12.07.2015 Views

PENGARUH PEMBERIAN KONSORSIUM MIKROBA DALAM ...

PENGARUH PEMBERIAN KONSORSIUM MIKROBA DALAM ...

PENGARUH PEMBERIAN KONSORSIUM MIKROBA DALAM ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>PENGARUH</strong> <strong>PEMBERIAN</strong> <strong>KONSORSIUM</strong> <strong>MIKROBA</strong> <strong>DALAM</strong>BIOFERTILIZER TERHADAP PERTUMBUHAN DANPRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)Rivia Kumala Dewi, Agus Supriyanto, dan Tri NurhariyatiProdi S1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Airlangga, SurabayaAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberiankonsorsium mikroba dalam biofertilizer dengan dosis yang berbeda terhadappertumbuhan dan produktivitas kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Konsorsiummikroba terdiri atas Azotobacter chroococcum, Azospirillum brasilense,Rhizobium leguminosarum, Pseudomonas fluorescens, Bacillus megaterium,Cellulomonas cellulans serta Saccharomyces cerevisiae digunakan sebagaibiofertilizer dan diinokulasikan ke rhizosfer kacang tanah. Parameterpertumbuhan yang diukur adalah tinggi tanaman, berat basah bintil akar, dan beratkering tanaman. Sedangkan parameter produktivitas yang diukur adalah beratkering polong dan berat kering biji. Penelitian ini bersifat eksperimental denganmenggunakan 6 perlakuan yaitu P 1 (tanpa perlakuan), P 2 (20 mL urea dan 20 mLSP 36), P 3 (6 mL biofertilizer sebanyak 1 kali), P 4 (6 mL biofertilizer sebanyak 2kali), P 5 (15 mL biofertilizer sebanyak 1 kali) serta P 6 (15 mL biofertilizersebanyak 2 kali) dengan masing-masing perlakuan diulang 4 kali dan setiapulangan terdiri atas 10 tanaman. Data tinggi tanaman dan berat kering bijidianalisis statistik dengan one way ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Databerat basah bintil akar, berat kering tanaman, dan berat kering polong dianalisisstatistik dengan uji Kruskall-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasiluji statistik menunjukkan bahwa pemberian konsorsium mikroba dalambiofertilizer dengan dosis yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan danproduktivitas kacang tanah. Rata-rata tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh P 5(76,7 cm), rata-rata berat basah bintil akar tertinggi dicapai oleh P 3 (1,5388 g),rata-rata berat kering tanaman tertinggi dicapai oleh P 6 (71,875 g), rata-rata beratkering polong tertinggi dicapai oleh P 4 (33,25 g) dan rata-rata berat kering bijitertinggi dicapai oleh P 4 (20,1193 g).Kata kunci: Kacang tanah (Arachis hypogaea L.), konsorsium mikroba,biofertilizer, pertumbuhan, produktivitasAbstractThis research was aimed to know the effect of different doses microbialconcortium in biofertilizer on the growth and productivity of Arachis hypogaea L.The microbial concortium consisted of Azotobacter chroococcum, Azospirillumbrasilense, Rhizobium leguminosarum, Pseudomonas fluorescens, Bacillusmegaterium, Cellulomonas cellulans and Saccharomyces cerevisiae used asbiofertilizer and inoculated on rhizosfer of Arachis hypogaea L. Parameter of


growth have been observed are height of plants, wet weight of nodules, and dryweight of plants. Parameter of productivity have been observed are dry weight ofpods and dry weight of seeds. This research was an experimental with 6treatments. Those are P 1 (without treatment), P 2 (20 mL urea and 20 mL SP 36),P 3 (once biofertilizer 6 mL), P 4 (twice biofertilizer 6 mL), P 5 (once biofertilizer 15mL) and P 6 (twice biofertilizer 15 mL) with 4 replications and each replicationsconsist of 10 plants. Data height of plants and dry weight of seeds were analyzedby one way ANOVA followed by Duncan test. Data wet weight of nodules, dryweight of plants, and dry weight of pods were analyzed by Kruskall-Wallis testfollowed by Mann-Whitney test. The result showed that giving microbialconcortium in biofertilizer using different doses there was significant effects onthe growth and productivity of Arachis hypogaea L. The highest mean of heightplants was obtain by P 5 (76,7 cm), the highest mean wet weight of nodules wasobtain by P 3 (1,5388 g), the highest mean dry weight of plants was obtain by P 6(71,875 g), the highest mean dry weight of pods was obtain by P 4 (33,25 g) andthe highest mean dry weight of seeds was obtain by P 4 (20,1193 g).Keywords: Arachis hypogaea L., microbial consortium, biofertilizer,growth, productivityPendahuluanKacang tanah merupakan tanaman pangan kacang-kacangan yangmenempati urutan terpenting kedua setelah kedelai. Tanaman ini dapat digunakansebagai bahan pangan dan dapat diproses menjadi minyak. Sedangkan daunnyadapat digunakan sebagai makanan ternak. Selama tahun 2006 sampai dengantahun 2009 produksi kacang tanah berkurang 74.589 ton, tidak sebanding denganmakin bertambahnya penduduk Indonesia dari tahun ke tahun yangmengakibatkan volume impor kacang tanah meningkat (Rahmawati, 2012).Pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur hara. Unsur-unsur hara yangdibutuhkan kacang tanah adalah N (nitrogen), P (fosfor), K (kalium) dan Ca(kalsium) (Kanisius, 1989). Udara mengandung 80% nitrogen namun, persediaanyang sebanyak ini tidak dapat digunakan oleh tanaman (Dwidjoseputro, 1986)karena berada dalam bentuk N 2 . Fosfor dalam tanah, 70% berada dalam keadaantidak larut (Widawati dan Suliasih, 2006).Menurut Yuliarti (2009), tanah yang terus-menerus ditanami pasti akanberkurang kandungan unsur haranya. Kandungan unsur hara pada lapisanpermukaan tanah dapat ditingkatkan dengan pemupukan. Selama ini, pemupukankacang tanah sering menggunakan pupuk kimia. Pemakaian pupuk kimia secara


erlebihan dan terus menerus dapat merusak tanah karena membuat tanah cepatmengeras, tidak gembur, dan cepat menjadi asam (Anonimus, 2010). Oleh karenaitu, sekarang ini mulai dikembangkan pupuk alternatif untuk mengurangipenggunaan pupuk kimia, salah satu contohnya adalah biofertilizer.Istilah biofertilizer (pupuk hayati) digunakan sebagai nama kolektifuntuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagaipenyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman (Simanungkalitdkk., 2006). Pemberian konsorsium mikroba dilakukan karena masing-masingmikroba memiliki peran yang berbeda-beda.Azotobacter chroococcum dan Azospirillum brasilense merupakanbakteri yang dapat memfiksasi nitrogen bebas (Gardner dkk., 1991). Rhizobiumleguminosarum merupakan bakteri simbiotik yang dapat membentuk bintil akarpada tanaman legum. Bacillus megaterium dan Pseudomonas fluorescens dapatmelarutkan fosfor (Rai, 2005). Cellulomonas cellulans dan Saccharomycescerevisiae merupakan mikroba dekomposer.Penelitian tentang pemberian biofertilizer telah dilakukan pada tanamanpangan seperti padi dan jagung. Sedangkan penelitian pemberian biofertilizerpada tanaman kacang tanah belum dilakukan. Berdasarkan latar belakang di atas,maka pada penelitian ini diujicobakan pemberian konsorsium mikroba yang terdiriatas Azotobacter chroococcum, Azospirillum brasilense, Rhizobiumleguminosarum, Bacillus megaterium, Pseudomonas fluorescens, Cellulomonascellulans, dan Saccharomyces cerevisiae dalam biofertilizer terhadappertumbuhan dan produktivitas kacang tanah (Arachis hypogaea L.).Metode PenelitianTempat dan waktu penelitianPenelitian ini dilaksanakan di areal persawahan dusun Mojorejokabupaten Madiun, Jawa Timur dan Laboratorium Mikrobiologi, DepartemenBiologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya. Penelitianini dilaksanakan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Maret 2012.


Bahan penelitianBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanahvarietas kancil, Azotobacter chroococcum, Azospirillum brasilense, Rhizobiumleguminosarum, Bacillus megaterium, Pseudomonas fluorescens, Cellulomonascellulans, dan Saccharomyces cerevisiae. Media pertumbuhan yang digunakanadalah NB (Nutrient Broth), NA (Nutrient Agar), akuades, glukosa, molase,larutan garam fisiologis. Media yang digunakan untuk menghitung jumlahmikroba adalah Nfb (Nitrogen free bromothymol blue yang terdiri atas asam malat0,5 g; KOH 0,4 g; K 2 HPO 4 0,05 g; FeSO 4 0,005 g; MnSO 4 0,001 g; MgSO 4 0,01g; NaCl 0,002 g; CaCl 2 0,002 g; Na 2 MoO 2 0,001 g; bromotimol biru 0,5% larutandalam alkohol 95% sebanyak 0,3 mL, Bacto agar 0,2625 g serta 100 mLakuades), MSA (Manitol Salt Agar), media Pikovskaya (yang terdiri atas glukosa0,5 g; Ca 3 PO 4 0,25 g; KCl 0,01 g; MgSO 4 0,005 g; MnSO 4 0,005 g; FeSO 4 0,005g; yeast extract 0,025 g; (NH 4 ) 2 SO 4 0,025 g; agar 0,75 g serta 50 mL akuades),CMCA (Carboxy Methyl Cellulose Agar yang terdiri NH 4 NO 3 0,05 g; NaCl 2,5mL; selulosa 0,25 g; agar 0,25 g serta 50 mL akuades), PDA (Potato DextroseAgar), alkohol 70%, spirtus, urea, pupuk SP 36 serta insektisida Marshal.Prosedur penelitianPenelitian ini ada 6 perlakuan yaitu P 1 (tanpa perlakuan), P 2 (20 mL ureadan 20 mL SP 36), P 3 (biofertilizer diberikan 6 mL sebanyak 1 kali), P 4(biofertilizer diberikan 6 mL sebanyak 2 kali), P 5 (biofertilizer diberikan 15 mLsebanyak 1 kali) serta P 6 (biofertilizer diberikan 15 mL sebanyak 2 kali). Setiapperlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 10 tanaman.Langkah pertama yang dilakukan adalah peremajaan 7 isolat mikroba,perbanyakan isolat mikroba pada media NB, pengukuran OD dan penghitunganjumlah mikroba dengan parameter TPC (Total Plate Count), pencampuranmikroba yaitu dengan menyiapkan larutan molase 2% yaitu dengan caramemasukkan 80 mL molase ke dalam 3920 mL akuades; kemudian merebusnyasampai mendidih; setelah dingin memasukkan 700 mL suspensi mikroba padamedia NB ke dalam larutan molase tersebut; kemudian menginkubasinya selama 2


hari, penghitungan jumlah mikroba dalam biofertilizer serta pengenceranbiofertilizer. Pengenceran biofertilizer dilakukan dengan menambahkan 5 Lbiofertilizer pada 50 L air yang berkadar molase 3% kemudian menginkubasiselama minimal 3 hari. Pupuk yang telah diencerkan ini nantinya langsungdiambil dengan dosis sesuai perlakuan dan diberikan di rhizosfer kacang tanah.Langkah berikutnya adalah pengujian viabilitas benih kacang tanah, pengolahanlahan dan penanaman kacang tanah. Perawatan kacang tanah dilakukan denganpenyulaman, penyiangan dan pembubunan. Pemanenan dilakukan ketika tanamanberumur 90 hari.Data pertumbuhan yang diambil dalam penelitian ini adalah tinggitanaman (cm), berat basah bintil akar (g) dan berat kering tanaman (g). Dataproduktivitas yang diambil adalah berat kering polong (g) dan berat kering bijikacang tanah (g). Semua data dikumpulkan pada saat panen. Data yang diperolehdianalisis statistik dengan one way ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan danKruskall-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.Hasil dan PembahasanTabel 4.1. Data pertumbuhan kacang tanah setelah perlakuanPerlakuan Rata-rata tinggitanaman (cm)Rata-rata berat basahbintil akar (g)Rata-rata beratkering tanaman (g)P 1 70,3 ± 7,9 b 0,4445 ± 0,2225 a 39,75 ± 17,97 aP 2 61,6 ± 7,4 a 0,5935 ± 0,3382 a 52,375 ± 18,742 bP 3 62,6 ± 8,8 a 1,5388 ± 0,7217 b 60,375 ± 18,024 cP 4 65,3 ± 10,3 a 1,0995 ± 0,5314 c 66,5 ± 20,7 cdP 5 76,7 ± 9,0 c 0,6887 ± 0,4432 d 62,125 ± 24,804 bcP 6 75,8 ± 9,6 c 1,2672 ± 0,4650 bc 71,875 ± 11,912 dKeterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan signifikan pada ujiDuncan dengan α=0,05 (rata-rata tinggi tanaman) dan pada ujiMann-Whitney dengan α=0,05 (rata-rata berat basah bintil akardan berat kering tanaman). P 1 : tanpa perlakuan; P 2 : 20 mL ureadan 20 mL SP 36; P 3 : biofertilizer diberikan 6 mL sebanyak 1kali; P 4 : biofertilizer diberikan 6 mL sebanyak 2 kali; P 5 :biofertilizer diberikan 15 mL sebanyak 1 kali; P 6 : biofertilizerdiberikan 15 mL sebanyak 2 kali.Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata berat basah bintil akaryang tertinggi adalah P 3 . Hal ini menunjukkan bahwa 6 mL biofertilizer mampu


menyediakan unsur hara secara optimal yang dibutuhkan untuk pembentukanbintil akar. Sedangkan P 1 (tanpa perlakuan) memiliki berat basah bintil akar yangterendah karena Rhizobium leguminosarum yang membentuk bintil akar hanyaberasal dari lingkungan sekitarnya dan tidak ada tambahan dari luar (biofertilizer).P 2 (20 mL urea dan 20 mL SP 36) memiliki berat bintil yang lebih rendah daripada semua perlakuan dengan biofertilizer disebabkan adanya penurunan fiksasiN 2 sejalan dengan penambahan jumlah pupuk nitrogen yang diserap (Salisburydan Ross, 1995). Rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi adalah P 5 . Dosisbiofertilizer pada P 5 ini mampu menyediakan unsur hara secara optimal yangdibutuhkan untuk pembentukan tinggi tanaman. Rata-rata berat kering tanamanyang tertinggi adalah pada P 6 . Dosis biofertilizer pada P 6 ini dapat menyediakanunsur hara yang optimal untuk pertumbuhan kacang tanah yang meliputipertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif.Tabel 4.2. Data produktivitas kacang tanah setelah perlakuanPerlakuan Rata-rata berat kering polong Rata-rata berat kering biji (g)(g)P 1 18,5 ± 9,4 a 12,7586 ± 7,5774 aP 2 27,375 ± 10,621 b 18,2516 ± 6,4654 bP 3 28 ± 9 b 18,0268 ± 7,7153 bP 4 33,25 ± 10,29 c 20,1193 ± 6,6199 bP 5 29,125 ± 10,43 bc 17,4621 ± 6,9616 bP 6 29,875 ± 7,637 bc 18,7829 ± 5,7567 bKeterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan signifikan pada ujiMann-Whitney dengan α=0,05 (rata-rata berat kering polong) danpada uji Duncan dengan α=0,05 (rata-rata berat kering biji).P 1 : tanpa perlakuan; P 2 : 20 mL urea dan 20 mL SP 36; P 3 :biofertilizer diberikan 6 mL sebanyak 1 kali; P 4 : biofertilizerdiberikan 6 mL sebanyak 2 kali; P 5 : biofertilizer diberikan 15 mLsebanyak 1 kali; P 6 : biofertilizer diberikan 15 mL sebanyak 2 kali.Rata-rata berat kering polong dan berat kering biji yang tertinggi adalahP 4 . P 4 memiliki berat kering polong tertinggi sehingga sesuai bila P 4 jugamemiliki berat kering biji tertinggi. Pada saat pembentukan biji kacang tanahterutama diperlukan P dan K. P berfungsi mempercepat pemasakan biji(Anonimus, 2010). Sedangkan K berperan dalam pengisian biji kacang tanah(Ispandi dan Munip, 2004).


Rhizobium leguminosarum dapat bersimbiosis dengan tanaman kacangtanah dengan membentuk bintil akar. Faktor yang mempengaruhi pembentukanbintil akar adalah sumber energi dan nutrisi mineral (Handayanto dan Hairiah,2009). Hasil dekomposisi bahan organik oleh Cellulomonas cellulans danSaccharomyces cerevisiae akan menghasilkan diantaranya karbon (C), kalsium(Ca) dan kalium (K). Fiksasi N 2 dalam jumlah besar memerlukan C dalam jumlahbesar pula. Kandungan C yang tinggi diperlukan untuk memberikan energi padasistem dan melindungi nitrogenase terhadap O 2 yang menyebabkannya tidak aktif.(Gardner dkk., 1991).Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan Rhizobium leguminosarum.Kalsium yang tersedia dalam tanah akan mempengaruhi jumlah bintil akar yangterbentuk serta penyebarannya pada sistem perakaran (Islami dan Utomo, 1995),menempelkan Rhizobium leguminosarum pada rambut akar, integritas dinding seldalam Rhizobium leguminosarum (Handayanto dan Hairiah, 2009), sertapertumbuhan meristem bintil. Keberadaan Ca, P dan K dalam tanah membantukelestarian Rhizobium, aktivitas nitrogenase dan aktivitas enzim yangberhubungan dengan nitrogenase (Gardner dkk., 1991).Unsur P hasil pelarutan bakteri pelarut fosfat (BPF) diperlukan untukpembentukan bintil akar, aktivitas bintil yang maksimal (Islami dan Utomo,1995), meningkatkan jumlah bintil pada perakaran tanaman (Rao,1994), dantransformasi energi dalam bintil. Kebutuhan energi tinggi dan sejumlah besar ATPmenyebabkan perlu kecukupan penyediaan fosfor dalam penambatan N 2(Handayanto dan Hairiah, 2009).Azotobacter chroococcum dan Azospirillum brasilense merupakanbakteri yang dapat memfiksasi nitrogen bebas dan tidak bersimbiosis dengantanaman. Azotobacter chroococcum mengkonversi dinitrogen menjadi amoniummelalui reduksi elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hindersah dan Simarmata,2004) dengan bantuan enzim azotase. Molekul nitrogen bebas diubah menjadinitrogen sel. Nitrogen yang terikat pada struktur tubuhnya dilepas dalam bentukorganik sebagai sekresi atau setelah Azotobacter chroococcum itu mati (Isminarnidkk., 2007).


Pseudomonas fluorescens dan Bacillus megaterium mampu melarutkanfosfat. Bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan satu-satunya kelompok bakteriyang dapat melarutkan P yang terjerap permukaan oksida-oksida besi danalumunium sebagai senyawa Fe-P dan Al-P. Bakteri tersebut berperan juga dalamtransfer energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa-senyawametabolik lainnya yang dapat menambah aktivitas penyerapan P pada tumbuhanyang kekurangan P. Efektivitas BPF dalam proses mineralisasi senyawa P organikmelalui aktivitas enzimatis yang melibatkan enzim fosfatase, fitase, dan nukleaseakan menghasilkan P terlarut yang tersedia bagi tanaman (Widawati dan Suliasih,2006). Pseudomonas fluorescens dan Bacillus megaterium memiliki kemampuanyang besar dalam melarutkan fosfat tak larut menjadi bentuk larut dalam tanah(Isgitani dkk., 2005). P organik dihidrolisis oleh mikroba secara enzimatikmenggunakan enzim fosfatase atau hidrolase menjadi bentuk P anorganik.Sebagai hasil sekunder dari aktivitasnya, mikroba tersebut merubah P organikmenjadi bentuk P anorganik karena adanya pelepasan asam organik yangmendorong pelepasan P anorganik yang terjerap. Asam organik seperti asamsitrat, asam malat, dan asam asetat dapat merupakan anion pesaing yang akanmenutup permukaan mineral alofan dan oksida hidrat Al dan Fe sehinggamendesak ion fosfat dari komplek jerapan dan membentuk komplek Fe dan Alorganik. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses mineralisasi P di dalam tanahadalah temperatur, kelembaban, aerasi, pH tanah dan bahan organik (Handayantodan Hairiah, 2009).Cellulomonas cellulans dan Saccharomyces cerevisiae memegang peranpenting karena mengurai bahan organik yang telah mati menjadi unsur-unsur yangdikembalikan ke dalam tanah (N, P, K, Mg, dll.) dan atmosfer (CH 4 atau CO 2 )sehingga dapat digunakan lagi oleh tanaman. Mikroba ini tidak dapat langsungmemetabolisme partikel bahan organik tidak larut. Mikroba ini memproduksi duasistem enzim ekstraseluler yaitu, sistem hidrolitik yang menghasilkan selulase danhidrolase berfungsi untuk degradasi selulosa dan hemiselulosa serta sistemoksidatif yang bersifat ligninolitik dan berfungsi mendepolimerisasi lignin.Mikroba memproduksi enzim ekstraseluler untuk depolimerisasi senyawa


erukuran besar menjadi kecil dan larut dalam air. Pada saat itu mikrobamentransfer substrat tersebut ke dalam sel melalui membran sitoplasma untukmenyelesaikan proses dekomposisi bahan organik (Simanungkalit dkk., 2006).Kesimpulan dan SaranBerdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruhpemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer dengan dosis yang berbedaterhadap pertumbuhan (tinggi tanaman, berat basah bintil akar dan berat keringtanaman) dan produktivitas (berat kering polong dan berat kering biji) kacangtanah (Arachis hypogaea L.). Tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh P 5 (76,7 cm),berat basah bintil akar tertinggi dicapai oleh P 3 (1,5388 g), berat kering tanamantertinggi dicapai oleh P 6 (71,875 g), berat kering polong dicapai oleh P 4 (33,25 g)dan berat kering biji tertinggi dicapai oleh P 4 (20,1193 g). Untuk memperolehhasil produksi yang optimal sebaiknya digunakan biofertilizer dengan dosis 6 mLper tanaman dan diberikan sebanyak dua kali yaitu sebelum tanam dan ketikatanaman berumur 2 minggu.Daftar PustakaAnonimus, 2010, Petunjuk Pemupukan, Penerbit PT AgroMedia Pustaka, JakartaDwidjoseputro, D., 1986, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia PustakaUtama, JakartaGardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell, 1991, Fisiologi TanamanBudidaya, UI Press, JakartaHandayanto, E., dan K. Hairiah, 2009, Biologi Tanah Landasan PengelolaanTanah Sehat, Pustaka Adipura, YogyakartaHindersah, R., dan T. Simarmata, 2004, Potensi Rizobakteri Azotobacter dalamMeningkatkan Kesehatan Tanah, Jurnal Natur Indonesia Volume 5Nomor 2: 127-133Isgitani, M., S. Kabirun, and S.A. Siradz, 2005, Pengaruh Inokulasi BakteriPelarut Fosfat Terhadap Pertumbuhan Sorghum pada BerbagaiKandungan P Tanah, Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Volume 5Nomor 1: 48-54


Islami, T., dan W.H. Utomo, 1995, Hubungan Tanah, Air dan Tanaman, IKIPSemarang Press, SemarangIsminarni, F., S. Wedhastri, J. Widada, B. H. Purwanto, 2007, PenambatanNitrogen dan Penghasilan Asam Indol Asetat Oleh Isolat-IsolatAzotobacter Pada pH Rendah dan Aluminium Tinggi, Jurnal Ilmu Tanahdan Lingkungan Volume 7 Nomor 1: 23-30Ispandi, A., dan A. Munip, 2004, Efektivitas Pupuk PK dan Frekuensi PemberianPupuk K dalam Meningkatkan Serapan Hara dan Produksi Kacang Tanahdi Lahan Kering Alfisol, Jurnal Ilmu Pertanian Volume 11 Nomor 2: 11-26Kanisius, A.A., 1989, Kacang Tanah, Penerbit Kanisius, YogyakartaRahmawati, N., 2012,, Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara,http://www. repository.usu.ac.id/, diakses tanggal 5 Juli 2012Rai, M. K. ed., 2005, Handbook of Microbial Biofertilizers, Food Products Press-The Haworth Press Inc, New YorkRao, N.S.S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, EdisiKedua, UI Press, JakartaSalisbury, F.B., dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2, Penerbit ITB,BandungSimanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.Hartatik, 2006, Pupuk organik dan Pupuk Hayati, Balai besar LitbangSumberdaya Lahan Pertanian, Bogor,http//balittanah.litbang.deptan.go.id, diakses tanggal 30 Oktober 2011Widawati, S., dan Suliasih, 2006, Augmentasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)Potensial sebagai Pemacu Pertumbuhan Caysin (Brasica caventis Oed.)di Tanah Marginal, Biodiversitas Volume 7 Nomor 1: 10-14Yuliarti, N., 2009, 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik, Lily Publisher,Yogyakarta

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!