12.07.2015 Views

artikel lengkap (PDF) - Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen ...

artikel lengkap (PDF) - Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen ...

artikel lengkap (PDF) - Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen ...

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Agustus 2010, p : 122 - 132 Vol. 3, No. 2ISSN : 1907 - 6037PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKINTERKAIT PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE LPGDI KOTA BOGORPoor Family’s Perception, Attitude, and Coping Strategy Regarding on CeroseneConvertion Program to LPG in Bogor CityEKA WULIDA LATIFAH 1* , HARTOYO 2 , SUPRIHATIN GUHARDJA 21 Staf Pengajar <strong>Departemen</strong> <strong>Ilmu</strong> <strong>Keluarga</strong> <strong>dan</strong> <strong>Konsumen</strong>, Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian Bogor, Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga,Bogor 166802 <strong>Departemen</strong> <strong>Ilmu</strong> <strong>Keluarga</strong> <strong>dan</strong> <strong>Konsumen</strong>, Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor, Kampus Dramaga, Bogor 16680ABSTRACT. Nowadays, the increasing energy demand is related to the growth ofeconomy activities and the growth of population. The increasing of Indonesianpopulation over years and the increasing of variaty of economy activities and its outputwithin society causing increasing demand of energy are being something that cannotbe avoided. In addition, Indonesia’s dependable to the energy had increased thedemand of energy. Meanwhile, energy reserve is running low both in Indonesia andthe world. Energy crisis that has happened this time triggers various parties to doseveral new experiments, especially that concern to public policy. One step by thegovernment to overcome this kerosene crisis is by the conversion from kerosene toLPG. The conversion from Kerosene to LPG program is one effort that has been doneby the government to decrease the dependency society towards kerosene. The aim ofthis study was to analyze the poor family respons to cerosene convertion program toLPG in Sin<strong>dan</strong>g Barang Village and Cikaret Village, Bogor City. The Studyimplemented cross sectional and survey method through the process of purposivesampling procedures. One of the criteria in choosing the study location was that thelocation had the highest quantity which received cerosene convertion program to LPG.The samples of the family were chosen randomly from the chosen location. The totalsamples were 60 families. The study used descriptive analysis that containssecondary data, literature study, and primary data (from questionnaire). Beside that,Pearson correlation <strong>dan</strong> linear regression tests were also used to analyze the data.The result found out that 18,33% of the samples were actually not really received theprogram. Around 60% of the family had monthly expense per capita of Rp 222.123,00which was below the poverty line. Kerosene conversion program is proved todecrease family expenditure of kerosene to be LPG user. This is showed byexpenditure depreciation existence after conversion program is carried out aroundRp 66.400,00 every month (used kerosene prices before program) and Rp 202.350,00every month (used kerosene prices after program). But for samples that convert fromto LPG, the expenditure rise from Rp 10.250,00 every month become Rp 44.700,00every month.The study also found that generally, most of LPG users ask money to theextended family and cook in their family when they have not money to buy LPG refill.The Government wished can give the sosialization in a good way to use LPG, not onlygive the information that LPG is safe, clean, cheap, and good for environment.Besides that, it needs to empower society in order to prepare money to buy LPG refill.Key words: convertion, coping strategy, poor familyPENDAHULUANEnergi memainkan peranan pentingdalam semua aspek kehidupan manusia.Peningkatan kebutuhan energi mempunyaiketerkaitan erat dengan bertambahnyajumlah penduduk. Remi (2008) menyatakanbahwa jumlah penduduk Indonesia dalam


Vol. 3, 2010 PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKIN 123waktu 25 tahun mendatang diperkirakanakan terus meningkat yaitu dari 205,8 jutapada tahun 2000 menjadi 273,7 juta padatahun 2025, sehingga kebutuhan energi dimasa mendatang diperkirakan akanmeningkat pula.Bahan bakar minyak (BBM) merupakansalah satu jenis energi yang banyak digunakandi Indonesia. Ca<strong>dan</strong>gan BBM diIndonesia semakin menipis sehingga untukmemenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintahharus mengimpor BBM. Namun, salahsatu permasalahan yang dialami olehpemerintah ialah tingginya harga minyakdunia yang mendekati angka US$ 100 perbarel pada tahun 2008 sehingga memerlukandevisa yang cukup untuk mensubsidiBBM. Kondisi ini ternyata berakibat padapengurangan ca<strong>dan</strong>gan devisa negara <strong>dan</strong>peningkatan biaya subsidi minyak <strong>dan</strong> padagilirannya dapat membebani APBN daritahun ke tahun.Minyak tanah merupakan salah satujenis BBM yang biasa digunakan pada skalarumah tangga. Indonesia merupakan satusatunyanegara yang menggunakan minyaktanah sebagai sumber energi pada skalarumah tangga. Di negara lain, minyak tanahdiolah menjadi avtur sehingga memiliki nilaitambah yang lebih tinggi sebagai bahanbakar pesawat terbang (Anonim 2008a).Oleh karena itu, penggunaan minyak tanahpada skala rumah tangga di Indonesiadianggap tidak efektif <strong>dan</strong> efisien.Untuk mengatasi permasalahan tersebut,pemerintah menetapkan programkonversi minyak tanah ke LPG. Hasil perhitunganyang dilakukan oleh <strong>Departemen</strong>Energi <strong>dan</strong> Sumberdaya Mineral menunjukkanbahwa penerapan kebijakan ini dapatmengurangi subsidi yang harus dikeluarkanoleh Pemerintah, sebesar Rp 20,12 triliyunper tahun dengan asumsi seluruh minyaktanah telah dikonversi ke elpiji. Programkonversi seluruh minyak tanah bersubsidi keLPG ini direncanakan akan selesai dalamjangka waktu 5 tahun (dari tahun 2007hingga tahun 2012).Program konversi ini dilakukan melaluipembagian paket LPG 3 kg beserta tabung,kompor, regulator, <strong>dan</strong> selang secara gratiskepada keluarga miskin yang jumlahnyamencapai 41,1 juta jiwa (LIPI 2008) <strong>dan</strong>170.000 jiwa di Kota Bogor (BPS 2009).Penggunaan LPG yang dianggap sebagaiteknologi yang baru bagi masyarakat miskinini memerlukan waktu untuk dapat diterimasebagai pengganti bahan bakar yang sudahbiasa digunakan. Bagi sejumlah masyarakatmiskin dengan segala keterbatasannya,dimungkinkan teknologi penggunaan LPGmerupakan sumber stres tersendiri. Sebagianbesar dari 41.000 keluarga miskin di kotaBogor masih enggan menggunakan tabunggas <strong>dan</strong> tetap menggunakan minyak tanahsebagai bahan bakar utama kebutuhandapurnya (Anonim 2008b). Hal ini berkaitandengan ketakutan masyarakat terhadap LPGdikarenakan banyaknya kasus kompor gasyang meledak. Di satu sisi, masyarakatdituntut untuk menggunakan LPG, namun disisi lain, masyarakat juga memiliki banyakketerbatasan untuk beradaptasi denganpenggunaan LPG ini.Penelitian mengenai keluarga miskinpenerima program konversi minyak tanah kegas di Kota Bogor ini dianggap perlu untukdilakukan agar Pemerintah Kota Bogor dapatmengetahui bagaimana respon masyarakatmiskin penerima bantuan kompor gas <strong>dan</strong>LPG terhadap teknologi yang dianggap baruoleh mereka. Hal ini penting dilakukan agarprogram ini dapat mencapai tujuan sesuaidengan yang diharapkan, yakni seluruhmasyarakat, khususnya masyarakat miskinmau menerima LPG dengan kesadaranpenuh.Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasikarakteristik keluarga penerimaprogram konversi minyak tanah ke LPG; (2)mengidentifikasi persepsi <strong>dan</strong> sikap iburumah tangga terhadap LPG di Kota Bogor;(3) menghitung perubahan pengeluaranbahan bakar keluarga pascaprogram konversiminyak tanah ke LPG; (4) mengidentifikasistrategi koping keluarga ibu rumah tanggaterhadap masalah-masalah yang timbuldalam penggunaan LPG; (5) menganalisishubungan antara karakteristik keluarga iburumah tangga dengan persepsi <strong>dan</strong> sikap iburumah tangga terhadap LPG; <strong>dan</strong> (6)menganalisis faktor yang mempengaruhistrategi koping keluarga ibu rumah tanggaterhadap ketidakmampuan membeli isi ulangLPG.METODEDesain, Lokasi, <strong>dan</strong> WaktuDesain penelitian ini adalah crosssectional study. Penelitian dilakukan diKelurahan Sin<strong>dan</strong>g Barang, KecamatanBogor Barat <strong>dan</strong> Kelurahan Cikaret,Kecamatan Bogor Selatan. Pelaksanaanpengambilan data dilakukan selama 5


124 LATIFAH ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.minggu, dari awal bulan Mei 2009 hinggaawal bulan Juni 2009.Teknik Penarikan ContohPopulasi penelitian ini adalah keluargamiskin perkotaan dengan kerangka iburumah tangga keluarga miskin penerimabantuan program konversi minyak tanah keLPG. Ibu rumah tangga berasal dari keluargamiskin penerima program konversi yangtinggal di RW 04 Kelurahan Sin<strong>dan</strong>g Barang<strong>dan</strong> RW 08 Kelurahan Cikaret. Ibu rumahtangga dalam penelitian ini adalah 60 orangibu rumah tangga yang menerima bantuanprogram konversi minyak tanah ke LPG. Darikedua RW tersebut kemudian dipilih masingmasingsebanyak 30 ibu rumah tanggasebagai syarat minimal uji statistik dari 183kepala keluarga di RW 04 KelurahanSin<strong>dan</strong>g Barang <strong>dan</strong> 128 kepala keluarga diRW 08 Kelurahan Cikaret dengan menggunakanmetode penarikan ibu rumahtangga secara acak sederhana. Melaluiteknik ini kemudian diperoleh sebanyak 60ibu rumah tangga dari kedua wilayah.Namun, peng-ukuran strategi koping padapenelitian ini hanya dilakukan pada iburumah tangga yang menggunakan LPG (n =49).Jenis <strong>dan</strong> Teknik Pengumpulan DataData yang dikumpulkan pada penelitianini meliputi data primer <strong>dan</strong> data sekunder.Data primer meliputi karakteristik keluarga(besar keluarga, pendapatan, umur,pekerjaan, <strong>dan</strong> pendidikan kepala keluarga),karakteristik ibu rumah tangga (umur, pekerjaan,<strong>dan</strong> pendidikan), persepsi, persepsiterhadap waktu, sikap, perubahan pengeluaranrumah tangga, <strong>dan</strong> strategi koping. Datasekunder diperoleh dari instansi terkaitmeliputi gambaran umum wilayah, potensiwilayah, data keluarga miskin, <strong>dan</strong> data pendistribusianLPG. Metode pengumpulan datadilakukan secara survei melalui wawancaradengan menggunakan kuesioner.Pengolahan <strong>dan</strong> Analisis DataData yang telah terkumpul diolahdengan menggunakan program MicrosoftExcel <strong>dan</strong> SPSS for Windows. Analisis datapenelitian ini dilakukan dengan: (1) Ujikorelasi Pearson yang digunakan untukmenganalisis hubungan antara variabelvariabel:(a) karakteristik ibu rumah tangga<strong>dan</strong> keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan,besar keluarga, pendapatan <strong>dan</strong> pengeluaranper kapita) dengan persepsi terhadapLPG, (b) karakteristik ibu rumah tangga <strong>dan</strong>keluarga (umur, pendidikan, pekerjaan, besarkeluarga, pendapatan, <strong>dan</strong> pengeluaran perkapita) dengan sikap terhadap LPG; (2) Ujiregresi linear berganda yang dilakukan untukmenganalisis pengaruh karakteristik iburumah tangga (umur, tingkat pendidikan, <strong>dan</strong>status pekerjaan) <strong>dan</strong> karakteristik keluarga(pekerjaan suami, pendidikan suami, jumlahanggota keluarga, <strong>dan</strong> pendapatan perkapita), persepsi, <strong>dan</strong> sikap terhadap strategikoping ibu rumah tangga ketika tidak mampumembeli isi ulang LPG.HASIL DAN PEMBAHASANKarakteristik <strong>Keluarga</strong> Ibu Rumah TanggaUsia. Usia suami berkisar antara 27hingga 80 tahun dengan rata-rata usia suamisecara keseluruhan adalah 46,22 tahun.Sebanyak 44,90% diantaranya berusia 41 –65 tahun, se<strong>dan</strong>gkan yang berusia di bawah41 tahun sebanyak 40,82%. Usia istriberkisar antara 23 sampai 85 tahun denganrata-rata 44 tahun, artinya istri termasukdalam kategori dewasa madya. Persentaseterbesar istri termasuk dalam kategoridewasa muda (48,33%).Tipe <strong>dan</strong> Besar <strong>Keluarga</strong>. Sebanyak60% keluarga ibu rumah tangga adalahkeluarga inti, sementara sebanyak 40%keluarga ibu rumah tangga merupakankeluarga luas. Anggota keluarga ibu rumahtangga berkisar antara 3 sampai 13 orangdengan rata-rata 5,7 orang, artinya rata-rataibu rumah tangga termasuk dalam kategorikeluarga se<strong>dan</strong>g. Sebanyak 48,33% iburumah tangga termasuk dalam kategorikeluarga se<strong>dan</strong>g.Pendidikan. Tingkat pendidikan suamitersebar pada berbagai tingkat pendidikanyaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamatSD, tamat SMP, <strong>dan</strong> tamat SMA. Tidak adaibu rumah tangga yang tingkat pendidikannyasampai dengan perguruan tinggi atauakademi. Persentase terbesar tingkat pendidikansuami ialah tamat SD (32,65%).Sama halnya dengan pendidikan suami,pendidikan sepertiga istri juga tergolongmasih rendah. Persentase terbesar tingkatpendidikan ibu rumah tangga secara umumialah tamat SD (38,3%).Pekerjaan. Pekerjaan utama suamiadalah sebagai buruh, sehingga pendapatanterbesar diperoleh dari kegiatannya sebagaiburuh. Jumlah suami yang tidak bekerjaternyata mencapai angka 14,29%. Hal inimenunjukkan bahwa angka pengangguran


Vol. 3, 2010 PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKIN 123pada masyarakat miskin perkotaan cukupbesar pada laki-laki yang sudah berkeluarga.Secara umum, proporsi ibu yang bekerja(45%) lebih sedikit dibandingkan dengan ibuyang tidak bekerja (55%).Pendapatan. <strong>Keluarga</strong> ibu rumahtangga memiliki rata-rata pendapatan sebesarRp 106.497,00. Pendapatan terkecil <strong>dan</strong>terbesar yakni sebesar Rp 10.000,00 perkapita per bulan <strong>dan</strong> Rp 300.000,00 perkapita per bulan. Hal ini menunjukkan bahwarata-rata pendapatan keluarga per kapita perbulan di kedua wilayah masih berada dibawah garis kemiskinan, yakni batas dimanaseseorang dapat memenuhi kebutuhanmakanan <strong>dan</strong> nonmakanan yaitu sebesarRp 222.123,00 (Dinas Kesehatan 2008).Pengeluaran. Hasil penelitian menunjukkanbahwa keluarga ibu rumah tanggamemiliki rata-rata pengeluaran sebesarRp 205.346,00. Pengeluaran terkecil iburumah tangga ialah sebesar Rp 67.722,00per kapita per bulan <strong>dan</strong> pengeluaran terbesaribu rumah tangga ialah sebesarRp 470.833,00 per kapita per bulan.Berbeda dengan hasil penelitiansebelumnya, berdasarkan data pengeluarankeluarga, mengacu kepada batas kemiskinandi Kota Bogor, ternyata terdapat 60%keluarga ibu rumah tangga yang termasuk kedalam kategori keluarga miskin <strong>dan</strong> 40%lainnya tidak termasuk ke dalam kategorikeluarga miskin.Penggunaan Energi dalam Rumah TanggaSebelum program konversi minyaktanah ke LPG berlangsung, sebanyak 55%keluarga ibu rumah tangga menggunakankayu bakar <strong>dan</strong> 45% lainnya menggunakanminyak tanah sebagai bahan bakar. Setelahprogram konversi minyak tanah ke LPGberlangsung, terdapat sebanyak 81,67%keluarga ibu rumah tangga menggunakanLPG <strong>dan</strong> masih ada 11 keluarga ibu rumahtangga (18,33%) yang tidak menggunakanLPG. <strong>Keluarga</strong> ibu rumah tangga yang tidakmenggunakan LPG, saat ini menggunakankayu bakar (8,3%) <strong>dan</strong> minyak tanah (10%)untuk memasak walaupun sebenarnyaseluruh ibu rumah tangga diberikan bantuankompor gas <strong>dan</strong> LPG gratis.Ada beberapa alasan yang menyebabkankeluarga ibu rumah tangga tidak menggunakanLPG. Sebanyak 54,55% keluargaibu rumah tangga merasa takut sehinggapenggunaan kayu bakar ataupun minyaktanah dianggap lebih aman bagi mereka.Sebagian kecil diantaranya tidak menggunakanLPG karena memang tidak bisamenggunakannya, harga isi ulang LPG yangcukup mahal, <strong>dan</strong> terpaksa menjual tabungLPG untuk membayar hutang keluarga.Berdasarkan hasil penelitian terhadapkeluarga ibu rumah tangga yang beralih dariminyak tanah ke LPG, terjadi penurunanpengeluaran setelah program konversidilaksanakan. Pengeluaran keluarga untukbahan bakar berkurang dari Rp 111.250,00per bulan menjadi Rp 44.850,00 per bulanatau per KK melakukan penghematanRp 66.400,00 per bulan dengan hargaminyak tanah sebelum program konversi.Sementara, setelah program konversi berlangsung,minyak tanah sudah tidak disubsidilagi sehingga harga minyak tanah meningkatmenjadi Rp 8.000,00 per liter.Berbeda dengan keluarga ibu rumahtangga yang beralih dari kayu bakar ke LPG,pengeluaran rata-rata untuk bahan bakarpada ibu rumah tangga mengalami peningkatanyakni dari Rp 10.250,00 per bulanmenjadi Rp 44.700,00 per bulan ataumengalami peningkatan biaya sebesarRp 34.450,00 per bulan. Ini berarti bahwapenghematan pengeluaran keluarga untukbahan bakar setelah program konversiminyak tanah ke LPG berlangsung hanyadapat dilakukan oleh ibu rumah tangga yangsebelumnya menggunakan LPG. Sementarapada keluarga ibu rumah tangga yangsebelumnya menggunakan kayu bakar,pengeluaran keluarga untuk bahan bakarjustru menjadi lebih besar.Persepsi <strong>dan</strong> SikapProporsi terbesar ibu rumah tangga(71,67%) termasuk ke dalam kategoripersepsi yang baik terhadap LPG. Hal inimungkin disebabkan karena LPG memilikikarakteristik produk yang diinginkan olehmasyarakat. Pertama, LPG merupakanbahan yang dibutuhkan oleh masyarakat.Kedua, LPG memiliki beberapa kelebihandibandingkan dengan minyak tanah. Ketiga,kemungkinan tidak ada alternatif bahanbakar lain yang tersedia sehingga masyarakatmenggunakan LPG. Ketiga hal tersebutmencukupi untuk diterimanya suatu inovasiteknologi <strong>dan</strong> ini sesuai dengan teori adopsiinovasi menurut Lionberger (1960).Namun, masih terdapat hampir sepertigaibu rumah tangga (28,33%) yangmemiliki persepsi yang kurang baik terhadapLPG. Seperti yang dikatakan oleh Rogers<strong>dan</strong> Shoemaker (1971) bahwa tidak setiaporang mengadopsi inovasi pada tingkat yang


124 LATIFAH ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.sama. Ada orang yang melakukannya dalamwaktu singkat tetapi ada yang melakukannyasetelah waktu bertahun-tahun. Harga LPGyang masih kurang terjangkau oleh masyarakatmiskin serta sosialisasi program yangbelum maksimal diduga sebagai faktor yangcukup mempengaruhi persepsi <strong>dan</strong> penerimaanibu rumah tangga terhadap keberadaanLPG.Berdasarkan analisis multiatributFishbein, minyak tanah <strong>dan</strong> LPG memilikikelebihan. Pada atribut harga pembelian isiulang yang terjangkau, secara umum iburumah tangga lebih menyukai hargapembelian isi ulang LPG meskipun hargakeduanya termasuk kategori mahal bagi iburumah tangga. Hal ini dirasakan belumsesuai dengan teori Van den Ban (1996)yang menyatakan bahwa produk baru harusmemiliki keuntungan relatif yang tinggi bagipengguna. Selain itu, ibu rumah tangga lebihmerasakan bahwa LPG mudah diperoleh,sementara minyak tanah sangat sulit untukditemukan di sejumlah warung <strong>dan</strong> tokoterdekat.Berdasarkan atribut kepraktisan,kebersihan peralatan masak, kecepatanwaktu memasak, kemudahan menggunakan,keramahan terhadap lingkungan, <strong>dan</strong>kemudahan pemeliharaan, LPG lebih disukaidibandingkan dengan minyak tanah.Semakin mudah teknologi baru dipraktekkan,maka semakin cepat pula proses adopsiinovasi yang dilakukan. Oleh karena itu, agarproses adopsi dapat berjalan dengan cepat,maka penyajian inovasi harus lebihsedehana (Soekartawi 1988). Dengandemikian, kompleksitas suatu inovasimempunyai pengaruh yang besar terhadappercepatan adopsi inovasi. Maka dari itu,perlu dilakukan peragaan <strong>dan</strong> pelatihansecara partisipatif.Namun, di sisi lain, harga pembelianperalatan minyak tanah lebih disukaidibandingkan dengan LPG. Bentuk kemasanLPG lebih disukai dibandingkan denganminyak tanah, namun untuk bentuk produk,minyak tanah (cair) lebih disukai dibandingkandengan bentuk kemasan LPG (tabung)<strong>dan</strong> bentuk LPG (gas) yang diperkirakanlebih berat <strong>dan</strong> tidak terlihat.Dari aspek kenyamanan <strong>dan</strong> keamanan,minyak tanah ternyata lebih disukaidibandingkan dengan LPG. Selain itu,minyak tanah dianggap memiliki kegunaanyang lebih banyak dibandingkan denganLPG karena minyak tanah dapat digunakanuntuk keperluan selain memasak, yakniuntuk lampu tempel, membakar sampah, <strong>dan</strong>sebagai obat. Sesuai dengan teori adopsiyang menyatakan bahwa suatu produk baruharus sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman<strong>dan</strong> kebutuhan masyarakat sasaran makakebiasaan masyarakat untuk menggunakanLPG sebagai bahan bakar masih cukup sulituntuk dilakukan karena mereka sudahterbiasa menggunakan minyak tanah.Peralatan yang digunakan ketika menggunakanminyak tanah dirasakan lebihmudah dibandingkan dengan LPG karenaibu rumah tangga dapat membetulkan sendirikompor minyak tanah jika terjadi kerusakanataupun kebocoran. Sementara LPG lebihrumit untuk diperbaiki karena masyarakatmasih belum dapat memperbaiki sendiriperalatan <strong>dan</strong> per<strong>lengkap</strong>an pada LPG jikaterjadi kerusakan sehingga menurut teoriadopsi inovasi LPG masih belum memenuhikriteria sebagai produk baru yang dapatditerima oleh masyarakat sasaran. Hal iniberkaitan dengan pelayanan pasca penjualandari LPG yang dirasakan masih kurangkeberadaannya. Keberadaan pelayananpascajual diperlukan untuk membantumasyarakat yang mengalami kesulitan dalammemperbaiki kerusakan atau kebocoranpada LPG.Strategi Koping <strong>Keluarga</strong>Variabel strategi koping dalampenelitian ini dikhususkan bagi ibu rumahtangga yang saat ini menggunakan LPGsehingga pada pembahasan selanjutnya,hanya ibu rumah tangga pengguna LPGyang dianalisis. Lazarus (1991) dalamGoldsmith (1996) mendefinisikan kopingsebagai suatu hal yang merujuk padaadaptasi individu terhadap kondisi yangrelatif sulit <strong>dan</strong> tidak menyenangkan.Strategi koping dapat diartikan sebagaiupaya atau cara yang dilakukan individu ataurumah tangga dalam menghadapi <strong>dan</strong>mengatasi situasi atau keadaan yang tidakmenguntungkan. Suatu kondisi dimanakeluarga miskin menghadapi permasalahanpada LPG <strong>dan</strong> ketidakmampuan membeli isiulang LPG dapat menjadi suatu stressorsehingga menuntut keluarga untuk melakukanberbagai perilaku <strong>dan</strong> tindakan untukmengatasi permasalahan tersebut. Padapenelitian ini, ibu rumah tangga dapatmelakukan lebih dari satu perilaku atau tindakandalam mengatasi berbagai permasalahanpada LPG.Strategi Koping terhadapPermasalahan Pemakaian LPG. Hasil


Vol. 3, 2010 PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKIN 123penelitian menunjukkan bahwa ibu rumahtangga yang masih menggunakan LPGpernah mengalami kerusakan LPG (55,1%).Kerusakan LPG pada penggunanya dapatdisebabkan oleh kurangnya sosialisasimengenai penggunaan <strong>dan</strong> perawatan LPG.Rendahnya pengetahuan ibu rumah tanggamengenai LPG juga mengakibatkan risikokerusakan <strong>dan</strong> kesulitan penanganan LPG.Strategi koping yang paling banyakdilakukan oleh ibu rumah tangga ketikamengalami kerusakan pada LPG ialahdengan meminta bantuan tetangga (40,7%)<strong>dan</strong> mengganti peralatan yang rusak denganyang baru (44,4%). Meminta bantuan kepadatetangga biasanya dilakukan oleh ibu rumahtangga karena tetangga dianggap sebagaipihak pertama yang dapat memberikanbantuan <strong>dan</strong> merupakan orang terdekat yangdapat membantu kesulitan yang dialami olehkeluarga. Tindakan keluarga dengan menggantiperalatan yang rusak dengan yangbaru dilakukan karena masih banyakmasyarakat yang takut untuk memperbaikikompor, selang ataupun regulator yang rusaksehingga lebih memilih untuk menggantinyadengan peralatan yang baru.Strategi koping dengan memintabantuan tetangga lebih banyak dilakukanpada ibu rumah tangga yang tinggal diSin<strong>dan</strong>g Barang (29,6%) dibandingkandengan ibu rumah tangga yang tinggal diCikaret (11,1%). Begitu pula dengantindakan mengganti peralatan yang rusakdengan yang baru, ibu rumah tangga diSin<strong>dan</strong>g Barang lebih banyak melakukan haltersebut (25,9%) dibandingkan dengan iburumah tangga di Cikaret (18,5%).Berdasarkan hasil wawancara secarakualitatif, ibu rumah tangga di Sin<strong>dan</strong>gBarang yang mencoba memperbaiki sendiriperalatan <strong>dan</strong> per<strong>lengkap</strong>an LPG yang rusaklebih banyak (22,22%) dibandingkan denganibu rumah tangga di Cikaret (7,4%). Hanyasebagian kecil diantaranya yang memintabantuan saudara atau suami, menggunakanjasa sales regulator, diam saja, ikutmemasak di tempat saudara, <strong>dan</strong> mencobabersabar ketika mereka mengalami kerusakanatau kebocoran pada LPG. Jasa salesregulator merupakan fenomena yang cukupbanyak di masyarakat mengingat penangananpermasalahan LPG hanya bisadilakukan oleh orang yang mengerti tentangLPG.Hasil wawancara menunjukkan bahwasebanyak 44,9% ibu rumah tangga tidakpernah mengalami kerusakan LPG. Iburumah tangga dapat menjaga peralatan <strong>dan</strong>per<strong>lengkap</strong>an LPG dengan baik. Berdasarkanhasil wawancara secara kualitatif, iburumah tangga di kedua wilayah yang tidakpernah mengalami kerusakan LPG memangrajin membersihkan kompor gas (100%)sehingga tidak ada di antara mereka yangmengalami kerusakan LPG. Ada sebagiankecil diantaranya yang menservis sendiriperalatan <strong>dan</strong> per<strong>lengkap</strong>an LPG, membersihkankabel atau selang pada LPG,membeli pengaman, <strong>dan</strong> rajin mengecekkondisi selang LPG.Strategi Koping terhadapKetidakmampuan Membeli Isi Ulang LPG.Hasil penelitian menunjukkan bahwasebagian besar pengguna LPG (91,84%)pernah mengalami ketidakmampuan dalammembeli LPG. Ketidakmampuan dalammembeli LPG dapat disebabkan karena tidaka<strong>dan</strong>ya biaya untuk membeli LPG <strong>dan</strong>kesulitan pengguna LPG untuk membelibahan bakar dengan harga yang cukupmahal. Hal ini juga diduga berkaitan denganpermasalahan alokasi <strong>dan</strong>a yang digunakanuntuk membeli tabung 3 kg dengan kisaranharga Rp 13.500,00 hingga Rp 17.000,00.Padahal sebelumnya masyarakat bisamembeli minyak tanah dengan kisaran hargasekitar Rp 2.500,00 hingga Rp 4.500,00.Kondisi ini menyebabkan masyarakat harusmengalokasikan <strong>dan</strong>a yang besar untukmembeli isi ulang LPG. Harga tabung yangcukup mahal akan membuat masyarakatmiskin mengalami kesulitan. Padahal, suatukebijakan sosial seharusnya dibuat olehPemerintah dengan memperhatikan kelompokyang rentan seperti masyarakat miskin.Kondisi inilah yang mendorong keluargauntuk melakukan berbagai cara untukmengatasi kerusakan <strong>dan</strong> ketidakmampuandalam membeli LPG.Strategi koping dalam penelitian inimerupakan salah satu bentuk problemfocusedcoping dimana ibu rumah tanggamemecahkan masalah yang akan dilakukandengan menentukan masalah, menciptakanpemecahan alternatif, mempertimbangkanalternatif terkait biaya <strong>dan</strong> manfaat, memilihsalah satu alternatif yang dipilih (Lazarus1976 dalam Agustina 2006).Berdasarkan hasil penelitian, strategikoping yang paling banyak dilakukan olehibu rumah tangga ketika tidak mampumembeli LPG ialah meminta uang padakeluarga dekat (82,22%) <strong>dan</strong> ikut memasakdi tempat saudara (77,78%). Meminta uangkepada keluarga dekat merupakan salah


124 LATIFAH ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.satu alternatif pemecahan masalah yangdilakukan ibu rumah tangga karena hal inikeluarga dekat merupakan salah satusumberdaya lingkungan yang dapat dimanfaatkanketika keluarga memiliki permasalahan.Ikut memasak di tempat saudara biasanyadilakukan oleh ibu rumah tangga karenasaudara dianggap sebagai pihak pertamayang dapat memberikan bantuan <strong>dan</strong> merupakanorang terdekat yang dapat membantukesulitan yang dialami oleh suatu keluarga.Tindakan keluarga dengan menggunakankayu bakar merupakan salah satualternatif yang dapat dilakukan karena biayayang dibutuhkan memang tidak terlalumahal. <strong>Keluarga</strong> dapat memperoleh kayubakar dengan memanfaatkan kayu sisabangunan atau menebang pohon di sekitarrumahnya. Strategi koping dengan meminjamuang kepada keluarga dekat lebihbanyak dilakukan pada ibu rumah tanggayang tinggal di Cikaret (90%) dibandingkandengan ibu rumah tangga yang tinggal diSin<strong>dan</strong>g Barang (76%). Sementara, strategikoping yang dengan ikut memasak di tempatsaudara lebih banyak dilakukan oleh iburumah tangga yang tinggal di Sin<strong>dan</strong>gBarang (80%) dibandingkan dengan iburumah tangga di Cikaret (75%).Hubungan antar VariabelHasil penelitian menunjukkan bahwa iburumah tangga yang memiliki pendapatandibawah Rp 100.000,00 justru lebih banyakmemiliki persepsi yang cukup baik terhadapLPG dibandingkan dengan yang lainnya.Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson,pendapatan per kapita keluarga memilikihubungan yang positif dengan persepsi iburumah tangga terhadap LPG (p=0,039;r=0,267). Hal ini berarti bahwa semakin tinggitingkat pendapatan ibu rumah tangga, makapersepsi ibu rumah tangga terhadap LPGsemakin baik. Menurut Kotler (2000),persepsi dipengaruhi oleh faktor internalyang terdiri dari kecerdasan, minat, emosi,pendidikan, pendapatan, kapasitas alatindera, <strong>dan</strong> jenis kelamin. Hal ini menunjukkanbahwa pendapatan memang mempengaruhibagaimana seseorang berpikir <strong>dan</strong>mengamati manfaat <strong>dan</strong> keberadaan LPG.Hasil penelitian menunjukkan bahwa iburumah tangga yang tamat SD lebih banyakmemiliki sikap yang cukup baik terhadapLPG dibandingkan dengan tingkat pendidikanlainnya. Hubungan antara pendidikan iburumah tangga dengan sikap ibu rumahtangga terhadap LPG diuji dengan menggunakanuji korelasi Pearson. Hasil ujikorelasi menunjukkan a<strong>dan</strong>ya hubunganyang positif antara pendidikan ibu rumahtangga dengan sikap ibu rumah tanggaterhadap LPG (p=0,024; r=0,292). Hal iniberarti bahwa semakin lama ibu rumahtangga bersekolah, maka sikap ibu rumahtangga terhadap LPG semakin baik.Seseorang yang lebih banyak berpikir <strong>dan</strong>memiliki wawasan yang lebih luas biasanyalebih mudah menerima keberadaan sesuatuyang dianggap baru atau berbeda daribiasanya sesuai dengan pernyataan Pearlin<strong>dan</strong> Scholer (1976) dalam Furi (2006) bahwaindividu dengan pendidikan yang tinggiumumnya bersikap optimis.Hasil penelitian menunjukkan bahwa iburumah tangga yang memiliki pendapatandibawah Rp 222.123,00 justru lebih banyakmemiliki sikap yang cukup baik terhadapLPG dibandingkan dengan yang lainnya.Hubungan antara pendapatan ibu rumahtangga dengan sikap ibu rumah tanggaterhadap LPG diuji dengan menggunakan ujikorelasi Pearson. Hasil uji korelasi menunjukkana<strong>dan</strong>ya hubungan yang positif antarapendapatan ibu rumah tangga dengan sikapibu rumah tangga terhadap LPG (p=0,020;r=0,300). Hal ini berarti bahwa semakin tinggitingkat pendapatan ibu rumah tangga, makasikap ibu rumah tangga terhadap LPGsemakin baik. Ibu rumah tangga yangmemiliki pendapatan yang lebih besar lebihcenderung menilai LPG sebagai produk yangbaik karena daya belinya terhadap LPGcukup tinggi. Kemampuannya untuk membeliLPG mendorongnya untuk memiliki sikapyang baik terhadap LPG.Faktor-Faktor yang MempengaruhiStrategi Koping <strong>Keluarga</strong>Hasil uji regresi menunjukkan bahwausia, lama pendidikan, pekerjaan, jeniskeluarga, jumlah anggota keluarga, pendapatanper kapita keluarga, persepsi, <strong>dan</strong>sikap terhadap LPG memiliki pengaruhsebesar 6,2% terhadap strategi koping iburumah tangga terhadap ketidakmampuanmembeli isi ulang LPG, selebihnya dijelaskanoleh variabel-variabel yang lain di luar modeltersebut. Hal ini berarti bahwa banyak faktorlain yang dapat mempengaruhi perilakustrategi koping ibu rumah tangga terhadapketidakmampuan membeli isi ulang LPG.Dari model regresi linier berganda, hanyavariabel usia (p=0,077) <strong>dan</strong> lama pendidikan(p=0,070) yang memiliki pengaruh nyataterhadap strategi koping ibu rumah tangga.


Vol. 3, 2010 PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKIN 123Diantara kedua variabel tersebut, variabelusia memiliki pengaruh yang besar terhadapjumlah strategi koping yang dilakukan olehibu rumah tangga ketika tidak mampumembeli LPG karena memiliki nilai betatertinggi, yakni sebesar 0,341.Lazarus <strong>dan</strong> Folkman (1984) menyatakanbahwa setiap orang akan bereaksiterhadap situasi yang sama dalam bentukyang berbeda-beda <strong>dan</strong> dengan beberapacara. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhistrategi koping antara lain: jenis kelamin,umur <strong>dan</strong> perkembangan, tingkat pendidikan,stres <strong>dan</strong> kecemasan, situasi, persepsi,intelektual, kondisi kesehatan, serta situasisosial ekonomi.Variabel usia pada Tabel 1 memiliki nilaib=0,033, artinya setiap kenaikan usia iburumah tangga sebanyak 1 tahun maka akanmeningkatkan jumlah strategi koping yangdilakukan sebanyak 0,033 cara. Hal inimenunjukkan bahwa semakin bertambahusia seseorang, maka akan semakin banyakalternatif cara yang dilakukan untuk menghadapipermasalahan yang dialaminya. Halini berkaitan dengan pengalaman hidupseseorang yang semakin banyak dengansemakin bertambahnya usia. Lazarus <strong>dan</strong>Folkman (1984) menyatakan bahwa salahsatu faktor yang mempengaruhi strategikoping seseorang adalah pengalamannyadalam menghadapi masalah. Seseorangyang memiliki banyak pengalaman dalammenghadapi berbagai macam permasalahanakan memiliki banyak cara <strong>dan</strong> strategidalam kondisi stres sekalipun.Lama pendidikan juga memilikipengaruh yang nyata terhadap strategikoping yang dilakukan oleh ibu rumahtangga. Berdasarkan hasil uji regresi, setiapterjadi peningkatan lama pendidikan iburumah tangga sebanyak satu tahun akanmeningkatkan jumlah strategi koping yangdilakukan sebanyak 0,120 cara. Hal iniberarti semakin lama seseorang duduk dibangku sekolah, maka akan semakin banyakcara yang ia lakukan untuk menghadapipermasalahan yang dihadapi. Hal ini berkaitandengan semakin banyaknya ilmu pengetahuanyang diperoleh selama bersekolah.Kemampuan intelektual (pendidikan), fisik(biologis), <strong>dan</strong> material merupakan sumberdayayang dapat digunakan untuk memecahkanpermasalahan keluarga (Friedman1998).Berdasarkan hasil uji regresi, statuspekerjaan ibu rumah tangga tidak berpengaruhsecara signifikan terhadap carayang digunakannya untuk dapat keluar darimasalah keuangan. Keterlibatan istri dalammembantu suami untuk mencari tambahanpendapatan dalam keluarga dapat digolongkanke dalam aset tenaga kerja (Moser1988). Namun, kenyataannya bekerja atautidaknya istri dalam membantu suami tidakmemiliki pengaruh terhadap jumlah carayang ia lakukan ketika menghadapipermasalahan keuangan. Hal ini berkaitandengan terdapatnya ibu rumah tangga yangtidak memiliki suami sehingga pendapatankeluarga tidak mengalami peningkatan yangsignifikan pada keluarga dengan kepalakeluarga perempuan karena uang yangdigunakan terbatas pada penggunaan saatitu juga.Hal ini berkaitan dengan kondisikeluarga besar yang sama-sama tidakmampu secara finansial sehingga meskipunseseorang tinggal bersama keluarga besarTabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping terhadap ketidakmampuan membeliisi ulang LPGVariabel B Beta t Sig.Usia Ibu rumah tangga (tahun) 0,033 0,341 1,820 0,077*Lama Pendidikan Ibu rumah tangga (tahun) 0,120 0,329 1,866 0,070*Pekerjaan Ibu rumah tangga-0,047 -0,022 -0,144 0,886(0 = tidak bekerja; 1 = bekerja)Jenis <strong>Keluarga</strong>0,197 0,132 0,774 0,444(0 = nuclear ; 1 = extended)Jumlah Anggota <strong>Keluarga</strong> (orang) -0,007 -0,015 -0,081 0,936Pendapatan per Kapita <strong>Keluarga</strong>-0,032.10 -2 -0,018 -0,088 0,931(ribu rupiah)Persepsi Ibu rumah tangga terhadap LPG (skor) -0,008 -0,013 -0,079 0,937Sikap Ibu rumah tangga terhadap LPG (skor) 0,146 0,180 1,176 0,247Keterangan : * signifikan pada taraf 0,1


132 LATIFAH ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.tidak menjamin ia dapat mengatasi permasalahankeuangan yang dihadapinya.Peneliti menemukan kondisi dimana keluargabesar ibu rumah tangga sebagian besar jugatermasuk ke dalam kategori keluarga miskinsehingga sedikit sekali ibu rumah tanggayang memiliki keluarga dari golonganmenengah ke atas. Kondisi ini menggambarkanbahwa kemiskinan di Indonesiadapat bersifat permanen karena tidak a<strong>dan</strong>yakeluarga besar yang mampu membantu.Menurut Moser (1988), aset relasirumah tangga atau keluarga (householdrelation asets) dapat digunakan dalammengatasi permasalahan dalam keluarga,melalui pemanfaataan jaringan <strong>dan</strong>dukungan dari sistem keluarga besar,kelompok etnis, migrasi tenaga kerja, <strong>dan</strong>mekanisme uang kiriman (remittances).Namun, berdasarkan hasil uji regresi linearberganda, jenis keluarga juga tidak memilikipengaruh yang signifikan terhadapkemampuan keluarga dalam menghadapiketidakmampuan membeli LPG sehinggameskipun ibu rumah tangga berasal darikeluarga besar belum tentu ia akanmenemukan banyak cara dalam mengatasipermasalahan keuangan.Strategi koping keluarga juga tidakdipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga.Artinya sedikit atau banyaknya jumlahanggota keluarga tidak membuat keluargamenjadi semakin sedikit atau semakinbanyak memiliki kemampuan dalammenyelesaikan permasalahan keuangan didalam keluarga. Kondisi ini kemungkinanbergantung pada sedikit atau banyaknyaanggota keluarga yang termasuk ke dalamkategori usia produktif, tingkat pendidikananggota keluarga, <strong>dan</strong> pengalaman keluargadalam menghadapi permasalahan finansial.Pendapatan per kapita keluarga tidakmempengaruhi sedikit atau banyaknya carapenanganan masalah keuangan keluargameskipun menurut Moser (1988),pendapatan termasuk ke dalam asetproduktif (productive asset) yang dapatdigunakan oleh keluarga miskin untuk menghadapipermasalahan. Menurut Lazarus <strong>dan</strong>Folkman (1984), aset ekonomi tidakberimplikasi terhadap bagaimana keluargadapat menggunakannya. Kondisi ibu rumahtangga yang berasal dari keluarga miskinmengakibatkan peningkatan pendapatanyang diperoleh tidak berpengaruh signifikanterhadap pemecahan masalah keluarga yangberkaitan dengan permasalahan keuangan.Selain itu, mengingat sebagian besarpekerjaan suami ialah sebagai buruh, makapendapatan yang diperolehnya pun tidaktetap. Strategi koping yang dilakukankeluarga bergantung pada kemampuankeluarga miskin untuk mengelola asetpendapatan yang dimilikinya. Kondisi lainyang mungkin mengakibatkan pendapatantidak berpengaruh terhadap jumlah carayang dilakukan ialah sifat fatalisme yangdimiliki oleh keluarga miskin (Guhardja et al.1992). Fatalisme adalah suatu sikap dimanaseseorang pasrah terhadap suatu keadaansehingga mengakibatkan ia tidak mampu <strong>dan</strong>tidak mau memikirkan cara untuk dapatkeluar dari masalah. Kondisi inimengakibatkan seseorang hanya dapatmenggantungkan diri pada orang lain <strong>dan</strong>mengharapkan datangnya bantuan tanpamelalui usaha yang nyata.Persepsi <strong>dan</strong> sikap terhadap LPG puntidak mempengaruhi banyaknya cara yangdigunakan oleh ibu rumah tangga untukmengatasi masalah keuangannya. Hal inimenunjukkan bahwa meskipun persepsi <strong>dan</strong>sikap ibu rumah tangga baik terhadap LPGtidak menjamin ia memiliki banyak cara untukmengatasi permasalahan keuangan yangdihadapinya. Kondisi ini berkaitan denganmekanisme atau sistem yang diciptakan olehpemerintah dimana seluruh masyarakatdiarahkan untuk menggunakan LPG meskipunmasyarakat tidak mau menerimanya.Ketika seseorang, khususnya kelompokmiskin merasakan keterpaksaan dalammenerima suatu kebijakan maka ia engganuntuk memikirkan jalan keluar ketika iadituntut untuk mengatasi permasalahan yangberkaitan dengan kebijakan tersebut. Kondisiini mungkin terjadi karena masyarakat tidakmerasa dilibatkan atau diperhatikan ketikasuatu kebijakan ditetapkan oleh Pemerintah.Padahal, menurut Tittmus (1968), pengukuranekonomis dipan<strong>dan</strong>g penting untukmengukur kebijakan sosial secara objektif.Kaitannya dengan konteks ini, konsep biayasosial <strong>dan</strong> biaya oportunitas adalah sesuatuyang penting. Ini menunjukkan bahwaseharusnya penetapan suatu kebijakanmempertimbangkan biaya sosial yang harusditanggung baik oleh Pemerintah maupunmasyarakat penerima sasaran kebijakan.Variabel-variabel yang tidak signifikan diatas diduga juga berkaitan dengan homogenitasdata (hal ini berkaitan dengan kurangberagamnya ibu rumah tangga, yakni iburumah tangga hanya berasal dari keluargamiskin penerima program konversi minyaktanah ke LPG). Hal ini sesuai dengan apa


Vol. 3, 2010 PERSEPSI, SIKAP, DAN STRATEGI KOPING KELUARGA MISKIN 131yang dikatakan oleh Sumarwan (2003)bahwa konsumen yang berada pada kelasyang sama akan menunjukkan persamaandalam nilai-nilai yang dianut, gaya hidup, <strong>dan</strong>perilaku yang sama.KESIMPULAN DAN SARANRata-rata usia suami contoh ialah 46,22tahun <strong>dan</strong> rata-rata usia contoh ialah 44tahun. Berdasarkan tipe keluarga, sebanyak60% contoh termasuk ke dalam keluarga inti.Hampir separuh contoh termasuk dalamkategori keluarga se<strong>dan</strong>g. Persentaseterbesar tingkat pendidikan suami (32,65%)<strong>dan</strong> istri (38,33%) ialah tamat SD. Proporsiibu rumah tangga yang bekerja (45%) lebihsedikit dibandingkan dengan contoh yangtidak bekerja (55%). Persentase terbesarpekerjaan suami sebagai buruh (63,27%)<strong>dan</strong> sebanyak 16,67% contoh bekerjasebagai pekerja rumah tangga. <strong>Keluarga</strong>contoh memiliki rata-rata pendapatan/kapita/bulan sebesar Rp 106.497,00 <strong>dan</strong>rata-rata pengeluaran contoh ialah sebesarRp 205.346,00/kapita/bulan.Dari seluruh contoh yang menerimabantuan kompor LPG <strong>dan</strong> LPG gratis,ternyata masih terdapat 18,33% contoh yangtidak menggunakan LPG. Masih adasebanyak 28,33% contoh yang memilikipersepsi yang kurang baik terhadap LPG <strong>dan</strong>43,33% contoh yang memiliki sikap yangkurang baik terhadap LPG. Rata-rata jumlahpenghematan yang dapat dilakukan olehcontoh yang beralih dari minyak tanah keLPG ialah sebesar Rp 66.400,00 per bulan(harga minyak sebelum program) <strong>dan</strong>Rp 202.350,00 per bulan (harga minyaksetelah program). Namun, bagi contoh yangberalih dari kayu bakar ke LPG, rata-ratabiaya yang dikeluarkan justru menjadi lebihbesar, yakni dari Rp 10.250,00 per bulanmenjadi Rp 44.700,00 per bulan. Dalampenggunaannya, lebih dari separuhpengguna LPG (55,1%) pernah mengalamikerusakan LPG <strong>dan</strong> 91,84% pernahmengalami ketidakmampuan dalam membeliisi ulang LPG. Keberadaan keluarga dekat,saudara, tetangga, <strong>dan</strong> alternatif bahanbakar selain LPG berperan dalam mengatasiketidakmampuan contoh dalam membeli isiulang LPG.Pendapatan per kapita keluargamemiliki hubungan yang positif denganpersepsi <strong>dan</strong> sikap contoh. Namun, lamapendidikan hanya berhubungan positifdengan sikap contoh. Usia <strong>dan</strong> lamapendidikan contoh berpengaruh terhadapstrategi koping contoh. Persepsi <strong>dan</strong> sikapmemiliki peran yang penting dalammembentuk perilaku keluarga dalammenggunakan LPG.Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) masih terdapat sebanyak 18,33% contohyang tidak menggunakan LPG saat inidikarenakan berbagai macam alasan,diantaranya tidak mau menggunakan, takut,mahalnya harga LPG, <strong>dan</strong> menjual tabungLPG. Oleh karena itu, penyuluhan mengenaibagaimana cara menggunakan LPG yangbaik, bukan hanya sekedar informasi bahwaLPG lebih aman, bersih, hemat, <strong>dan</strong> ramahlingkungan sangat diperlukan; (2) masihterdapat contoh yang merasakan bahwa LPGtidak aman untuk digunakan <strong>dan</strong> masihmerasa keterpaksaan dalam menggunakanLPG sehingga perlu tersedia LPG <strong>dan</strong>perangkatnya dengan jaminan keamananyang tinggi berdasarkan Standar NasionalIndonesia (SNI); (3) LPG tidak memilikipelayanan pascapenjualan yang baik, untukitu layanan pascapenjualan LPG bagimasyarakat mutlak diperlukan bahkan dimasing-masing RW; (4) hampir seluruhcontoh yang menggunakan LPG pernahmengalami ketidakmampuan membeli LPGdikarenakan masalah keuangan. Berdasarkanhal ini, hendaknya masing-masingkeluarga dapat meningkatkan kemampuannyadalam mengelola manajemen sumberdayakeluarganya masing-masing dengancara menabung sedikit demi sedikit untukmempersiapkan <strong>dan</strong>a pembelian isi ulangLPG; (5) pemerintah diharapkan dapatmelakukan penyuluhan mengenai bagaimanacara menggunakan LPG yang baik sangatdiperlukan agar masyarakat merasa amansaat menggunakan LPG, menyediakan LPG<strong>dan</strong> perangkatnya dengan jaminankeamanan yang tinggi berdasarkan StandarNasional Indonesia (SNI), <strong>dan</strong>memformulasikan program penanggulangankemiskinan yang diintegrasikan denganprogram konversi BBM.DAFTAR PUSTAKAAgustina H. 2006. Coping Strategy pada<strong>Keluarga</strong> Miskin Penerima SubsidiLangsung Tunai (SLT) BBM dalamPemenuhan Kebutuhan Hidup <strong>dan</strong>Tingkat Kepuasan di Kota <strong>dan</strong>Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor:Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.


132 LATIFAH ET AL. Jur. Ilm. Kel. & Kons.[Anonim]. 2008a. Konversi Minyak Tanah keLPG. www.ariodesign.blogspot.com. [6Mei 2009][Anonim]. 2008b. Konversi Minyak Tanah keGas Panen Masalah: Pengguna Gas 12Kg Ikut Konsumsi 3 Kg. www.radarbogor.co.id.[8 September 2008][BPS] Ba<strong>dan</strong> Pusat Statistik. 2009. BeritaResmi Statistik No.37/07.Th.XI.www.bps.go.id. [September 2009]Dinas Kesehatan. 2008. Kriteria Kemiskinan.www.dinkes.go.id. [Maret 2009]Friedman. 1998. Family Nursing: Theory andPractice. 3 rd edition. California: Appleton& Lange.Furi AE. 2006. Persepsi, Tingkat Stres, <strong>dan</strong>Strategi Koping Ibu pada <strong>Keluarga</strong>Miskin Penerima Bantuan LangsungTunai (BLT) terhadap Kenaikan HargaBBM. [Skripsi]. Bogor : FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.Goldsmith AB. 1996. Resource Managementfor Individual and Families. USA: WestPublishing Company.Guhardja S, Puspitawati H, Hartoyo, &Martianto DH. 1992. Diktat ManajemenSumberdaya <strong>Keluarga</strong>. Bogor: FakutasPertanian, Institut Pertanian Bogor.Kotler P. 2000. Marketing Management.Millenium Editor. New Jersey: PrenticeHall.Lazarus RS, Folkman S. 1984. Stress,Appraisal and Coping. New York:Springer Publishing Company.Lionberger HF. 1960. Adoption of New Ideasand Practices. New York: Iowa StateUniversity Press.LIPI. 2008. DPR Minta Pemerintah RevisiData Warga Miskin.www.vhrmedia.com. [3 Mei 2008]Moser. 1988. Coping Strategies: Konsepsi<strong>dan</strong>Dimensi.www.policy.hu/suharto/modul.com. [5Juni 2009]Remi SS. 2008. PembangunanBerkelanjutan Bi<strong>dan</strong>g Ekonomi:Implikasi Proyeksi Penduduk IndonesiaTahun 2000-2025 terhadapPembangunan Berkelanjutan Bi<strong>dan</strong>gEkonomi. www.pustaka.bkkbn.go.id. [28november 2008]Rogers EM, Shoemaker FF. 1971.Communication of Innovation: A CrossCultural Aprroach. New York: The FreePress.Sumarwan U. 2003. Perilaku <strong>Konsumen</strong>:Teori <strong>dan</strong> Penerapannya dalamPemasaran. Jakarta: Penerbit Ghalia.Van Den Ban AW, Hawkins HS. 1996.Agricultural Extension. 2 nd Edition. NewYork: John Wiley and Son, Inc.* Korespondensi :Telp : +62-251 8629227Email : ekawulidalatifah@yahoo.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!