12.07.2015 Views

Bahaya Islam Liberal

Bahaya Islam Liberal

Bahaya Islam Liberal

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Aspek lainnya lagi ialah bahwa, dapat dibuktikan, dalam sumber-sumber ajaran <strong>Islam</strong>,khususnya al-Qur’an, bidang penggarapan <strong>Islam</strong> itu memperoleh ketegasan dankejelasannya dalam bidang spiritual, yaitu bidang keagamaan.” 15Tanggapan:Pernyataan NM itu mengingkari ketegasan dan kejelasan di dalam al-Qur’an yang bukanbidang spiritual. Pengingkaran itu berhadapan dengan nash/ teks ayat Al-Qur’an secaranyata. Karena bidang-bidang yang bukan spiritual bahkan ada yang dinamakan hudud yangdari segi bahasa saja sudah punya arti ketentuan-ketentuan yang batasannya pasti. Yaitumengenai hukuman-hukuman atas pelanggaran yang dilakukan. Contohnya, hukuman ataspelaku zina:“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingseratus kali dera…” (QS An-Nur/ 24: 2).Juga ada qishosh, yang arti secara bahasa saja sudah menunjukkan makna balasan yangsetimpal. Sampai rincian tentang melukai saja Al-Quran menegaskan dan menjelaskan:“Dan Kami telah tetapkan kepada mereka di dalamnya (Taurat), bahwasanya jiwa(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,gigi dengan gigi, dan luka pun ada qishoshnya…” (QS Al-Maaidah/ 5: 45).Dalam hal waris, Allah telah menegaskan dan menjelaskan dalam Al-Qur’an ketentuanketentuanNya.Di antaranya bisa dikutip:“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu:bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak wanita…”(QS An-Nisaa’/ 4: 11). Kemudian bagian masing-masing ahli waris ada rinciannya pula dalam Al-Qur’an.Tentang orang-orang yang dilarang untuk dinikahi pun dirinci dalam Al-Qur’an secarategas dan jelas. Bahkan untuk utang piutang pun ditegaskan agar dicatat dan diadakan 2saksi laki-laki Mukmin, ditegaskan dalam ayat terpanjang dalam Surat Al-Baqoroh: 282.Dengan kenyataan ini, maka yang tidak jelas justru penuduhnya. Sebagai penuduh yangbaik, mestinya mendatangkan bukti-bukti bahkan saksi. Bukti tidak ada, sedang saksi palsuberupa para muqollid dan saksi yang tak memenuhi syarat keadilannya mungkin banyak,tapi mereka itu sebenarnya juga tidak berguna.Selanjutnya, berikut ini saya kutip bagian akhir tulisannya agak panjang.Kutipan:“Faktor kedua adalah legalisme, yang membawa sebagian kaum muslim pada pikiranapologetis “Negara <strong>Islam</strong>” itu. Legalisme ini menumbuhkan apresiasi yang serba legalistikkepada <strong>Islam</strong>, yang berupa penghayatan keislaman yang menggambarkan bahwa <strong>Islam</strong> ituadalah struktur dan kumpulan hukum. Legalisme ini merupakan kelanjutan “Fikihisme”(fikh-eism). Fikih adalah kodifikasi hukum hasil pemikiran sarjana-sarjana <strong>Islam</strong> padaabad-abad kedua dan ketiga Hijrah. Kodifikasi itu dibuat guna memenuhi kebutuhan akansistem hukum yang mengatur pemerintahan dan negara yang, pada waktu itu, meliputidaerah yang amat luas dan rakyat yang amat banyak. “Fikihisme” ini begitu dominan dikalangan umat <strong>Islam</strong>, sehingga gerakan-gerakan reformasi pun umumnya masihmemusatkan sasarannya kepada bidang itu. Susunan hukum ini juga kadang-kadang disebutsebagai syari’at. Maka, “Negara <strong>Islam</strong>” itupun suatu apologi, di mana umat <strong>Islam</strong> berharapdapat menunjukkan aturan-aturan dan syari’at <strong>Islam</strong> yang lebih unggul daripada hukumhukumlainnya. Padahal sudah jelas, bahwa fiqih itu, meskipun telah ditangani oleh kaumreformis, sudah kehilangan relevansinya dengan pola kehidupan zaman sekarang.Sedangkan perubahan secara total, agar sesuai dengan pola kehidupan modern, memerlukanpengetahuan yang menyeluruh tentang kehidupan modern dalam segala aspeknya, sehinggatidak hanya menjadi kompetensi dan kepentingan umat <strong>Islam</strong> saja, melainkan juga orangoranglain. Maka, hasilnya pun tidak perlu hanya merupakan hukum <strong>Islam</strong>, melainkanhukum yang meliputi semua orang, untuk mengatur kehidupan bersama.Dari tinjauan yang lebih prinsipil, konsep “Negara <strong>Islam</strong>” itu adalah suatu distorsihubungan proporsional antara negara dengan agama. Negara adalah salah satu segikehidupan duniawi, yang dimensinya adalah rasional dan kolektif. Sedangkan agama adalahaspek kehidupan lain, yang dimensinya adalah spiritual dan pribadi.15Ibid, hal 502-503.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!