08.07.2015 Views

o_19pmd2p3vuhq1l221a3a14vg19f2a.pdf

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

Oleh Paul Gunadi, Andrew Abdi Setiawan, Lortha Gb. Mahanani<br />

Hak Cipta © 2013, Penerbit<br />

Penyunting<br />

Desain cover & layout<br />

Proof reader<br />

: James Yanuar<br />

: Felly Meilinda<br />

: Melany N.T.<br />

Diterbitkan oleh:<br />

PT. VISI ANUGERAH INDONESIA<br />

Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235<br />

Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854<br />

Email : visipress@visi-bookstore.com<br />

ISBN 978-602-8073-84-4<br />

Cetakan pertama, Maret 2013<br />

Indonesian Edition © Visipress 2013<br />

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang<br />

Dilarang memperbanyak sebagian atau<br />

seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.<br />

Member of CBA Indonesia<br />

No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina<br />

Member of IKAPI<br />

No : 185/JBA/2010


D a f ta r Isi<br />

Kata Pengantar .............................................................7<br />

1. Memahami Remaja ...........................................13<br />

2. Pergolakan Rohani Remaja ................................33<br />

3. Mengapa Remaja Susah Pe-De ..........................51<br />

4. Remaja Putri & Cinta .........................................69<br />

5. Remaja Putra & Pornografi .................................87<br />

6. Pemangsa & Persahabatan Online ....................105<br />

Profil Penulis ............................................................120


Kata Pengantar<br />

Tidak bisa diingkari, kehidupan berkeluarga merupakan tempat<br />

kita belajar seumur hidup dan kenyataan membuktikan<br />

bahwa keluarga yang sehat berdampak pada gereja dan<br />

masyarakat, bahkan suatu bangsa.<br />

Sejak dalam kandungan, seorang janin diharapkan berkembang<br />

sampai ia dilahirkan ke dunia. Kehadirannya sebagai bayi<br />

yang mungil sungguh tidak terlupakan bagi orang tuanya. Setiap<br />

fase pertumbuhan diikuti dengan seksama. Si bayi bertumbuh<br />

menjadi balita, pra-remaja, remaja, pemuda dan kemudian menemukan<br />

pasangan hidupnya, mereka menikah dan membentuk<br />

suatu keluarga. Pertumbuhannya menjadi seorang dewasa sangat<br />

diharapkan, dewasa dalam berpikir, dalam mengatur keluarga dan<br />

lain-lain. Untuk itulah pasangan nikah yang dikaruniai anak, mereka<br />

mempunyai fungsi menjadi orang tua. Orang tua merupakan<br />

wakil Allah atas anak yang dititipkan Allah kepada mereka. Mereka<br />

bertanggung jawab untuk membesarkan, mendidik dan mengasuh<br />

anak di dalam Tuhan.<br />

Dalam proses membesarkan anak, mereka pasti diperhadapkan<br />

pada fase anak menginjak usia remaja. Suatu fase dimana memerlukan<br />

ketegasan yang diimbangi dengan kebebasan. Disinilah<br />

kesabaran dan ketelatenan orang tua dalam mendidik anak sebetulnya<br />

paling diuji.<br />

7


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

Banyak orang tua yang merasakan kekhawatiran bahkan ketakutan<br />

yang dalam saat anaknya memasuki usia remaja. Dampak<br />

pergaulan, akses informasi yang begitu luas dan mudah didapat,<br />

melalui kesaksian media massa cetak dan elektronik menunjukkan<br />

bahwa setiap hari ada saja berita yang mengerikan tentang remaja<br />

yang bermasalah. Mereka melakukan tindakan kriminal, tawuran,<br />

nge-geng, mengonsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba<br />

atau terjerumus dalam hal pornografi dan persahabatan online.<br />

Semua tampak mengerikan. Kehidupan remaja tampak demikian<br />

rentan dari berbagai pengaruh buruk.<br />

Buku ini secara khusus menyoroti kehidupan remaja yang pada<br />

umumnya mengalami pergolakan, baik secara fisik, emosi maupun<br />

rohani. Melalui buku ini diharapkan setiap orang tua diperlengkapi<br />

dalam skill parenting mereka, sehingga mereka bisa mendewasakan<br />

remaja Kristen yang punya pembeda positif dibandingkan<br />

dengan remaja pada umumnya.<br />

Buku ini merupakan kumpulan artikel dari program TELAGA<br />

(TEgur sapa gembaLA keluarGA). Kami sungguh bersyukur kepada<br />

Tuhan yang memperkenankan program radio dan kaset/CD Telaga<br />

untuk dibukukan dalam kemasan seperti ini. Adapun maksud kami<br />

adalah agar para pendengar radio dan kaset/CD Telaga bisa lebih<br />

mengingat apa yang telah didengarnya.<br />

Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terima<br />

kasih kepada Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai pembicara dan Bpk.<br />

Gunawan Santoso sebagai pemandu program ini. Ucapan terima<br />

kasih juga kami tujukan kepada Bpk. Andrew A. Setiawan, M.Min.<br />

dan Sdri. Lortha G. Mahanani, M.K. yang telah mengubah transkrip<br />

menjadi bentuk artikel. Ucapan terima kasih juga kami tujukan<br />

kepada Pdt. Dr. Rahmiati Tanudjaja yang telah meminjamkan<br />

studio rekaman Parakaleo dan kepada P.T. Visi Anugerah Indonesia<br />

atas kerja samanya dalam penerbitan buku ini.<br />

8


Kata Pengantar<br />

Akhir kata, mudah-mudahan buku ini bisa menjadi berkat bagi<br />

banyak keluarga, khususnya para remaja Kristen, sehingga nama-<br />

Nya selalu dipermuliakan.<br />

Malang, Januari 2013<br />

Pengurus Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK)<br />

9


-1-


1<br />

Memahami<br />

REMAJA<br />

Oleh:<br />

Paul Gunadi dan Lortha Gb. Mahanani<br />

Memiliki anak yang menginjak usia remaja menimbulkan<br />

banyak ketakutan pada orang tua. Ketakutan terbesar<br />

adalah dampak pergaulan bagi anak mereka. Saya sangat<br />

bisa memahami pergumulan orang tua karena memang sudah<br />

terlalu banyak contoh buruk tentang pengaruh pergaulan pada<br />

remaja. Kesaksian media massa cetak dan elektronik menunjukkan<br />

bahwa setiap hari ada saja berita yang mengerikan tentang remaja<br />

yang bermasalah. Mereka melakukan tindakan kriminal, tawuran,<br />

nge-geng, mengonsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba<br />

atau minuman keras. Semua perilaku itu tidak jarang sampai<br />

pada kondisi menelan korban jiwa. Di tengah zaman ini kita<br />

bahkan membaca dan mendengar berita yang cukup mencekam<br />

yaitu semakin banyak remaja yang melakukan tindakan percobaan<br />

bunuh diri atau mati karena bunuh diri. Semua tampak mengerikan.<br />

Kehidupan remaja tampak demikian rentan dari berbagai<br />

pengaruh buruk.<br />

Mengingat semua itu sebaiknya sebagai orang tua mempunyai<br />

kejelasan tentang apa yang sepatutnya kita lakukan terhadap<br />

remaja. Terdapat dua sikap ekstrem yang cenderung diambil orang<br />

13


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

tua. Sebagian bersikap terlalu keras atau mengekang. Melarang dengan<br />

ketat agar anak tidak melakukan ini dan itu, bahkan sampai<br />

memberikan hukuman yang kejam jika terjadi pelanggaran. Pada<br />

sisi lain, ada orang tua yang memilih untuk<br />

membiarkan atau memberikan kebebasan<br />

pada anaknya. Tidak ada kontrol sama<br />

sekali terhadap apa yang dilakukan. Orang<br />

tua tidak peduli dengan apa pun yang dipilih<br />

anaknya. Keduanya adalah sikap yang<br />

tidak sehat.<br />

Orang tua harus memahami bahwa ada<br />

banyak hal yang harus dipelajari oleh anak<br />

ketika bertumbuh memasuki masa remaja.<br />

Mereka mengamati masalah moralitas,<br />

kepribadian, keagamaan,<br />

kompetensi dan lain-lain. Dalam<br />

proses pembelajaran ini, keluarga<br />

atau khususnya orang tua, adalah<br />

alat utama dan seharusnya menjadi<br />

tempat sosialisasi pertama untuk<br />

mengajarkan hal-hal tersebut. Itulah<br />

sebabnya keluarga disebut sebagai socialization agent.<br />

Kehidupan masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan<br />

yang penuh dengan masa kritis terus-menerus. Masa remaja menjadi<br />

satu masa transisi paling sulit dalam hidup, yakni tahun-tahun<br />

paling genting bagi perkembangan mental seseorang. Sikap yang<br />

tepat akan sangat mendukung anak kita menghadapi masa tersulit<br />

dalam kehidupannya ini. Kita harus mempunyai suatu kejelasan<br />

sikap di tengah-tengah, antara sikap terlalu keras dan terlalu bebas.<br />

Satu sisi remaja tidak boleh kehilangan kesempatan bergaul, pada<br />

waktu yang sama kita berkewajiban menjaga anak remaja kita sehingga<br />

akhirnya tidak terseret ke dalam pergaulan yang buruk.<br />

Dengan cara bagaimana?<br />

14


1 Memahami Remaja<br />

Karakteristik Masa Remaja<br />

Rahasia dari orang tua yang berhasil adalah mengenali anaknya<br />

dengan baik. Orang tua perlu memahami apa yang ada di dalam<br />

pikiran dan perasaan anaknya. Untuk itu penting bagi orang tua<br />

memiliki kerangka berpikir tentang apa yang sesungguhnya terjadi<br />

pada masa remaja. Dengan demikianlah orang tua akan mampu<br />

memperlakukan anak dengan benar, khususnya ketika mereka sedang<br />

remaja.<br />

1. Masa Pengujian<br />

Ketika individu berada pada rentang usia remaja, seiring dengan<br />

perkembangan kognitifnya, ia berkutat dengan banyak pertanyaan<br />

tentang sikap, perilaku, dan nilai-nilai kehidupan. Sesuatu<br />

yang pada awalnya dianut tanpa keraguan, sekarang membutuhkan<br />

penjelasan panjang tentang kebenarannya. Ia berpikir dan bertanya<br />

karena mulai melihat perbedaan antara apa yang ia yakini<br />

dengan realitas yang ada di sekelilingnya. Pertanyaan demi pertanyaan<br />

meluap karena ia berhadapan langsung dengan pengalaman-pengalaman<br />

yang baru. Remaja mengalami sendiri berbagai<br />

peristiwa yang sebelumnya tidak pernah dibahas di dalam keyakinannya<br />

atau di dalam nilai-nilai iman kristianinya. Pelbagai hal<br />

baru yang ditangkap itu membuat dirinya bingung. Remaja mengejar<br />

jawaban untuk mengetahui ”Apakah yang saya percaya ini cukup<br />

atau lengkap atau benar?”<br />

Kadang ketidakmengertian mereka—dalam pemandangan<br />

kita sebagai orang dewasa—tampak sepele. Atau sebaliknya, kita<br />

menganggap terlalu rumit. Penilaian kita tidaklah penting, tapi<br />

yang pasti sebaiknya kita menyediakan jawaban yang dapat mereka<br />

pahami dan akhirnya mereka bersedia mengikuti prinsip atau<br />

jalan yang benar.<br />

15


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

Beberapa pertanyaan yang berkecamuk di kepala mereka misalnya:<br />

• Kenapa tidak boleh berbohong? Apakah seseorang tidak boleh<br />

berbohong sama sekali atau hanya dalam kasus tertentu?<br />

• Kenapa tidak boleh merokok, toh banyak orang melakukannya?<br />

• Di dalam gejolak masa muda yang mereka alami, ditandai<br />

dengan meningkatnya ketertarikan kepada lawan jenis, otak<br />

mereka mempertanyakan, “Mengapa tidak boleh berhubungan<br />

seksual sebelum menikah?” Mungkin ia akan mengatakan<br />

kepada kita, ”Apa salahnya dengan hal itu, bukankah itu hanya<br />

kontak fisik? Mengapa Tuhan melarangnya? Mengapa harus<br />

dikait-kaitkan dengan kerohanian?” Di tengah pergaulan sekarang<br />

ini, bisa saja mereka melihat teman-teman mulai melakukan<br />

seks pra-nikah, dan ia akan datang pada kita, ”Mengapa<br />

aku tidak diizinkan melakukan hal yang sama? Apa aku berbeda<br />

dengan mereka?”<br />

• Kenapa harus berpacaran dengan orang yang seiman? Apa<br />

salahnya jika menjalin cinta dengan teman yang beda agama,<br />

bukankah yang penting saling mencintai?<br />

Masih banyak pertanyaan yang memenuhi kepala mereka.<br />

Ada yang terucap, namun lebih banyak yang hanya tersimpan<br />

dalam hati mereka.<br />

Pada masa remaja keingintahuan anak sangat tinggi. Kebutuhan<br />

untuk dipuaskan secara intelektual begitu besar. Sangat penting<br />

untuk mereka memperoleh penjelasan yang dapat diterima akal<br />

dan menolong mereka mengetahui arah yang benar. Masa remaja<br />

bisa menjadi titik balik seseorang. Sedemikian kritisnya masa remaja<br />

sehingga orang tua perlu memberi ruang untuk anak bertanya.<br />

Tidak hanya waktu untuk mendengarkan jawaban dan penjelasan<br />

namun juga memberi kesempatan berdiskusi tentang pelbagai hal<br />

16


1 Memahami Remaja<br />

baru yang dilihat, dipikirkan atau dirasakan oleh remaja. Melalui<br />

dialog dan masukan orang tua, remaja akan menemukan jawaban<br />

demi jawaban. Waktu untuk berdialog, dengan ayah atau<br />

dengan ibu, perlu diupayakan dengan serius karena ini membuat<br />

anak merasa diterima oleh orang tuanya dan merasa dihargai di<br />

rumahnya sendiri. Waktu berbicara dengan orang tua merupakan<br />

momen yang sangat berharga, menyenangkan, dan akan menjadi<br />

kenangan indah bagi remaja.<br />

Mungkin saja orang tua akan canggung jika bercakap-cakap<br />

dengan anaknya secara spontan tanpa rencana tentang topik-topik<br />

penting ketika si anak sudah menjadi remaja. Ini menandakan<br />

pentingnya orang tua membangun relasi dengan anak sejak anak<br />

masih belia. Kebiasaan bertemu untuk saling mendengarkan antara<br />

orang tua-anak akan membuat dua belah pihak merasa nyaman<br />

ketika harus membicarakan hal-hal baru.<br />

Reaksi orang tua yang tidak siap untuk masuk di dalam proses<br />

ini bisa saja merasa kebakaran jenggot dan serta merta memadamkan<br />

api pertanyaan anak. Yang lebih parah adalah orang tua<br />

menganggapnya sebagai ekspresi pemberontakan anak. Respons<br />

yang reaktif ini membuat remaja merasa tidak mendapat tempat<br />

di tengah keluarga, ia akan merasa dirinya tidak dimengerti oleh<br />

orang tuanya. Dalam situasi kebingungan, bukan hal yang mustahil<br />

jika kemudian ia mencari penjelasan di luar rumah. Jika ini yang<br />

terjadi maka waktunya untuk orang tua melakukan introspeksi diri<br />

dan memperbaiki relasi dengan anak.<br />

17


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

Tidak adanya kesempatan menanyakan kebingungan serta kegalauan<br />

yang menguasai hatinya dapat membuat anak lari kepada<br />

teman-temannya. Begitu pentingnya teman bagi remaja—kadang<br />

bahkan melebihi pentingnya orang tua—sehingga mereka bisa<br />

terpengaruh teman-temannya dan langsung mencoba melakukan<br />

sesuatu tanpa berpikir panjang. Anak<br />

kemudian datang pada kita dalam keadaan<br />

sudah terlanjur mencoba sesuatu.<br />

Apa yang dapat kita lakukan?<br />

Sudah tentu jika sudah terjadi, kita tidak<br />

dapat memutar balik waktu. Yang<br />

dapat dilakukan adalah memaafkannya<br />

serta mencoba untuk mengajarkan<br />

kepadanya bahwa ini adalah hal yang<br />

keliru, dan kita perlu mengingatkan ia<br />

untuk tidak mengulanginya lagi. Anak<br />

membutuhkan orang tua yang memahami,<br />

bukan orang tua yang menghakimi.<br />

Ketika percakapan kembali terjalin,<br />

anak akan mempertanyakan<br />

kenapa tidak boleh melakukannya lagi?<br />

Di sinilah kita perlu mengomunikasikan<br />

penyebab dan alasannya.<br />

Tindakan pencegahan lebih baik daripada mengajarkan sesuatu<br />

ketika anak sudah terlanjur melakukan uji coba. Orang tua<br />

harus mengingat bahwa bagi remaja, pengalaman adalah guru terbesar.<br />

Mereka lebih memercayai pengalaman yang dialami langsung<br />

daripada yang didengar dari orang tua atau bahkan diajarkan<br />

oleh hamba Tuhan mereka di gereja. Karena itu akan jauh<br />

lebih baik bila orang tua bertindak proaktif membicarakan topiktopik<br />

besar, yang kemungkinan menjadi pertanyaan anak sebelum<br />

anak menanyakannya atau menguji coba. Bagaimana pun sangat<br />

mungkin anak kita merasa sungkan, malu, takut mengganggu kita,<br />

18


1 Memahami Remaja<br />

atau merasa pertanyaannya lucu sehingga menghalanginya untuk<br />

datang kepada kita. Sikap proaktif orang tua, yang ditunjukkan<br />

dengan rasa sayang akan membantu remaja lebih terbuka pada<br />

orang tua serta mendorongnya untuk mengungkapkan rasa ingin<br />

tahunya terhadap banyak hal.<br />

Memang, sumber informasi yang dapat diakses remaja cukup<br />

beragam, seperti media massa, buku, dunia maya lewat internet,<br />

dan pergaulan. Begitu banyak informasi masuk dan remaja harus<br />

berjuang untuk mengendalikan diri serta mengelola informasi<br />

yang membanjir di sekitar dirinya. Dengan berkembangnya kemampuan<br />

kognisinya sebetulnya remaja mempunyai kemampuan<br />

memilah informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.<br />

Di sinilah peran orang tua semakin penting, mendampingi serta<br />

mengarahkan anak pada hal baik dan benar di tengah lautan informasi<br />

yang membanjiri anak.<br />

Jawaban jujur sekaligus benar menjadikan keyakinan anak<br />

semakin bertambah. Anak pun akan memegang kebenaran yang<br />

orang tua tanamkan dengan lebih kuat lagi. Kebingungannya terurai<br />

dan ia mendapatkan kesimpulan yang tepat. Itu dapat terjadi<br />

karena pertanyaan-pertanyaan yang muncul merupakan ujian<br />

terhadap keyakinan yang telah dimiliki sebelumnya. Tanpa ujian,<br />

keyakinan itu bakal menjadi keyakinan yang kaku, legalistik atau<br />

bahkan tidak realistik. Akibatnya adalah, ketika anak telah menjadi<br />

dewasa dan mengalami goncangan atau benturan di dalam<br />

kehidupan, ia akhirnya patah. Dikaitkan dengan iman percayanya,<br />

anak bisa memutuskan untuk melepas kekristenan dan kemudian<br />

memeluk keyakinan lain yang bertolak belakang dengan keyakinan<br />

semula. Orang tua harus benar-benar menyadari bahwa pada<br />

tahap pengujian ini mereka membutuhkan jawaban, ini adalah bagian<br />

dari proses pertumbuhan mereka menjadi lebih matang.<br />

Agar dapat mengerti anak, orang tua pun perlu mencari atau<br />

memiliki banyak pengetahuan, termasuk tentang apa yang sedang<br />

digandrungi anak muda dan dengan berani mengajak anak berdis-<br />

19


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

kusi tentang hal tersebut. Dengan dialog dua arah ini maka anak<br />

mempunyai kesempatan untuk menguji keyakinannya di dalam<br />

lingkungan yang aman. Berdialog berarti komunikasi yang terjadi<br />

bersifat dua arah. Orang tua tidak memaksakan pendapat serta<br />

kehendaknya, tetapi memberikan ruang untuk berbeda pendapat<br />

dan menghargai pendapat anak. Dengan demikian remaja dilibatkan<br />

di dalam proses pengambilan keputusan, menetapkan batas<br />

bersama-sama sehingga tidak merasa dipaksa menaati peraturan<br />

yang ada. Inilah bentuk penghormatan orang tua kepada remaja.<br />

Masa remaja adalah masa haus akan pengetahuan dan juga<br />

perhatian. Remaja dengan pelbagai masalah yang dihadapinya<br />

menginginkan satu hal yaitu perhatian<br />

orang tua. Remaja akan melakukan segala<br />

cara untuk menarik perhatian orang tua,<br />

termasuk melalui pelbagai bentuk tindak<br />

tanduk yang buruk. Orang tua bisa salah<br />

sangka dengan sikap buruk anak remajanya,<br />

menganggapnya sebagai sebuah fase<br />

pemberontakan belaka sehingga mengabaikan<br />

apa yang sesungguhnya sedang<br />

terjadi di balik sikapnya. Untuk<br />

dapat memahami situasi dengan tepat,<br />

orang tua perlu menyediakan<br />

waktu untuk mendengarkan anak<br />

remajanya, menyelami apa yang<br />

menjadi kebutuhan anak dan kemudian<br />

memenuhi kebutuhankebutuhan<br />

tersebut.<br />

Orang tua cenderung menganggap bahwa tindak tanduk buruk<br />

adalah kesalahan anak semata. Kenakalan remaja justru merupakan<br />

alarm, yang seharusnya membawa orang tua lebih sungguhsungguh<br />

menjadi orang tua bagi anak. Tingkah laku remaja yang<br />

dianggap merepotkan orang tua adalah jeritan hati mereka yang<br />

20


1 Memahami Remaja<br />

sedang kehausan akan perhatian dan kebersamaan dengan ayah<br />

dan ibunya.<br />

Kedekatan orang tua dengan anak adalah kekuatan yang bakal<br />

memengaruhi keberhasilan remaja melewati masa pengujian ini<br />

dengan selamat. Benih-benih kebenaran akan lebih tertanam<br />

dalam kehidupan anak-anak bila mereka dididik dalam relasi yang<br />

akrab dan penuh pengertian dari orang tuanya.<br />

2. Masa Pembangunan<br />

Remaja memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai diri<br />

sendiri. Remaja memberikan evaluasi dengan tepat dan akurat<br />

atas diri sendiri pada saat ini. Hal ini melibatkan penilaian realistis<br />

terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kualitaskualitas<br />

positif serta negatif, semua potensi yang dimilikinya dan<br />

juga semua keterbatasannya. Ada beberapa hal berpengaruh di<br />

dalam proses membangun kualitas penghargaan diri ini.<br />

Informasi yang konsisten<br />

Sejak masih kanak-kanak, remaja sudah mengumpulkan<br />

kepingan-kepingan informasi mengenai jati dirinya. Ia mendengar<br />

banyak komentar tentang dirinya dari orang tua, anggota keluarga,<br />

teman-teman dan siapa pun yang ada di sekitarnya. Pada masa<br />

remaja, si anak akan mengikat semua informasi itu dan menjadikannya<br />

sebagai sebuah gambar tentang siapa dirinya.<br />

Peran orang tua sangat besar dalam proses ini, karena orang<br />

tua adalah pribadi pertama dan utama yang seharusnya paling<br />

mengenal dan dekat dengan si anak. Begitu seringnya anak menghabiskan<br />

waktunya di rumah bersama orang tua sehingga orang<br />

tua memegang kunci dan posisi yang strategis dalam memberitahukan<br />

tentang siapa diri anaknya. Sebagai suami istri, keduanya harus<br />

memberikan masukan yang senada tentang anaknya. Informasi<br />

21


Memahami Remaja & Pergumulannya<br />

yang konsisten atau koheren dari orang tua atau lingkungan, membuat<br />

anak tumbuh dengan gambar diri yang baik. Misalkan, si anak<br />

mendapat komentar bahwa dirinya pemberani. Ia akan mempunyai<br />

jiwa petualang, dan fakta menunjukkan, ia menyukai kegiatan-kegiatan<br />

yang penuh tantangan. Pemberani, petualang, suka<br />

tantangan adalah informasi yang konsisten. Apa yang dikatakan<br />

orang lain sama dengan apa yang dilakukan atau dirasakannya.<br />

Sebaliknya, dua informasi yang bertolak belakang dapat membentuk<br />

gambaran diri yang tidak sehat. Ia mendengar dari temantemannya<br />

bahwa ia seorang pemberani. Sedangkan di rumah,<br />

orang tuanya sering memarahi dan mengucapkan “Kamu ini memang<br />

pengecut!” Informasi yang bertentangan ini dapat membuat<br />

anak bingung sehingga mengalami kesulitan membentuk jati dirinya.<br />

Dalam proses pertumbuhan kadang perbedaan seperti itu terjadi<br />

dan dibutuhkan. Artinya, pada titik tertentu ketidaksesuaian<br />

yang didengar ini akan membuat si anak lebih serius memikirkan<br />

“Siapakah aku sebenarnya?” Ia akan menggali lebih dalam lagi dari<br />

orang-orang di sekitarnya, tentang siapa dirinya sehingga pada<br />

akhirnya konsep dirinya semakin mengkristal.<br />

22<br />

Kasih<br />

Kehidupan di tengah keluarga menjadi kontributor besar<br />

dalam pembentukan gambar diri remaja. Terdapat kecenderungan<br />

kuat, bahwa jika anak merasa tidak berharga dan tidak dikasihi di<br />

tengah keluarganya, ia akan bertumbuh menjadi remaja yang berpandangan<br />

negatif tentang dirinya sendiri. Sementara anak yang<br />

menikmati keindahan masa kanak-kanak akan berkembang menjadi<br />

remaja yang sehat di dalam memandang keberadaannya.<br />

Kasih lebih didapatkan anak di tengah keluarga yang harmonis.<br />

Kehidupan keluarga yang hangat memiliki hubungan langsung<br />

dengan kualitas kepribadian seseorang, termasuk pandangan anak<br />

tentang bagaimana dan siapa dirinya. Remaja yang mempunyai

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!