12.07.2015 Views

LAMP PERMEN DDL.pdf - SKPD Pemerintah Kota Batam

LAMP PERMEN DDL.pdf - SKPD Pemerintah Kota Batam

LAMP PERMEN DDL.pdf - SKPD Pemerintah Kota Batam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dan erosi yang telah terjadi merupakan petunjuk untukpenempatan dalam subkelas ini.Subkelas genangan air/kelebihan air (w) terdapat pada lahandimana kelebihan air merupakan faktor penghambat utama;drainase yang buruk, air tanah yang tinggi, bahaya banjirmerupakan faktor-faktor yang digunakan untuk penentuansubkelas ini.Cara penamaan kelas dan subkelas dilakukan denganmenuliskan faktor penghambat di belakang angka kelas,contoh: lahan kelas III dengan faktor penghambat kelerengan (t)ditulis IIIt, lahan kelas II dengan faktor penghambat erosi (e)ditulis IIe, lahan kelas II dengan faktor penghambat drainase(w) ditulis IIw; dan lahan kelas IV dengan faktor penghambatperakaran tanaman karena kedalaman tanah (s) ditulis IVs.Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.III eSubkelasKelasGambar 3 Contoh Cara Penamaan Kelas Dan Sub Kelas KemampuanLahanD. Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit PengelolaanKategori subkelas dibagi ke dalam kategori unit pengelolaanyang didasarkan pada intensitas faktor penghambat dalamkategori subkelas. Dengan demikian, dalam kategori unitpengelolaan telah diindikasikan kesamaan potensi danhambatan/risiko sehingga dapat dipakai untuk menentukantipe pengelolaan atau teknik konservasi yang dibutuhkan.Kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan memberikanketerangan yang lebih spesifik dan detil dari subkelas. Tingkatunit pengelolaan lahan diberi simbol dengan menambahkanangka di belakang simbol subkelas. Angka ini menunjukkanbesarnya tingkat faktor penghambat yang ditunjukkan dalamsubkelas, misalnya IIw 1, IIIe 3, IVs 3, dan sebagainya.Penentuan kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaanpenting, terutama untuk melakukan evaluasi kecocokan7


penggunaan lahan saat ini. Evaluasi kecocokan penggunaanlahan diperlukan sebagai masukan bagi revisi rencana tataruang atau penggunaan lahan yang sudah ada.Klasifikasi pada kategori unit pengelolaan memperhitungkanfaktor-faktor penghambat yang bersifat permanen atau sulitdiubah seperti tekstur tanah, lereng permukaan, drainase,kedalaman efektif tanah, tingkat erosi yang telah terjadi, liatmasam (cat clay), batuan di atas permukaan tanah, ancamanbanjir atau genangan air yang tetap. Faktor-faktor tersebutdigolongkan berdasarkan besarnya intensitas faktorpenghambat atau ancaman, sebagai berikut:1. Tekstur tanahTekstur tanah dikelompokkan ke dalam lima kelompoksebagai berikut:t 1 = halus: liat, liat berdebu.t 2 = agak halus: liat berpasir, lempung liat berdebu,lempung berliat, lempung liat berpasir.t 3 = sedang: debu, lempung berdebu, lempung.t 4 = agak kasar: lempung berpasir.t 5 = kasar: pasir berlempung, pasir.2. PermeabilitasPermeabilitas dikelompokkan sebagai berikut:p 1 = lambat: < 0.5 cm/jam.p 2 = agak lambat: 0.5 – 2.0 cm/jam.p 3 = sedang: 2.0 – 6.25 cm/jam.3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k)Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut:k 0 = dalam: > 90 cm.k 1 = sedang: 90-50 cm.k 2 = dangkal: 50-25 cm.k 3 = sangat dangkal: < 25 cm.4. Lereng permukaan (l)Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut:l 0 = (A) = 0-3% : datar.l 1 = (B) = 3-8% : landai/berombak.l 2 = (C) = 8-15% : agak miring/bergelombang.l 3 = (D) = 15-30% : miring berbukit.l 4 = (E) = 30-45% : agak curam.l 5 = (F) = 45-65% : curam.l 6 = (G) = > 65% : sangat curam.8


ulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jikaberbentuk gepeng. Kerikil di dalam lapisan 20 cmdikelompokkan sebagai berikut:b 0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.b 1 = sedang: 15-50% volume tanah.b 2 = banyak: 50-90% volume tanah.b 3 = sangat banyak: > 90 % volume tanah.2). Batuan kecilBatuan kecil merupakan bahan kasar atau batuanberdiameter 7.5 cm sampai 25 cm jika berbentukbulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cmsampai 40 cm jika berbentuk gepeng. Banyaknyabatuan kecil dikelompokkan sebagai berikut:b 0 = tidak ada atau sedikit: 0-15% volume tanah.b 1 = sedang: 15-50% volume tanah.b 2 = banyak: 50-90% volume tanah.b 3 = sangat banyak: > 90% volume tanah.3). Batuan lepas (stone)Batuan lepas merupakan batuan yang bebas danterletak di atas permukaan tanah, berdiameter lebihbesar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbumemanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng).Penyebaran batuan lepas di atas permukaan tanahdikelompokan sebagai berikut:b 0 = tidak ada: kurang dari 0.01% luas areal.b 1 = sedikit : 0.01%-3% permukaan tanah tertutup.b 2 = sedang : 3%-15% permukaan tanah tertutup.b 3 = banyak : 15%-90% permukaan tanah tertutup.b 4 = sangat banyak: lebih dari 90% permukaan tanahtertutup; tanah sama sekali tidak dapatdigunakan untuk produksi pertanian.4). Batu terungkap (rock)Batuan terungkap merupakan batuan yang tersingkapdi atas permukaan tanah, yang merupakan bagiandari satuan besar yang terbenam di dalam tanah(batuan tertutup).Penyebaran batuan tertutup dikelompokkan sebagaiberikut :b 0 = tidak ada: kurang dari 2% permukaan tanahtertutup.b 1 = sedikit : 2% - 10% permukaan tanah tertutup.b 2 = sedang : 10% - 50% permukaan tanah tertutup.10


3 = banyak : 50% - 90% permukaan tanah tertutup.b4 = sangat banyak : lebih dari 90% permukaantanah tertutup; tanah sama sekali tidak dapatdigarap.b. Ancaman banjir/genanganAncaman banjir atau penggenangan dikelompokkansebagai berikut:o 0 = tidak pernah: dalam periode satu tahun tanahtidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih dari24 jam.o 1 = kadang-kadang: banjir yang menutupi tanah lebihdari 24 jam terjadinya tidak teratur dalam periodekurang dari satu bulan.o 2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanahsecara teratur tertutup banjir untuk jangka waktulebih dari 24 jam.o 3 = selama waktu 2-5 bulan dalam setahun, secarateratur selalu dilanda banjir lamanya lebih dari 24jam.o 4 = selama waktu enam bulan atau lebih tanah selaludilanda banjir secara teratur yang lamanya lebihdari 24 jam.Kriteria klasifikasi untuk masing-masing kelas terterapada Tabel 2.Tabel 2 Klasifikasi Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit PengelolaanFaktorPenghambat/Pembatas1. Tekstur tanah (t)a. lapisan atas (40 cm)b. lapisan bawaht2/t3t2/t3Kelas Kemampuan LahanI II III IV V VI VII VIIIt1/t4t1/t4t1/t4t1/t4( * )( * )( * )( * )( * )( * )( * )( * )t5t52. Lereng Permukaan (%) L0 l1 l2 l3 ( * ) l4 l5 L63. Drainase d0/d1 d2 d3 d4 (**) ( * ) ( * ) ( * )4. Kedalaman efektif kO kO k1 k2 ( * ) K3 ( * ) ( * )5. Keadaan erosi eO e1 e1 e2 ( * ) e3 e4 ( * )6. Kerikil/batuan bO bO bO b1 b2 ( * ) ( *) b37. Banjir o 0 o 1 o 2 o 3 o 4 ( * ) ( * ) ( * )Catatan: (*) : dapat mempunyai sebaran sifat faktor penghambat darikelas yang lebih rendah(**) : permukaan tanah selalu tergenang air11


E. Cara Penentuan Kemampuan LahanPenentuan kemampuan lahan terutama dilakukan untukperencanaan ruang atau alokasi pemanfaatan ruang.Di bawah ini diberikan langkah penentuan kemampuan lahan:1. Siapkan peta sebagai berikut:a. Peta lerengb. Peta tanahc. Peta erosid. Peta drainase/genanganSiapkan peta dengan skala yang sama. Peta yang digunakandapat berskala 1:250.000, 1:100.000, atau 1:50.000.Untuk keperluan analisa dan uji silang dari data kelas dansubkelas, diperlukan juga data/laporan yang memuat sifatsifatbiofisik wilayah, antara lain: tanah, topografi, iklim,hujan, dan genangan/drainase.2. Lakukan tumpang tindih (overlay) peta lereng, peta tanah,peta erosi dan peta drainase/genangan untuk mendapatkanpeta kemampuan lahan sebagaimana tersebut pada gambar4. Tumpang tindih dapat dilakukan dengan menggunakanSistem Informasi Geografi (SIG) maupun secara manual.Peta lerengPeta erosiPeta tanahPeta KemampuanLahanPeta drainaseGambar 4 Diagram Alir Pembuatan Peta Kemampuan LahanDalam Tingkat Kelas12


3. Dari overlay peta, didapat kombinasi keempat parameter diatas, sehingga dapat dilakukan identifikasi kelas lahan.Besarnya hambatan yang ada untuk masing-masingparameter menentukan masuk ke dalam kelas dan subkelasmana lahan tersebut. Dari hasil identifikasi, dapatdideliniasi kelas dan subkelas kemampuan lahan. Sebagaicontoh, lahan yang memiliki lereng datar dan tidakmempunyai hambatan dari paramater lainnya masuk kedalam kelas I. Contoh yang lebih rinci untukmengidentifikasi kelas dan subkelas lahan sebagaimanadijabarkan pada Tabel 3.Tabel 3 Contoh Identifikasi Kelas dan Subkelas LahanNo No Sampel 1Faktor Pembatas Data KodeKemampuanLahan1 Kemiringan Lereng (l) 0-2 % lo I2 Kepekaan Erosi (KE) 0,49 KE5 III3 Tingkat Erosi (e) SR e0 I4 Kedalaman Tanah (k) > 90 cm k0 I5 Tekstur Tanah Atas (t)GeluhBerlempung t2 I6 Tekstur Tanah Bawah (t) Lempung t1 I7 Permeabilitas Tanah (P) Agak lambat P2 I8 Drainase (d) Agak jelek d3 III9 Kerikil/Batu (b) Tanpa b0 I10 Ancaman Banjir (o)Kadangkadango1 II11 Salinitas (g) Bebas g0 IKelasSub KelasPotensi kemampuanlahanIIIIII ke, dTinggiDari contoh tabel 3 dapat disimpulkan, kelas kemampuanlahan masuk dalam kategori Kelas III dengan faktorpenghambat kepekaan erosi (ke) dan drainase (d).4. Apabila peta kemampuan lahan atau peta kemampuantanah sudah ada, akan dapat memudahkan penentuan kelaslahan, karena sudah tidak perlu lagi dilakukan langkahtumpang tindih (overlay) peta. Namun demikian identifikasidan delineasi kelas lahan tetap harus dilakukan.F. Cara Evaluasi Kesesuaian Penggunaan LahanEvaluasi kesesuaian penggunaan lahan dilakukan untuk revisialokasi pemanfaatan ruang saat ini. Evaluasi kesesuaianpenggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan13


penggunaan lahan yang ada dengan hasil analisa kemampuanlahan yang didapat pada huruf D.Cara melakukan evaluasi kesesuaian penggunaan lahan:1. Siapkan peta kemampuan lahan seperti pada huruf D.2. Siapkan peta penggunaan lahan yang berskala sama denganpeta kemampuan lahan pada angka 1.3. Lakukan tumpang tindih (overlay) peta kemampuan lahandengan peta penggunaan lahan (Gambar 4), untukmendapatkan satuan lahan (unit lahan) sepertidiilustrasikan pada Gambar 5 dan Gambar 6.Setiap satuan lahan dapat dideskripsikan sifatnya yangberkaitan dengan faktor penghambat maupun potensinyauntuk dikembangkan pemanfaatan ruangnya danditentukan kesesuaian penggunaannya (contoh pada Tabel 4dan Tabel 5).pemukimanpertanianIIIIIIIVhutanPeta Kemampuan LahanPenggunaan LahanGambar 5 Ilustrasi Peta Kemampuan Lahan dan Penggunaan Lahan14


Kondisi I: Seandainya kelas kemampuan danPenggunaan lahan sebagai berikut:pemukimanpertanianIIIIlk 1IIlIV l 21 2 345 687HutanGambar 6Ilustrasi Tumpang Tindih Peta Kemampuan LahanDan Penggunaan Lahan Untuk Menghasilkan SatuanLahan Contoh Kondisi ITabel 4 Uraian Hasil Evaluasi Lahan untuk Contoh Kondisi ISatuanLahanKelasKemampuanLahanPenggunaanLahanFaktorPenghambatLuas(ha)EvaluasiKesesuaian1 I Permukiman. - 25 Cocok.2 I Pertanian - 75 Cocok.sawah.3 II l 1 PertaniantegalanKemiringanlereng:180 Cocok.jagung/padi. landai.4 III l 2 k 1 Permukiman. Kemiringanlereng: agakmiring.5 III l 2 k 1 Pertaniantegalanjagung/ padi.6 IV l 3 k 2 Pertaniansayuran.Kemiringanlereng: agakmiring.Kemiringanlereng: agakmiring.7 II l 1 Hutan. Kemiringanlereng: agakmiring.8 IV l 3 k 2 Hutan. Kemiringanlereng: agakmiring.20 Cocok.180 Cocok.110 Cocok.20 Cocok.180 Cocok.15


Kondisi II. Seandainya kelas & penggunaanlahannya sbb:pemukimanpertanianVIVIIIVII1 245376HutanGambar 7 Ilustrasi Tumpang Tindih Peta Kemampuan Lahan danPenggunaan Lahan untuk Menghasilkan Satuan Lahan ContohKondisi IITabel 5 Uraian Hasil Evaluasi Lahan Berdasarkan Contoh Kondisi IISatuanLahanKelasKemampuanLahanPenggunaanLahanFaktorPenghambat1 V o 4 d 5 Permukiman. Drainase sangatburuk,genangan terusmenerus.2 V o 4 d 5 Pertanianrawa lebak.Drainase sangatburuk,genangan terusmenerus.3 III k 1 Pertanianjagung/padi.Kedalamantanah sedang4 IV k 2 Pertanian Kedalamanjagung/padi. tanah dangkal.5 VII l 5 Pertanian Kemiringanjagung/padi. lereng curum.6 III k 1 Hutan. Kedalamantanah sedang.7 VII l 5 Hutan. Kemiringanlereng curam.Luas(ha)EvaluasiKesesuaian60 Tidak cocok,perlu diubah.140 Tidak cocok,pertahankansebagai cagaralam.170 Cocok.170 Cocok.30 Tidak cocokperlu diubah.30 Cocok, dapatdiubah menjadilahanpertaniankurang intensif.170 Cocok,pertahankansebagai hutan.16


4. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian, penggunaan lahanyang tidak cocok dengan kemampuannya perludirekomendasikan perubahan penggunaannya, atauditerapkan teknologi sesuai dengan syarat yang diperlukanoleh lahan tersebut, sehingga lahan tidak rusak dan dapatdigunakan secara lestari. Lahan yang penggunaannya cocokdengan kemampuannya tidak perlu diubah penggunaannya.5. Penggunaan lahan hutan yang kelas kemampuannya cocokuntuk pertanian dapat diubah menjadi lahan pertaniantetapi perubahannya harus sesuai dengan ketentuan dalamUndang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.Namun, apabila luas kawasan hutan di daerah tersebuttidak mencapai 30%, penggunaan lahan hutan harusdipertahankan.G. Contoh Peta Lereng, Peta Tingkat Erosi, Peta KemampuanLahan dan Peta Penggunaan LahanBerikut ini merupakan beberapa contoh peta terkait denganpenentuan kemampuan lahan dan evaluasi kesesuaian lahan.17


K A B. K E N D A LK A B. S E M A R A N GK A B. D E M A K92300009225000Tingkat Bahaya ErosiSangat rendahRendahSedangBeratSangat berat435000Tanjung masSemarang utaraKemijenBanjar dowoMuktiharjo lor GenuksariKaligaweKarangroto Kal isariGebang sari GenukRejomulyoKudu SayungMlati baru SawahbesarMlati harjoSemarang timurJetaksariBugangan Muktiharjo kidulKebon agungBangetayu kulonGayamsariRejosariSembungharjoSarirejo SambirejoWringinjajarSiwalan Tlogosari wetanTlogosari kulonBangetayu wetanKarang turiPenggaron lorKarang tempelTlogomulyoPandean lamperKalicariPeterongan GayamsariPendurungan tengahJamusPalebon PedurunganLamper lorSemarang selatanLamper tengah <strong>Kota</strong> Semarang Pedurungan lorLamper kidulPenggaron kidulGemahSendangguwoJomblangCandisariKaranganyarJatingalehKarangrejoTinjomoyoNgesrepTerboyo kulonTambak rejoJangli440000L A U T J A W ATandangTerboyo wetanSambirotoSriwulanTrimul yoPedurungsn kidulKedungmunduSendangmulyoSayungPlamongansari445000PETA TINGKAT BAHAYA EROSIDAS BABON JAWA TENGAHKabupaten DemakBatursariMranggen4500002 0 2 4Km92300009225000TembalangMangunharjoKebonbatur9220000SumurbotoTembalangBulusanMeteseh9220000PedalanganSrondol wetanBanyumanikPadangsariKramasRowosariBanyumanikGedawangJabunganKalikayenBanyumeneng9215000PudakpayungBandarajoSusukanMluwehKawengen9240000420000440000L A U46000092400009215000Kabupaten SemarangUngaranKalirejoKalonganGondoriyo922000092200009210000BejiLeyanan420000440000460000Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000Lembar Ungaran, Jatingaleh, Semarang, Sayung danMranggen Nomer 1408-542, 1408-544, 1409-222, 1409-311,dan 1408-623 Bakosurtanal 2001Hasil analisis data sekunder.9210000435000440000445000450000Legenda :SungaiBatas KabupatenBatas KecamatanBatas DesaBatas DAS BabonJalan PropinsiJalan KabupatenJalan LokalJalan keretaDaya Dukung Lingkungan DAS BABON Jawa TengahKementerian Negara Lingkungan HidupJakarta - Indonesia2006Gambar 9 Contoh peta tingkat bahaya erosi19


H. Penjelasan Sumber DataData yang digunakan dalam penentuan kemampuan lahan danevaluasi kesesuaian lahan bisa didapat dari beberapa sumbersebagai berikut:Tabel 6 Jenis dan Sumber DataJenis DataPeta lereng, petatanah, peta erosi danpeta drainasePeta kemampuanlahanPeta penggunaanlahanSumber DataPusat Provinsi Kabupaten/<strong>Kota</strong>Bakosurtanal atau Puslit Tanah DepartemenPertanianBakosurtanal atau Badan PertanahanNasional (BPN) atau Puslit Tanah DepartemenPertanianLAPAN, Bappeda Provinsi danKabupaten/<strong>Kota</strong>, BakosurtanalIV. METODE PERBANDINGAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHANLAHANDalam Bab IV ini dijelaskan cara mengetahui daya dukung lahanberdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhanlahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah. Dengan metodeini dapat diketahui gambaran umum apakah daya dukung lahansuatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaansurplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat disuatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksihayati di wilayah tersebut, sedangkan keadaan defisitmenunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat sudah tidakdapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayahtersebut.Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahanmasukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruangdan evaluasi pemanfaatan ruang, terkait dengan penyediaanproduk hayati secara berkelanjutan melalui upaya pemanfaatanruang yang menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.A. Pendekatan PenghitunganPenentuan daya dukung lahan dilakukan denganmembandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan sepertidigambarkan dalam diagram di bawah ini.22


Total produksiaktual seluruhkomoditas setempatKetersediaanlahanDaya Dukung LahanKebutuhanlahanPopulasi pendudukKebutuhan lahan perorang yangdiasumsikan setaradengan luas lahanuntuk menghasilkan 1ton setara beras/tahunGambar 12 Diagram Penentuan Daya Dukung LahanKetersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksiaktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah, denganmenjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada diwilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan hargasebagai faktor konversi karena setiap komoditas memilikisatuan yang beragam. Sementara itu, kebutuhan lahandihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak.B. Cara PenghitunganPenghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) LahanRumus:Σ (P i x H i) 1S L =___________ X ____ (1)HbPtv bKeterangan:S L = Ketersediaan lahan (ha)P i = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantungkepada jenis komoditas)Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian,perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.H i = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) ditingkat produsenH b = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsenPtv b= Produktivitas beras (kg/ha)Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakanuntuk menyetarakan produk non beras dengan beras adalahharga.23


Untuk memudahkan penghitungan, dapat digunakan contohtabel berikut ini dalam menghitung total nilai produksi {Σ (P ix H i) }.Tabel 7 Contoh Penghitungan Nilai Produksi TotalNo Komoditas Produksi(Pi)Harga satuan(Hi)Nilai produksi(Pi x Hi)1 Padi dan palawija, antaralain:a. Padi.b. Jagung.2 Buah-buahan, antaralain:a. Mangga.b. Jeruk.3 Sayur mayur, antara lain:a. Bawang merah.b. Bawang putih.4 Tanaman obat-obatanantara lain:a. Jahe.b. Lengkuas.5 Produksi daging, antaralain:a. Sapi.b. Kambing.6 Produksi telur, antaralain:a. Ayam kampung.b. Ayam ras.7 Produksi susu, antaralain:Sapi8 Perikanan9 Perkebunan, antara lain:a. Kelapa.b. Kopi.10 Kehutanan:a. Kayu.b. Non kayu.TOTAL {Σ (Pi x Hi) }2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) LahanRumus:D L = N x KHL L (2)Keterangan:D L = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)N = Jumlah penduduk (orang)KHL L = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhanhidup layak per penduduk:24


a. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhanhidup layak per penduduk merupakankebutuhan hidup layak per penduduk dibagiproduktifitas beras lokal.b. Kebutuhan hidup layak per pendudukdiasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun.c. Daerah yang tidak memiliki data produktivitasberas lokal, dapat menggunaan data rata-rataproduktivitas beras nasional sebesar 2400kg/ha/tahun.3. Penentuan Status Daya Dukung LahanStatus daya dukung lahan diperoleh dari pembandinganantara ketersediaan lahan ( S L ) dan kebutuhan lahan (D L) .Bila S L > D L , daya dukung lahan dinyatakan surplus.Bila S L < D L, daya dukung lahan dinyatakan defisit atauterlampaui.C. Sumber DataData yang digunakan dalam penghitungan perbandingankebutuhan dan ketersediaan lahan berasal dari beberapasumber data, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 8.Tabel 8 Jenis dan Sumber DataJenis DataSumber DataPusat Provinsi Kabupaten/<strong>Kota</strong>Jumlahpenduduk (N)Data hasil susenas atau sensus penduduk BPS dalamBuku Daerah Dalam AngkaProduksipadi/berasDaerah dalamAngka (DDA)(padi/beras)Produksi nonpadi (non padi)BPS Pusat:• Subdit StatistikTanamanPangan• DirektoratStatistikPertanianStatistik sektoral:• Daerah dalamangka• Statistikpertanian• Statistikperkebunan• StatitikperikananUntukKabupaten:• DDAUntuk <strong>Kota</strong>:• Dinas terkait• Data hortikultura di dinaspertanian setempat• Data perkebunan di dinasterkait setempat25


Harga beras(H b)Harga: (H i)• Statistikpeternakan• StatistikkehutananStatistik hargaProdusenStatistik hargaprodusen(secara prinsipmenggunakan dataharga produsen,tergantung padajenis komoditilokal)Statistik harga produsen (harga ditingkat petani atau di lokasisumber komoditas)StatistikhargaprodusenDi kabupaten:- Statistik HargaProdusen di BPSsetempatDi kota:- Statistik dinasterkait lokaljika tidak adadata hargaprodusenwilayah tersebut,bisa digunakanharga produsenwilayah didekatnya, ataubisa didekatidengan hargapedagang besar.V. METODE PERBANDINGAN KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHANAIRMetode ini menunjukan cara penghitungan daya dukung air disuatu wilayah, dengan mempertimbangkan ketersediaan dankebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup diwilayah itu. Dengan metode ini, dapat diketahui secara umumapakah sumber daya air di suatu wilayah dalam keadaan surplusatau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaanair di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisitmenunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhikebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsilingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan.Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahanmasukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruangdan evaluasi pemanfaatan ruang dalam rangka penyediaansumber daya air yang berkelanjutan.A. Pendekatan PenghitunganPenentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkanketersediaan dan kebutuhan air seperti pada gambar 13 dibawah ini.26


Koefisien limpasanuntuk setiap jenispenggunaan lahanLuas setiap jenispenggunaan lahanKetersediaanAirKebutuhanAirPopulasi pendudukKebutuhan air perorang berdasarkanpola konsumsiDaya Dukung AirGambar 13 Diagram Penentuan Daya Dukung AirKetersediaan air ditentukan dengan menggunakan metodekoefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahanserta data curah hujan tahunan. Sementara itu, kebutuhan airdihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak.B. Cara PenghitunganPenghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) AirPerhitungan dengan menggunakan Metode KoefisienLimpasan yang dimodifikasi dari metode rasional.Rumus:C = ∑ (c i x A i) / ∑A i (3)R = ∑ R i / m (4)S A = 10 x C x R x A (5)Keterangan:S A = ketersediaan air (m3/tahun)C = koefisien limpasan tertimbangC i = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau DaerahDalam Angka, atau dari data Badan PertanahanNasional (BPN)R = rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah(mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau dinasterkait setempat.R i = curah hujan tahunan pada stasiun im = jumlah stasiun pengamatan curah hujanA = luas wilayah (ha)10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m 327


Tabel 9 Koefisien LimpasanNo. Deskripsi permukaan C i1. <strong>Kota</strong>, jalan aspal, atap genteng 0,7 – 0,92. Kawasan industri 0,5 – 0,93. Pemukiman multi unit, pertokoan 0,6 – 0,74. Kompleks perumahan 0,4 – 0,65. Villa 0,3 – 0,56. Taman, pemakaman 0,1 – 0,37.8.Pekarangan tanah berat:a. > 7 %b. 2 – 7%c. < 2%Pekarangan tanah ringan:a. > 7 %b. 2 – 7%c. < 2%0,25 – 0,350,18 – 0,220,13 – 0,170,15 – 0,20,10 - 0,150,05 – 0,109. Lahan berat 0,4010. Padang rumput 0,3511. Lahan budidaya pertanian 0,3012. Hutan produksi 0,18Untuk memudahkan, penghitungan koefisien limpasantertimbang dapat menggunakan tabel 10 di bawah ini.Tabel 10 Contoh Penghitungan Koefisien LimpasanTertimbangKoefisien Luas (C i XA i)No. Deskripsi permukaan Limpasan(C i)Lahan(A i)1.<strong>Kota</strong>, jalan aspal, atapgenteng0,7 – 0,92. Kawasan industri 0,5 – 0,93.Permukiman multi unit,pertokoan0,6 – 0,74. Kompleks perumahan 0,4 – 0,65. Villa 0,3 – 0,56. Taman, pemakaman 0,1 – 0,37.8.Pekarangan tanah berat:a. > 7 %b. 2 – 7%c. < 2%Pekarangan tanah ringan:a. > 7 %b. 2 – 7%c. < 2%0,25 – 0,350,18 – 0,220,13 – 0,170,15 – 0,20,10 - 0,150,05 - 0,109. Lahan berat 0,4010. Padang rumput 0,3511. Lahan budidaya pertanian 0,3012. Hutan produksi 0,18C (koefisien limpasantertimbang)Σ(A i) Σ(C i XA i)Σ(C i XA i) /Σ(A i)28


2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) AirRumus:D A = N x KHL A (6)Keterangan:D A = Total kebutuhan air (m 3 /tahun)N = Jumlah penduduk (orang)KHL A = Kebutuhan air untuk hidup layak= 1600 m3 air/kapita/tahun,= 2 x 800 m 3 air/kapita/tahun, dimana:800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhanair untuk keperluan domestik dan untukmenghasilkan pangan (lihat Tabel 11 totalkebutuhan air dan Tabel 12 tentang “Air Virtual”(kebutuhan air untuk menghasilkan satu satuanproduk) di bawah ini.2.0 merupakan faktor koreksi untukmemperhitungkan kebutuhan hidup layak yangmencakup kebutuhan pangan, domestik danlainnya.Catatan: Kriteria WHO untuk kebutuhan air total sebesar1000–2000 m 3 /orang/tahunTabel 11 Total Kebutuhan AirKonsumsiJumlahKebutuhan SetaraAirBeras 120 kg/th 324.00 m 3 /thAir minum dan rumahtangga 120 l/ h 43.20 m 3 /thTelor1 kg berisi 16 telor;1 butir/hari 105.75 m 3 /thBuah1kg jeruk = 5 buah;1/5 kg tiap 3 hari 3.84 m 3 /thDaging 1/10 kg/5hari 20.16 m 3 /thSalad5.40 m 3 /thKedelai276.00 m 3 /thTotal778.35 m 3 /th29


Tabel 12 Air Virtual (kebutuhan air untuk menghasilkansatu satuan produk)ProdukKebutuhan air1 kg padi 2700-4000 liter1 kg daging sapi 2900-16000 liter1 kg daging unggas(ayam) 2800 liter1 kg telor 4700 liter1 kg kentang 160 liter1 kg kedelai 2300 liter1 kg gandum 1200 liter1 bongkah roti 170 liter1 kaleng soda 90 literAir minum dan RT120 liter/hari/kapita3. Penentuan Status Daya Dukung AirStatus daya dukung air diperoleh dari pembandingan antaraketersediaan air (S A) dan kebutuhan air (D A).Bila S A > D A , daya dukung air dinyatakan surplus.Bila S A < D A , daya dukung air dinyatakan defisit atauterlampaui.C. Sumber DataData yang digunakan dalam penghitungan perbandingankebutuhan dan ketersediaan air berasal dari beberapa sumberdata, yang dijelaskan pada Tabel 13 berikut ini.Tabel 13 Jenis dan Sumber DataJenis DataJumlahPenduduk (N)Curah hujan (R)Luas wilayah (A)Luas guna lahanSumber DataPusat Provinsi Kabupaten/<strong>Kota</strong>Data Hasil Susenas atau Sensus Penduduk BPS dalamBuku Daerah Dalam AngkaStatistikDDADDA atau DinasIndonesiaBMKG setempat,bila tidak ada dataBMKG, data dapatdiperoleh daridinas terkait lokalseperti DinasPertanian ataudinas lainnyaBPSa. DDA30


(A i) b. Buku Statistik Luas Guna Lahanc. Data BPNd. Data RTRW Bappeda Provinsi/Kabupaten/<strong>Kota</strong>Salinan sesuai dengan aslinyaDeputi V MENLH BidangPenaatan Lingkungan,ttdIlyas AsaadMENTERI NEGARALINGKUNGAN HIDUP,ttdRACHMAT WITOELAR31

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!