12.07.2015 Views

Bahaya Islam Liberal

Bahaya Islam Liberal

Bahaya Islam Liberal

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

anjing di waktu malam. Baginya ini adalah halal walaupun dengan tidak pakai nikah.Inilah sebabnya mereka tak mau makan dagingnya.” 19Ungkapan Darmogandul yang menuduh umat <strong>Islam</strong> sampai sedrastis itu, sebenarnyaintinya sama juga.1. Menolak syari’at <strong>Islam</strong>.2. Menuduh secara semaunya terhadap umat <strong>Islam</strong> ataupun syari’atnyaJadi sebenarnya polanya sama, antara penolak syari’at model lama dan model baru.Intinya ya dua perkara itu. Hanya saja kalau penolak syari’at <strong>Islam</strong> model baru, pakai putarputarsana sini, lalu tuduhannya pun dicanggih-canggihkan. Diberondongkanlah ungkapanungkapannegatif terhadap umat <strong>Islam</strong>, bahkan syari’at <strong>Islam</strong>. Maka diluncurkanlah kepadaumat <strong>Islam</strong>, kata-kata: inferiority complex, fikihisme, legalisme, pikiran apologetis sampaipada ungkapan fikih telah kehilangan relevansinya.Sebenarnya Darmogandul dan Gatoloco pun telah mencari-cari perkataan yang secanggihcanggihnyauntuk menuduh Umat <strong>Islam</strong> dan Syari’at <strong>Islam</strong>. Jadi ungkapan Inferioritycomplex yang dilontarkan orang sekarang, itu sebenarnya nilainya ya sama saja denganungkapan dendeng kucing, pindang kera, opor monyet yang dilontarkan orang masa laluyaitu Darmogandul dan Gatoloco.Masih ada satu ciri yang sama, yaitu mengembalikan istilah kepada pemaknaan secarabahasa, tetapi semaunya dan tidak sesuai dengan <strong>Islam</strong>.Darmogandul mengatakan:“ … bangsa <strong>Islam</strong>, jika diperlakukan dengan baik, mereka membalas jahat. Ini adalahsesuai dengan zikir mereka. Mereka menyebut nama Allah, memang Ala (jahat) hati orang<strong>Islam</strong>. Mereka halus dalam lahirnya saja, dalam hakekatnya mereka itu merasa pahit danmasin.Adapun orang yang menyebut nama Muhammad, Rasulullah, nabi terakhir, iasesungguhnya melakukan zikir salah. Muhammad artinya Makam atau kubur, Ra su lu lah,artinya rasa yang salah. Oleh karena itu ia itu orang gila, pagi sore berteriak-teriak, dadaditekan dengan tangannya, berbisik-bisik, kepala ditaruh di tanah berkali-kali.” 20Di situ lafal “Allah” oleh Darmogandul diartikan Ala yaitu jahat. Lalu lafal “Muhammad”diartikan “makam” atau kuburan. Dan lafal “Rasulullah” diartikan “rasa yang salah”. LaluDarmogandul menuduh orang <strong>Islam</strong> sebagai orang gila, waktu pagi dan sore mereka adzanmaka dibilang berteriak-teriak; sedang ketika Muslimin menjalankan shalat maka diaanggap bersedekap itu menekan dada, membaca bacaan shalat itu dia anggap bisik-nisik,sedang sujud dia anggap kepala ditaruh di tanah berkali-kali.Demikianlah ungkapan Darmogandul. Sebenarnya banyak kata-kata dari ayat Al-Qur’anataupun istilah <strong>Islam</strong> yang oleh Darmogandul diartikan dengan arti-arti jorok sekitarhubungan badan lelaki perempuan. Tetapi tidak usah kami kutip di sini.Berikut ini model yang sama dari ungkapan Gatoloco:“Baitullah, baitu artinya baito (perahu), jadi perahu buatan Allah, dalam perahu adasamodranya. Adapun Baitullah yang ada di Mekkah telah dibikin oleh Nabi Ibrahim.Pikirlah, baik mana kiblat bikinan manusia atau kiblat bikinan Tuhan, yakni badanku ini.Kiblatmu di Mekkah hanya buatan Nabi.” 21Gatoloco mengartikan lafal “Baitullah” (Ka’bah) dengan “baito” yaitu perahu. Tetapisusunan pemaknaan itu tidak kosnisten, sehingga Gatoloco beralih kilah, tidak jadi pakaipenerjemahan lewat bahasa, tetapi pilih pakai klaim, bahwa kiblat di Makkah itu bikinanmanusia, Nabi Ibrahim. Sedang kiblat Gatoloco adalah badannya yang dibikin oleh Tuhan.Lantas Gatoloco dalam menolak Syari’at <strong>Islam</strong> menyuruh orang <strong>Islam</strong> berpikir, lebih baikyang mana: kiblat bikinan manusia ataukah yang bikinan Tuhan.Maksud Gatoloco, mengartikan Baitullah dengan Ka’bah di Makkah itu salah. Yang benar,Baitullah itu adalah baito Allah, (perahu bikinan Allah) yaitu badan manusia. Sehinggaorang yang berkiblat ke Ka’bah di Makkah itu disalahkan oleh Gatoloco dengan caramengalihkan arti secara bahasa. Dan penyalahan arti itu kemudian diplesetkan ke arah yangsangat jorok-jorok, tentang hubungan badan lelaki-perempuan, tapi tidak usah saya kutip disini.19Darmogandul, halaman 32, fasal 77, Pangkur, seperti dikutip dan diterjemahkan oleh Prof Dr HM Rasjidi,<strong>Islam</strong> dan Kebatinan, hal 8.20<strong>Islam</strong> dan Kebatinan, hal 7-8.21Ibid, hal 34.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!