12.07.2015 Views

INTERAKSI SUAMI ISTRI DALAM MEWUJUDKAN HARMONISASI ...

INTERAKSI SUAMI ISTRI DALAM MEWUJUDKAN HARMONISASI ...

INTERAKSI SUAMI ISTRI DALAM MEWUJUDKAN HARMONISASI ...

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>INTERAKSI</strong> <strong>SUAMI</strong> <strong>ISTRI</strong> <strong>DALAM</strong> <strong>MEWUJUDKAN</strong> <strong>HARMONISASI</strong>KELUARGA RESPONSIF GENDEROleh: Herien PuspitawatiDepartemen Ilmu Keluarga dan KonsumenFakultas Ekologi Manusia- Institut Pertanian Bogor2013Sumber: Puspitawati, H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita diIndonesia. PT IPB Press. Bogor.Email: herien_puspitawati@email.comTipe, Latar Belakang dan Proses PerkawinanUndang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan danpembangunan keluarga menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakatyang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibudan anaknya (Pasal 1). Dengan demikian, pembentukan keluarga harus melalui ikatanperkawinan yang merupakan “kontrak sosial dan spiritual/ibadah” yang merubah statusmasing-masing individu yang independen (mandiri) menjadi hubungan yang inter-dependentatau saling ketergantungan dengan dasar kemandirian tertentu. Adapun tipe perkawinan yangdiijinkan secara resmi di Indonesia adalah tipe perkawinan monogami.1. Tipe-tipe perkawinan meliputi (Williamson 1972 dan Schwartz & Scott 1994):a. Monogami: Menikah dengan jenis kelamin berbeda, diakui secara hukum,dapat memilih pasangan lagi, asal sudah cerai hidup atau mati (satu suami,satu istri): Secara praktis terdapat dalam semua masyarakat (primitif, setengahmodern, atau modern).b. Poligami: Seseorang dengan jenis kelamin tertentu menikah dengan beberapaorang dengan jenis kelamin bebeda (satu suami, lebih dari satu istri):Mayoritas pada masyarakat kuno dan masyarakat timur.c. Poliandri pasangan yang menikah dengan kondisi satu istri dengan lebih darisatu suami:(1) Perkawinan poliandri relatif lebih jarang daripada poligini.(2) Dijumpai di strata sosial yang lebih rendah di Tibet dan Marquesane.d. Perkawinan kelompok (group Marriage):(1) Perkawinan antara sekelompok laki-laki (suami) dengan sekelompokwanita (Istri).(2) Dijumpai di sebagaian masyarakat di New Guinea.2. Cara untuk menentukan garis keturunana. Patrilineal: Berdasarkan garis keturunan dari laki-laki.b. Matrilineal: Berdasarkan garis keturunan dari perempuan.3. Menurut tempat tinggal pasangan setelah kawin. Siapakah berdampingan denganorangtua suami atau orangtua istri:a. Patrilokal/ Paternal: Anggota-anggota keluarga luar tinggal bersama menurutgaris patrilineal.b. Matrilokal/ Maternal: Anggota-anggota keluarga luar tinggal bersama-samamenurut garis Matrilineal.


menerima dan tidak mau menang sendiri, akan tetapi penuh pengertian dan cintakasih dipayungi Ridha Tuhan yang pengasih .......”. 10.22. Selanjutnya saya mengucapkan sighat ta'lik atas istri saya seperti berikut: “Sewaktu-waktu saya: (1) Meninggalkan istri saya tersebut dua tahun berturut-turut,(2) atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan lamanya, (3) atausaya menyakiti badan/jasmani istri saya itu, atau (4) atau saya membiarkan (tidakmemperdulikan) istri saya itu enam bulan lamanya, kemudian istri saya tidak ridladan mengadukan halnya kepada pengadilan Agama atau petugas yang diberi hakmengurus pengaduan itu, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima olehpengadilan atau petugas tersebut, dan istri saya itu membayar uang sebesar Rp…..sebagai 'iwadl (pengganti) kepada saya maka jatuhlah talak satu kepadanya.”.......”. 10.2Kualitas PerkawinanKualitas perkawinan merupakan suatu derajat perkawinan yang dapat memberikebahagiaan dan kesejahteraan bagi pasangan suami dan istri sehingga dapat menjagakelestarian perkawinan. Kualitas perkawinan yang mencerminkan harmonisasi pasangansuami dan istri merupakan salah satu faktor yang mencegah adanya perceraian. Definisikualitas perkawinan dapat dijelaskan secara garis besar sebagai berikut:1. Kebahagiaan adalah keadaan subjektif pikiran, perasaan, kondisi dan pengalamanpersonal.2. Konsep dimensi kualitas perkawinan berkaitan dengan penyesuaian dankeharmonisan sebagai proses untuk mencapai satu tujuan perkawinan, yaitukebahagaian dalam kehidupan perkawinan (marital happiness in marriage).a. Jadi perkawinan yang bahagia adalah perkawinan yang dilandasi dengan cinta(sebagai objek) dapat membuat orang merasakan kenikmatan (joy) terhadapapa yang diraihnya, tapi dengan tidak mengabaikan apa yang telah menjadikebutuhan dasar manusia dalam rangka memenuhi kepuasannya.b. Kemampuan untuk menghasilkan perasaan bahagia pada masing-masingindividu suami istri berbeda tergantung pada kapasitas individu dalammenyesuaikan dan perasan empati serta kematangan sosial.c. Penyesuaian suami dan istri tergantung pada kemampuan dan keefektifakkomunikasi antara keduanya dalam melakukan peran instrumental atauekspresif, dalam menyesuaiakan perilaku seksual dan dalam menyesuaikanprinsip-prinsip hidup.Elemen terpenting yang dapat menentukan kualitas perkawinan adalah komunikasi.Komunikasi tersebut terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu: (1) Open and Honest Communication.Komunikasi tipe ini memperlihatkan ekspresi pasangan secara tepat dan tidakmencampuradukan pesan. Selain itu, komunikasi tipe ini memberikan kontribusi terhadaphubungan kualitas perkawinan, (2) Supportiveness. Komunikasi tipe ini memperlihatkanperlakuan seseorang terhadap orang lain yang sedang berbicara dengan penuh perhatian danrespect, dan (3) Self-Disclosure. Komunikasi tipe ini sama dengan tipe pertama (open andhonesty), akan tetapi ada beberapa elemen perasaan dan emosi yang lebih kuat. Selain itu intidari komunikasi ini adalah berbicara dengan orang lain mengenai ketakutan, harapan, dankeinginan (Kammeyer 1987).Mackey and O‟Brien (Haseley 2006) menjelaskan lima komponen penting dalamkepuasan perkawinan, yaitu: (1) Tingkat konflik pasangan yang semakin tinggi akan


<strong>INTERAKSI</strong> <strong>SUAMI</strong> DAN <strong>ISTRI</strong>KUALITASPERKAWINANGambar 10.2. Perubahan status dan peran dari bujangan menjadi berkeluarga.Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi pada dua atau lebih objekdengan saling mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini pentingdalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat. Interaksiberasal dari kata action yang berarti tindakan, dan inter artinya berbalas-balasan. 10.4 Interaksisuami istri merupakan sebuah hubungan timbal balik antara suami dan isteri yangmemperlihatkan suatu proses pengaruh dan mempengaruhi. Keluarga mempunyai interaksidan hubungan yang memberikan ikatan yang jauh lebih lama dibandingkan dengan kelompokasosiasi lainnya. Interaksi pasangan suami istri dikonsepkan ke dalam tiga komponen dasaryaitu (1) Kesesuaian dalam persepsi peran, (2) Timbal balik peran, (3) Kesetaraan fungsiperan (Saxton 1990).Interaksi manusia dalam ilmu sosiologi, harus didahului oleh kontak dan komunikasi.Hubungan manusia ini kemudian saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnyamelalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang disumbangkan,yang semua pesannya membentuk pengetahuan. Model interaksi dari proses komunikasimenunjukkan pengembangan peran (role development), pengambilan peran (role taking), danpengembangan diri sendiri (development of self) karena manusia berkembang melaluiinteraksi sosialnya. Komunikasi manusia tersebut pun terjadi dalam konteks budaya tertentudan mempunyai batas-batas tertentu (Ruben 1988 dan Liliweri 1997 dalam Puspitawati2006).Adapun wujud interaksi antara suami dan istri adalah sebagai berikut:1. Bonding dan kedekatan serta saling ketergantungan antara suami dan istri.2. Kemitraan suami istri dalam mengelola sumberdaya keluarga baik keuangan keluarga,pengambilan keputusan tentang pembelian properti atau pendidikan anak, dankerjasama dalam perencanaan kehidupan keluarga secara umum.3. Komunikasi suami istri dalam melakukan pengasuhan anak-anaknya, komunikasiantar keluarga inti dengan keluarga keluarga besar, dan komunikasi antara keluargainti dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.4. Hubungan diadik yang seimbang antara suami dan istri dalam menciptakan rasasaling mencintai, menghormati, ketergantungan, menghargai dan berkomitmen dalammenjalankan fungsi-fungsi keluarga untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga lahirdan batin.


5. Dalam mempercepat proses penyesuaian status dan peran antara suami dan istri,maka masing-masing pihak harus melakukan proses imitasi, identifikasi, sugesti,motivasi, simpati dan empati antara satu dengan lainnya.Berkaitan dengan tingkat kebahagiaan perkawinan terdapat 7 (tujuh) tipologipasangan perkawinan, yaitu (Olson 1981):1. Perkawinan pasangan tanpa vitalitas yang dicirikan dengan kondisi perkawinan yanglabil dengan pasangan yang tidak merasa puas dengan perkawinannya. Pasangan tipeini biasa menikah pada usia telalu muda, masih memiliki penghasilan rendah, danbiasanya berasal dari keluarga yang „berantakan‟.2. Perkawinan pasangan finansial yang dicirikan dengan kondisi banyak konflik tidakterselesaikan, dan pasangan tidak merasa puas dengan komunikasi dalam perkawinandan tidak puas dengan kepribadian masing-masing individu. Pasangan tipe ini lebihmemprioritaskan karir daripada keluarga dan uang (finansial) menjadi sangat pentingdalam kehidupan keluarga di atas esensi makna berkeluarga.3. Perkawinan pasangan konflik yang dicirikan dengan kondisi tidak puas dalamberbagai aspek misalnya seksual, kepribadian pasangan, komunikasi, dan pemecahanmasalah yang sedang dihadapi. Pasangan tipe ini selalu diwarnai dengan konflik,sehingga mencari kepuasan dari dimensi eksternal, seperti memfokuskan pada hobiatau ritual keagamaan.4. Perkawinan pasangan tradisional yang dicirikan dengan kondisi perkawinan yangstabil dengan pencapaian kepuasan dalam banyak aspek kehidupan keluarga, namunmasih memiliki masalah serius dalam aspek komunikasi dan seksual. Kebahagianpasangan tipe ini lebih didasari atas aspek tradisional religius dan hubungan yang baikantara kedekatan kerabat atau keluarga besar dan teman-teman.5. Perkawinan pasangan seimbang yang dicirikan dengan kepuasan yang cukup baikdalam komunikasi dan resolusi konflik karena pasangan ini lebih memprioritaskankeluarga dibandingkan dengan aspek lain, memiliki kepuasan yang setara antarasuami istri dalam aspek aktifitas waktu luang, pengasuhan anak, dan seksualitas.6. Perkawinan pasangan harmonis yang dicirikan dengan kepuasan perkawinan yangdiwujudkan dengan ekspresi kasih sayang, dan kepuasan seksual.7. Perkawinan pasangan penuh vitalitas yang dicirikan dengan tingkat kepuasan yangtinggi didasari atas pasangan suami istri harmonis dalam menjalin hubungan denganbaik, kepribadian yang saling melengkapi, komunikasi yang baik, mencari solusi darikonflik, kepuasan secara seksual maupun secara finansial.Berkaitan dengan perubahan jaman, Elkind (1994) membahas adanya pergeseranmakna perkawinan antara masyarakat tradisional, modern dan post modern berkaitan denganrelasi gender. Perubahan jaman membawa perubahan sosial, ekonomi dan teknologi yangberakibat pada perubahan pandangan terhadap institusi keluarga. Perkawinan tidak lagidipandang sebagai sesuatu yang sakral dan harus diperjuangkan/dipertahankan sampai mautmemisahkan pasangan suami istri. Perubahan jaman memandang perkawinan sebagai suatupilihan saja yang mempertimbangkan sisi rasional seperti keuntungan dan kerugian, bukansebagai makna spiritual yang dijadikan pegangan dunia akhirat. Oleh karena itu perubahanjaman mengharuskan adanya perubahan pembagian peran dan strategi interaksi antara suamiistri.


Perkembangan Peran Gender dalam PerkawinanKeadaan perkawinan dan interaksi suami dan istri mempunyai banyak perkembanganperan gender sepanjang jaman mulai dari era tradisional, sampai ke era pasca modern.Berikut ini diuraikan perkembangan keluarga sepanjang jaman dengan peran gender sebagaiberikut:Tabel 10.1. Ilustrasi perkembangan keadaan keluarga tradisional, modern dan pascamodern.No Traditional Modern Pasca Modern1 Tipe keluarga umumnyaadalah keluarga besar(extended family)2 Peran suami sebagai mainbreadwinner, peran istrisebagai ibu rumahtanggasaja, biasanya usia suamilebih tua dari istri,3 Pembagian tugas sangatjelas dan kaku: suamibekerja di sektor publik,istri di sektor domestik,tidak ada istri yangbekerja di luar rumah4 Tempat kerja dan tempattinggal relatif berdekatan5 Suami sehabis bekerjalangsung pulang6 Bentuk keluargaumumnya keluargaberjumlah besar (tidakada perencanaankeluarga, anak umumnyaberjumlah 5-11 orang)7 Pengasuhan anakTipe keluarga umumnyaadalah keluarga inti (NuclearFamily)Peran suami sebagai mainbreadwinner & biasanyalebih tua dari istri; Peran istrimulai sebagai secondarybreadwinner sehinggamembentuk dual earnerfamiliesPembagian kerja tidakterlalu kaku; suami masihtetap dominan di sektorpublik namun mulaimembantu di sektordomestik; istri dominan disektor domestik namunmulai membantu di sektorpublikTempat tinggal dan tempatkerja cukup jauh (dapatlintas regional) dan sebagianpekerja 'melajo'Suami/istri sehabis bekerjasekali-kali belanja dulu barupulangBentuk keluarga umumnyakeluarga berjumlah sedang(ada perencanaan keluarga,umumnya jumlah anak 3-4orang)Banyak tipe keluarga yangkeluarga komtemporer(Contemporer Family: singleparent, gay & lesbian families,Cohabitation)Suami dan atau istri dapatsebagai main breadwinners; usiaistri & suami dpt lebih tua/muda;Sebagian kecil peran istrisebagai housewive; umumnyadual earner familiesPembagian kerja sangat flekibel;suami/istri dapat saling dominandi sektor publik, suami jugasangat membantu di sektordomestikTempat tinggal dan tempat kerjadapat sangat jauh (lintaspropinsi) atau (lintas negara)yang pulang secara regulerdalam waktu tertentuSuami/istri sehabis bekerjalangsung pergi ke bar atau kegymnasium, baru malamnyapulangBentuk keluarga umumnyakeluarga berjumlah kecil (adaperencanaan keluarga, umumnyajumlah anak1-2 orang)umumnya tipe otoriterPengasuhan anak umumnyatipe demokratisPengasuhan anak umumnya tipedemokratis & permissive8 Anak harus menurut danpatuh pada orangtuaAnak mulai beraniberdiskusi dengan orangtuaAnak sangat berani bertengkardengan orangtua, bahkan tidakmau tinggal bersama orangtua9 Istri sangat menurut pada Istri mulai berani berdiskusi Istri sangat berani untuk


No Traditional Modern Pasca Modernsuami; suami sangatdominan dan terkesanseperti raja10 Suami sangatmendominasi keluarga11 Perkawinan umumnyadijodohkan; perkawinanmutlak harus dilakukan12 Perkawinan adalah untukselamanya13 Aborsi tidakdiperkenankan14 Keperawanan adalahmutlak bagi seorangperempuan sebelummenikah15 Seks di luar nikah adalahtabu dan terlarang;Pendidikan seks adalahtabudengan suami; suami tidakdominan; pasangan cukupsetaraSuami cukupmengakomodasi keinginanistri dan anak-anakPerkawinan adalah pilihananaknya; perkawinan mulaimenjadi pilihanPerkawinan diusahakanuntuk selamanyaAborsi mulai merupakanpilihanKeperawanan mulai tidakpentingKemitraan Gender dalam PerkawinanSeks adalah pilihan asaldapat menanggung resiko;Pendidikan seks mulaidiajarkan sejak usia dinibertengkar dengan suami; tidakada dominasi dari salah satupihakSuami dan isteri berkedudukandan berfungsi setaraPerkawinan adalah pilihananaknya, bahkan tidak harusmenikahPerkawinan tdk usahdipertahankan apabila tidaklayak lagiAborsi menjadi pilihan hak asasimanusiaKeperawanan bukan hal yangsakral lagiSeks adalah hak asasi dankebutuhan pendidikan seksdiajarkan sejak usia diniBerdasarkan adanya trend perceraian, maka perkawinan yang dilandasi ataskesetaraan dan keadilan gender menjadi solusi yang tepat untuk saat ini. Interaksi suami danistri yang didasari oleh kemitraan gender dalam mewujudkan harmonisasi keluarga adalah:1. Berkaitan dengan proses pemenuhan kebutuhan biologis dan non-biologis.2. Berkaitan dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat terhadap sumberdayakeluarga.3. Berkaitan dengan kemitraan gender (gender partnerships) untuk menjalankan fungsikeluarga menuju terwujudnya tujuan keluarga.4. Menghindari perkawinan yang dilandasi oleh bias gender dengan segala bentukdiskriminasi, stereotype, marginalisasi (beri contoh-contoh).Perkawinan yang responsif gender memberikan kesempatan yang adil kepada suamidan istri untuk menjalankan perannya dalam keluarga dan dalam melaksanakan hak dankewajiban sesuai dengan perannya tersebut secara setara, adil dan bijaksana. Kondisiperkawinan responsif gender ditunjukkan sebagai berikut:1. Kedudukan suami dan istri adalah setara, yang artinya sejajar dalam arti sama-samapenting dan sama-sama berperan sesuai dengan pembagian peran yang disepakati.Konsep kesetaraan dalam perkawinan disini bukan sebagai suatu pemberontakanterhadap aturan budaya patriarki, namun sebagai suatu koreksi terhadappenyimpangan budaya patriarki yang digunakan oleh kaum lelaki untukmelanggengkan kekuasaan atas nama perkawinan.2. Meskipun dalam budaya patriarki laki-laki atau suami adalah pemimpin, namunmakna “pemimpin keluarga” sebagaimana yang dilabelkan oleh sistim budayapatriarkhi adalah bermakna “pemimpin bersama secara kemitraan (partnership)”antara suami dan istri dengan saling melengkapi kemampuan dan kelemahan masing-


masing. Jadi bukan kepemimpinan otoriter yang seakan-akan istri/ suami harustunduk kepada kemauan salah satu pihak. Dengan demikian bentuk adil gender dalamkeluarga diawali dari “Mitra kesejajaran/kesetaraan” antara suami dan istri (meskipunsuami tetap menjadi pemimpin keluarga), yaitu masing-masing menjadi pendengaryang baik bagi pihak lain termasuk juga dari pihak anak-anak. 10.53. Hubungan suami istri, bukanlah hubungan “ atasan dengan bawahan” atau “majikandan buruh” ataupun “orang nomor satu (pemimpin) dan orang belakang (koncowingking atau orang dapur)”, namun merupakan hubungan pribadi-pribadi yang“merdeka (free–independent)”, pribadi-pribadi yang menyatu kedalam satu wadahkesatuan yang utuh yang dilandasi oleh saling membutuhkan, saling melindungi,saling melengkapi dan saling menyayangi satu dengan yang lain untuk sama-samabertanggungjawab di lingkungan masyarakat dan dihadapan Tuhan Yang MahaEsa. 10.54. Untuk suami, meskipun menurut sebagian besar adat dan norma serta agama adalahkepala rumahtangga atau pemimpin bagi istrinya, namun tidak secara otomatis suamiboleh semaunya dengan sekehendak hatinya menjadi pribadi yang otoriter, menangsendiri, dan berkeras hati mempimpin keluarga tanpa mempertimbangkan kemauandan kemampuan intelektual istrinya. 10.55. Hak seorang istri adalah menghargai hak suaminya, begitupula sebaliknya hakseorang suami adalah menghargai hak istrinya. Pasangan suami istri yang harusmenyadari bahwa haknya adalah sama dan setara. Adapun kewajiban seorang istriyang harus patuh pada perintah suami dimaknai sebagai ungkapan penghargaanterhadap pemimpin keluarga. Namun demikian, suami juga harus membalaskepatuhan sebagai kewajiban istri dengan menjaga dan menghargai martabat istrisebagai orang merdeka yang dengan sadar patuh kepada suaminya.6. Status sebagai suami atau istri tidak berarti menghambat atau menghalangi masingmasingpihak dalam mengaktualisasikan diri secara positif (suami dan istri memangsudah mempunyai pekerjaan sebelum menikah, dan masing-masing mempunyaikemampuan intelektual dan ketrampilan masing-masing). Masing-masingmempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam segala bidang dimasyarakat. Justru, kalau memungkinkan, status baru suami istri dapat mendukungsatu sama lain dalam melaksanakan peranserta individu dalam masyarakat. 10.57. Suami dan istri harus mampu mengatur waktu dan berinteraksi dengan baik sertadapat berbagi tugas dalam menjalankan perannya masing-masing secara adil danseimbang, karena pada hakekatnya semua urusan rumahtangga, baik aspek produktif,domestik, dan sosial kemasyarakatan, serta kekerabatan adalah urusan bersama dantanggung jawab bersama suami istri. Oleh karena itu, kemampuan mengendalikandiri dan kemampuan bekerjasama didasari saling pengertian adalah kunci utamadalam membina kebersamaan. 10.58. Masing-masing pihak mampu untuk mengenali „anatomi dan fisiologi istri/suami‟atau „genotip dan fenotip istri/suami‟. Tipe perempuan yang mana yang cocokdiperistri oleh seorang suami tergantung dari kecocokan kepribadian kedua belahpihak. Terdapat 3 (tiga) tipe perempuan, yaitu:a. Perempuan Tipe 1 adalah perempuan yang mempunyai talenta tinggi dan sifatprofesional yang tidak kalah dengan laki-laki, dengan demikian, tipeperempuan seperti ini adalah perempuan yang berkeinginan danberkemampuan untuk bekerja mencari nafkah (Tipe 1= harus bekerja).b. Perempuan Tipe 2 adalah perempuan yang mempunyai cukup talenta namuntidak terlalu ingin bekerja untuk mencari nafkah namun tidak terlalu bersediamenjadi ibu rumahtangga saja, dengan demikian, tipe perempuan seperti ini


adalah perempuan yang tidak terlalu berkeinginan dan berkemampuan untukbekerja mencari nafkah (Tipe 2= tidak harus bekerja; bekerja tidak apa-apa;tidak bekerja juga tidak apa-apa).c. Perempuan Tipe 3 adalah perempuan yang cukup mempunyai talenta, namuntidak berkeinginan dan kurang berkemampuan untuk bekerja mencari nafkah(Tipe 3= ibu rumahtangga saja).Dengan demikian, baik suami atau istri mampu untuk mengidentifikasi diri masingmasingdan mampu untuk menguraikan konsekuensi dari identitas diri tersebut (Gambar10.4), misalnya:1. Konsekuensi dari Perempuan Tipe 1 bagi Suami adalah perempuan tersebut akanmengembangkan karirnya; Perempuan cenderung mandiri secara finansial;Perempuan akan mensubstitusi peran domestik dan pengasuhan anak pada orang lain;Perempuan akan sering meninggalkan rumah untuk bekerja.2. Konsekuensi dari Perempuan Tipe 2 bagi Suami adalah perempuan tersebut tidakakan mengembangkan karirnya; Perempuan kurang mandiri secara finansial;Perempuan masih cenderung melakukan peran domestik dan pengasuhan anak;Perempuan tidak akan sering meninggalkan rumah untuk bekerja.3. Konsekuensi dari Perempuan Tipe 3 bagi Suami adalah perempuan tersebut tidakakan bekerja; Perempuan sangat tergantung pada suami secara finansial; Perempuanakan tinggal di rumah untuk melakukan peran domestik dan pengasuhan anak;Perempuan akan selalu tinggal di rumah.Hal lain yang sangat sensitif berkaitan dengan hubungan personal suami istri adalahhubungan seksual. Hubungan jasmani antara suami istri tidak boleh ada unsur pemaksaan,misalnya suami memaksa istri untuk melakukan hubungan intim, dan sebaliknya istrimemaksa suami untuk melakukan hubungan intim. 10.5 Hubungan intim dalam perkawinanadalah hubungan secara fisik, psikologis, dan spiritual dalam rangka prokreasi untukmeneruskan keturunan. Oleh karena itu, hubungan intim dalam perkawinan dipandangsebagai suatu simbul saling memberi, saling menyenangkan dan saling menjaga hubunganantara suami istri.Dalam rangka proses penyesuaian semua perbedaan dan persamaan personalitas ini,maka suami dan istri harus secara cermat dan sistimatis melakukan langkah-langkah progresifdalam mempertahankan perkawinan. Persamaan yang harus disadari oleh suami dan istriadalah berkaitan dengan kebutuhan umum (general needs) yang terdiri atas kebutuhan fisik,sosial-ekonomi, psikologi/emosi, dan spiritual. Adapun perbedaan antara suami dan istrididasari atas perbedaan kebutuhan khusus (specific needs) yang berkaitan dengan perbedaanhormonal, alat reproduksi dan fungsi biologis. Perbedaan lainnya adalah yang berkaitandengan personalitas individu dan nilai-nilai individu.Hubungan dalam perkawinan harus dibina oleh pasangan suami istri melalui aktivitassebagai berikut (Boehi et al. 1997: 41, 42):1. Mendiskusikan harapan dan merencanakan masa depan keluarga serta menyelesaikanpermasalahan yang dihadapi secara bersama.2. Membuat keputusan akan perencanaan kehidupan keluarga secara bersama baikberkaitan dengan keuangan, pembelian rumah, pemeliharaan rumah, hubungan socialkemasyarakatan dan kehidupan spiritual.3. Melakukan pengasuhan terhadap anak secara bersama yang berkaitan dengan perilakusebagai berikut:a. Sikap orangtua terhadap anak-anak harus dikoordinasikan dan diteladanidengan baik.


. Siapa yang berperan menjadi pengasuh dan pendidik utama anak, apakah ibuatau ayah atau keduanya?c. Bagaimana strategi orangtua dalam mendisiplinkan anak? Bagaimana keduaorangtua melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab dalam mengasuhdan mendidik anaknya?4. Bagaimana pasangan berdoa untuk memadukan kedua hati dalam perkawinan.a. Kekuatan kehidupan apa yang dipandang oleh suami istri dalammempertahankan perkawinan?b. Kelemahan apa yang dipandang oleh suami istri dalam melihat tantanganuntuk menyelesaikan masalah-masalah dalam perkawinan?5. Pasangan suami istri wajib untuk memelihara komitmen bersama untukmempertahankan dan memelihara perkawinan melalui pengukuhan ikatanperkawinan.6. Pasangan suami istri wajib juga untuk melakukan perencanaan keluarga dalam halkeuangan, pendidikan anak, dan investasi/tabungan.7. Pasangan suami istri harus membina hubungan dengan keluarga besar baik dari pihaksuami atau istri. Keluarga besar harus ditempatkan secara sejajar dan adil, artinyatidak boleh ada diskriminasi sosial antara keluarga besar dari pihak suami atau istri.8. Dalam rangka memenyikapi pelaksanaan sistem patriarki, maka suami istri tetapmenjunjung tinggi sistem patriakhi namun dalam pelaksanaannya suami istrimempunyai kedudukan yang setara dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga untukmewujudkan kesejahteraan keluarga lahir dan batin.Tabel 10.2. Perbedaan mekanisme kerja otak antara laki-laki dan perempuan (Brizendin2006).PerempuanMenggunakan sekitar 20 000 kata per hariMengingat rincian pertengkaranPikiran tentang seks di otak perempuan setiap duahari sekaliTahu apa yang dirasakan orang lainCenderung membentuk ikatan yang lebih dalamdengan teman perempuanLaki-lakiMenggunakan sekitar 7 000 kata per hariTidak dapat diingat sama sekaliSetiap menitTidak dapat melihat emosi kecualiseseorang menangisCenderung kurang membentuk ikatan yanglebih dalam dengan teman lelakiMengingat perbedaan antara laki-laki dan perempuan di atas, maka dapat dimaknaiadanya kelebihan dan kelemahan psikologi antara laki-laki dan perempuan sebagai berikut(Kimmel & Aronso: 22):1. Perempuan mempunyai penghargaan diri (self-esteem) yang lebih rendahdibandingkan dengan laki-laki.2. Perempuan tidak menghargai semua usahanya sebanyak laki-laki.3. Perempuan mempunyai rasa percaya diri (self-confident) yang lebih rendah dari lakilaki4. Perempuan lebih cenderung untuk mengatakan bahwa dirinya “terluka (hurt)” daripada mengakui bahwa dirinya “marah (angry)”.5. Perempuan mempunyai kesulitan mengembangkan perasaan “memisahkan perasaandiri (separate sense of self)”6. Laki-laki cenderung lebih angkuh dan sombong dibandingkan dengan perempuan.7. Laki-laki cenderung menilai terlalu tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukan.8. Laki-laki tidak serealistis seperti perempuan di dalam mengukur kemampuannya.


9. Laki-laki cenderung untuk menuntut (accuse) dan menyerang oranglain pada saattidak senang daripada berkata bahwa dirinya merasa terluka dan mengundang simpati.10. Laki-laki cenderung mempunyai kesulitan dalam membentuk dan memelihara kontakhubungan (attachments)Apabila dilihat berdasarkan komponen kualitas perkawinan yang terdiri ataskebahagiaan dan kepuasan, maka terdapat 4 tipologi kepuasan dalam perkawinan dan contohcontohkondisinya:1. Tipe Kualitas Perkawinan A: Istri bahagia dan puas; Suami bahagia dan puasdicontohkan dengan keadaan:a. Ada kesetaraan dalam menikmati kebahagiaan dan kepuasan manfaat dariesensi berkeluarga baik suami atau istri.b. Anak-anak merasa nyaman dan aman serta stabil dalam melihat kesetaraankebagaiaan dan kepuasan antara ayah dan ibunya dalam hal kondisi fisik, danpsikologinya.c. Anak-anak sangat puas dan bahagia dengan kondisi fisik, dan psikologinyaserta puas terhadap interaksi dengan orangtuanya.d. Masing-masing suami dan istri puas dan bahagia dengan semua keadaankeluarga baik materi, sumberdaya keluarga, kondisi kesehatan keluarga,kondisi psikologi dan spiritual keluarga.e. Istri puas dengan komunikasi dan interaksi hubungan fisik, dan sosialpsikologi dengan suaminya, begitu pula suaminya puas dengan hubunganfisik, dan sosial psikologi dengan istrinya.f. Istri dan suami puas dengan gaya manajemen sumberdaya keluarga dan prosespengambilan keputusan dalam menggunakan sumberdaya tersebut.2. Tipe Kualitas Perkawinan B: Istri bahagia dan puas; Suami tidak bahagia dan tidakpuasdicontohkan dengan keadaan:a. Ada ketidaksetaraan dalam menikmati kebahagiaan dan kepuasan manfaat dariesensi berkeluarga, terutama dari pihak suami.b. Anak-anak merasa bingung melihat ketidaksetaraan kebahagiaan dankepuasan antara ayah dan ibunya dalam hal kondisi fisik, dan psikologinya.c. Konflik suami istri dan konflik keluarga inti dalam waktu jangka pendeksampai menengah.d. Istri merasa puas dan bahagia dengan semua keadaan keluarga baik materi,sumberdaya keluarga, kondisi kesehatan keluarga, kondisi psikologi danspiritual keluarga, namun suami merasa tidak puas dan bahagia.e. Istri merasa puas dengan komunikasi dan interaksi hubungan fisik, dan sosialpsikologi dengan suaminya, namun suami tidak merasa puas dengan hubunganfisik, dan sosial psikologi dengan istrinya.f. Istri merasa puas dengan gaya manajemen sumberdaya keluarga dan prosespengambilan keputusan dalam menggunakan sumberdaya tersebut, namunsuami tidak merasa puas dengan semua gaya manajemen keluarga.3. Tipe Kualitas Perkawinan C: Istri tidak bahagia dan tidak puas;Suami bahagia danpuasdicontohkan dengan keadaan:a. Ada ketidaksetaraan dalam menikmati kebahagiaan dan kepuasan manfaat dariesensi berkeluarga, terutama dari pihak istri.b. Anak-anak merasa bingung melihat ketidaksetaraan kebahagiaan dankepuasan antara ayah dan ibunya dalam hal kondisi fisik, dan psikologinya.


c. Konflik suami istri dan konflik keluarga inti dalam waktu jangka pendeksampai menengah.d. Suami merasa puas dan bahagia dengan semua keadaan keluarga baik materi,sumberdaya keluarga, kondisi kesehatan keluarga, kondisi psikologi danspiritual keluarga, namun istri merasa tidak puas dan bahagia dengan semuakeadaan keluarga.e. Suami merasa puas dengan komunikasi dan interaksi hubungan fisik, dansosial psikologi dengan istrinya, namun istri tidak merasa puas denganhubungan fisik, dan sosial psikologi dengan suaminya.f. Suami merasa puas dengan gaya manajemen sumberdaya keluarga dan prosespengambilan keputusan dalam menggunakan sumberdaya tersebut, namunistritidak merasa puas dengan semua gaya manajemen keluarga.4. Tipe Kualitas Perkawinan D: Istri tidak bahagia dan tidak Puas; Suami tidak bahagiadan tidak puas dicontohkan dengan keadaan:a. Ada kesetaraan dalam menikmati ketidakbahagiaan dan ketidakpuasanmanfaat dari esensi berkeluarga, baik dari pihak suami maupun istri.b. Anak-anak merasa bingung melihat ketidakbahagiaan dan ketidakpuasanantara ayah dan ibunya dalam hal kondisi fisik, dan psikologinya.c. Kondisi tipe kualitas perkawinan D cenderung untuk memicu konflik suamiistri dan konflik keluarga inti dalam waktu jangka pendek.d. Baik istri maupun suami tidak merasa puas dan bahagia dengan semuakeadaan keluarga baik materi, sumberdaya keluarga, kondisi kesehatankeluarga, kondisi psikologi dan spiritual keluarga.e. Baik istri maupun suami merasa tidak puas dengan komunikasi dan interaksihubungan fisik, dan sosial psikologi dengan suaminya.f. Baik istri maupun suami merasa tidak puas dengan gaya manajemensumberdaya keluarga dan proses pengambilan keputusan dalam menggunakansumberdaya tersebut.Berikut ini disajikan Tabel 10.3 tentang ilustrasi alternatif strategi penyesuaian antaraharapan dan kenyataan dengan alternatif hasil kualitas perkawinan.Tabel 10.3 Ilustrasi strategi penyesuaian dan tipe kualitas perkawinan.Strategi Coping Penyesuaian yang Telah DilaksanakanSebelumnyaCoping Tipe A: Suami dan Istri berusaha keras untuk salingmelengkapi dan menurunkan standar harapan dan menikmatimaksimal hasil kenyataan yang ada setelah berusaha maksimal.Coping Tipe B: Istri berusaha keras untuk melengkapi danmenurunkan standar harapan dan menikmati maksimal hasilkenyataan yang ada setelah berusaha maksimal, tetapi suamikurang berusaha keras untuk melakukan penyesuaian sepertiistrinya.Coping Tipe C: Suami berusaha keras untuk melengkapi danmenurunkan standar harapan dan menikmati maksimal hasilkenyataan yang ada setelah berusaha maksimal, tetapi istrikurang berusaha keras untuk melakukan penyesuaian sepertisuaminya.Coping Tipe D: Suami dan Istri masing-masing kurangberusaha keras untuk saling melengkapi dan menurunkanTipe Kualitas PerkawinanTipe Kualitas Perkawinan A:Istri Bahagia & Puas;Suami Bahagia & PuasTipe Kualitas Perkawinan B:Istri Bahagia & Puas;Suami tidak bahagia & tidak puasTipe Kualitas Perkawinan C:Istri tidak bahagia & tidak puasSuami Bahagia & PuasTipe Kualitas Perkawinan D:Istri tidak Bahagia & tidak Puas


standar harapan dan menikmati maksimal hasil kenyataan yangada.Suami tidak Bahagia & tidakPuasBerkaitan dengan ketahanan perkawinan dalam mewujudkan harmonisasi keluarga.Semakin setara dan berkeadilan antara suami istri dalam menjalankan kemitraan perangendernya, maka semakin mencerminkan transparansi, akuntabilitas dan good governance ditingkat keluarga. Semakin tinggi kemitraan gender berarti semakin erat hubungan fungsionaldan interaksi antara suami dan istri dan semakin tinggi bonding dan saling ketergantunganyang akhirnya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam harmonisasi keluarga.Kemitraan gender dalam keluarga mencerminkan transparansi, akuntabilitas dan goodgovernance di tingkat keluarga; Semakin tinggi kemitraan gender berarti semakin erathubungan fungsional dan interaksi antara suami dan istri dan semakin tinggi bonding dansaling ketergantungan yang akhirnya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalamharmonisasi keluarga.Gambar 10.8. Hubungan kemitraan gender dan harmonisasi keluarga.Asumsi:1. Kemitraan gender adalah baik untuk mewujudkan tujuan bersama laki-laki danperempuan.2. Kemitraan gender dalam menjalankan peran dan fungsi memungkinkan adanyaketerbukaan/ transparansi dalam manajemen sumberdaya keluarga.3. Kesetaraan dan keadilan gender memperlancar kerjasama antar individu danmenurunkan tingkat kesalahpaahaman dan konflik dalam keluarga.Harmonisasi keluarga tidak terlepas dari tahapan perkembangan keluarga yangmempunyai standar kebutuhan dan permasalahan serta keterbatasan masing-masing tahapan.Tahapan Perkembangan Keluarga menurut Duvall (1957) ada 8 tahapan yaitu tahapanperkawinan (married couple), tahapan mempunyai anak (childbearing), tahapan anakberumur preschool (Preschool age), tahapan anak berumur Sekolah Dasar (school age),tahapan anak berumur remaja (teenage), tahapan anak lepas dari orangtua (launching center),tahapan orangtua umur menengah (middle-aged parents), dan tahapan orangtua umur manula(aging parents).


Tabel 10.4. Penjabaran tahapan perkembangan keluarga berdasarkan perspektifgender.TahapanNoPerkembangan1 Perkawinan(marriedcouple)2 Mempunyaianak(childbearing)3 Anak berumurpreschool(Preschool age)4 Anak berumurSekolah Dasar(school age),5 Anak berumurremaja(teenage),6 Anak lepas dariorangtua(launchingcenter),Perspektif Gender dalam Perkembangan Tugas di Setiap TahapanSuami istri berperan dan bertugas untuk mengukuhkan perkawinan danmulai melaksanakan komitmen sesuai dengan kontrak sosial perkawinanuntuk menjalankan fungsi-fungsi keluarga dan membentuk sebuahkeluarga baru.Suami dan istri berbagi peran dan tugas untuk menjalankan fungsipengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya. Pembagianperan dan tugas di sektor publik juga harus dilakukan untuk meningkatkanfungsi ekonomi dan perlindungan anak dan keluarga.Suami dan istri berbagi peran dan tugas untuk menjalankan fungsipengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya usia preschool.Mulai dipikirkan perencanaan keuangan untuk investasi anak dalam halkesehatan dan pendidikan serta jaminan sosial anak. Pendidikan karaktersejak usia dini sudah menjadi keharusan bagi peran ayah dan ibu.Pembagian peran dan tugas di sektor domestik harus disepakati oleh suamidan istri, terutama dalam hal pemeliharaan kesehatan dan perkembangananak.Pembagian peran dan tugas di sektor publik dapat dinegosiasi antara suamiistri sesuai dengan kesepakatan, mengingat anak-anaknya masih kecil yangmemerlukan kehadiran fisik dari ibu.Suami dan istri berbagi peran dan tugas untuk menjalankan fungsipengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya usia sekolahdasar. Pendidikan anak menjadi lebih prioritas, termasuk pendidikan darisisi kognitif akademik maupun pendidikan karakter. Pembagian tugassuami dan istri di sektor domestik sudah mulai dapat didelegasikansebagian kepada anaknya yang sekolah di sekolah dasar. Pengasuhananak usia SD dengan gaya demokratis harus melibatkan ayah dan ibu.Pembagian peran dan tugas suami dan istri di sektor publik lebih dapatdinegosiasi dengan baik mengingat anak sudah semakin besar yang tidakterlalu banyak memerlukan kehadiran fisik ibunya.Suami dan istri berbagi peran dan tugas untuk menjalankan fungsipengasuhan, pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya usia sekolahmenengah. Pendidikan anak menjadi lebih prioritas karena anak akanmemasuki masa dewasa dalam waktu dekat. Pendidikan karakter danpendidikan seks sudah harus dibekali pada anak berumur remaja agarterhindar dari perbuatan asusila dan terkena penyakit kelamin yangmenular. Pembagian tugas suami dan istri di sektor domestik sudahbanyak didelegasikan pada anak remajanya. Pengasuhan anak usia remajadengan gaya demokratis yang melibatkan ayah dan ibu harus semakinditerapkan dengan fokus pada peningkatan kesadaran anak remaja dalammengemban tanggung jawab sesuai dengan peran dan tugasnya.Pembagian peran dan tugas suami dan istri di sektor publik lebih dapatdinegosiasi dengan baik mengingat anak sudah remaja. Pada masa remajaini kebutuhan financial akan semakin tinggi dibandingkan pada saat anakusia SD. Dengan demikian optimalisasi fungsi ekonomi antara suami danistri sangat dibutuhkan.Suami dan istri berbagi peran dan tugas baik di sector domestik maupun disektor publik. Mengingat anak sudah memasuki masa dewasa dan sudahtidak tinggal lagi bersama ayah dan ibu, maka kebutuhan untuk pekerjaansektor domestik tidak setinggi pada saat anak masih tinggal serumah


NoTahapanPerkembangan7 Orangtua umurmenengah(middle-agedparents),8 Orangtua umurmanula (agingparents).Perspektif Gender dalam Perkembangan Tugas di Setiap Tahapandengan orangtua. Kebutuhan finansial semakin meningkat pada masa anakdewasa dibandingkan dengan anak masa remaja karena anak sudahmemasuki masa kuliah di universitas. Gaya pengasuhan yang diterapkansebaiknya tetap gaya demokratis yang melibatkan ayah dan ibu dengankomunikasi dan interaksi jarak jauh dengan penekanan peningkatankesadaran anak yang sudah masuk usia dewasa untuk mengembantanggung jawab sesuai dengan peran dan tugasnya.Suami dan istri sudah memasuki masa usia dewasa akhir dengan kondisianak-anaknya yang sudah mulai menikah dan membentuk keluarga baru.Suami dan istri tetap berbagi peran dan tugas khususnya untuk membinahubungan dengan keluarga anak-anaknya dan keluarga besarnya. Suamiistri melakukan pekerjaan domestik yang semakin fokus untuk dirinyasendiri. Suami dan istri pada usia ini memasuki usia sangat produktif dansebentar lagi siap-siap untuk memasuki masa pensiun. Kebutuhan untukmemelihara kesehatan menjadi prioritas. Menjaga interaksi dankomunikasi dengan anak-anak serta cucu-cucu juga menjadi kebutuhanrutin suami istri di masa umur dewasa akhir ini.Suami dan istrisudah memasuki masa lanjut usia. Suami dan istri tetapberbagi peran dan tugas khususnya untuk membina hubungan dengankeluarga anak-anaknya dan keluarga besarnya. Suami istri melakukanpekerjaan domestik yang semakin fokus untuk dirinya sendiri. Suami danistri pada usia ini memasuki masa pension dengan jumlah pendapatanyang semakin menurun. Kebutuhan untuk memelihara kesehatan menjadiprioritas. Menjaga interaksi dan komunikasi dengan anak-anak serta cucucucujuga menjadi kebutuhan rutin suami istri di masa umur lanjut usia ini.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!