You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
6. Manfaat Ekologis dan Ekonomis<br />
Tata ruang pekarangan dibagi menjadi tiga, yaitu pekarangan depan, samping<br />
dan belakang (Arifin, 1998). Spesies tanaman non-hias di hulu dan tengah lebih<br />
banyak ditemui di pekarangan belakang, dan tanaman hias di pekarangan<br />
depan. Sedang di hilir, spesies tanaman hias di pekarangan depan, samping<br />
dan belakang selalu lebih rendah dari tanaman non-hias. Keragaman tanaman<br />
hias di hilir lebih rendah daripada tanaman non-hias (Gambar 8). Tanaman hias<br />
untuk fungsi keindahan sangat sesuai ditanam pada pekarangan depan, sedang<br />
tanaman sayur dan bumbu lebih sesuai ditanam pada pekarangan belakang<br />
yang berdekatan dengan dapur (Christanty, 1985). Tetapi berdasarkan hasil<br />
pengamatan di tiap lokasi penelitian, jumlah individu tanaman hias lebih<br />
banyak ditemui di pekarangan depan dan samping (Gambar 9). Dalam hal ini<br />
biasanya tanaman hias berfungsi sebagai pagar tanaman dalam jumlah yang<br />
besar. Tanaman non hias cenderung banyak ditemui di pekarangan belakang,<br />
karena pekarangan belakang umumnya digunakan untuk fungsi produksi. Pola<br />
tanam demikian mencerminkan hubungan antara ruang dalam rumah dan<br />
lanskap pekarangan yang efisien.<br />
Pengukuran kanopi dilakukan pada tanaman yang memiliki diameter kanopi 1<br />
m atau lebih. Kanopi terbesar di hulu berdiameter 8,0 m pada Musa paradisiaca<br />
L.. Rata-rata luas penutupan tanaman di hulu per pekarangan 169,0 m2 dan<br />
rata-rata luas RTH pekarangan adalah 188,1 m<strong>2.</strong> Dengan demikian densitas<br />
penutupan kanopi tanaman per pekarangan di Daerah Hulu adalah 89,8%.<br />
Kanopi terbesar di tengah berdiameter 11,6 m pada Artocarpus integra Merr.<br />
Rata-rata luas penutupan per pekarangan 629,0 m2, rata-rata luas pekarangan<br />
218,7 m2, jadi densitas penutupannya 287,6%. Kanopi terbesar di hilir<br />
berdiameter 16,0 m2 pada pohon campoleh (Madhuca cuneata) dan jengkol<br />
(Pithecelobium jiringa (Jack) Prain ex King). Rata-rata luas penutupan 1733,2 m2, rata-rata luas pekarangan 562,0 m2, jadi densitas penutupannya mencapai<br />
308,4%. Ccontoh pola penanaman dan penutupan tanaman di pekarangan<br />
dapat dilihat pada Gambar 2 (khusus untuk daerah hulu).<br />
Salah satu fungsi pekarangan yang sangat penting adalah fungsi pekarangan<br />
dalam mengkonservasi air dan tanah (Abdoellah, 1991). Fungsi ini akan<br />
berjalan baik dengan semakin besarnya nilai densitas penutupan kanopi<br />
tanaman di pekarangan. Nilai densitas penutupan akan besar dengan semakin<br />
beragamnya stratifikasi tanaman di pekarangan. Densitas penutupan kanopi<br />
tanaman di hilir lebih besar daripada di hulu dan tengah. Tanaman pohon<br />
tinggi dan besar lebih banyak ditemui di hilir daripada di tengah dan hulu.<br />
Nilai densitas penutupan yang kecil di hulu karena adanya dominasi tanaman<br />
hias dan sayur di pekarangan. Sebagai tanaman penutup tanah atau herba,<br />
tanaman hias dan sayur umumnya tidak diukur, karena diameter kanopinya<br />
kurang dari satu meter. Dengan nilai densitas penutupan kanopi tanaman yang<br />
kecil serta pola penanaman dengan jenis sayuran semusim, pekarangan di hulu<br />
dapat diprediksikan memiliki fungsi konservasi air dan tanah yang rendah<br />
dibandingkan dengan di hilir dan tengah. Densitas penutupan kanopi tanaman<br />
yang rapat berperan dalam mengurangi dampak erosi tanah akibat curah<br />
hujan yang lebat, menurunkan suhu udara serta menghambat pertumbuhan<br />
gulma di pekarangan (Stoler, 1978).<br />
— 25 —