11.07.2015 Views

awal pertumbuhan dan pengembangan koperasi di ... - Smecda

awal pertumbuhan dan pengembangan koperasi di ... - Smecda

awal pertumbuhan dan pengembangan koperasi di ... - Smecda

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

AWAL PERTUMBUHAN DANPENGEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA 1)A. Masa Pemerintahan Kolonial Hin<strong>di</strong>a Belanda1. Mulai BertumbuhSebagian besar pakar <strong>koperasi</strong> <strong>dan</strong> beberapa kalangan berpendapatbahwa sesungguhnya bentuk-bentuk <strong>koperasi</strong> yang konkret <strong>di</strong> Indonesiabaru mulai tumbuh pada era kebangkitan nasional, yaitu pada <strong>awal</strong>-<strong>awal</strong>tahun 1900-an.Dimulai dari ber<strong>di</strong>rinya <strong>koperasi</strong> rumah tangga (konsumsi), yang<strong>di</strong><strong>di</strong>rikan oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional <strong>di</strong> kalangan Boe<strong>di</strong> Oetomopada tahun 1908, kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>susul dengan ber<strong>di</strong>rinya toko-toko A<strong>di</strong>lpada tahun 1913 oleh tokoh-tokoh Serikat Dagang Islam, Sarekat Islam<strong>dan</strong> tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya, seperti dari PNI, Partindo,Parindra <strong>dan</strong> sebagainya <strong>di</strong> <strong>awal</strong> tahun 1900-an, sebagai bagian daristrategi perjuangan mencapai kemerdekaan.Pada masa-masa tersebut konon juga mulai ber<strong>di</strong>ri <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong>kalangan para santri, <strong>koperasi</strong> pondok pesantren, yang <strong>di</strong>dorong olehpara kiai. Namun demikian <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong> masa itu pada umumnya tidak bisaberusia panjang.Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain misalnyakurangnya pengalaman <strong>dan</strong> pengetahuan mereka dalam mengelola<strong>koperasi</strong>. Se<strong>dan</strong>gkan pemerintah <strong>dan</strong> pergerakan juga tidak pernahmenyelenggarakan pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, pelatihan maupun penyuluhan bagi parapengelola <strong>koperasi</strong>. Di samping itu tipisnya solidaritas <strong>dan</strong> loyalitasanggota juga telah mengakibatkan toko-toko yang <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan kurang<strong>di</strong>manfaatkan oleh anggotanya sen<strong>di</strong>ri.Berkembangnya sistem penjualan dengan cara kre<strong>di</strong>t oleh tokotokoswasta non-<strong>koperasi</strong> kepada pembeli yang tidak punya uang tunai,juga menja<strong>di</strong> sebab lain tersainginya toko-toko <strong>koperasi</strong> pada saat itu.1) Disadur dari buku Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia oleh H.M. Iskandar Soesilo


Ada informasi penting lain mengenai kon<strong>di</strong>si <strong>awal</strong> <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong>Indonesia sebagaimana <strong>di</strong>sampaikan oleh Drs.Hendroyogi, M.Sc., dalambuku Azas-azas, Teori <strong>dan</strong> Praktek Koperasi, E<strong>di</strong>si Revisi 2002.Menurutnya sebelum ada Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g per<strong>koperasi</strong>an tahun 1915,<strong>koperasi</strong> <strong>di</strong> Indonesia <strong>di</strong>berikan status ba<strong>dan</strong> hokum sebagai ZedelijkLichaam (Staatsblad 1870 nomor 64, sesuai bunyi Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g tahun1855 yang berlaku <strong>di</strong> Negeri Belanda). Sebagai contoh ada tiga buah<strong>koperasi</strong> pemilik/penanam kopi <strong>di</strong> Lembang, Lemburawi <strong>dan</strong> Poseli, yang<strong>di</strong><strong>di</strong>rikan dengan surat keputusan pemerintah tertanggal 31 Desember1917 Nomor 58, yang <strong>di</strong>berikan recht persoon menurut Staatsblad 1870Nomor 64 tersebut.2. Peraturan Perkumpulan Koperasi Nomor 431 Tahun 1915Mulai bertumbuhnya semangat masyarakat untuk ber<strong>koperasi</strong> sertabermunculannya berbagai <strong>koperasi</strong> tersebut telah mendorongPemerintahan penjajah Hin<strong>di</strong>a Belanda untuk segera memberlakukanVerordening op de Cooperative Vereeniging, berdasarkan KoninklijkBesluit 7 April 1915, atau sering <strong>di</strong>sebut <strong>dan</strong> lebih <strong>di</strong>kenal sebagai:Peraturan tentang Perkumpulan-perkumpulan Koperasi, atau Staatsbladnomor 431 tahun 1915 (yang sebenarnya sama persis dengan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g tahun 1876 yang berlaku <strong>di</strong> Nederland).Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g ini antara lain memuat peraturan tentang tata caramen<strong>di</strong>rikan <strong>koperasi</strong> yang oleh kalangan masyarakat pribumi saat itu<strong>di</strong>rasakan amat berat, rumit <strong>dan</strong> mahal, antara lain misalnya:(1). Koperasi yang akan <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan harus <strong>di</strong>mintakan ijin terlebih dahulukepada Gubernur Jenderal Belanda <strong>di</strong> Batavia;(2). Anggaran Dasarnya harus <strong>di</strong>tulis dalam bahasa Belanda;(3). Akta Pen<strong>di</strong>riannya harus <strong>di</strong>buat <strong>di</strong> hadapan Notaris;(4). Biaya pen<strong>di</strong>rian <strong>dan</strong> pengesahannya dapat <strong>di</strong>katakan terlalu tinggibagi ba<strong>dan</strong> usaha yang relatif masih lemah seperti <strong>koperasi</strong>.Biaya yang relatif <strong>di</strong>nilai mahal tersebut dapat <strong>di</strong>gambarkan dengancontoh sebagai berikut :


"Suatu <strong>koperasi</strong> kre<strong>di</strong>t yang bermodal kerja F1.500,- dengan kemampuanmemberi pinjaman maksimal F1.10,- per anggota, dengan berlakunya peraturanperun<strong>dan</strong>gan tersebut, <strong>koperasi</strong> yang bersangkutan harus memperoleh ba<strong>dan</strong>hukum, untuk itu harus mengeluarkan biaya: (a) pada Notaris F1.115,- ; (b) Izinpemerintah kolonial termasuk biaya pengumumannya pada Berita Negara <strong>dan</strong>Surat Kabar F1.31,50; (c) pengeluaran untuk pajak usaha F1.25;" (GKartasapoetra dkk, 1987).Sebagai gambaran, uang senilai F1.50,- adalah setara dengansembilan kwintal beras saat itu. Oleh karenanya masyarakat Indonesiapada umumnya sangat antipati dengan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut.Keadaan serupa sebenamya juga terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> negeri Belanda. Di sana,un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g per<strong>koperasi</strong>an tahun 1876 tersebut juga tidak banyak<strong>di</strong>taati oleh masyarakat Belanda. Banyak <strong>koperasi</strong> yang <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan setelahtahun 1876 yang masih menggunakan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g lain, yaituun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tentang persekutuan <strong>dan</strong> yayasan (Company andSocieties Act, tahun 1855). Alasannya menurut masyarakat <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong>negeri Belanda, bahwa dengan menggunakan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g 1855,<strong>di</strong>nilai lebih mudah prosedur <strong>dan</strong> murah biayanya, bila <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkandengan bila menggunakan un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g 1876. Oleh karenanya kelak,pada tahun 1925 un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut juga <strong>di</strong>amandemen.3. Peraturan Mengenai Perkumpulan Koperasi Bumiputera.(Lembaran Negara Nomor 91 Tahun 1927)Menanggapi sikap antipati dari ”kaoem boemipoetera" (baca:bangsa Indonesia) saat itu terhadap Peraturan Perkumpulan Koperasinomor 431 tahun 1915 tersebut, pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda pada tahun1920 membentuk Komisi Koperasi yang <strong>di</strong>pimpin oleh Prof. Dr. JH Boeke,untuk menampung aspirasi kaum pribumi (bangsa Indonesia) dalamber<strong>koperasi</strong>.Dan sebagai basil kerja dari komisi tersebut, antara lain lahirRegeling lnlandsche Cooperative Vereeniging, atau sering <strong>di</strong>sebut <strong>dan</strong>lebih <strong>di</strong>kenal dengan sebutan: Peraturan Tentang Perkumpulan KoperasiBumiputera Nomor 91 Tahun 1927, yang khusus berlaku bagi kaumbumiputera (baca : bangsa Indonesia).


Berdasar un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut pemerintah segera membentukCooperatie Dienst (Jawatan Koperasi) pada tahun 1930 <strong>di</strong> bawahDepartment van Binnenlandshe Bestuur (Departemen Dalam Negeri).Kemu<strong>di</strong>an pada tahun 1935 jawatan tersebut berada <strong>di</strong> bawahnaungan Department van Economische Zaken (DepartemenPerekonomian), <strong>dan</strong> pada tahun 1939 <strong>di</strong>gabung menja<strong>di</strong> Dienst voorCooperative enr Binnenlandsche Handel, (Jawatan Koperasi <strong>dan</strong>Perdagangan Dalam Negeri).Sebagai Kepala Jawatan Koperasi yang pertama, pemerintahmenunjuk Prof. Dr. JH Boeke (yang saat itu sebagai Adviseur VoorVolkscre<strong>di</strong>t, yang pernah mengetuai Komisi Koperasi). Sejak itumasyarakat pribumi yang akan ber<strong>koperasi</strong> tidak perlu lagi ke notaris,tetapi cukup mendaftarkan pada pemerintah (Jawatan Koperasi) denganbiaya yang yang lebih murah yaitu hanya F1.3,- <strong>dan</strong> banyak kemudahanlain.Pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda saat itu juga membentuk Dana Jaminan(Garantie Funds) dengan modal <strong>awal</strong> dari pemerintah sebesarF1.120.000,- untuk menja<strong>di</strong> <strong>dan</strong>a penjaminan bagi <strong>koperasi</strong> yangmeminjam uang atau kre<strong>di</strong>t kepada Bank Rakyat.Dengan berlakunya un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut, maka mulailah secararesmi keterlibatan pemerintah terhadap <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong> Indonesia.Stu<strong>di</strong>e Club, 1927Pada tahun 1927 Dr Soetomo, <strong>di</strong> Surabaya men<strong>di</strong>rikan Stu<strong>di</strong>e Club,yang kelak, pada tahun 1932 namanya <strong>di</strong>ganti menja<strong>di</strong> Persatuan BangsaIndonesia (P.B.I.). Pada tahun 1939 berfungsi lagi dengan beberapaperkumpulan lain <strong>dan</strong> menjelma menja<strong>di</strong> Partai Indonesia Raya, Parindra.Tujuan utamanya semula adalah mempelajari masalah per<strong>koperasi</strong>an.Tetapi kemu<strong>di</strong>an juga berse<strong>di</strong>a mengadakan kerja sama denganJawatan Koperasi untuk membentuk Komisi Pengawasan Koperasi,khusus <strong>di</strong> Jawa Timur. Namun perjuangan Parindra mulai <strong>di</strong>curigaiBelanda, <strong>dan</strong> <strong>di</strong>anggap memiliki tujuan-tujuan politik.


Pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda mulai mengimbangi dengan membetukbeberapa Cre<strong>di</strong>et Centrale (Pusat Koperasi Kre<strong>di</strong>t) <strong>di</strong> Batavia, Malang,Tasikmalaya, Surabaya <strong>dan</strong> beberapa tempat lainnya. (G. Kartasapoetradkk, 1987)Semangat ber<strong>koperasi</strong> mulai memanas lagi, tatkala pada tahun1929 Partai Nasional Indonesia, menyelenggarakan kongres <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong>Jakarta. Para pelajar yang pernah belajar <strong>di</strong> Eropa (Belanda) turutmenyemarakkan ber<strong>di</strong>rinya <strong>koperasi</strong>. Kalau pada tahun 1927, baruterdaftar 1 (satu) <strong>koperasi</strong>, berkembang menja<strong>di</strong> 22 <strong>koperasi</strong> pada tahun1928. Pada tahun 1930 tercatat ada 89 <strong>koperasi</strong> yang terdaftar, dengananggota sebanyak 7.848 orang <strong>dan</strong> simpanan sebesar F1.101.296. Padatahun 1938 <strong>dan</strong> 1939, masing-masing menja<strong>di</strong> 540 <strong>dan</strong> 574 <strong>koperasi</strong>,dengan anggota sebanyak masing-masing 40.237 orang daD 52,216orang dengan simpanan anggota masing-masing F1.633.082 <strong>dan</strong>F1.850.671.Tabel 1Perkembangan Koperasi Tahun 1927 -1939No.UrutTahunJumlahKoperasi (Unit) Anggota (Orang)1 1927 1 -2 1928 22 -3 1930 89 7.8414 1938 540 40.2375 1939 574 52.216Sumber : Djabarud<strong>di</strong>n Djohan, 1997, Setengah Abad Pasang SurutGerakan Koperasi Indonesia.Pada Bulan Desember 1932 pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belandamenerbitkan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 29 yang <strong>di</strong>muat dalamStaatsablad nomor 634 tahun 1932, yang menetapkan bahwa <strong>koperasi</strong>yang <strong>di</strong>bentuk berdasarkan Staatsblad Tahun 1927 Nomor 91, bebaspajak selama 10 tahun semenjak <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan.


4. Peraturan Umum Mengenai Perkumpulan Koperasi Tahun 1933,Staatsblad Nomor 108 (Algemeene Regeling op de CooperativeVereeniiging)Berhubung Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Koperasi tahun 1876 yang berlaku <strong>di</strong>negeri Belanda <strong>di</strong>ganti dengan Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Koperasi tahun 1925,maka pada tanggal 11 Maret 1933 pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda, melaluiGouvernement Besluit nomor 21 Tahun 1933, menerbitkan AlgemeeneRegeling op de Cooperative Vereeniiging, sebagaimana termuat dalamStaatsblad No. 108, untuk menggantikan Peraturan PerkumpulanKoperasi Nomor 431 Tahun 1915 (Verordening op de CooperativeVereeniging) Staatsblad nomor 431 tahun 1915.Moedere Centrale, GAPKIPada tahun 1936, beberapa Pusat Koperasi Indonesia, atas anjuranJawatan Koperasi, men<strong>di</strong>rikan Gabungan Koperasi yang <strong>di</strong>beri nama"Moeder Centrale" yang kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>ganti dengan Gabungan PusatKoperasi Indonesia (GAPKI). Pembentukan organisasi tersebut, menurutversi pemerintah, adalah <strong>di</strong>maksudkan untuk memperkuat penyiapanpermodalan bagi <strong>koperasi</strong>. Tetapi gabungan tersebut oleh sementarakalangan <strong>di</strong>curigai sebagai alat pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda untukmengintip kemungkinan-kemungkinan a<strong>dan</strong>ya muatan politis dalamtubuh gerakan <strong>koperasi</strong>.Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Tahun 1939 Nomor 717, Tentang Maskapai An<strong>di</strong>lBumiputera (Ordonantie op lnlandsche Maatscaapij op Andeelen 1939No.717).Pada tahun 1929 pemerintah Hin<strong>di</strong>a Belanda membentuk Tim, yang<strong>di</strong>pimpin oleh Prof. Mr. J .B. Zeylernaker yang <strong>di</strong>tugasi untuk menelititentang kemungkinan masih <strong>di</strong>perlukannya peraturan ba<strong>dan</strong> hukumpribumi (rechtpersoon) lain, selain recht persoon atau bahan hukum<strong>koperasi</strong> sebagaimana telah <strong>di</strong>atur dalam Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g nomor 91Tahun 1927. Sebagai basil kerja dari tim tersebut, pemerintah Hin<strong>di</strong>aBelanda kemu<strong>di</strong>an menerbitkan ordonansi Maskapai An<strong>di</strong>l Bumiputera.Ordonansi tersebut pada dasarnya memberikan kesempatan,peluang bagi masyarakat bumiputera untuk dapat melakukan kegiatan


ekonomi atau membuka usaha dengan ba<strong>dan</strong> hukum (echt persoon)pribumi tetapi tidak dalam bentuk <strong>koperasi</strong>.Keadaan Koperasi Pada Tahun 1940Sampai dengan tahun 1940, atau setelah sekitar 13 tahunberlakunya un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g <strong>koperasi</strong> tahun 1927, jumlah <strong>koperasi</strong> telahberkembang menja<strong>di</strong> 656 unit, dengan jumlah anggota sebanyak 52.555orang, yang ter<strong>di</strong>ri dari mereka yang berasal dari pegawai, sekitar 47persen petani, 20 persen buruh, 9 persen <strong>dan</strong> pedagang, sekitar persen.Tabel 2Keadaan Koperasi Pada tahun 19401. Jumlah Koperasi (unit) : 6562. Jumlah Anggota (orang) : 52.555Ter<strong>di</strong>ri dari:a. Pegawai : 24.701 orangb. Buruh : 4.730 orangc. Pedagang : 9.985 orangd. Petani : 10.511 orange. Lainnya : 2.628 orang3. Jumlah : 52.555 orangSumber: G. Karta Saputra, dkk, 1987, Koperasi IndonesiaTetapi memang tidak semuanya dapat berkembang baik.Karenanya 82 <strong>di</strong> antaranya, atau sekitar 12 persen terpaksa harus<strong>di</strong>bubarkan. Pertumbuhan terbesar terja<strong>di</strong> pada tahun 1938, yaitusejumlah 144 unit <strong>koperasi</strong>, <strong>dan</strong> 50 persen <strong>di</strong> antaranya adalah <strong>koperasi</strong>para pensiunan, yang bergerak <strong>di</strong> bi<strong>dan</strong>g simpan pinjam. ( G.Kartasapoetra dkk.,1987).Sebagian besar <strong>koperasi</strong> pada saat itu memang merupakan<strong>koperasi</strong> yang bergerak <strong>di</strong> bi<strong>dan</strong>g perkre<strong>di</strong>tan atau simpan pinjam(sekitar 77 persen), ada juga <strong>koperasi</strong> konsumsi, tetapi jumlahnya se<strong>di</strong>kit<strong>dan</strong> tak berkembang. Di samping itu ada juga <strong>koperasi</strong> yang melayanipemasaran <strong>dan</strong> pembelian bahan-bahan baku yang <strong>di</strong>perlukan oleh


anggota untuk proses produksinya. Akan tetapi <strong>koperasi</strong> jenis itupunbanyak yang mengalami nasib seperti halnya dengan <strong>koperasi</strong> konsumsi.Yang masih bertahan antara lain <strong>koperasi</strong> batik Trusmi Cirebon,Persatuan Perusahaan Batik Bumiputera Surakarta, Koperasi BatikPekalongan. Koperasi Teh <strong>di</strong> Sukabumi (Madoc Tawon), KoperasiPertenunan Majalaya (Saudara Oesaha), daD sebagainya.B. Masa Pendudukan JepangPada sekitar bulan Maret 194~, bala ten tara Jepang mendarat.Dan <strong>di</strong>mulailah apa yang pada saat itu <strong>di</strong>kenal sebagai jamanpendudukan Jepang. Keadaan tidak banyak berubah, bahkan datamengenai keberadaan Koperasi sulit <strong>di</strong>peroleh. Hanya se<strong>di</strong>kit hal yangdapat <strong>di</strong>ketahui, antara lain bahwa jumlah <strong>koperasi</strong> pada tahun 1941mencapai 721 unit <strong>dan</strong> pada tahun 1942 bertambah se<strong>di</strong>kit menja<strong>di</strong> 728unit.Tabel 3Keadaan Koperasi Masa Tahun 1941 -1942No Tahun Jumlah Koperasi(Unit)Jumlah Anggota(Orang)1 1941 721 -2 1942 728 -Sumber: Moh. Hatta: Koperasi Membangun-MembangunKoperasi, PKPN, Jakarta 1973Di masa itu, keterlibatan pemerintah tetap berlanjut, karena UU91/1927 <strong>di</strong>nyatakan tetap berlaku. Jawatan Koperasi tetap <strong>di</strong>pertahankandengan nama ala Jepang, Syomin Kumiai Tyo Dyomusyo (<strong>di</strong> tingkatPusat) <strong>dan</strong> Syomin Kumiai Tyo Sa<strong>dan</strong>sya (untuk tingkat daerah). Adasatu peraturan yang <strong>di</strong>terbitkan oleh pemerintah militer pendudukanJepang saat itu, yang meskipun bukan khusus untuk <strong>koperasi</strong>, tetapiberlaku juga bagi <strong>koperasi</strong> sebagai suatu perkumpulan, yaitu PeraturanNo. 23 tahun 1942 yang antara lain pada pasal: 2 menegaskan bahwauntuk men<strong>di</strong>rikan suatu perkumpulan (termasuk <strong>koperasi</strong>), serta bila


akan menyelengarakan persi<strong>dan</strong>gan atau rapat-rapat perkumpulan, makapara pen<strong>di</strong>ri atau pengurusnya wajib memperoleh ijin terlebih dahulu dariResiden.Pada tanggal 1 April 1943, semua pegawai Jawatan Koperasidaerah (kecuali pemimpin Jawa Barat <strong>dan</strong> Jawa Tengah) <strong>di</strong>serahkankepada <strong>dan</strong> bekerja langsung <strong>di</strong> bawah perintah Syuchokan. Dengandemikian hubungan langsung antara kantor pusat <strong>dan</strong> daerah menja<strong>di</strong>terputus (D. Danoewikarsa, 1977).Pada bulan Agustus 1944, pemerintah pendudukan Jepangmenggelar kebijakan baru dengan membentuk Jumin Kaizaikyoku (KantorPerekonomian Rakyat). Dan Jawatan Koperasi masuk dalam naungankantor tersebut, dengan sebutan "KUMlAKA". Se<strong>dan</strong>gkan <strong>koperasi</strong> yang<strong>di</strong>sebut dengan nama KUMIAI, oleh pemerintah pendudukan Jepang<strong>di</strong>tugasi men<strong>di</strong>stribusikan barang pemerintah kepada rakyat. Di sampingitu masih ada tugas lain yang tidak ringan yaitu mengumpulkan(membeli) seperti kapas, jarak, iles-iles <strong>dan</strong> lain sebagainya, untukkepentingan Jepang dalam "Peperangan Asia Timur Raya".Bulan Februari 1945, selama dua bulan pemerintah pendudukanJepang, menyelenggarakan kursus <strong>koperasi</strong> <strong>di</strong> Jakarta bagi pegawainegeri yang <strong>di</strong>tunjuk oleh Shucokan (Residen). Pelatihan tersebut<strong>di</strong>maksudkan untuk memberi bekal keterampilan bagi pejabatpemerintahan dalam memberikan pengarahan <strong>dan</strong> penerangan ataupenyuluhan pada <strong>koperasi</strong>, <strong>dan</strong> tujuannya tampaknya tidak terlalu jauhdari kepentingan Jepang untuk memenangkan Peperangan Asia TimurRaya.C. Meletakkan Dasar Ekonomi KerakyatanStruktur perekonomian rakyat pada masa kolonialisme Belanda <strong>dan</strong>Jepang yang sangat memprlhatinkan, telah menyentuh hati parapemimpin bangsa saat itu. Oleh karenanya mereka sepakat untukmelahirkan suatu pemikiran yang arif yang dapat mewujudkan suatusistem ekonomi yang <strong>di</strong>anggap tepat untuk <strong>di</strong>bangun kelak <strong>di</strong> alamkemerdekaan yang tengah <strong>di</strong>perjuangkan itu.


Sistem ekonomi yang <strong>di</strong>tuju adalah sistem ekonomi yang dapatmewujudkan kemakmuran bersama, yang memberi peluang kepadarakyat banyak untuk dapat menjalankan kegiatan usahanya secara a<strong>di</strong>l,yang dapat mengentaskan kemiskinan yang bertumpu pada kegotongroyongan<strong>dan</strong> kebersamaan, yang bemafaskan Pancasila sebagai falsafahbangsa. Mereka selanjutnya juga sepakat untuk memasukkannyakedalam rumusan Rancangan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g Dasar yang saat itu tengah<strong>di</strong>susun, yang <strong>di</strong> dalamnya juga tercantum mengenai Pancasila, sebagaiDasar Negara.Kelima gila dalam Pancasila secara integralistik harus menjiwaisekaligus terpancar dalam tatanan <strong>dan</strong> wujud perekonomian nasional.Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, <strong>dan</strong> sila kedua KemanusiaanYang A<strong>di</strong>l <strong>dan</strong> Beradab, adalah dasar bagi sistem ekonomi kerakyatan.Sementara itu gila ketiga, Persatuan Indonesia adalah semangat <strong>dan</strong> jiwaekonomi rakyat. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh HikmahKebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan, adalah cara untukmencapai ekonomi kerakyatan. Se<strong>dan</strong>gkan sila kelima Kea<strong>di</strong>lan SosialBagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah tujuan atau gambaran sistemekonomi kerakyatan yang ingin <strong>di</strong>capai melalui proses desentralisasi <strong>dan</strong>otonomi, sehingga memungkinkan terwujudnya upaya pemerataan yanglebih a<strong>di</strong>l menuju kemakmuran bagi semua anggota masyarakat <strong>dan</strong>bukannya kemakmuran orang seorang.Dengan demikian maka wujud perekonomian yang hendak <strong>di</strong>tujuadalah perekonomian yang senantiasa memperhatikan <strong>dan</strong> menjunjungtinggi nilai-nilai luhur Ketuhanan Yang Maha Esa, yangberperikemanusiaan yang a<strong>di</strong>l <strong>dan</strong> beradab, yang berpersatuanIndonesia, yang <strong>di</strong>pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakiilan serta yang berkea<strong>di</strong>lan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia.Pemikiran-pemikran yang demikian itu pulalah yang telahmelahirkan kesepakatan dari para "foun<strong>di</strong>ng father" untuk memuat pasal33 pada UUD 1945 sebagai dasar untuk membangun perekonomiannasional. Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g tersebut memuat dasar-dasar demokrasiekonomi menuju terwujudnya sistem ekonomi rakyat <strong>di</strong> alam IndonesiaMerdeka.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!