22.06.2015 Views

Fluorescence Activated Cell Sorting (FACS) dalam Kultur ... - Kalbe

Fluorescence Activated Cell Sorting (FACS) dalam Kultur ... - Kalbe

Fluorescence Activated Cell Sorting (FACS) dalam Kultur ... - Kalbe

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TINJAUAN PUSTAKA<br />

<strong>Fluorescence</strong> <strong>Activated</strong> <strong>Cell</strong> <strong>Sorting</strong> (<strong>FACS</strong>)<br />

<strong>dalam</strong> <strong>Kultur</strong> Embryonic Stem <strong>Cell</strong><br />

Riris L. Puspitasari, Caroline T. Sardjono, Ferry Sandra<br />

Stem <strong>Cell</strong> and Cancer Institute, <strong>Kalbe</strong> Pharmaceutical Company, Jakarta, Indonesia<br />

ABSTRAK<br />

Penelitian embryonic stem cell (ESC) <strong>dalam</strong> upaya penemuan cara pengobatan penyakit degeneratif saat ini tengah menjadi sorotan<br />

<strong>dalam</strong> dunia kedokteran. Kesulitan mengontrol diferensiasi ESC sering menjadi fokus utama <strong>dalam</strong> metode kultur yang ada saat ini.<br />

Salah satu jenis sel hasil diferensiasi ESC yang banyak menarik perhatian para peneliti adalah neuron (sel saraf). ESC yang dikultur <strong>dalam</strong><br />

medium yang sesuai dapat diarahkan perkembangannya menjadi neuron, tetapi sering kali sel yang terdiferensiasi masih merupakan<br />

populasi heterogen; karena itu, diperlukan metode tambahan untuk memilih tipe sel yang akan diisolasi. Melalui metode <strong>Fluorescence</strong><br />

<strong>Activated</strong> <strong>Cell</strong> <strong>Sorting</strong> (<strong>FACS</strong>), peneliti dapat melakukan purifikasi populasi sel berdasarkan molekul penanda yang spesifik terhadap<br />

neuron. Di samping itu, <strong>FACS</strong> juga dapat mendeteksi tipe-tipe sel yang ada, seperti ESC imatur, progenitor neuron, maupun sel yang<br />

telah terdiferensiasi menjadi neuron. Dengan demikian, akan didapatkan populasi sel homogen, yang dapat digunakan <strong>dalam</strong> penelitian<br />

mengenai terapi penyakit neurodegeneratif.<br />

Kata Kunci: <strong>Fluorescence</strong> activated cell sorting, Stem cell, Neuron<br />

Pendahuluan<br />

Mekanisme regenerasi sistem saraf pusat,<br />

seperti penemuan sel punca di otak yang dapat<br />

tumbuh menjadi neuron baru, telah mendorong<br />

para peneliti untuk mengembangkan<br />

metode perbaikan pada sistem tersebut.<br />

Aplikasi sel punca sebagai terapi alternatif untuk<br />

penyakit degeneratif, antara lain Parkinson,<br />

amyotrophic lateral sclerosis (ALS), stroke,<br />

dan spinal cord injury, didasarkan pada fakta<br />

bahwa neurogenesis tetap berlangsung pada<br />

individu dewasa dan dipengaruhi oleh banyak<br />

faktor. 1<br />

Pada kultur embryonic stem cell, propagasi<br />

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diregulasi<br />

oleh sinyal tertentu. Propagasi ESC<br />

mencit dapat dilakukan melalui co-culture<br />

dengan fibroblas embrio sebagai feeder layer<br />

atau dengan penambahan leukemia inhibitory<br />

factor (LIF). 2,3 Secara in vitro, pertumbuhan<br />

ESC dapat diarahkan agar berdiferensiasi<br />

menjadi beberapa tipe sel melalui kombinasi<br />

mediator pertumbuhan (growth factor) yang<br />

digunakan. 4<br />

Permasalahan yang mungkin muncul saat mengkultur<br />

ESC untuk diarahkan menjadi neuron,<br />

antara lain, adalah penurunan kemampuan<br />

diferensiasi sel dan rendahnya respons sel<br />

terhadap metode kultur untuk pengarahan<br />

menjadi sel neurogenik. Penurunan kemampuan<br />

dan respons sel untuk berdiferensisasi<br />

<strong>dalam</strong> suatu kondisi kultur dapat menghambat<br />

perkembangan sel yang dikehendaki. Mengingat<br />

permasalahan tersebut, beberapa peneliti<br />

menggunakan medium bebas serum<br />

untuk mengarahkan ESC menjadi neuron; penambahan<br />

growth factor ke <strong>dalam</strong> medium<br />

diharapkan dapat mengarahkan pertumbuhan<br />

sel yang baik. Dengan demikian, didapatkan<br />

pertumbuhan sel neurogenik yang lebih<br />

tinggi. 5<br />

Setelah didapatkan pertumbuhan sel neurogenik,<br />

peneliti membutuhkan pembuktian<br />

bahwa sel yang tumbuh benar-benar memiliki<br />

karakteristik sel yang diinginkan. Selain itu,<br />

pada kultur pengarahan ESC menjadi neuron,<br />

ternyata didapat koloni sel yang heterogen;<br />

tumbuh juga sel-sel prekursor neuron, sel-sel<br />

yang tidak berdiferensiasi, dan sel mati.<br />

Heterogenitas tersebut sangat menyulitkan<br />

transplantasi neuron pada hewan coba<br />

karena terdapat risiko terjadi pertumbuhan<br />

tumor pada transplantasi sel dengan populasi<br />

heterogen; oleh sebab itu, sangat diupayakan<br />

digunakan satu tipe sel saja pada transplantasi. 6<br />

Upaya mendapatkan sel-sel homogen dapat<br />

dilakukan apabila karakteristik neuron yang<br />

diinginkan dapat ditentukan. Berdasarkan<br />

molekul penanda spesifik, dapat ditentukan<br />

populasi sel tertentu saja yang akan ditransplantasikan.<br />

Informasi penting hasil akhir sel<br />

yang telah dikultur dan mengalami diferensiasi<br />

meliputi persentase tiap jenis sel berdasarkan<br />

molekul penanda tertentu, ukuran sel, dan<br />

granulositas sel. Salah satu metode untuk<br />

mengetahui karakteristik sel hasil kultur adalah<br />

dengan menggunakan <strong>FACS</strong> (<strong>Fluorescence</strong><br />

<strong>Activated</strong> <strong>Cell</strong> <strong>Sorting</strong>). Aplikasi <strong>FACS</strong> <strong>dalam</strong><br />

proses kultur dan diferensiasi ESC menjadi<br />

neuron, antara lain untuk dapat melakukan<br />

karakterisasi neuron yang tumbuh. Lebih lanjut,<br />

dengan menggunakan perangkat <strong>FACS</strong> yang<br />

dilengkapi fungsi cell sorting, dapat pula dilakukan<br />

isolasi populasi sel yang diinginkan<br />

sehingga dapat dihasilkan populasi sel yang<br />

murni. 6<br />

<strong>Kultur</strong> Pengarahan ESC menjadi Neuron<br />

Embryonic stem cell (ESC) berasal dari inner<br />

cell mass yang diisolasi dari embrio pada<br />

stadium blastokista. ESC memiliki sifat pluripoten,<br />

yaitu mampu melakukan pembelahan<br />

untuk proliferasi, mampu berdiferensiasi menjadi<br />

tipe sel lain, baik pada fetus maupun<br />

individu dewasa, dan (bersama-sama dengan<br />

embrio) membentuk jaringan fungsional.<br />

Kajian molekuler sel pluripoten sangat penting<br />

untuk menjelaskan karakter dan mekanisme<br />

propagasi ESC. 7,8<br />

In vitro, pertumbuhan ESC mencit dapat diarahkan<br />

agar berdiferensiasi menjadi beberapa<br />

tipe sel. Metode kultur yang sesuai diharapkan<br />

dapat menghasilkan tipe-tipe sel yang diinginkan.<br />

Medium bebas serum diharapkan<br />

sebagai medium yang mampu mendukung<br />

pertumbuhan sel prekursor neuron. 9 Selain<br />

itu, pengarahan ESC menjadi sel neurogenik<br />

CDK 186/Vol.38 no.5/Juli-Agustus 2011<br />

337


TINJAUAN PUSTAKA<br />

juga dapat dilakukan dengan penambahan<br />

zat penginduksi, seperti FGF2 (fibroblast growth<br />

factor)10,12, FGF11, BMP2, RA (retinoic acid),<br />

Shh (sonic hedgehog), Wnt3a11, BMP410,<br />

CNTF (ciliary neurotrophic factor), dan neurotrofin<br />

3 13 . Zat penginduksi tersebut ditambahkan<br />

ke <strong>dalam</strong> medium bersuplemen, baik<br />

secara tunggal maupun kombinasi.<br />

Penggunaan RA, Shh, BMP2, dan Wnt3a<br />

dapat mengarahkan ESC menjadi neuron<br />

yang memiliki molekul penanda tertentu,<br />

termasuk mengekspresikan protein sinapsis,<br />

dan mensekresikan neurotransmitter. Lebih<br />

lanjut, diketahui bahwa maturasi neurit (outgrowth<br />

dan percabangannya) ditentukan oleh<br />

sinyal dari BMP2 dan Shh. 11<br />

<strong>Fluorescence</strong> <strong>Activated</strong> <strong>Cell</strong> <strong>Sorting</strong> (<strong>FACS</strong>)<br />

<strong>FACS</strong> merupakan suatu sistem yang dikembangkan<br />

di tahun 1950-an, yaitu alat penghitung<br />

sel Coulter Counters. Coulter counters<br />

menghitung sel dengan menggunakan aliran<br />

sel secara automatis yang dilewatkan pada<br />

suatu detektor. Pada awalnya, Mack Fulwyler<br />

menggabungkan teknologi ink jet printer<br />

dengan Coulter Counters; bagian kepala printer<br />

dapat menggetarkan lubang sehingga terbentuk<br />

droplet. Pada dasarnya, prinsip <strong>FACS</strong><br />

hampir sama dengan Coulter Counters, dengan<br />

beberapa modifikasi. Pada <strong>FACS</strong>, suspensi sel<br />

dilewatkan <strong>dalam</strong> suatu kolom vibrasi sehingga<br />

akan terbentuk droplet bermuatan<br />

yang mengandung sel tunggal. Aliran droplet<br />

akan ditembak dengan sinar laser dan sinar<br />

yang diteruskan akan ditangkap oleh detektor.<br />

Detektor tersebut disambungkan dengan<br />

software untuk menganalisis sinyal yang diperoleh<br />

sehingga sel dapat dianalisis, dipisahkan,<br />

dan dikoleksi. 14,15<br />

Tabel 1. Daftar fluorokrom yang umum digunakan <strong>dalam</strong> analisis <strong>FACS</strong><br />

Fluorokrom<br />

4,6-Diamidino 2-Phenylinidole (DAPI)<br />

Alexa Fluor 350<br />

R-Phycoerythrin (PE)<br />

Enhanced Green Fluorescent Protein (EGFP)<br />

Fluorescein Isothiocyanate (FITC)<br />

Propidium Iodide (PI)<br />

Texas Red<br />

tertentu. Fluorokrom dapat menyerap sinar<br />

dengan panjang gelombang tertentu dan<br />

meneruskan sinar tersebut, dinamakan emisi.<br />

Beberapa macam fluorokrom dapat dipilih,<br />

tergantung panjang gelombang eksitasi yang<br />

akan dipakai. Emisi akan melewati suatu filter<br />

dan ditangkap oleh detektor; sinyal yang ditangkap<br />

akan dianalisis oleh komputer menggunakan<br />

software tertentu sehingga data<br />

dapat divisualisasikan <strong>dalam</strong> bentuk histogram<br />

maupun dot plot. Berikut beberapa fluorokrom<br />

yang umum digunakan <strong>dalam</strong> analisis menggunakan<br />

<strong>FACS</strong> (Tabel 1).<br />

Visualisasi Hasil Analisis<br />

Pada metode <strong>FACS</strong> untuk deteksi maupun<br />

purifikasi sel, data yang telah dianalisis dapat<br />

tervisualisasi berupa dot plot atau histogram.<br />

Eksitasi<br />

(nm)<br />

345<br />

346<br />

480<br />

489<br />

495<br />

536<br />

589<br />

Emisi<br />

(nm)<br />

455<br />

445<br />

578<br />

508<br />

519<br />

617<br />

615<br />

Sinar emisi dari senyawa fluorokrom akan<br />

ditangkap oleh detektor, lalu akan dianalisis<br />

menggunakan software tertentu. Sinyal tersebut<br />

akan diterjemahkan sebagai scatter<br />

dan intensitas fluoresens. 14<br />

Sinar laser ditembakkan langsung ke aliran suspensi<br />

sel. Sejumlah detektor digunakan untuk<br />

menangkap sinyal panjang gelombang. Satu<br />

detektor diletakkan berhadapan dengan sumber<br />

sinar (Forward Scatter/FSC), beberapa diletakkan<br />

dengan membentuk sudut (Side Scatter/<br />

SSC), dan detektor fluoresens (Gambar 1). FSC<br />

berkorelasi dengan volume atau ukuran sel,<br />

sedangkan SSC berhubungan dengan kompleksitas<br />

bagian <strong>dalam</strong> partikel, seperti ukuran<br />

nukleus, tipe granula sitoplasma, dan kekasaran<br />

membran plasma. 14<br />

Lebih lanjut, visualisasi data terhadap molekul<br />

penanda spesifik memerlukan pengikatan<br />

antibodi-antigen sel yang spesifik dan penambahan<br />

penanda (fluorokrom). Ikatan antibodi<br />

terhadap antigen yang dituju harus bersifat<br />

spesifik sehingga pelabelan akan memberikan<br />

hasil akurat. Dengan memberikan label<br />

pada antibodi yang digunakan, ekspresi antigen<br />

(protein) dapat diketahui. 16<br />

Fluorokrom<br />

Fluorokrom merupakan suatu senyawa fluoresein<br />

yang dapat berpendar saat mengalami<br />

eksitasi oleh sinar dengan panjang gelombang<br />

Gambar 1. Mekanisme deteksi ukuran, kompleksitas sel, dan fluoresens pada <strong>FACS</strong>. 15<br />

338 CDK 186/Vol.38 no.5/Juli-Agustus 2011


TINJAUAN PUSTAKA<br />

Pemisahan Sel (<strong>Cell</strong> <strong>Sorting</strong>)<br />

Pada perangkat <strong>FACS</strong> yang dilengkapi dengan<br />

modul cell sorting, dapat dilakukan pemisahan<br />

populasi sel yang heterogen menjadi beberapa<br />

subpopulasi. Pemisahan tersebut dilakukan<br />

atas dasar seleksi molekul penanda<br />

khusus yang telah terkonjugasi dengan fluorokrom.<br />

Pada pemisahan secara mekanis,<br />

sejumlah sel dipisahkan setiap detik sehingga<br />

menghasilkan persentase kepadatan sel tertentu.<br />

Pada pemisahan secara elektrostatik,<br />

pemisahan didasarkan pada jenis muatan sel.<br />

Untuk pemisahan tersebut, mesin <strong>FACS</strong> dilengkapi<br />

dengan elektroda bermuatan positif<br />

dan negatif. Pemberian muatan listrik pada<br />

droplet sel dilakukan sebelum sel tunggal<br />

melewati elektroda tersebut. Sel bermuatan<br />

positif akan mengalir ke chamber negatif,<br />

sedangkan sel bermuatan negatif akan mengalir<br />

ke chamber positif (Gambar 2). Dengan<br />

demikian, akan dihasilkan tiga subpopulasi<br />

sel, yaitu sel bermuatan positif, negatif, dan<br />

tidak bermuatan. Sel yang tidak bermuatan<br />

dapat diasumsikan tidak memiliki karakter<br />

yang diinginkan. 14,15<br />

Penggunaan <strong>FACS</strong> <strong>dalam</strong> <strong>Kultur</strong> Pengarahan<br />

ESC Menjadi Neuron<br />

<strong>FACS</strong> dapat digunakan untuk menganalisis<br />

karakteristik populasi neuron maupun untuk<br />

memisahkannya. Protein yang diekspresikan<br />

oleh neuron dapat diketahui berdasarkan<br />

molekul penanda yang dapat dideteksi oleh<br />

antibodi yang spesifik. 17 Berikut merupakan<br />

molekul penanda yang digunakan untuk<br />

mendeteksi tipe neuron. 18<br />

Tipe sel neural<br />

Neuron<br />

Astrosit<br />

Oligodendrosit<br />

Neural stem cell<br />

GABA-ergic neuron<br />

Dopaminergic neuron<br />

Gambar 2. Skema pemisahan sel dengan <strong>FACS</strong> (15)<br />

Antibodi primer<br />

Neuronal class III beta tubulin<br />

Microtubule Associated Protein-2 (MAP2)<br />

Glial Fibrillary Acidic Protein (GFAP)<br />

Oligodendrocite marker 4<br />

Myelin Basic Protein (MBP)<br />

Nestin<br />

Gamma Amino Butyric Acid (GABA)<br />

Tyrosine Hydroxylase (TH2)<br />

Penggunaan <strong>FACS</strong> untuk melihat karakter sel<br />

dan pemisahannya telah banyak dilaporkan.<br />

Bouhon dkk. menggunakan chemically defined<br />

medium (CDM) untuk mengkultur neurogenic<br />

embryoid bodies (NEB). NEB merupakan<br />

sekelompok sel yang pertumbuhannya akan<br />

mengarah kepada sel-sel neuron. Pada medium<br />

CDM, penambahan FGF2 menyebabkan<br />

diameter neurosphere bertambah, yang<br />

mengindikasikan peningkatan pertumbuhan<br />

sel-sel neural. Ekspresi gen-gen <strong>dalam</strong> NEB<br />

tergolong heterogen, dan hasil analisis <strong>FACS</strong><br />

menunjukkan adanya populasi sel yang berbeda<br />

dari NEB. Populasi tersebut berbeda <strong>dalam</strong><br />

ekspresi nestin mulai dari hari ke-2 hingga<br />

hari ke-8 kultur. Sementara itu, dengan melihat<br />

granulositas sel (berdasarkan profil SSC<br />

dari <strong>FACS</strong>), dapat diketahui adanya populasi<br />

CDK 186/Vol.38 no.5/Juli-Agustus 2011<br />

339


TINJAUAN PUSTAKA<br />

sel dengan granulositas yang lebih tinggi dibanding<br />

populasi sel lain seiring waktu pengkulturan.<br />

9 Pruszak dkk. menggunakan <strong>FACS</strong><br />

untuk memisahkan populasi sel berdasarkan<br />

ekspresi molekul protein pada beberapa tipe<br />

sel yang dideteksi, antara lain molekul SSEA-3<br />

(stage specific mouse embryonic antigen)<br />

sebagai penanda ESC imatur, molekul CD133<br />

sebagai sel prekursor neuron, dan molekul<br />

CD24 sebagai penanda sel yang telah berdiferensiasi<br />

menjadi neuron. Hasil penelitian<br />

menunjukkan bahwa populasi sel hasil pemisahan<br />

melalui <strong>FACS</strong> mampu tumbuh menjadi<br />

neuron-neuron yang homogen setelah<br />

dikultur selama 11 hari. 19<br />

Simpulan<br />

<strong>FACS</strong> merupakan salah satu sarana pendukung<br />

<strong>dalam</strong> bidang penelitian sel punca. <strong>FACS</strong><br />

dapat membantu menganalisis karakter dan<br />

memisahkan sel-sel yang telah berdiferensiasi<br />

menjadi suatu populasi yang homogen.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Gage FH. Mammalian neural stem cells. Science 2000; 287:1433-8.<br />

2. Gregg C, Weiss S. CNTF/LIF/gp130 receptor complex signaling maintains a VZ precursor differentiation gradient in the<br />

developing ventral forebrain. Development 2005; 132:565-78.<br />

3. Montcouquiol M, Crenshaw EB, Kelley MW. Noncanonical Wnt signaling and neural polarity. Annu Rev Neurosci 2006;<br />

29:363-86.<br />

4. Priosoeryanto BP. Penggunaan teknik biakan sel <strong>dalam</strong> berbagai pengujian di bidang biomedis. Dalam: Pelatihan<br />

pemanfaatan teknik kultur jaringan dan histokimia. FKH IPB, 2003.<br />

5. Fukuda H, Takahashi J, Watanabe K. <strong>Fluorescence</strong> activated cell sorting-based purification of embryonic stem cells-derived<br />

neural precursors averts tumor formation after transplantation. Stem <strong>Cell</strong>s 2006; 24:763-71.<br />

6. Dihné M, Bernreuther C, Hagel C, Wesche KO. Embryonic stem cell-derived neuronally committed precursor cells with<br />

reduced teratoma formation after transplantation into the lesioned adult mouse brain. Stem <strong>Cell</strong>s 2006; 24:1458-66.<br />

7. Djuwita I. Biologi kultur jaringan. Dalam Pelatihan pemanfaatan teknik kultur jaringan dan histokimia. FKH IPB, 2003.<br />

8. Matahine T, Boediono A. Peluang dan tantangan penggunaan stem cells untuk terapi regeneratif. Med Vet Indones<br />

2006; 10:31-8.<br />

9. Bouhon IA, Kato H, Chandran S, Allen ND. Neural differentiation of mouse embryonic stem cells in chemically defined<br />

medium. Brain Res Bull 2005; 68:62-75.<br />

10. Rathjen J, Halnes BP, Hudson KM, Nesci A, Dunn S, Rathjen PD. Directed differentiation of pluripotent cells to neural<br />

lineage: Homogeneous formation and differentiation of neuroectoderm population. Development 2002; 129:2649-61.<br />

11. Murashov AK, Pak ES, Hendricks WA, Owensby JP, Sierpinski PL, Tatko LM, Fletcher PL. Directed differentiation of<br />

embryonic stem cells into dorsal interneuron. FASEB J 2005; 19:252-64.<br />

12. Zhang P, Chebath J, Lonal P, Renel M. Enhancement of oligodendrocyte differentiation from murine embryonic stem<br />

cells by an activator of gp 130 signalling. Stem <strong>Cell</strong>s 2004; 22:344-54.<br />

13. Liu S, Qu Y, Stewart TJ. Embryonic stem cells differentiate into oligodendrocytes and myelinate in culture and after spinal<br />

cord transplantation. Proc Natl Acad Sci USA 2000; 97:6126-31.<br />

14. http://openwetware.org/wiki/BE.109:DNA_engineering/<strong>FACS</strong>_analysis (16 Juli 2007)<br />

15. http://www.bio.davidson.edu/COURSES/GENOMICS/method/<strong>FACS</strong>.html (16 Juli 2007)<br />

16. Kiernan JA. Histological and histochemical methods: Theory and practice. 2nd ed. Pergamon, 1990.<br />

17. Male D. Immunology: An illustrated outline. 3rd ed. Mosby, 1998.<br />

18. http://www.stemcell.com (23 Maret 2006)<br />

19. Pruszak J, Sonntag KC, Aung MH. Markers and methods for cell sorting of human embryonic stem cell derived neural<br />

cell populations. Stem <strong>Cell</strong>s 2007; DOI: 10.1634/stemcells.2006-0744<br />

340 CDK 186/Vol.38 no.5/Juli-Agustus 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!