19.11.2012 Views

2. LN0010-04

2. LN0010-04

2. LN0010-04

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1<strong>2.</strong> Kepulauan Banda Neira dapat dijadikan pusat studi dan pengembangan<br />

Agroforestri untuk kawasan pulau-pulau kecil. Pulau Seram dan<br />

Halmahera (Galela, Tobelo) dapat dijadikan pusat studi dan<br />

pengembangan agroforestri untuk pulau besar.<br />

Lampiran 2<br />

CONTOH-CONTOH AGROFORESTRI DI NUSA TENGGARA<br />

Oleh: Tony Djogo<br />

1. Kondisi umum biofisik dan sosial-ekonomi<br />

Sampai dengan tahun 1958 Nusa Tenggara ini masih tergabung dalam satu<br />

propinsi Sunda Kecil. Pada tahun itu Sunda kecil dibagi menjadi tiga propinsi<br />

yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.<br />

Ketiga propinsi ini memiliki kekayaan ekosistem, flora dan fauna (satwa) yang<br />

khas serta budaya. Bali dipisahkan dari NTB dan NTT oleh garis Wallace<br />

berdasarkan kekhasan satwanya. Kawasan Nusa Tenggara adalah kawasan<br />

kepulauan yang terdiri dari berbagai pulau kecil yang sebagian besar bersifat<br />

vulkanik. Dalam bab ini Nusa Tenggara terutama meliputi Nusa Tenggara<br />

Barat dan Nusa Tengara Timur dan sedikit sekali disampaikan agroforestri dari<br />

Bali.<br />

Secara fisik tanah di Nusa Tenggara termasuk subur dalam arti kaya akan<br />

unsur hara namun kekurangan persediaan air serta memiliki sifat-sifat fisik<br />

yang kurang menguntungkan sehingga tingkat produktivitas untuk pertanian<br />

cenderung rendah. Apalagi dipadukan dengan rendahnya teknologi<br />

pendukung pengelolaan sistem produksi pertanian. Hampir semua pulau<br />

memiliki zona semi kering dan zona sub-humid dengan curah hujan yang kuat<br />

dipengaruhi oleh pola iklim di Asia dan di Australia.<br />

Kedua propinsi ini memiliki ciri khas iklim semi kering atau sub-humid dengan<br />

lama musim hujan antara 3-4 bulan serta musim kemarau yang panjang (7-8<br />

bulan) kecuali di di dataran tinggi di mana musim hujan bisa mencapai 5 - 6<br />

bulan. Curah hujan umumnya berkisar dari di bawah 1000 mm di beberapa<br />

daerah tertentu saja seperti di Sabu dan Bena (Timor, NTT) sampai dengan<br />

1.250 atau 1.500 mm. Di dataran tinggi curah hujan bisa mencapai <strong>2.</strong>000 mm<br />

atau lebih. Walaupun total curah hujan rendah dalam setahun namun intensitas<br />

hujan bisa sangat tinggi dalam waktu tertentu. Hal ini sangat mempengaruhi<br />

erosi atau bencana alam serta persoalan keseimbangan air. Penyebaran hujan<br />

dalam sebulan (jumlah hari hujan) juga tidak merata dan sangat bervariasi dari<br />

tahun ke tahun. Dengan musim kemarau yang panjang serta temperatur yang<br />

tinggi maka evapotranspirasi sangat tinggi.<br />

Jenis tanah umumnya bervariasi dari aluvial di dataran rendah di kawasan<br />

pantai, tanah berpasir (regosol atau entisol), mediteranean di daerah kawasan<br />

busur luar, tanah berbatu (lithosol), tanah gamping (calcareous soils), tanah liat<br />

(montmorilonitik) sampai dengan andosol di kawasan pegunungan dengan<br />

variasi kesuburan dari yang rendah sampai yang sangat tinggi.<br />

— 11 —

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!