Lihat Laporan... - Pmueinrip-binamarga.com

Proyek Peningkatan Jalan Nasional Kawasan Timur Indonesia 

Konsultan Audit Teknis dan Keuangan 

LAPORAN AUDIT MONITORING 

Paket ENT-01 

Ende-Aegela 

Laporan No. B038 

Pebruari 2013 

Rev 02 

Didanai oleh Pemerintah Australia 

Berasosiasi dengan: 

PT DacreaMitrayasa 

PT Soilents 

KAP BayuSusilo

Technical and Financial Audit Consultant (TFAC) 

Doc. ID: B038 – ENT-01 Laporan Audit Monitoring, Pebruari 2013 

2



© Cardno 2013. Copyright in the whole and every part of this document 

belongs to Cardno and may not be used, sold, transferred, copied or 

reproduced in whole or in part in any manner or form or in or on any media 

to any person other than by agreement with Cardno. 

This document is produced by Cardno solely for the benefit and use by the 

client in accordance with the terms of the engagement. Cardno does not 

and shall not assume any responsibility or liability whatsoever to any third 

party arising out of any use or reliance by any third party on the content of 

this document. 

i



ISTILAH DAN SINGKATAN 

AIP 

AF 

AusAID 

CWC 

EINRIP 

EMU 

GoI 

GCC 

GS 

PMSC 

PMU 

QAP 

QCP 

RSC 

TFAC 

TOR 

Kemitraan Australia Indonesia untuk Rekonstruksi dan Pembangunan / Australian 

Indonesia Partnership for Reconstruction and Development 

Formulir Audit / Audit Form 

Badan Australia untuk Pembangunan Internasional / Australian Agency for 

International Development 

Kontraktor Pekerjaan Sipil / Civil Works Contractor 

Proyek Peningkatan Jalan Nasional Kawasan Timur Indonesia / Eastern 

Indonesia National Road Improvement Project 

EINRIP Monitoring Unit 

Pemerintah Indonesia / Government of Indonesia 

Ketentuan Umum Kontrak / General Conditions of Contract 

Spesifikasi Umum / General Specification 

Konsultan Manajemen Proyek / Project Management Support Consultant 

Project Monitoring Unit 

Rencana Pemastian Mutu (dikelola oleh RSC) / Quality Assurance Plan 

(managed by RSC) 

Rencana Pengendalian Mutu (dikelola oleh CWC) / Quality Control Plan 

(managed by CWC) 

Konsultan Pengawas Regional / Regional Supervision Consultant 

Konsultan Audit Teknis dan Keuangan / Technical and Financial Audit Consultant 

Lingkup Pekerjaan / Terms of Reference (EINRIP-TFAC) 

ii



LAPORAN YANG SEBELUMNYA DISIAPKAN DAN 

DISERAHKAN OLEH TFAC 

Untuk paket ENT-01 

No Laporan Jenis Laporan Tanggal Audit 

Lapangan 

Jumlah 

Ketidaksesuaian 

yang Tercatat 

Tanggal 

Penyerahan 

Laporan 

B027 

Laporan Audit 

Menyeluruh 

Juni 2012 8 Juni 2012 

iii



DAFTAR ISI 

Ringkasan Audit ............................................................................................................ 1 

1. Pendahuluan ......................................................................................................... 5 

1.1. Tim Audit Monitoring ...................................................................................... 5 

1.2. Formulir Audit ................................................................................................ 5 

2. Ketidaksesuaian yang Terpantau ........................................................................ 5 

2.1. Kode Keselamatan Pekerjaan Bitumen (Formulir AF02) ................................ 5 

2.2. Penghamparan Lapis Resap Pengikat (Formulir AF03) ................................. 6 

2.3. Prosedur Penimbunan Dinding Penahan (Formulir AF04) ............................. 7 

2.4. Pengendalian Lalu Lintas – Rintangan Jalan yang Berbahaya (Formulir AF05) 

...................................................................................................................... 8 

2.5. Pengujian Audit pada Agregat dan Aspal (Tidak ada Formulir AF) ................ 9 

2.6. Pengujian Audit Bronjong Gabion (Tidak Ada Formulir AF) ......................... 10 

2.7. Bentuk Lapis Pondasi Aspal (Tidak Ada Formulir AF) .................................. 11 

2.8. Manajemen Kontrak Direksi Pekerjaan (Tidak Ada Formulir AF) ................. 11 

3. Permasalahan Lainnya ....................................................................................... 11 

3.1. Keterlambatan dalam Pembebasan Lahan .................................................. 11 

3.2. Produksi Agregat ......................................................................................... 12 

3.3. Akses Sistem Drainase ................................................................................ 13 

3.4. Detail Desain Lapangan Dinding Pasangan Batu Penahan Tanah .............. 14 

4. Temuan – temuan dan Rekomendasi ................................................................ 16 

4.1. Ketidaksesuaian yang Terpantau ................................................................. 16 

4.2. Permasalahan Lain ...................................................................................... 19 

Lampiran 1 Daftar Hadir ............................................................................................. 21 

Lampiran 2 Formulir Audit ......................................................................................... 23 

Lampiran 3 Desain Aspal Kontraktor ........................................................................ 31 

Lampiran 4 Hasil Pengujian Material Gabion ............................................................ 34 

Lampiran 5 Profil Melintang Lapis Pondasi Aspal ................................................... 35 

Lampiran 6 Layout Mesin Pemecah Batu.................................................................. 36 

Lampiran 7 Daftar Laporan ........................................................................................ 37 

iv



DAFTAR GAMBAR 

Gambar 1: Lapis Resap Pengikat yang Rusak ............................................................ 7 

Gambar 2: Konstruksi Dinding Penahan ..................................................................... 8 

Gambar 3: Alur Parit Tipikal yang Berbahaya ............................................................. 9 

Gambar 4: Konstruksi Gabion Berukuran Besar ........................................................10 

Gambar 5: Akses Manhole.........................................................................................13 

Gambar 6: Dinding Penahan Berfungsi Sebagai Semacam Bendung ........................14 

Gambar 7: Penempatan Dinding yang Tidak Konsisten .............................................15 

Gambar 8: Dinding Penahan Besar Tampak Tidak Bermanfaat .................................15 

v



RINGKASAN AUDIT 

Proyek masih mengalami keterlambatan cukup serius akibat hal-hal yang dibahas di bawah 

ini. 

Terlihat adanya masalah cukup besar pada laporan pengujian QA oleh Kontraktor. 

Direksi Pekerjaan dan Kontraktor bekerjasama dengan baik tetapi Direksi Pekerjaan terlalu 

mengandalkan dokumentasi dan pengujian Kontraktor. 

Mesin-mesin Kontraktor sebagian besar berstandar baik, bahkan sangat bagus dibandingkan 

proyek-proyek bantuan lainnya. Konstruksi perkerasan umumnya terlihat berstandar baik 

meski terbatas. 

Beberapa rincian detail design dinilai tidak diperlukan dan/atau tidak memadai dan akan 

mengakibatkan biaya berlebih dan resiko kegagalan yang tidak diperlukan. 

Berikut ini masalah ketidaksesuaian yang tercatat di lapangan: 

• Pembebasan Lahan 

Masalah pembebasan lahan yang tercatat dalam laporan Audit Menyeluruh Juni 2012 

lalu masih menjadi kendala utama terhadap kemajuan pekerjaan. Beberapa 

kemajuan sudah tercapai sejak itu tetapi masih jauh dari selesai. 

• Pedoman Keselamatan Kerja tidak tersedia di lapangan 

Kontraktor ternyata memiliki pedoman keselamatan kerja yang sangat canggih 

namun tidak ada salinannya di lapangan. Di dalamnya tidak ada perihal mengenai 

keselamatan pekerjaan bitumen dan para staf tidak terlatih terhadap hal penting ini. 

• Lapis resap pengikat (prime coat) tidak memuaskan. 

Konstruksi perkerasan yang tampak sedang dikerjakan di lapangan hanyalah lapis 

resap pengikat (prime coat). Sayangnya pekerjaan ini dilakukan dengan standar yang 

tidak memuaskan. 

• Timbunan dinding penahan 

Konstruksi timbunan dinding penahan yang tampak di lapangan menunjukkan 

permasalahan kualitas maupun spesifikasi dan merupakan suatu resiko bahaya bagi 

para pekerja. 

• Pengelolaan keselamatan masyarakat pengguna jalan 

Pengelolaan keselamatan masyarakat pengguna jalan merupakan kekhawatiran 

utama. Kesulitan Kontraktor tampaknya mengakibatkan penurunan drastis dari 

kondisi baik yang dilaporkan dalam audit sebelumnya. 

Setelah kunjungan lapangan, beberapa sampel diuji dan diperoleh informasi yang mengarah 

kepada ketidaksesuaian tambahan yang teridentifikasi berikut ini: 

• Metode analisis test aspal 

1



Pengujian terhadap sampel-sampel dari lapis pondasi aspal dan tempat 

penyimpanan agregat yang diambil saat audit menunjukkan variasi besar dari hasilhasil 

yang dilaporkan oleh Kontraktor. Kesalahan pada metode kalkulasi kontraktor 

untuk analisis campuran aspal juga teridentifikasi. Sayangnya, analisa rinci 

mengemukakan penyimpangan-penyimpangan baik pada hasil uji Kontraktor dan 

pada hasil laboratorium yang melakukan pengujian audit. Maka, sampel mix aspal 

yang lebih banyak perlu diambil agar hasil temuan dari ketidaksesuaian yang 

diobservasi bisa disimpulkan. Annex 3 menunjukkan contoh kalkulasi Kontraktor 

dengan kesalahan – kesalahan perhitungan di tebalkan dengan warna kuning 

• Bronjong gabion harus memenuhi spesifikasi 

Bronjong gabion yang dipakai di lapangan pada konstruksi sebuah dinding gabion 

penahan tanah yang sangat besar tidak memenuhi spesifikasi karena pelapisan 

galvanisnya sangat tipis. Bronjong-bronjong tersebut sudah mulai berkarat dan umur 

struktur tersebut akan menjadi pendek. 

• Kontrol terhadap lapis pondasi aspal 

Sampling profil melintang lapis pondasi aspal memperlihatkan bentuk lengkung 

transisi yang tidak benar. 

• Management Kontrak Direksi Pekerjan 

Manajemen kontrak Direksi Pekerjaan terlihat agak tidak resmi. Tidak ada sistem 

penomoran berurut untuk Pemberitahuan ke Kontraktor maupun ke Direksi Pekerjaan 

yang resmi. Ia tidak melakukan sampling referensi dan pengujian ke laboratorium 

independen. Ia pun sangat mengandalkan sistem pencatatan Kontraktor, yang 

bukanlah praktek yang baik. 

Direksi Pekerjaan menyatakan bahwa semua permasalahan yang timbul dari audit 

sebelumnya sudah ditangani. Tetapi masih ada masalah terkait konstruksi dinding penahan, 

pembebasan lahan dan kemajuan pekerjaan, meski sudah diusahakan. Masalah drainase 

dan pergeseran pipa serta pengendapan saat tahap konstruksi sudah diperbaiki di musim 

kering tetapi beresiko terjadi kembali di musim hujan saat ini karena banyak pekerjaan 

drainase yang masih terbuka dan belum selesai pada saat biasanya musim hujan dimulai. 

Hal-hal berikut ini bukanlah ketidaksesuaian yang dibahas dalam audit tetapi merupakan 

masalah cukup berarti. 

• Mesin Pemecah Batu yang bermasalah 

Kontraktor sedang mengalami masalah serius pada mesin pemecah batunya 

(crusher) yang menghasilkan kelebihan produksi batu keping 10 – 20 mm 

dibandingkan fraksi lainnya, sehingga Kontraktor mempertimbangkan mengambil 

agregat dari pulau lainnya.Hal ini adalah masalah internal kontraktor tetapi solusinya 

harus dicari secepatnya tanpa harus mencari persediaan dari pihak ketiga. Solusinya 

harus solusi yang menguntungkan bagi kontraktor dan pemberi kerja. 

• Pembersihan manhole 

Manhole untuk akses masuk ke sistem pipa drainase terlalu kecil untuk kegiatan 

mendasar pemeliharaan kebersihan. Pembersihan dengan sistem vakum untuk 

sistem drainase sekarang banyak digunakan dan sebaiknya dipertimbangkan untuk 

penggunaan di sistem – sistem jalan selanjutnya. Desain keseluruhan sistem pipa 

2



tersebut akan menyebabkan kesulitan pemeliharaan yang harus diatasi di lokasi 

pegunungan yang terpencil ini. 

• Komposisi lalu lintas dan optimisasi tipe pagar pengaman 

• Pemeriksaan singkat terhadap volume dan komposisi lalu lintas mengindikasikan 

bahwa desain perkerasan dan pagar pengaman tidak optimal. Oleh karena sangat 

sedikitnya perkerasan yang sudah dibuat, penghematan cukup banyak dapat 

dilakukan dengan merancang ulang perkerasan yang lebih ringan. Komposisi lalu 

lintas didominasi oleh sepeda motor ringan, serta bus dan truk berat, yang turut 

membenarkan kajian ulang tipe dan lokasi pagar pengaman. 

Ringkasan saran-saran 

Laporan ini memasukkan sejumlah saran-saran untuk mengatasi temuan-temuan, dimana 

tidak semuanya bisa ditangani dalam Formulir Audit. Sebuah daftar pengecekan saran-saran 

diberikan di sini sesuai urutan dalam laporan. Saran-saran dan alasannya diuraikan secara 

menyeluruh dalam laporan. 

Permasalahan lahan 

1. Berikan kompensasi kepada pemilik lahan yang belum menerima kompensasi 

atas rumahnya di dekat Sta. 4+850 yang ternyata tidak termasuk dalam 

pemberian kompensasi awal. 

2. Selaraskan kembali sistem drainase setempat untuk menghindari 

pembongkaran sebagian rumah yang sekarang menjadi perdebatan di Sta. 

0+400 LHS. 

3. Tiadakan atau kurangi dinding pendekat jembatan di Sta. 0+000 untuk 

menghemat pembebasan sebidang tanah. 

4. Pembebasan lahan tetap merupakan suatu masalah serius. Hendaknya semua 

pihak berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. 

Metode kerja dan masalah ketidaksesuaian 

5. 

6. Pekerjaan persiapan base A untuk lapis resap pengikat harus ditingkatkan. 

7. Perbaiki bitumeter mesin penghampar bitumen dan fitur-fitur lainnya yang tidak 

berfungsi. 

8. Sediakan grafik laju penyemprotan penghampar bitumen. 

9. Kaji komposisi bitumen lapis resap pengikat, suhu penyemprotan, dan laju 

penghamparan. Lakukan percobaan baru. 

10. Timbun dan padatkan tanah di balik dinding penahan tanah sejalan dengan 

kegiatan konstruksi dan tidak boleh melebihi 1,2 meter di bawah puncak 

pasangan batu yang sudah terpasang. 

11. Direksi Pekerjaan harus memastikan tersedianya sarana pengelolaan lalu lintas 

yang memadai bahkan hingga melibatkan pihak ketiga bila Kontraktor gagal 

mematuhinya. 

12. Lakukan tindakan untuk mengurangi plastisitas agregat halus baik untuk lapis 

pondasi agregat dan lapis pondasi aspal dengan pencucian (ketentuan audit 

pertama) atau dengan cara-cara lainnya. 

3



13. Direksi Pekerjaan hendaknya teratur mengambil dan menguji sampel referensi 

secara independen sebagaimana ditentukan oleh Kontrak. 

14. Pelatihan sebaiknya diberikan kepada tim teknisi laboratorium kontraktor dan 

pengawas lapangan. 

15. Kaji hasil dan analisa pengujian aspal beton, khususnya pada absorpsi bitumen 

dan kepadatan (bulk density) campuran aspal dan serahkan analisa yang 

terkoreksi kepada Direksi Pekerjaan dan TFAC. 

16. Direksi Pekerjaan hendaknya mengkaji sertifikasi dan pengujian material gabion, 

khususnya pada ketebalan pelapisan galvanis. Pengurangan pembayaran 

sebaiknya dipertimbangkan bila ketebalan pelapisan dipastikan kurang 

memadai. 

17. Direksi Pekerjaan sebaiknya mengkaji cacat profil melintang dan super elevasi 

pada pekerjaan perkerasan yang telah selesai dan Kontraktor diharuskan untuk 

memperbaiki cacat pekerjaan tersebut. 

18. Direksi Pekerjaan untuk menerapkan sistem penomoran berurut dokumendokumen 

Pemberitahuan ke Kontraktor. 

19. Kontraktor untuk menerapkan sistem penomoran berurut dokumen 

Pemberitahuan ke Direksi Pekerjaan. 

20. Ketidakseimbangan produksi agregat perlu diperhatikan oleh kontraktor agar 

kontraktor tidak perlu membeli agregat dan berdampak terhadap pekerjaan mix 

aspal. 

21. Direksi Pekerjaan untuk mempertimbangkan revisi desain penutup bak saluran 

(drain sump) untuk sisa pekerjaan tersebut agar memperbaiki akses masuk 

untuk kegiatan pembersihan. 

Urusan Tingkat Nasional 

22. Kaji suplai kawat bronjong dan tarik kembali persetujuan terhadap suplier yang 

tidak memenuhi ketentuan. 

23. Seharusnya ada program nasional untuk pelatihan, pengujian referensi, dan 

sertifikasi-ulang bagi teknisi laboratorium. 

24. Tetapkan penilaian-penilaian desain jenis drainase samping jalan yang bisa 

digunakan, termasuk volume lalu lintas, dan pertimbangan biaya dan 

keselamatan. 

25. Suatu kode keselamatan pekerjaan bitumen Indonesia hendaknya disiapkan 

dan disebarluaskan untuk menggantikan ketentuan kode Institute of Petroleum 

yang tidak tersedia di kebanyakan lokasi proyek. 

4



1. PENDAHULUAN 

1.1. Tim Audit Monitoring 

Audit Monitoring dilakukan oleh Tim Audit Teknis dan Keuangan pada tanggal 12 – 14 

Nopember 2012. 

Tim Monitoring terdiri dari: 

Name 

P Clouston 

Yulianto 

Agus Abdulrahman 

Organisasi 

TFAC 

TFAC 

TFAC 

1.2. Formulir Audit 

Untuk setiap masalah yang dibahas di bawah ini, Formulir Laporan Audit yang bersangkutan 

dijadikan referensi. Formulir yang berisikan tanggapan dari Kontraktor, Direksi Pekerjaan, 

dan Pemilik Proyek, turut dilampirkan sebagai Lampiran 2. Perlu diperhatikan bahwa dalam 

beberapa kejadian, rekomendasi akhir yang dipaparkan di sini sudah mengalami perubahan 

dari yang tercantum dalam formulir, sebagai hasil dari informasi tambahan yang diterima 

dalam rapat penutupan audit ini, atau setelahnya dari Direksi Pekerjaan. 

2. KETIDAKSESUAIAN YANG TERPANTAU 

2.1. Kode Keselamatan Pekerjaan Bitumen (Formulir AF02) 

Pasal 6.1.3.2(b) dari spesifikasi Kontrak mensyaratkan bahwa Kontraktor bekerja sesuai 

dengan Bagian 11, Kode Keselamatan Kerja Bitumen dari Kode Praktek Aman dari 

Petroleum Institute. Akan tetapi, tidak ditemukan bukti bahwa staf Kontraktor mengetahui 

kode tersebut. Baik Manajer Lapangan maupun Manajer Mutu Kontraktor tidak bisa 

menjelaskan cara penanganan luka bakar akibat bitumen panas. Hal ini merupakan masalah 

keselamatan yang serius, baik bagi para pekerja maupun khalayak umum. Penyalahgunaan 

tangki bitumen dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran yang sangat ganas dan sejarah 

pernah mencatat kejadian ini. Bitumen panas bisa menyebabkan cedera luka bakar yang 

mengerikan. 

Perusahaan Kontraktor sudah memiliki kode keselamatan intern namun tidak ada salinannya 

di lapangan. Kontraktor memberikan salinan pedoman keselamatan kerja perusahaan di 

rapat penutupan. Meski pedoman ini tersaji dengan baik, hal ini merupakan contoh dari 

sebuah pedoman yang terperinci tetapi tidak dipraktekkan. Pedoman ini juga belum 

menyertakan bagian yang khusus membahas penanganan bitumen. 

Masalahnya adalah pedoman Institute of Petroleum (sekarang Energy Institute) mahal, dan 

belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan sebaiknya disederhanakan untuk penggunan 

5



di sektor pekerjaan jalan. Idealnya, Kode Indonesia dikembangkan, lebih baik sebagai 

proyek gabungan Bina Marga dan organisasi Kontraktor Indonesia yang berkaitan. Untuk 

saat ini, Direksi Pekerjaan dan Kontraktor sudah sepakat untuk mengatasi masalah ini 

sejauh yang bisa dilaksanakan. 

2.2. Penghamparan Lapis Resap Pengikat (Formulir AF03) 

Tim audit tiba di lokasi sebuah konstruksi lapis resap pengikat dengan ruas pendek, saat 

lintasan penyemprotan baru saja selesai. Kegiatan penyemprotan itu sendiri tidak sempat 

disaksikan tetapi mesin dan kondisi permukaan yang baru disemprot langsung segera 

diperiksa. 

Lapis resap pengikat dan lapis antara (primer-binder) gagal menembus lapisan pondasi atas 

(base course), meninggalkan lapisan hitam yang tebal. Kontraktor membiarkan lapis resap 

pengikat semalaman dengan harapan akan meresap perlahan. Sebuah truk yang melintas di 

atas lapis resap pengikat telah menghilangkan semua lapis antara di daerah jejak roda truk, 

yang mengindikasikan pelekatan/adhesi buruk dan peresapan yang tidak berarti. 

Permukaan tidak disapu sesaat sebelum penyemprotan, sebagaimana ditunjukkan dengan 

adanya batuan lepas di permukaan. Lapis pondasi tampak telah dihamparkan secara tebal 

dengan abu batu yang plastis dan kelebihannya tidak dibuang dengan penyapuan. 

Catatan lapangan tidak diambil, sebagaimana juga dengan sampel lapis resap pengikat dan 

lapis antara. 

Pengukur suhu penyemprotan menunjukkan angka 100ºC. Lapis antara dinyatakan terdiri 

dari 40% minyak tanah (kerosene). Bisa jadi kandungan minyak tanah jauh lebih rendah dari 

40% atau lapis antara dihamparkan pada suhu yang terlalu tinggi. 

Mesin penyemprot tidak memenuhi spesifikasi, meski dinilai baik dibandingkan dengan 

standar mesin penyemprot yang dipakai dalam kontrak sejenis lainnya. Alat ini merupakan 

mesin penyemprot asal Australia yang sudah cukup tua yang berpotensi memenuhi 

ketentuan sepenuhnya. Akan tetapi, takometer pompa dan bitumeter aslinya sudah hilang. 

Akibatnya, tidaklah mungkin untuk memantau laju kendaraan untuk mengendalikan tingkat 

penyemprotan dengan akurat, serta tidak mungkin untuk mengatur kecepatan pompa pada 

lebar penyemprotan yang bervariasi. Mesin ini pun tampak mempunyai rem yang cacat, 

yang cukup mengkhawatirkan mengingat sifat bahaya muatannya. 

Tidak ada grafik laju penyemprotan untuk mesin penyemprot. 

6



Gambar 1: 

Lapis Resap Pengikat yang Rusak 

Lapis resap pengikat yang buruk dan persiapan lapisan pondasi yang lebih buruk lagi akan 

menimbulkan pengaruh sangat buruk terhadap umur perkerasan. 

Ikatan antara lapisan pondasi dan lapisan aspal yang buruk menyebabkan slip dan retak 

kelelahan (fatigue). Lapisan tipis material bermutu buruk yang menyelimuti permukaan 

lapisan pondasi akan sangat rentan terhadap air dan ikatan yang buruk akan mempermudah 

air masuk ke dalam permukaan dan mengalir sepanjang permukaan ikat, sehingga semakin 

meningkatkan masalah air. 

Kontraktor harus memeriksa komposisi lapis antara di dalam tanki mesin penyemprot. 

Ujicoba lanjutan diperlukan untuk menetapkan kombinasi kandungan binder cutter, laju 

penyemprotan dan persiapan permukaan lapis pondasi yang bisa diterima. 

2.3. Prosedur Penimbunan Dinding Penahan (Formulir AF04) 

Dinding penahan tanah dibangun hingga tinggi keseluruhannya tanpa timbunan. Hal ini 

menghasilkan celah sempit sangat dalam yang akan sangat sulit dan berpotensi berbahaya 

untuk ditimbun dan dipadatkan dengan seharusnya. 

Bekerja di dalam parit lebih dalam dari 1,2 m tanpa perkuatan dinding merupakan resiko 

keselamatan kerja bagi pekerja yang tidak bisa diterima. Semua dinding penahan dengan 

tinggi melebihi 1,2 m akan mengalami masalah ini, dimana mencakup hampir semua dinding 

di lapangan. 

Kesulitan pemadatan pada celah sempit dan dalam, akan memberikan pengaruh buruk bagi 

dinding dan kestabilan lereng. 

7



Gambar 2: 

Konstruksi Dinding Penahan 

2.4. Pengendalian Lalu Lintas – Rintangan Jalan yang Berbahaya (Formulir 

AF05) 

Dalam Audit Menyeluruh Juni 2012, ditemukan bahwa Kontraktor bekerja cukup baik terkait 

prosedur pengendalian lalu lintas. Tampaknya kesulitan organisasi Kontraktor, akibat sifat 

pekerjaan yang putus-sambung, telah menyebabkan penurunan kinerja. 

Setidaknya ada lebih dari 20 lokasi dengan alur parit yang sangat tidak aman, sangat 

berdekatan dengan lajur lalu lintas. Parit-parit ini tidak ditandai atai dilindungi dengan 

memadai. 

Kontraktor pekerjaan kecil memanfaatkan perkerasan jalan sebagai daerah kerja dan 

penyimpanan material, bertentangan dengan ketentuan keselamatan. Masalah ini tidak 

tersebar luas tetapi cukup gamblang dan seharusnya tidak diperkenankan kapanpun juga. 

Direksi Pekerjaan sudah mengidentifikasi masalah ini dan telah mempersiapkan sebuah 

laporan dan instruksi bagi Kontraktor untuk memperbaiki masalah ini. Walau demikian, hal ini 

seharusnya tidak pernah boleh dibiarkan hingga sejauh ini. Direksi Pekerjaan perlu 

mengambil tindakan segera untuk memperbaiki kekurangan seperti ini, hingga dan termasuk 

memperkerjakan pihak lain untuk memperbaikinya atas biaya Kontraktor. 

8



Gambar 3: 

Alur Parit Tipikal yang Berbahaya 

2.5. Pengujian Audit pada Agregat dan Aspal (Tidak ada Formulir AF) 

Saat audit, sangatlah mengesankan bahwa Kontraktor memiliki salinan lengkap metodemetode 

pengujian yang berkaitan, termasuk terjemahan dalam Bahasa Indonesia dimana 

metodenya tidak ada standar Indonesia-nya. Akan tetapi, tampak jelas bahwa semua 

dokumen ini tidak dipakai secara reguler dan hal ini seringkali menimbulkan akumulasi 

penyimpangan dari metode pengujian standard seiring dengan waktu. Adalah kebiasaan 

baik bagi teknisi laboratorium untuk memiliki salinan metode pengujian, yang terbungkus 

baik ketika melakukan pengujian. 

Hasil pengujian lapis pondasi aspal dan sampel agregat yang diambil dari tempat 

penyimpanan saat audit, diuji dalam sebuah laboratorium independen. Hasilnya tidak sesuai 

dengan yang dilaporkan Kontraktor. Ketika diperiksa, laporan pengujian kedua laboratorium 

menunjukkan penyimpangan serius. 

Pemeriksaan pada sampel laporan pengujian mutu aspal (QA) Kontraktor mengungkapkan 

kesalahan aritmetik yang besar. Kesalahan sederhana pada pengurangan bilangan 

mengarah pada pelaporan hasil-hasil yang salah untuk sifat material. Di beberapa kejadian, 

kesalahan pencantuman angka yang sekaligus menimpa rumus dalam file menyebabkan 

kesalahan. Sulit dimengerti mengapa teknisi berupaya mengetik nilai dalam sel excel yang 

sudah mengandung angka yang benar dari perhitungan rumus. Lampiran 3 menunjukkan 

contoh-contoh ketidakakuratan ini. 

Oleh karena permasalahan pada laboratorium independen, tidak mungkin untuk mengetahui 

sifat material sesungguhnya. Akibatnya, penyelidikan lanjutan segera diperlukan untuk 

mengidentifikasi sumber kesalahan dan untuk memastikan bahwa material di lapangan 

memenuhi ketentuan yang disyaratkan. 

Salah satu kekhawatiran berarti akan mutu adalah fraksi agregat halus yang dipergunakan 

dalam produksi aspal maupun agregat lapis pondasi mungkin mempunyai plastisitas tinggi 

9



yang tidak diperkenankan. Pada audit Juni 2012 yang lalu, teridentifikasi bahwa hal ini akan 

menjadi masalah ketika produksi aspal dan lapis pondasi dimulai. Pada Lampiran 4 Pasal 5 

dalam laporan audit tersebut, direkomendasikan untuk mencuci agregat. Rekomendasi ini 

hingga kini belum diimplementasikan. Audit kali ini melihat permukaan daerah yang persis di 

luar lapis resap pengikat tampak mengandung plastisitas yang cukup besar. 

Masalah tersebut juga menunjukkan fakta bahwa Direksi Pekerjaan utamanya 

mengandalkan QC Engineer-nya untuk memantau langsung di laboratorium Kontraktor. Ini 

bukanlah praktek yang baik dan Direksi Pekerjaan seharusnya sesekali mengambil sampel 

referensi dan diuji secara independen. 

Kami sangat menganjurkan teknisi laboratorium kontraktor perlu diberikan pelatihan lagi. 

2.6. Pengujian Audit Bronjong Gabion (Tidak Ada Formulir AF) 

Sebuah sampel diambil dari material bronjong gabion yang dipakai dalam konstruksi sebuah 

dinding gabion penahan tanah yang sangat besar di lapangan. Material tersebut tidak 

memenuhi spesifikasi karena pelapisan galvanis yang sangat tipis. Hasil uji kekuatan pun 

berada di bawah spesifikasi. Bronjong yang berada di lapangan sudah mulai berkarat dan 

umur struktur tersebut akan menjadi pendek akibatnya. 

Gambar 4: 

Konstruksi Gabion Berukuran Besar 

Masalah serius ini telah terpantau pada beberapa proyek. Tindakan setingkat nasional, 

daripada sekedar tingkat proyek, perlu segera dilakukan untuk menghindari terjadinya 

permasalahan ini secara menerus. 

10



2.7. Bentuk Lapis Pondasi Aspal (Tidak Ada Formulir AF) 

Profil melintang lapis pondasi aspal pada sebuah sampel potongan melintang turut diperiksa. 

Hasilnya dijabarkan dalamLampiran 5. Hasilnya berbeda dari nilai desain dan hal ini tidak 

bisa dikoreksi dengan lapisan permukaan. Oleh sebabnya, bentuk semua lapisan eksisting 

perlu diperiksa dan diperbaiki seperlunya, sebelum persetujuan diberikan untuk 

penghamparan lapisan berikutnya. 

2.8. Manajemen Kontrak Direksi Pekerjaan (Tidak Ada Formulir AF) 

Manajemen kontrak Direksi Pekerjaan tampaknya tidak tertata resmi. Tidak ada sistem 

penomoran berurut pada Pemberitahuan ke Kontraktor dan Pemberitahuan ke Direksi 

Pekerjaan. Direksi Pekerjaan tidak melakukan sampling referensi dan pengujian di 

laboratorium independen. Direksi Pekerjaan juga sangat mengandalkan sistem pencatatan 

Kontraktor, yang bukan praktek yang baik. 

Perlu juga lebih keras dalam menghendaki agar permasalahan yang teridentifikasi Direksi 

Pekerjaan harus segera diperbaiki. Salah satu contohnya adalah adanya sejumlah besar alur 

parit yang berbahaya, tak terlindungi, dan tanpa rambu yang teridentifikasi dan dibuatkan 

laporan oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak mampu dicegah untuk semakin terakumulasi. 

3. PERMASALAHAN LAINNYA 

Permasalahan berikut ini tidak muncul dari kesalahan atau kealpaan Kontraktor dan oleh 

sebab itu, bukanlah ketidaksesuaian. Walau demikian, permasalahan-permasalahan ini 

adalah permasalahan yang cukup berarti dan hendaknya ditanggulangi. 

3.1. Keterlambatan dalam Pembebasan Lahan 

Sebagaimana dijabarkan dalam temuan Audit Menyeluruh Juni 2012 AF06, Kontraktor belum 

diberikan serah terima penuh lapangan proyek (site possession). Hal ini seharusnya sudah 

diberikan sesuai program konstruksi Kontraktor yang sudah disetujui, sebagaimana 

dinyatakan dalam Pasal 2.1. dari Dokumen Kontrak Bagian VII. Oleh sebab itu, Pemilik 

Proyek telah melanggar kontrak. Implikasinya adalah Kontraktor mengalami hambatan 

dalam pekerjaannya. Hal ini mungkin akan menaikkan biayanya dan lebih memperlambat 

proyek. 

Dikarenakan kemajuan pekerjaan terbatas hanya pada ruas-ruas pendek tertentu yang 

tersebar acak sepanjang ruas Kontrak, hanya sedikit manfaat yang diperoleh lalu lintas 

kendaraan dari pekerjaan yang sudah dikerjakan hingga kini. 

Permasalahan pada pengendalian pekerjaan yang terputus-putus mungkin turut 

menyumbang status keselamatan yang buruk pada sebagian proyek, sebagaimana 

dipaparkan dalam bagian 2.5 di bawah ini. 

Saat Audit Menyeluruh dilakukan, dipahami bahwa hanya perihal-perihal kecil yang menanti 

penyelesaiannya dan disarankan dan disepakati bahwa PPK akan segera memburu 

penyelesaian tersebut. Sayangnya, enam bulan kemudian, 47 paket lahan sejumlah 4,875 

km bagian depan sisi jalan masih belum tersedia. Lahan-lahan ini tersebar luas sepanjang 

ruas Kontrak. 

Semakin memungkinkan bagi Kontraktor untuk memperoleh haknya dan ia juga perlu 

mengajukan klaim penambahan biaya dan perpanjangan waktu. Oleh karena tingkat 

kepentingan masalah ini, Tim Audit sudah berusaha mengklarifikasi masalah ini dalam suatu 

11



rapat sebelum rapat penutupan audit. Informasi lanjutan diperoleh lagi dalam rapat 

penutupan audit ini. 

Ada dua isu sengketa yang dapat dengan mudah dihindari oleh perubahan desain kecil. 

Perubahan ini tentu akan menghemat waktu dan biaya, dan tidak secara material 

mengurangi lingkup kerja permanen. 

a) Yang pertama melibatkan sebuah proposal untuk mengakuisisi hanya 7 m2 dari sebuah 

rumah yang sudah ada di sekitar Stasiun 0 +400. LHS, sehingga salah satu dinding 

rumahnya ada di sebelah kanan jalur jalan. Akuisisi lahan ini bisa dihindari dengan merevisi 

jalur saluran drainase. Hal ini bisa menghemat biaya daripada mempertahankan desain asli 

dan menimbulkan penundaan lebih lanjut. Sangat disarankan revisi jalur drainase sia adalah 

solusi terbaik. 

c) Pengecualian kedua adalah salah satu pemilik tanah tidak dikunjungi oleh tim LARAP. 

Kelalaian ini mungkin karena kesalahan dalam data asli yang disediakan untuk tim LARAP 

oleh para desainer. Lahan ini diperlukan untuk pondasi dinding penahan untuk memperluas 

jalan menuju jembatan, di stasiun 0 +000. Sepertinya mungkin untuk mencapai lebar yang 

diperlukan di jalan menuju jembatan dinding penahan. Akibatnya disarankan agar dinding 

dihilangkan dan bahwa batas ROW disesuaikan sehingga pemilik tanah tidak lagi 

terpengaruh. 

Masalah ketiga yang tercatat melibatkan sebuah rumah dekat stasiun 4 +850 yang tidak 

termasuk dalam jadwal perbaikan lahan yang akan dikompensasi. Kompensasi untuk rumah 

ini diperlukan. 

3.2. Produksi Agregat 

Kontraktor mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan produksi mesin pemecah batu-nya 

(crusher). Produksi agregat 10-20 mm mengalami kelebihan yang banyak. Ia tak mampu 

mengatur mesin pemecah batu-nya untuk memperbaiki masalah ini dan bahkan 

mempertimbangkan untuk mengimpor agregat dari pulau lain yang sangat mahal. Limbah 

sisa dari produksi besar batu keping 10-20 mm yang bermutu sangat baik namun tak bisa 

digunakan juga akan sangat boros. 

Layout mesin pemecah batu dilampirkan sebagaiLampiran 6. Penggunaan jaw crusher 

sebagai pemecah ketiga dan keempat sangatlah tidak biasa, karena biasanya dipakai untuk 

pemecahan awal. Pada tahap-tahap akhir tersebut, reduksi persentase di tiap jaw crusher 

harus disetel pada tingkat yang rendah, untuk menghindari produksi batu pecah yang sangat 

pipih (flaky). Bentuk batu keping saat ini diperkenankan sehingga setelan reduksi pada tiap 

jaw crusher bisa diterima tetapi sebaiknya tidak dinaikkan. 

Disarankan agar kombinasi dari perubahan-perubahan berikut ini dipertimbangkan untuk 

memperbaiki keseimbangan keluaran mesin pemecah batu: 

a) Kurangi sedikit ukuran minimum bukaan cone crusher dan kurangi ukuran jaw 

crusher berikutnya dengan proporsi yang sama, i.e. membiarkan rasio break-down jaw 

crusher sebagaimana saat ini. 

b) Kurangi area ayakan 20 mm agar kelebihan muatan semakin berlebih sehingga lebih 

banyak material 10-20 mm yang bersirkulasi ulang. 

12



c) Resirkulasi material ke choke feed cone crusher sekunder, bukan ke jaw crusher 

tersier. Hal ini akan memperbaiki bentuk agregat dan mengkompensasi kerusakan 

apapun yang bisa diakibatkan oleh rasio breakdown cone crusher yang lebih besar. 

Perubahan-perubahan ini akan mengurangi total produksi dari sistem tetapi dengan 

mengurangi ketidakseimbangan yang ekstrim, efisiensi dan hasil produksi yang bisa terpakai 

akan meningkat banyak. 

Ini atau perubahan lain apapun yang diterapkan pada proses suplai cold-feed tentunya akan 

memerlukan pengembangan dan persetujuan desain campuran dan JMF baru, untuk semua 

lapis pondasi agregat dan semua jenis hotmix. 

3.3. Akses Sistem Drainase 

Drainase proyek memanfaatkan pipa-pipa bawah tanah dengan struktur cerobong yang 

mengalirkan air dari saluran cekung diatasnya. Pemeliharaan sistem seperti ini di lingkungan 

desa pegunungan dengan banyak lereng yang rentan longsor, akan sulit. Diperkirakan 

bahwa sejumlah besar volume material lepasan akan jatuh ke dalam parit permukaan dan 

terbawa ke dalam pipa-pipa, yang kemudian perlu rutin dibersihkan. Akses untuk melakukan 

hal ini di banyak lokasi hanya melalui manhole. Manhole tersebut terlalu kecil untuk 

pembersihan secara manual selain sistem ember-tarik. Peralatan pembersih canggih 

penyedot bak (“sump-sucker)” yang diperlukan untuk pembersihan mekanis desain pipa 

drainase ini pun tidak tersedia. 

Direkomendasikan agar seberapa jauh pipa drainase yang mahal ini dikaji lagi agar biayanya 

lebih efektif dan pemeliharaannya menjadi praktis. Desain manhole eksisting perlu 

dimodifikasi sebelum manhole-manhole lainnya dipasang. 

Gambar 5: 

Akses Manhole 

13



3.4. Detail Desain Lapangan Dinding Pasangan Batu Penahan Tanah 

Lokasi dinding pasangan batu penahan tanah tampaknya tidak sesuai dengan keperluannya. 

Gambar 6 menunjukkan sebuah dinding yang dipasang sebagai semacam bendung, tanpa 

adanya desain pelimpah (spillway). 

Gambar 7 menunjukkan lokasi ujung akhir dinding yang aneh karena material dalam 

potongan lereng tampak cukup homogen. 

Gambar 8 menunjukkan sebuah dinding besar yang tampaknya dibangun tanpa fungsi. 

Ada beberapa elemen desain yang bisa diperbaiki dengan review komprehensif pada saat 

dimulainya tahap konstruksi. Informasi lapangan yang terbatas bagi para desainer berarti 

bahwa insinyur lapangan dengan informasi lapangan yang lebih menyeluruh akan dapat 

membuat keputusan revisi desain informasi untuk menghemat biaya atau meningkatkan 

hasil proyek. Dinding penahan adalah salah satu elemen desain yang mungkin memperoleh 

manfaat paling banyak dari review desain di lapangan. 

Gambar 6: 

Dinding Penahan Berfungsi Sebagai Semacam Bendung 

14



Gambar 7: 

Penempatan Dinding yang Tidak Konsisten 

Gambar 8: 

Dinding Penahan Besar Tampak Tidak Bermanfaat 

. 

15



4. TEMUAN – TEMUAN DAN REKOMENDASI 

4.1. Ketidaksesuaian yang Terpantau 

Ref Uraian temuan dan dampak potensialnya Tindakan Korektif 

AF-02 Temuan 

Kontraktor mempunyai pedoman keselamatan kerja yang 

sangat canggih tetapi salinannya tidak ada di lapangan. 

Pedoman ini tidak memuat keselamatan pekerjaan bitumen 

dan anggota stafnya tidak terlatih untuk menghadapi hal 

penting ini. 

Dampak 

Ada potensi kecelakaan serius yang bisa terjadi pada 

khalayak umum serta staf, bilamana staf tidak sadar atas 

resiko serius dalam sebagian pekerjaannya. 

AF-03 Temuan 

Konstruksi perkerasan yang ditemui di lapangan hanyalah 

untuk lapis resap pengikat. Sayangnya, pekerjaan ini 

sangat tidak memuaskan. 

Dampak 

Kegagalan pengikatan dan pengedapan air pada lapis 

resap pengikat akan sangat mempengaruhi umur aspal. 

AF-04 Temuan 

Kontraktor membangun dinding penahan tanah hingga 

ketinggian seluruhnya sebelum melakukan timbunan. 

Dampak 

Celah sempit yang dalam di belakang dinding tidak akan 

bisa dipadatkan secara memadai dan mencoba untuk 

melakukannya akan menyebabkan resiko bahaya 

keselamatan bagi para pekerja. 

Tindakan yang disepakati 

Direksi Pekerjaan dan Kontraktor akan bekerjasama mengkaji 

prosedur keselamatan kerja, pelatihan staf, penyediaan peralatan 

keselamatan kerja seperti semprotan untuk luka bakar dan kartu 

saran penanganan luka bakar, dan pelabelan keselamatan kerja. 

Tindakan yang direkomendasikan 

Sangat disarankan agar Bina Marga mengembangkan pedoman 

keselamatan kerja dan paket pelatihan dalam Bahasa Indonesia. 

Kontraktor aspal sebaiknya dilibatkan dalam pengembangannya. 


Kontraktor akan melakukan percobaan pelapisan lapis resap 

pengikat (priming) dan meningkatkan prosedur kerja. 


Sebagai tambahan, sikat dan mesin penyemprot perlu direstorasi ke 

kondisi kerja penuh. 


Kontraktor akan mengikuti rekomendasi bahwa penimbunan kembali 

dilakukan sedemikian rupa sehingga ruang kerja tidak lebih dalam 

dari 1,2 meter. 

16




AF-05 Temuan 

Banyak terdapat alur parit yang curam dan dalam, persis di 

sebelah perkerasan akibat pekerjaan konstruksi. Berbagai 

rintangan ditempatkan di atas perkerasan. Perlindungan 

rintangan tersebut tidak memadai dengan rambu-rambu 

sementara atau bahkan tidak terlindungi samasekali. 

Kesulitan Kontraktor tampaknya berakibat penurunan 

drastis dari situasi bagus yang dilaporkan dalam audit 

sebelumnya. 

Dampak 

Keselamatan masyarakat pemakai jalan menjadi 

kekhawatiran utama. 

AF-06 Temuan 

Laporan hasil pengujian Kontraktor mengandung 

kesalahan. 

Direksi Pekerjaan belum diaudit untuk QA dengan 

memadai. 

Ada alasan untuk khawatir bahwa fraksi agregat halus yang 

digunakan dalam lapis pondasi agregat dan produksi aspal 

mungkin memiliki plastisitas tinggi yang tidak 

diperkenankan. Hal ini perlu pengujian lebih lanjut. 

Dampak 

Pengujian QA yang tidak akurat berarti mutu konstruksi 

tidak bisa dijamin. 

Plastisitas berlebihan merupakan suatu cacat utama dan 

bisa cukup mengurangi umur perkerasan. 


Kontraktor akan memperbaiki masalah yang dikemukakan dalam 

audit ini. 

Tindakan yang direkomendasikan. 

Penyebab masalah pengujian dan pelaporan harus diselidiki dan 

diperbaiki. Hal ini memerlukan penugasan teknisi aspal ke lapangan 

oleh Kontraktor atau RSC untuk memberikan pelatihan dan untuk 

meninjau bahwa produksi aspal sesuai dengan spesifikasi. 

TFAC akan mengambil sampling di kesempatan berikutnya untuk 

mengkonfirmasikan bahwa sudah sesuai dengan spesifikasi. 

Bilamana pengujian lanjutan mengindikasikan masalah, Kontraktor 

harus memodifikasi operasi pemecahan dan pengayakan batu untuk 

memperbaiki kekurangan apapun. 

Direksi Pekerjaan harus sesekali mengambil sampel referensi dan 

mengujinya secara independen di masa mendatang. 

Masalah pengujian yang buruk jelas-jelas tidak hanya terbatas pada 

laboratorium Kontraktor. Sertifikasi laboratorium dan stafnya sangat 

penting. Sertifikasi saja tidak cukup. Bahkan sebelum sertifikasi, 

program pengujian komparatif berulang seharusnya 

diimplementasikan yang melibatkan berbagai laboratorium. 

17




AF-07 Temuan 

Material bronjong gabion yang dipakai dalam konstruksi 

sebuah dinding gabion penahan tanah yang sangat besar 

di lapangan, tidak mematuhi spesifikasi karena pelapisan 

galvanis yang sangat tipis dan kekuatannya di bawah 

standar. 

Dampak 

Bronjong di lapangan sudah mulai berkarat dan umur 

struktur tersebut akan menjadi pendek. 

menyebabkan gangguan besar bagi pekerjaan. 

AF-08 

Temuan 

Profil melintang lapis pondasi aspal berbeda dari nilai 

desain. 

Dampak 

Bentuk perkerasan yang buruk pada tikungan dan transisi 

merupakan suatu masalah keselamatan. Profil melintang 

yang salah juga menyebabkan drainase permukaan yang 

buruk dan berpotensi mengurangi umur perkerasan, serta 

masalah kendaraan mengalami selip. 

AF-09 Temuan 

Tidak ada sistem penomoran berurut yang tertata resmi 

pada Pemberitahuan ke Kontraktor dan Pemberitahuan ke 

Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan juga sangat 

mengandalkan sistem pencatatan Kontraktor yang bukan 

praktek yang baik. 

Dampak 

Ketergantungan berlebih pada sistem Kontraktor 

merupakan suatu kemungkinan penyebab gagalnya 

identifikasi masalah pengujian sehingga mengurangi 

pengendalian mutu pekerjaan. 


Karena masalah ini meliputi beberapa proyek, fasilitas pabrik suplier 

seharusnya diaudit dan persetujuan untuk suplier ditarik kembali 

kecuali bila tindakan koreksi telah diambil. 

Semua Direksi Pekerjaan proyek sebaiknya diminta untuk segera 

inspeksi material yang dipakai dan tak terpakai di lapangan. Semua 

material yang teridentifikasi tidak memadai harus ditarik keluar dari 

lapangan, kecuali bila penarikan material terpasang akan 


Direksi Pekerjaan sebaiknya mensurvei ulang profil melintang ruas 

yang telah selesai pada semua lapis perkerasan yang terbuka dan 

semua areal yang tidak sesuai harus diperbaiki sebelum 

penghamparan lapisan berikutnya. 


Direksi Pekerjaan untuk mengimplementasikan sistem komunikasi 

dan pelaporan yang resmi. Ia juga perlu lebih tegas dalam 

menghendaki masalah yang ia temukan untuk segera diperbaiki. 

18



4.2. Permasalahan Lain 

Ref Uraian Temuan dan Dampak Potensial Tindakan Korektif 

1 Masalah pembebasan tanah yang teridentifikasi dalam Tindakan yang direkomendasikan 

Audit Penuh Juni 2012 tetap menjadi hambatan utama bagi 

kemajuan proyek. Beberapa kemajuan telah dibuat sejak 

Juni 2012 tapi sangat jauh dari lengka. 

Dampak 

Penundaan untuk proyek ini sudah dapat tidak bisa 

diterima lagi dan pembukaan jalan sedikit demi sedikit yang 

dipaksakan kepada Kontraktor mempengaruhi biaya, 

keselamatan lalu lintas dan kualitas 

2 Temuan 

Kontraktor mengalami kesulitan dalam menyeimbangkan 

produksi mesin pemecah batu-nya (crusher) yang 

menghasilkan banyak kelebihan batu keping 10-20 mm 

yang tidak bisa dipakai dengan konsekuensi pengurangan 

produksi untuk ukuran agregat lainnya. Ia bahkan 

mempertimbangkan pilihan sangat mahal dengan 

mengimpor agregat dari pulau lain. 

Dampak 

Hal ini akan semakin memperlambat proyek. Bila masalah 

ini bisa diselesaikan maka akan menguntungkan bagi 

kontraktor dan Bina Marga. 

Direksi Pekerjaan menyelidiki dan melaporkan modifikasi teknik 

sederhana untuk menghilangkan kebutuhan pembebasan lahan di 

dua lokasi. Di lokasi ketiga, kompensasi diperlukan untuk 

pembebasan lahan pada satu rumah yang tidak termasuk dalam 

jadwal pembasan lahan semula. 

Semua pihak harus mempercepat upaya untuk menyelesaikan 

masalah sehingga menunda akses penuh ke lapangan. 


Sebenarnya dimungkinkan untuk menyeimbangkan produksi, 

sebagaimana dijabarkan dalam bagian 3.1 di atas. 

Perubahan metode produksi akan memerlukan desain campuran dan 

JMF baru yang harus disetujui, untuk semua lapis pondasi agregat 

dan semua jenis hotmix. Bagaimanapun juga, hal ini tetap diperlukan 

karena masalah pengujian yang teridentifikasi dalam bagian 2.6 di 

atas. 

19



Ref Uraian Temuan dan Dampak Potensial Tindakan Korektif 

3 Temuan 

Pemeliharaan sistem drainase yang telah dirancang akan 

sulit dilakukan. 

Dampak 

Sistem drainase yang tak berfungsi akan menyebabkan 

kehancuran baik pada perkerasan dan pondasinya di 

musim hujan. 

4 Temuan 

Desain lokasi dinding penahan original yang belum 

dibangun perlu direview. 

Dampak 

Anggaran terbuang sia-sia di sebagian areal. 

5 Temuan 

LHRT sangat rendah, mungkin paling banyak sekitar 500 

kendaraan, dimana hampir setengahnya adalah sepeda 

motor dan sebagian besar lainnya adalah truk dan bus 

berat bersumbu 2. Tidak tampak kendaraan sedan. 

Dampak 

Pagar pengaman profil-w dalam desain mungkin tidak 

sesuai dengan komposisi lalu lintas ini karena ini 

membahayakan bagi pengguna sepeda motor dan tidak 

ideal untuk kendaraan berat. 


Kajian penilaian volume lalu lintas untuk penggunaan drainase tipe 

ini. 

Patut dipertimbangkan penggunaan mesin vakuum untuk 

pembersihan dan perawatan sistem drainse jalan secara nasional. 

Hal ini dapat memberikan keuntungan yang banyak, terutama di area 

perkotaan seperti: 

a) Drainase yang selalu berfungsi 

b) Mengurangi resiko kesehatan 

c) Mengurangi beban sampah di sungai dengan mengurangi 

resiko banjir 

d) Size drainase yang lebih kecil dapat digunakan dan pada saat 

bersamaan memiliki sistem drainase yang efisien. 


Persyaratan untuk dinding perlu dikaji lagi sepanjang proyek. 


Kajian terhadap desain perkerasan dan pagar pengaman untuk 

proyek – proyek selanjutnya yang banyak lalu lintas sepda motor. 

Pertimbangkan pengurangan panjang pagar pengaman untuk area 

dengan volume lalu lintas yang rendah dan penggunaan pagar untuk 

sepda motor dibawah pagar utama. 

Untuk proyek – proyek selanjutnya, audit volume lalu litnas pada saat 

awal konstruksi akan sangat berguna untuk review desain. 

20



Lampiran 1 Daftar Hadir 

21



22



Lampiran 2 Formulir Audit 

Formulir Audit AF-01 dibatalkan 

23



24



25



26



27



28



29



30



Lampiran 3 Desain Aspal Kontraktor 

Laporan Pengujian Specific Gravity Maksimum Kontraktor – Dengan Koreksi 

31



Laporan Pengujian Marshall Design Kontraktor – Kesalahan di-highlight 

32



Laporan Pengujian Marshall Design Kontraktor – Kesalahan dikoreksi 

33



Lampiran 4 Hasil Pengujian Material Gabion 

Summary of Gabion test results 

General Specification 

Test Results 

No Description Formula 

Section: SS.7.10.2.1 & 

Remarks 

Wire 1 Wire 2 Wire 1 Wire 2 Wire 1 Wire 2 

A ? PVC (mm) 4,30 3,56 4,0 3,7 OK NC 

B ? Core (mm) 3,00 2,63 3,0 ± 0,08 2,7 ± 0,08 OK OK 

C Zinc Coating thickness (μm) 13,41 18,15 

D Zinc Coating thickness (mm) C/1000 0,01 0,02 

E ? Core + zinc coating (mm) B+2D 3,03 2,67 

F Zinc coating cross sect.area (mm 2 ) 1/4π(E 2 -B 2 ) 0,13 0,15 

G Zinc coating cross sect. area (m 2 ) F/(10^6) 1,3E-07 1,5E-07 

H Unit weight (t/m 3 ) H 7,14 7,14 

I Weight of Zinc Coating per meter (t/m) GH 9,1E-07 1,1E-06 

J Surface Area of wire per m (m 2 ) π x B x 1 9,4E-03 1,1E-02 

K Weight of Coating (g/m 2 ) I/J x (10^6) 96,14 96,38 275 260 NC NC 

L Peak load (N) 2.285 1.442 

M Tensile Strength (Mpa) 323 263 

N Tensile Strength (kg/mm 2 ) 33,0 26,9 41 - 51 41 - 51 NC NC 

O Yield Strength (Mpa) 250 178 

34



Lampiran 5 Profil Melintang Lapis Pondasi Aspal 

Sta. 

Profil 

Melintang 

Perkerasan 

Sisi Kiri 

Profil 

Melintang 

Perkerasan 

Sisi Kanan 

Jenis 

Permukaan 

0+130 

0+225 

-2.0% -3.0% 

-3.2% -3.3% AC-BC 

0.0% -3.0% 

+0.1% -2.5% AC-BC 

0+300 

0+350 

-3.0% -3.0% 

-2.8% -3.9% 

-3.0% -3.0% 

-2.2% -4.0% 

AC-BC 

AC-BC 

0+425 

-3.0% -0.9% 

lapis resap pengikat baru -0.6% AC-BC 

2+650 

2+700 

3+000 

4+050 

5+950 

-3.0% -1.2% 

-4.7% -0.4% 

-5.0% +5.0% 

-6.0% +5.0% 

-3.0% -1.1% 

-1.4% -1.1% 

1.7% -3.0% 

-2.3% -3.2% 

-3.0% +3.0% 

-5.2% +2.7% 

AC-BC 

AC-BC 

AC-BC 

AC-BC 

AC-BC 

35



Lampiran 6 Layout Mesin Pemecah Batu 

36



Lampiran 7 Daftar Laporan 

No 


A001 

A002 

B001 

B002 

B003 

B004 

Nama Laporan 

Laporan Awal 

Rencana Umum Audit 

Laporan Audit Akhir – Paket EBL-01, Tohpati – Kusamba 

Laporan Audit Akhir – Paket ENB-01AB, Sumbawa Besar Bypass 

Laporan Audit Akhir – Paket EKB-01, Pontianak – Tayan 

Laporan Audit Akhir – Paket ESR-01, Tinanggea – Kasipute 

B005 

Laporan Audit Akhir – Paket ESS-02, Bantaeng – Bulukumba 

B006 Laporan Audit Akhir – Paket EBL- 02, Tohpati –Kusamba, Stage 2 

B007 

B008 

B009 

B010 

B011 

B012 

B013 

B014 

S001 

S002 

Laporan Audit Akhir – Paket ENB-01C, Pal IV – KM 70, Sumbawa 

Laporan Audit Akhir – Paket ENB-02, KM 70 – Cabdin Dompu, Sumbawa 

Laporan Audit Akhir – Paket ENB-03, Cabdin Dompu - Banggo, Sumbawa 

Laporan Audit Akhir – Paket ESR-02, Bambaea–Sp. Kasipute 

Laporan Audit Akhir – Paket ESS-01, Sengkang-Impaimpa-Tarumpakkae 

Laporan Audit Akhir – Paket ESH-01, Lakuan – Buol 

Laporan Audit Akhir – Paket ESS-02, Bantaeng – Bulukumba 

Laporan Audit Akhir – Paket EKB-01, Pontianak – Tayan 

Laporan Audit Khusus – Lapis Aus Aspal (AC-WC 1) pada Paket EBL-01, 

Tohpati – Kusamba, Tahap 1 

Laporan Audit Keuangan Khusus – Audit Remunerasi Personil RSC 

B015 Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ESS-01, Sengkang – Impaimpa – 

Tarumapakkae 

B016 

B017 

B018 

B019 

B020 

Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ESH-01, Lakuan – Buol 

Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ESR-02 Bambaea-Kasipute 

Audit Serah Terima Sementara - Paket ESR-02 Bambaea-Kasipute 

Audit Serah Terima Sementara - Paket ESR-01 Tinanggea-Kasipute 

Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ESS-01 Sengkang–Impaimpa– 

Tarumpakkae 

B021 Audit Serah Terima Sementara - Paket EBL-02 Tohpati-Kusamba (2) 

B022 

B023 

B024 

B025 

B026 

Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ENB-03 Cabdin.Dompu-Banggo 

Audit Serah Terima Sementara - Paket ENB-02 KM70(sec 2)-Cabdin.Dompu 

Laporan Audit Monitoring Akhir – Paket ESU-01 Molibagu–Mamalia-Taludaa 

Laporan Audit Menyeluruh – Paket EKS-01 Martapura – Ds. Tungkap 

Laporan Audit Menyeluruh – Paket ESS-03 Jeneponto – Bantaeng 

37



No 


Nama Laporan 

B027 

Laporan Audit Menyeluruh – Paket ENT-01 Ende –Aegela 

B028 Laporan Audit Menyeluruh – Paket ESS-04 Bulukumba – Tondong (1) 

B029 

B030 

B031 

S003 

S004 

B032 

B033 

B034 

Laporan Audit Monitoring – Paket ESS-03 Jeneponto - Bantaeng 

Project Status Assessment Report- Paket ENB-01C Pal IV to KM70 

Laporan Penilaian Pra-Serah Terima Paket ENB-02 KM70 (Sec 2) - Cabdin 

Dompu 

Kontrak Berbasis Kinerja, Peningkatan Jalan Raya Ciasem-Pamanukan (Jawa 

Barat), Penilaian Singkat Independen 

Proyek Rintisan Kontrak Berbasis Kinerja, Ciasem-Pamanukan dan Demak- 

Trengguli, Rekomendasi Perubahan pada Proyek PBC Selanjutnya 

Laporan Audit Monitoring - Paket EKS-01 Martapura - Ds Tungkap 

Laporan Audit Menyeluruh Paket EKS-02 Banjarmarsin - Bts Kalteng 

Laporan Audit Monitoring Kedua - Paket ESS-03 Jeneponto – Bantaeng 

B035 

Laporan Pra-Serah Terima Paket ENB-03 Bts.Cabdin Dompu-Banggo 

B036 Laporan Audit Monitoring ESS-04 Bulukumba – Tondong (1) 

B037 

B038 

Laporan Pra-Serah Terima – Paket ESH-01, Lakuan-Buol 

Laporan Audit Monitoring – Paket ENT-01 Ende - Aegela 

38



© Cardno 2013. Copyright in the whole and every part of this document 

belongs to Cardno and may not be used, sold, transferred, copied or 

reproduced in whole or in part in any manner or form or in or on any media 

to any person other than by agreement with Cardno. 

This document is produced by Cardno solely for the benefit and use by the 

client in accordance with the terms of the engagement. Cardno does not 

and shall not assume any responsibility or liability whatsoever to any third 

party arising out of any use or reliance by any third party on the content of 

this document. 

39

Lihat Laporan... - Pmueinrip-binamarga.com

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?