tahun sebesar 7,1-12%.<br />

b. Kelompok usia 46-59 tahun sebesar 8-13,4%.<br />

c. Kelompok usia >60 tahun sebesar 9-15,2%.<br />

Terja<strong>di</strong> peningkatan kontribusi kalori<br />

dengan meningkatnya usia jika jumlah yang<br />

<strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> 2-3 kali/hari. Hal ini <strong>di</strong>sebabkan<br />

adanya penurunan tingkat kebutuhan sebesar 300<br />

kkal dari kelompok usia 20-45 tabun ke usia 46­<br />

59 tahun. Penurunan kebutuhan kalori sebesar 5%<br />

untuk tiap pertambaban usia 10 tabun antara 40­<br />

59 tahun dan selang 10 tahun untuk usia antara<br />

60-69 tahun dan 70 tahun ke atas (Soeharjo &<br />

Kusharto, 1992).<br />

Kandungan vitamin B 1 dalam minuman<br />

berenergi yang <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> contoh berkisar 3,3-10<br />

mg sedangkan kebutuhan vitamin · B untuk <strong>pria</strong><br />

<strong>dewasa</strong> sebesar 12mg/hr. Dengan demikian<br />

<strong>konsumsi</strong> minuman berenergi. dapat memberi<br />

kontribusi pemenuhan kebutuhan vitamin B 1<br />

sebesar 27,5-83,3 persen dari Angka Kecukupan<br />

Gizi yang <strong>di</strong>anjurkan (AKG) yang dapat <strong>di</strong>sajikan<br />

pada Tabel 3.<br />

Vitamin B2 yang terkandung dalam<br />

minuman bemergi. sebesar 5 mgl(@150ml)<br />

sedangkan kebutuhan vitamin B2 sebesar 1,2 mg<br />

(usia 20-59 tabun) dan 1 mg (usia 60 tahun).<br />

Hasil ini menunjukkan bahwa kantribusi vitamin<br />

B2 asal minuman berenergi sebesar 4-5 kali lebih<br />

tinggi dari AKG.<br />

. Pria <strong>dewasa</strong> usia 20-60 tahun membutuhkan<br />

niacin (vitamin B3) sebanyak 12 mglhari,<br />

sedangkan kandungan nicotinamida (bentuk<br />

61


Me<strong>di</strong>a rnzi & Keluarga, Desember 2001 , XXV (2) : 57 - 64<br />

gararn dari niacin) rata-rata 20 mg. Hasil ini<br />

menunjukkan bahwa kontribusi ruacm dari<br />

rninuman bernergi sebesar 166 persen dari .AJ .1 x AKG<br />

Zat gizi yang tercantum hanva ~ ang umum terdapat pad. <strong>suplemen</strong><br />

yang <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> coDtoh<br />

Klaim<br />

Klaim adalah pemyataan bahwa produk<br />

pangan tertentu mengandung zat gizi dan non gizi<br />

tertentu yang bermanfaat jika <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> atau<br />

tidak <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> oleh kelompok tertentu.<br />

Pemyataan tersebut hanya dapat <strong>di</strong>cantumkan<br />

pada label dan iklan apabila secara ilmiah dapat<br />

<strong>di</strong>pertanggungjawabkan melalui uji laboratorium<br />

atau uji klinik.<br />

Jika <strong>di</strong>perhatikan klaim yang tercantum pada<br />

label <strong>suplemen</strong> yang <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> contoh, maka<br />

dapat <strong>di</strong>golongkan menja<strong>di</strong> tiga kategori, yaitu:<br />

a. Klaim gizi yaitu pemyataan bahwa <strong>suplemen</strong><br />

tersebut mengandung zat gizi tertentu yaitu<br />

sebanyak 11 merek (Vegeta., Natural B<br />

Komplek, Acerilla C, Vitacimin, Fress Royal<br />

Jelly, Ginseng Coffee, Ester C, CaMg, Big C<br />

Plus, Nutri Farnili dan CGF Honey).<br />

b. Klain kesehatan yaitu pemyataan bahwa<br />

<strong>suplemen</strong> tersebut dapat menyehatkan atau<br />

memulihkan stamina yaitu sebanyak 9 merek<br />

(FitUp, M150, Lipovitan, Hemaviton, Extra<br />

Joss, Kratingdaeng, Ginsana., Vitas Ginseng,<br />

Galin Bugar).<br />

c. Klaim tentang pengobatan atau kon<strong>di</strong>si yang<br />

dapat mencegah penyakit tertentu yaitu<br />

sebanyak 4 merek (Sun ChJorella, Vitasigi,<br />

Digestive Tea dan Raishi Gano).<br />

Analisis Hubungan Konsurnsi dengan<br />

Karakteristik Contoh<br />

Usia berbubungan dengan frekuensi dan<br />

tingkat <strong>konsumsi</strong> Semakin bertambah usia maka<br />

frekuensi dan tingkat <strong>konsumsi</strong> akan meningkat.<br />

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa<br />

penelitian sebelumnya antara lain Wingate<br />

( 1998), Slesinski, Subar dan Kahle (1995),<br />

Stewart (1985) yang juga berkesimpulan bahwa<br />

salah satu faktor yang mempengaruhi frekuensi<br />

<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> adalah usia, oleh karena<br />

bertarnbahnya usia akan <strong>di</strong>iukuti menurunnya<br />

kemarnpuan fisik <strong>di</strong> satu sisi dan bertarnbahnya<br />

aktivitas <strong>di</strong> sisi lain terutarna bagi orang yang<br />

masih aktif bekerja., menyebabkan orang<br />

cenderung meng<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> agar tetap<br />

dapat bekerja secara optimal.<br />

Tingkat pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan tidak berbubungan<br />

dengan frekuensi dan tingkat <strong>konsumsi</strong> . Hal ini<br />

berarti bahwa pada semua jenjang pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan<br />

frekuensi dan tingkat <strong>konsumsi</strong> dapat <strong>di</strong>anggap<br />

sarna. Dalarn penelitian U1l yang lebih<br />

berhubungan dengan frekuensi dan tingkat<br />

<strong>konsumsi</strong> adalah pengetahuan gizi. Semakin<br />

tinggi tingkat pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan maka wawasan akan<br />

lebih luas meskipun belum tentu pengetahuan gizi<br />

akan menja<strong>di</strong> lebih baik.<br />

Jam kerja memiliki hubungan nyata negatif<br />

dengan frekuensi <strong>konsumsi</strong>. Hal ini karena<br />

semakin bertarnbah usia kemarnpuan fisik<br />

semakin menurun sehingga jarn kerja juga<br />

menurun. Dalarn penelitian ini mayoritas contoh<br />

berusia 46-60 tahun yang berarti kemarnpuan<br />

fisik akan lebih rendah <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan usia 25-45<br />

tahun. Agar dapat bekerja dengan kon<strong>di</strong>si yang<br />

sehat seperti semula maka orang akan cenderung<br />

untuk meningkatkan <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong>. Dengan<br />

alasan ini frekuensi <strong>konsumsi</strong> berhubungan nyata<br />

negatif dengan jam kerja.<br />

Tingkat pengetahuan gizi menunjukkan<br />

hubungan nyata positif dengan frekuensi dan<br />

tingkat <strong>konsumsi</strong> . Semakin tinggi pengetahuan<br />

gizi maka frekuensi dan tingkat <strong>konsumsi</strong> akan<br />

meningkat. Hal ini karen a orang yang mengetahui<br />

manfaat makanan (Razim & Volmecke, 1998)<br />

memiliki kesan positif tentang makanan (pipes,<br />

62


Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga. Desembet- 200 I, XXV (2) • 57 - 64<br />

1989), yang memiliki pengetahuan gizi (Roedjito,<br />

1986) akan memilih kualitas makanan yang lebih<br />

baik. Dengan demikian pengetahuan gizi akan<br />

berhubungan dengan frekuensi dan tingkat<br />

<strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> sebagai <strong>suplemen</strong> gizi yang<br />

<strong>di</strong>butuhkan dalam keadaan tertentu. Jika <strong>di</strong>lihat<br />

dari setiap aspek pengetahuan gizi~ umumnya<br />

contoh hanya kesulitan membedakan vitamin<br />

larut air dan larut lemak serta masih menganggap<br />

bahwa <strong>suplemen</strong> <strong>di</strong>golongkan ke dalam obat atau<br />

makanan. Dengan demikian pengetahuan gizi<br />

contoh yang berhubungan dengan fungsi<br />

<strong>suplemen</strong> sebagai tambahan zat gizi cukup baik.<br />

Keadaan ini akan mempengaruhi persepsi contoh<br />

dalam meng<strong>konsumsi</strong> supJemen setiap kali<br />

<strong>di</strong>butuhkan.<br />

Tingkat pendapatan, tidak menunjukkan<br />

hubungan dengan frekuensi dan tingkat <strong>konsumsi</strong><br />

<strong>suplemen</strong>. Dengan demikian frekuesni dan tingkat<br />

<strong>konsumsi</strong> dapat <strong>di</strong>anggap sarna pada semua<br />

tingkat pendapatan Hal ini <strong>di</strong>sebabkan karena<br />

umumnya contoh meng<strong>konsumsi</strong> sup I emen<br />

bentuk cair yang harganya relatif terjangkau (ratarata<br />

Rp. 25001botol) untuk satu kemasan jual.<br />

Dalam penelitian ill! konsumen umumnya<br />

meng<strong>konsumsi</strong> sup1emen 1-3 kali seminggu<br />

Naiknya tingkat pendapatan tidak sekaligus<br />

menyebabkan bertambahnya tingkat <strong>konsumsi</strong><br />

Hal ini <strong>di</strong>jelaskan oleh Chong (1994) bahwa<br />

<strong>suplemen</strong> yang akan <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> sifatnya tidak<br />

tetap. Suplemen hanya akan <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> dalam<br />

keadaan tertentu seperti untuk memulihkan<br />

stamina setelah melakukan pekerjaan berat dan<br />

setelah kon<strong>di</strong>si tubuh menja<strong>di</strong> normal maka<br />

<strong>konsumsi</strong> kembali akan mengandalkan intake zat<br />

gizi dari menu sehari-hari. Dengan demikian<br />

tingkat <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> tidak akan selalu<br />

mengikuti naiknya tingkat pendapatan.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Kesimpulan<br />

2. Jenis <strong>suplemen</strong> dengan merek tunggal yang<br />

paling banyak <strong>di</strong>pilih adalah Fit-Up (10,4%)<br />

sedangkan merek ganda umumnya M 150<br />

dengan Vitas Ginseng (33,3%). Bentuk yang<br />

paling banyak <strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> adalah cair<br />

(51,3%). Bentuk yang paling banyak<br />

<strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> untuk a1asan kesehatan adalah cair<br />

(Fit-Up 15,03%); a1asan vitalitas adalah tablet<br />

(Natural B Complek 17, 14%) dan untuk<br />

a1asan lain-lain adalah bentuk serbuk (Vegeta<br />

28,57%)<br />

3. Frekuensi <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> umumnya tidak<br />

sering (56%). Merek yang paling banyak<br />

<strong>di</strong><strong>konsumsi</strong> adalah Vegeta (11,97%) dan<br />

terendah adalah Nutri Family (0,32%).<br />

4. Tingkat <strong>konsumsi</strong> <strong>suplemen</strong> sebulan<br />

umumnya kurang dari 15 ukuran saji atau<br />

rendah (53,4%), rata-rata tingkat <strong>konsumsi</strong><br />

setiap bulan untuk bentuk kapsulltablet<br />

sebanyak 15 ,2 buah, cair 20, 5 botal dan<br />

serbuk 14,7 bungkus<br />

5. Frekuensi <strong>konsumsi</strong> daJam seminggu<br />

berhubungan nyata positif dengan<br />

pengetahuan gizi, dan usia, sedangkan tingkat<br />

<strong>konsumsi</strong> sebulan berhubungan nyata positif<br />

dengan pengetahuan gizi. Frekuensi <strong>konsumsi</strong><br />

berhubungan nyata negatif dengan jam kerja.<br />

6. Sebagian contoh memperoleh informasi<br />

tentang produk dari .me<strong>di</strong>a massa (58,7%),<br />

tempat membeli <strong>di</strong> supermarket (51,3%).<br />

a1asan meng<strong>konsumsi</strong> untuk kesehatan dan<br />

kebugaran (66,7%) dengan atribut prioritas<br />

adalah nilai gizi (39%) dan harga (38,3%)<br />

Dengan demikian untuk memenuhi<br />

tambahan kebutuhan gizi sebaiknya dari<br />

<strong>konsumsi</strong> makanan dengan kandungan gizi<br />

seimbang, kecuali karen a sesuatu dan lain hal<br />

menu kita tidak seimbang maka sebaiknya <strong>di</strong>pilih<br />

<strong>suplemen</strong> yang telah terbukti berkhasiat bagi<br />

kesehatan<br />

1. Pada umumnya contoh berusia 46-60 tahun<br />

(60%), pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan S llDiploma (64,3%),<br />

pekerjaan sebagai PNS (45%), dengan jam<br />

kerja (53,3%), pendapatan (72,7%) dan<br />

pengetahuan gizi (54,33%), yang masingmasing<br />

termasuk kategori sedang.<br />

63


Me<strong>di</strong>a Gizi & Keluarga, Desember 200 \ . XXV (2) • 57 - 64<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Chong, 1994. Health Foods. Asia Pasific Food<br />

Industry. 04:78-81 . April<br />

Eldridge, Alison L & Edward T Sheehan, 1994.<br />

Food Supplement Use and Relatied Belue.<br />

Survey of Community College Student.<br />

Journal of Nutrition Education. 26259-265.<br />

Golberg, I, 1994. Funcional Food. Chapman Hal.<br />

Dept.BC. New York.<br />

Karya<strong>di</strong>, D & Hennana, 1995. Kecenderungan<br />

Penggunaan Makanan Fungsional dan<br />

Masalahnya. Prosi<strong>di</strong>ng Kongres Penyegar<br />

llinu Gizi X bandung: 21-23 Nopember.<br />

Roedjito D. 1989. Kajian Penelitian Gizi<br />

Me<strong>di</strong>yatama Sarana Perkasa. Jakarta.<br />

Stewart ML, McDinald JT, Levy AS, Schucker<br />

RE, Henderson DP. 1985 . Vitaminb/mineral<br />

Supplement use: Telephon survey of Adulth<br />

in the United State.<br />

Thomsen, Terry & Amos, 1999. Food and Drug<br />

Administrations USA Center for Food<br />

Safety Applied Nutritions. http://www.<br />

cfsan.fda.gov<br />

Wibisono, C. 1. Wibisono, B. Shindhunata, V. Liu<br />

& M GumiJang, 1997. Foods Industry<br />

Indonesia<br />

64

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!