You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
Oleh Paul Gunadi, Andrew Abdi Setiawan, Lortha Gb. Mahanani<br />
Hak Cipta © 2013, Penerbit<br />
Penyunting<br />
Desain cover & layout<br />
Proof reader<br />
: James Yanuar<br />
: Felly Meilinda<br />
: Melany N.T.<br />
Diterbitkan oleh:<br />
PT. VISI ANUGERAH INDONESIA<br />
Jalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235<br />
Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854<br />
Email : visipress@visi-bookstore.com<br />
ISBN 978-602-8073-84-4<br />
Cetakan pertama, Maret 2013<br />
Indonesian Edition © Visipress 2013<br />
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang<br />
Dilarang memperbanyak sebagian atau<br />
seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.<br />
Member of CBA Indonesia<br />
No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina<br />
Member of IKAPI<br />
No : 185/JBA/2010
D a f ta r Isi<br />
Kata Pengantar .............................................................7<br />
1. Memahami Remaja ...........................................13<br />
2. Pergolakan Rohani Remaja ................................33<br />
3. Mengapa Remaja Susah Pe-De ..........................51<br />
4. Remaja Putri & Cinta .........................................69<br />
5. Remaja Putra & Pornografi .................................87<br />
6. Pemangsa & Persahabatan Online ....................105<br />
Profil Penulis ............................................................120
Kata Pengantar<br />
Tidak bisa diingkari, kehidupan berkeluarga merupakan tempat<br />
kita belajar seumur hidup dan kenyataan membuktikan<br />
bahwa keluarga yang sehat berdampak pada gereja dan<br />
masyarakat, bahkan suatu bangsa.<br />
Sejak dalam kandungan, seorang janin diharapkan berkembang<br />
sampai ia dilahirkan ke dunia. Kehadirannya sebagai bayi<br />
yang mungil sungguh tidak terlupakan bagi orang tuanya. Setiap<br />
fase pertumbuhan diikuti dengan seksama. Si bayi bertumbuh<br />
menjadi balita, pra-remaja, remaja, pemuda dan kemudian menemukan<br />
pasangan hidupnya, mereka menikah dan membentuk<br />
suatu keluarga. Pertumbuhannya menjadi seorang dewasa sangat<br />
diharapkan, dewasa dalam berpikir, dalam mengatur keluarga dan<br />
lain-lain. Untuk itulah pasangan nikah yang dikaruniai anak, mereka<br />
mempunyai fungsi menjadi orang tua. Orang tua merupakan<br />
wakil Allah atas anak yang dititipkan Allah kepada mereka. Mereka<br />
bertanggung jawab untuk membesarkan, mendidik dan mengasuh<br />
anak di dalam Tuhan.<br />
Dalam proses membesarkan anak, mereka pasti diperhadapkan<br />
pada fase anak menginjak usia remaja. Suatu fase dimana memerlukan<br />
ketegasan yang diimbangi dengan kebebasan. Disinilah<br />
kesabaran dan ketelatenan orang tua dalam mendidik anak sebetulnya<br />
paling diuji.<br />
7
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
Banyak orang tua yang merasakan kekhawatiran bahkan ketakutan<br />
yang dalam saat anaknya memasuki usia remaja. Dampak<br />
pergaulan, akses informasi yang begitu luas dan mudah didapat,<br />
melalui kesaksian media massa cetak dan elektronik menunjukkan<br />
bahwa setiap hari ada saja berita yang mengerikan tentang remaja<br />
yang bermasalah. Mereka melakukan tindakan kriminal, tawuran,<br />
nge-geng, mengonsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba<br />
atau terjerumus dalam hal pornografi dan persahabatan online.<br />
Semua tampak mengerikan. Kehidupan remaja tampak demikian<br />
rentan dari berbagai pengaruh buruk.<br />
Buku ini secara khusus menyoroti kehidupan remaja yang pada<br />
umumnya mengalami pergolakan, baik secara fisik, emosi maupun<br />
rohani. Melalui buku ini diharapkan setiap orang tua diperlengkapi<br />
dalam skill parenting mereka, sehingga mereka bisa mendewasakan<br />
remaja Kristen yang punya pembeda positif dibandingkan<br />
dengan remaja pada umumnya.<br />
Buku ini merupakan kumpulan artikel dari program TELAGA<br />
(TEgur sapa gembaLA keluarGA). Kami sungguh bersyukur kepada<br />
Tuhan yang memperkenankan program radio dan kaset/CD Telaga<br />
untuk dibukukan dalam kemasan seperti ini. Adapun maksud kami<br />
adalah agar para pendengar radio dan kaset/CD Telaga bisa lebih<br />
mengingat apa yang telah didengarnya.<br />
Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terima<br />
kasih kepada Pdt. Dr. Paul Gunadi sebagai pembicara dan Bpk.<br />
Gunawan Santoso sebagai pemandu program ini. Ucapan terima<br />
kasih juga kami tujukan kepada Bpk. Andrew A. Setiawan, M.Min.<br />
dan Sdri. Lortha G. Mahanani, M.K. yang telah mengubah transkrip<br />
menjadi bentuk artikel. Ucapan terima kasih juga kami tujukan<br />
kepada Pdt. Dr. Rahmiati Tanudjaja yang telah meminjamkan<br />
studio rekaman Parakaleo dan kepada P.T. Visi Anugerah Indonesia<br />
atas kerja samanya dalam penerbitan buku ini.<br />
8
Kata Pengantar<br />
Akhir kata, mudah-mudahan buku ini bisa menjadi berkat bagi<br />
banyak keluarga, khususnya para remaja Kristen, sehingga nama-<br />
Nya selalu dipermuliakan.<br />
Malang, Januari 2013<br />
Pengurus Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK)<br />
9
-1-
1<br />
Memahami<br />
REMAJA<br />
Oleh:<br />
Paul Gunadi dan Lortha Gb. Mahanani<br />
Memiliki anak yang menginjak usia remaja menimbulkan<br />
banyak ketakutan pada orang tua. Ketakutan terbesar<br />
adalah dampak pergaulan bagi anak mereka. Saya sangat<br />
bisa memahami pergumulan orang tua karena memang sudah<br />
terlalu banyak contoh buruk tentang pengaruh pergaulan pada<br />
remaja. Kesaksian media massa cetak dan elektronik menunjukkan<br />
bahwa setiap hari ada saja berita yang mengerikan tentang remaja<br />
yang bermasalah. Mereka melakukan tindakan kriminal, tawuran,<br />
nge-geng, mengonsumsi obat-obatan terlarang, kecanduan narkoba<br />
atau minuman keras. Semua perilaku itu tidak jarang sampai<br />
pada kondisi menelan korban jiwa. Di tengah zaman ini kita<br />
bahkan membaca dan mendengar berita yang cukup mencekam<br />
yaitu semakin banyak remaja yang melakukan tindakan percobaan<br />
bunuh diri atau mati karena bunuh diri. Semua tampak mengerikan.<br />
Kehidupan remaja tampak demikian rentan dari berbagai<br />
pengaruh buruk.<br />
Mengingat semua itu sebaiknya sebagai orang tua mempunyai<br />
kejelasan tentang apa yang sepatutnya kita lakukan terhadap<br />
remaja. Terdapat dua sikap ekstrem yang cenderung diambil orang<br />
13
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
tua. Sebagian bersikap terlalu keras atau mengekang. Melarang dengan<br />
ketat agar anak tidak melakukan ini dan itu, bahkan sampai<br />
memberikan hukuman yang kejam jika terjadi pelanggaran. Pada<br />
sisi lain, ada orang tua yang memilih untuk<br />
membiarkan atau memberikan kebebasan<br />
pada anaknya. Tidak ada kontrol sama<br />
sekali terhadap apa yang dilakukan. Orang<br />
tua tidak peduli dengan apa pun yang dipilih<br />
anaknya. Keduanya adalah sikap yang<br />
tidak sehat.<br />
Orang tua harus memahami bahwa ada<br />
banyak hal yang harus dipelajari oleh anak<br />
ketika bertumbuh memasuki masa remaja.<br />
Mereka mengamati masalah moralitas,<br />
kepribadian, keagamaan,<br />
kompetensi dan lain-lain. Dalam<br />
proses pembelajaran ini, keluarga<br />
atau khususnya orang tua, adalah<br />
alat utama dan seharusnya menjadi<br />
tempat sosialisasi pertama untuk<br />
mengajarkan hal-hal tersebut. Itulah<br />
sebabnya keluarga disebut sebagai socialization agent.<br />
Kehidupan masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan<br />
yang penuh dengan masa kritis terus-menerus. Masa remaja menjadi<br />
satu masa transisi paling sulit dalam hidup, yakni tahun-tahun<br />
paling genting bagi perkembangan mental seseorang. Sikap yang<br />
tepat akan sangat mendukung anak kita menghadapi masa tersulit<br />
dalam kehidupannya ini. Kita harus mempunyai suatu kejelasan<br />
sikap di tengah-tengah, antara sikap terlalu keras dan terlalu bebas.<br />
Satu sisi remaja tidak boleh kehilangan kesempatan bergaul, pada<br />
waktu yang sama kita berkewajiban menjaga anak remaja kita sehingga<br />
akhirnya tidak terseret ke dalam pergaulan yang buruk.<br />
Dengan cara bagaimana?<br />
14
1 Memahami Remaja<br />
Karakteristik Masa Remaja<br />
Rahasia dari orang tua yang berhasil adalah mengenali anaknya<br />
dengan baik. Orang tua perlu memahami apa yang ada di dalam<br />
pikiran dan perasaan anaknya. Untuk itu penting bagi orang tua<br />
memiliki kerangka berpikir tentang apa yang sesungguhnya terjadi<br />
pada masa remaja. Dengan demikianlah orang tua akan mampu<br />
memperlakukan anak dengan benar, khususnya ketika mereka sedang<br />
remaja.<br />
1. Masa Pengujian<br />
Ketika individu berada pada rentang usia remaja, seiring dengan<br />
perkembangan kognitifnya, ia berkutat dengan banyak pertanyaan<br />
tentang sikap, perilaku, dan nilai-nilai kehidupan. Sesuatu<br />
yang pada awalnya dianut tanpa keraguan, sekarang membutuhkan<br />
penjelasan panjang tentang kebenarannya. Ia berpikir dan bertanya<br />
karena mulai melihat perbedaan antara apa yang ia yakini<br />
dengan realitas yang ada di sekelilingnya. Pertanyaan demi pertanyaan<br />
meluap karena ia berhadapan langsung dengan pengalaman-pengalaman<br />
yang baru. Remaja mengalami sendiri berbagai<br />
peristiwa yang sebelumnya tidak pernah dibahas di dalam keyakinannya<br />
atau di dalam nilai-nilai iman kristianinya. Pelbagai hal<br />
baru yang ditangkap itu membuat dirinya bingung. Remaja mengejar<br />
jawaban untuk mengetahui ”Apakah yang saya percaya ini cukup<br />
atau lengkap atau benar?”<br />
Kadang ketidakmengertian mereka—dalam pemandangan<br />
kita sebagai orang dewasa—tampak sepele. Atau sebaliknya, kita<br />
menganggap terlalu rumit. Penilaian kita tidaklah penting, tapi<br />
yang pasti sebaiknya kita menyediakan jawaban yang dapat mereka<br />
pahami dan akhirnya mereka bersedia mengikuti prinsip atau<br />
jalan yang benar.<br />
15
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
Beberapa pertanyaan yang berkecamuk di kepala mereka misalnya:<br />
• Kenapa tidak boleh berbohong? Apakah seseorang tidak boleh<br />
berbohong sama sekali atau hanya dalam kasus tertentu?<br />
• Kenapa tidak boleh merokok, toh banyak orang melakukannya?<br />
• Di dalam gejolak masa muda yang mereka alami, ditandai<br />
dengan meningkatnya ketertarikan kepada lawan jenis, otak<br />
mereka mempertanyakan, “Mengapa tidak boleh berhubungan<br />
seksual sebelum menikah?” Mungkin ia akan mengatakan<br />
kepada kita, ”Apa salahnya dengan hal itu, bukankah itu hanya<br />
kontak fisik? Mengapa Tuhan melarangnya? Mengapa harus<br />
dikait-kaitkan dengan kerohanian?” Di tengah pergaulan sekarang<br />
ini, bisa saja mereka melihat teman-teman mulai melakukan<br />
seks pra-nikah, dan ia akan datang pada kita, ”Mengapa<br />
aku tidak diizinkan melakukan hal yang sama? Apa aku berbeda<br />
dengan mereka?”<br />
• Kenapa harus berpacaran dengan orang yang seiman? Apa<br />
salahnya jika menjalin cinta dengan teman yang beda agama,<br />
bukankah yang penting saling mencintai?<br />
Masih banyak pertanyaan yang memenuhi kepala mereka.<br />
Ada yang terucap, namun lebih banyak yang hanya tersimpan<br />
dalam hati mereka.<br />
Pada masa remaja keingintahuan anak sangat tinggi. Kebutuhan<br />
untuk dipuaskan secara intelektual begitu besar. Sangat penting<br />
untuk mereka memperoleh penjelasan yang dapat diterima akal<br />
dan menolong mereka mengetahui arah yang benar. Masa remaja<br />
bisa menjadi titik balik seseorang. Sedemikian kritisnya masa remaja<br />
sehingga orang tua perlu memberi ruang untuk anak bertanya.<br />
Tidak hanya waktu untuk mendengarkan jawaban dan penjelasan<br />
namun juga memberi kesempatan berdiskusi tentang pelbagai hal<br />
16
1 Memahami Remaja<br />
baru yang dilihat, dipikirkan atau dirasakan oleh remaja. Melalui<br />
dialog dan masukan orang tua, remaja akan menemukan jawaban<br />
demi jawaban. Waktu untuk berdialog, dengan ayah atau<br />
dengan ibu, perlu diupayakan dengan serius karena ini membuat<br />
anak merasa diterima oleh orang tuanya dan merasa dihargai di<br />
rumahnya sendiri. Waktu berbicara dengan orang tua merupakan<br />
momen yang sangat berharga, menyenangkan, dan akan menjadi<br />
kenangan indah bagi remaja.<br />
Mungkin saja orang tua akan canggung jika bercakap-cakap<br />
dengan anaknya secara spontan tanpa rencana tentang topik-topik<br />
penting ketika si anak sudah menjadi remaja. Ini menandakan<br />
pentingnya orang tua membangun relasi dengan anak sejak anak<br />
masih belia. Kebiasaan bertemu untuk saling mendengarkan antara<br />
orang tua-anak akan membuat dua belah pihak merasa nyaman<br />
ketika harus membicarakan hal-hal baru.<br />
Reaksi orang tua yang tidak siap untuk masuk di dalam proses<br />
ini bisa saja merasa kebakaran jenggot dan serta merta memadamkan<br />
api pertanyaan anak. Yang lebih parah adalah orang tua<br />
menganggapnya sebagai ekspresi pemberontakan anak. Respons<br />
yang reaktif ini membuat remaja merasa tidak mendapat tempat<br />
di tengah keluarga, ia akan merasa dirinya tidak dimengerti oleh<br />
orang tuanya. Dalam situasi kebingungan, bukan hal yang mustahil<br />
jika kemudian ia mencari penjelasan di luar rumah. Jika ini yang<br />
terjadi maka waktunya untuk orang tua melakukan introspeksi diri<br />
dan memperbaiki relasi dengan anak.<br />
17
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
Tidak adanya kesempatan menanyakan kebingungan serta kegalauan<br />
yang menguasai hatinya dapat membuat anak lari kepada<br />
teman-temannya. Begitu pentingnya teman bagi remaja—kadang<br />
bahkan melebihi pentingnya orang tua—sehingga mereka bisa<br />
terpengaruh teman-temannya dan langsung mencoba melakukan<br />
sesuatu tanpa berpikir panjang. Anak<br />
kemudian datang pada kita dalam keadaan<br />
sudah terlanjur mencoba sesuatu.<br />
Apa yang dapat kita lakukan?<br />
Sudah tentu jika sudah terjadi, kita tidak<br />
dapat memutar balik waktu. Yang<br />
dapat dilakukan adalah memaafkannya<br />
serta mencoba untuk mengajarkan<br />
kepadanya bahwa ini adalah hal yang<br />
keliru, dan kita perlu mengingatkan ia<br />
untuk tidak mengulanginya lagi. Anak<br />
membutuhkan orang tua yang memahami,<br />
bukan orang tua yang menghakimi.<br />
Ketika percakapan kembali terjalin,<br />
anak akan mempertanyakan<br />
kenapa tidak boleh melakukannya lagi?<br />
Di sinilah kita perlu mengomunikasikan<br />
penyebab dan alasannya.<br />
Tindakan pencegahan lebih baik daripada mengajarkan sesuatu<br />
ketika anak sudah terlanjur melakukan uji coba. Orang tua<br />
harus mengingat bahwa bagi remaja, pengalaman adalah guru terbesar.<br />
Mereka lebih memercayai pengalaman yang dialami langsung<br />
daripada yang didengar dari orang tua atau bahkan diajarkan<br />
oleh hamba Tuhan mereka di gereja. Karena itu akan jauh<br />
lebih baik bila orang tua bertindak proaktif membicarakan topiktopik<br />
besar, yang kemungkinan menjadi pertanyaan anak sebelum<br />
anak menanyakannya atau menguji coba. Bagaimana pun sangat<br />
mungkin anak kita merasa sungkan, malu, takut mengganggu kita,<br />
18
1 Memahami Remaja<br />
atau merasa pertanyaannya lucu sehingga menghalanginya untuk<br />
datang kepada kita. Sikap proaktif orang tua, yang ditunjukkan<br />
dengan rasa sayang akan membantu remaja lebih terbuka pada<br />
orang tua serta mendorongnya untuk mengungkapkan rasa ingin<br />
tahunya terhadap banyak hal.<br />
Memang, sumber informasi yang dapat diakses remaja cukup<br />
beragam, seperti media massa, buku, dunia maya lewat internet,<br />
dan pergaulan. Begitu banyak informasi masuk dan remaja harus<br />
berjuang untuk mengendalikan diri serta mengelola informasi<br />
yang membanjir di sekitar dirinya. Dengan berkembangnya kemampuan<br />
kognisinya sebetulnya remaja mempunyai kemampuan<br />
memilah informasi yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.<br />
Di sinilah peran orang tua semakin penting, mendampingi serta<br />
mengarahkan anak pada hal baik dan benar di tengah lautan informasi<br />
yang membanjiri anak.<br />
Jawaban jujur sekaligus benar menjadikan keyakinan anak<br />
semakin bertambah. Anak pun akan memegang kebenaran yang<br />
orang tua tanamkan dengan lebih kuat lagi. Kebingungannya terurai<br />
dan ia mendapatkan kesimpulan yang tepat. Itu dapat terjadi<br />
karena pertanyaan-pertanyaan yang muncul merupakan ujian<br />
terhadap keyakinan yang telah dimiliki sebelumnya. Tanpa ujian,<br />
keyakinan itu bakal menjadi keyakinan yang kaku, legalistik atau<br />
bahkan tidak realistik. Akibatnya adalah, ketika anak telah menjadi<br />
dewasa dan mengalami goncangan atau benturan di dalam<br />
kehidupan, ia akhirnya patah. Dikaitkan dengan iman percayanya,<br />
anak bisa memutuskan untuk melepas kekristenan dan kemudian<br />
memeluk keyakinan lain yang bertolak belakang dengan keyakinan<br />
semula. Orang tua harus benar-benar menyadari bahwa pada<br />
tahap pengujian ini mereka membutuhkan jawaban, ini adalah bagian<br />
dari proses pertumbuhan mereka menjadi lebih matang.<br />
Agar dapat mengerti anak, orang tua pun perlu mencari atau<br />
memiliki banyak pengetahuan, termasuk tentang apa yang sedang<br />
digandrungi anak muda dan dengan berani mengajak anak berdis-<br />
19
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
kusi tentang hal tersebut. Dengan dialog dua arah ini maka anak<br />
mempunyai kesempatan untuk menguji keyakinannya di dalam<br />
lingkungan yang aman. Berdialog berarti komunikasi yang terjadi<br />
bersifat dua arah. Orang tua tidak memaksakan pendapat serta<br />
kehendaknya, tetapi memberikan ruang untuk berbeda pendapat<br />
dan menghargai pendapat anak. Dengan demikian remaja dilibatkan<br />
di dalam proses pengambilan keputusan, menetapkan batas<br />
bersama-sama sehingga tidak merasa dipaksa menaati peraturan<br />
yang ada. Inilah bentuk penghormatan orang tua kepada remaja.<br />
Masa remaja adalah masa haus akan pengetahuan dan juga<br />
perhatian. Remaja dengan pelbagai masalah yang dihadapinya<br />
menginginkan satu hal yaitu perhatian<br />
orang tua. Remaja akan melakukan segala<br />
cara untuk menarik perhatian orang tua,<br />
termasuk melalui pelbagai bentuk tindak<br />
tanduk yang buruk. Orang tua bisa salah<br />
sangka dengan sikap buruk anak remajanya,<br />
menganggapnya sebagai sebuah fase<br />
pemberontakan belaka sehingga mengabaikan<br />
apa yang sesungguhnya sedang<br />
terjadi di balik sikapnya. Untuk<br />
dapat memahami situasi dengan tepat,<br />
orang tua perlu menyediakan<br />
waktu untuk mendengarkan anak<br />
remajanya, menyelami apa yang<br />
menjadi kebutuhan anak dan kemudian<br />
memenuhi kebutuhankebutuhan<br />
tersebut.<br />
Orang tua cenderung menganggap bahwa tindak tanduk buruk<br />
adalah kesalahan anak semata. Kenakalan remaja justru merupakan<br />
alarm, yang seharusnya membawa orang tua lebih sungguhsungguh<br />
menjadi orang tua bagi anak. Tingkah laku remaja yang<br />
dianggap merepotkan orang tua adalah jeritan hati mereka yang<br />
20
1 Memahami Remaja<br />
sedang kehausan akan perhatian dan kebersamaan dengan ayah<br />
dan ibunya.<br />
Kedekatan orang tua dengan anak adalah kekuatan yang bakal<br />
memengaruhi keberhasilan remaja melewati masa pengujian ini<br />
dengan selamat. Benih-benih kebenaran akan lebih tertanam<br />
dalam kehidupan anak-anak bila mereka dididik dalam relasi yang<br />
akrab dan penuh pengertian dari orang tuanya.<br />
2. Masa Pembangunan<br />
Remaja memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai diri<br />
sendiri. Remaja memberikan evaluasi dengan tepat dan akurat<br />
atas diri sendiri pada saat ini. Hal ini melibatkan penilaian realistis<br />
terhadap kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan, kualitaskualitas<br />
positif serta negatif, semua potensi yang dimilikinya dan<br />
juga semua keterbatasannya. Ada beberapa hal berpengaruh di<br />
dalam proses membangun kualitas penghargaan diri ini.<br />
Informasi yang konsisten<br />
Sejak masih kanak-kanak, remaja sudah mengumpulkan<br />
kepingan-kepingan informasi mengenai jati dirinya. Ia mendengar<br />
banyak komentar tentang dirinya dari orang tua, anggota keluarga,<br />
teman-teman dan siapa pun yang ada di sekitarnya. Pada masa<br />
remaja, si anak akan mengikat semua informasi itu dan menjadikannya<br />
sebagai sebuah gambar tentang siapa dirinya.<br />
Peran orang tua sangat besar dalam proses ini, karena orang<br />
tua adalah pribadi pertama dan utama yang seharusnya paling<br />
mengenal dan dekat dengan si anak. Begitu seringnya anak menghabiskan<br />
waktunya di rumah bersama orang tua sehingga orang<br />
tua memegang kunci dan posisi yang strategis dalam memberitahukan<br />
tentang siapa diri anaknya. Sebagai suami istri, keduanya harus<br />
memberikan masukan yang senada tentang anaknya. Informasi<br />
21
Memahami Remaja & Pergumulannya<br />
yang konsisten atau koheren dari orang tua atau lingkungan, membuat<br />
anak tumbuh dengan gambar diri yang baik. Misalkan, si anak<br />
mendapat komentar bahwa dirinya pemberani. Ia akan mempunyai<br />
jiwa petualang, dan fakta menunjukkan, ia menyukai kegiatan-kegiatan<br />
yang penuh tantangan. Pemberani, petualang, suka<br />
tantangan adalah informasi yang konsisten. Apa yang dikatakan<br />
orang lain sama dengan apa yang dilakukan atau dirasakannya.<br />
Sebaliknya, dua informasi yang bertolak belakang dapat membentuk<br />
gambaran diri yang tidak sehat. Ia mendengar dari temantemannya<br />
bahwa ia seorang pemberani. Sedangkan di rumah,<br />
orang tuanya sering memarahi dan mengucapkan “Kamu ini memang<br />
pengecut!” Informasi yang bertentangan ini dapat membuat<br />
anak bingung sehingga mengalami kesulitan membentuk jati dirinya.<br />
Dalam proses pertumbuhan kadang perbedaan seperti itu terjadi<br />
dan dibutuhkan. Artinya, pada titik tertentu ketidaksesuaian<br />
yang didengar ini akan membuat si anak lebih serius memikirkan<br />
“Siapakah aku sebenarnya?” Ia akan menggali lebih dalam lagi dari<br />
orang-orang di sekitarnya, tentang siapa dirinya sehingga pada<br />
akhirnya konsep dirinya semakin mengkristal.<br />
22<br />
Kasih<br />
Kehidupan di tengah keluarga menjadi kontributor besar<br />
dalam pembentukan gambar diri remaja. Terdapat kecenderungan<br />
kuat, bahwa jika anak merasa tidak berharga dan tidak dikasihi di<br />
tengah keluarganya, ia akan bertumbuh menjadi remaja yang berpandangan<br />
negatif tentang dirinya sendiri. Sementara anak yang<br />
menikmati keindahan masa kanak-kanak akan berkembang menjadi<br />
remaja yang sehat di dalam memandang keberadaannya.<br />
Kasih lebih didapatkan anak di tengah keluarga yang harmonis.<br />
Kehidupan keluarga yang hangat memiliki hubungan langsung<br />
dengan kualitas kepribadian seseorang, termasuk pandangan anak<br />
tentang bagaimana dan siapa dirinya. Remaja yang mempunyai