07.12.2012 Views

PERHITUNGAN PEMAKAI ENERGI LISTRIK UNTUK - Batan

PERHITUNGAN PEMAKAI ENERGI LISTRIK UNTUK - Batan

PERHITUNGAN PEMAKAI ENERGI LISTRIK UNTUK - Batan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

DIAGNOSIS KONDISI KOMPONEN PANEL BHA/BHB/BHC SISTEM KE<strong>LISTRIK</strong>AN<br />

RSG-GAS MENGGUNAKAN INFRARED THERMOGRAPHY<br />

Oleh :<br />

Teguh Sulistyo *) , Roziq Himawan **) , Ari Satmoko **) , Kiswanto *)<br />

Pusat Reaktor Serba Guna <strong>Batan</strong> Serpong Kawasan Puspiptek Serpong *)<br />

Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir <strong>Batan</strong> Serpong Kawasan Puspiptek Serpong**)<br />

ABSTRAK<br />

DIAGNOSIS KERUSAKAN KOMPONEN PANEL BHA/BHB/BHC SISTEM KE<strong>LISTRIK</strong>AN<br />

RSG-GAS MENGGUNAKAN INFRARED THERMOGRAPHY. Untuk menunjang keselamatan operasi<br />

Reaktor Serba Guna GA. Siwabessy (RSG-GAS), telah dilakukan diagnosis kondisi komponen panel<br />

BHA/BHB/BHC sistem kelistrikan gedung RSG-GAS dengan menggunakan infrared thermography tipe<br />

Thermo Tracer TH9100PM VI/PW VI. Hasil diagnosis menunjukkan bahwa konektor, kabel, fuse dan MCB<br />

panel BHA/BHB/BHC telah mengalami degradasi penuaan dengan kecepatan yang beragam sehingga<br />

dikhawatirkan dapat menimbulkan efek degradasi fungsi dan atau kegagalan sistem.<br />

Kata Kunci : Penuaan komponen, sistem kelistrikan, infrared thermography<br />

ABSTRACT<br />

COMPONENTS CONDITION DIAGNOSIS OF BHA/BHB/BHC PANEL OF RSG-GAS ELECTRICAL<br />

SYSTEM BY USING INFRARED THERMOGRAPHY. To support the safety of RSG-GAS operation, the<br />

diagnosis of the condition of BHA/BHB/BHC panel components of RSG-GAS electrical system has been<br />

done.The diagnosis was performed using infrared thermography type Thermo Tracer TH9100PM VI/PW VI.<br />

The results showed that some connectors, cable, fuse, and MCB of BHA/BHB/BHC panel are under degradation<br />

with various rates which could cause system malfunction or failure.<br />

Keywords: components ageing, electrical system, infrared thermography<br />

I. PENDAHULUAN<br />

Penyedia daya listrik gedung RSG-GAS<br />

diperoleh dari tiga jenis sumber berbeda yaitu catu<br />

daya utama PLN, Pembangkit Listrik Tenaga Disel<br />

(genset) dan Baterai. Catu daya utama PLN dipasok<br />

dari Gardu Induk Serpong melalui kabel bawah<br />

tanah pada tegangan menengah 20 kV dan tiga unit<br />

transformator penurun tegangan 20 kV/400 V<br />

BHT01, BH02 dan BHT03 dengan kapasitas<br />

masing-masing 1600 kVA. Fungsi panel<br />

BHA/BHB/BHC yang dilengkapi dengan<br />

komponen-komponen sistem proteksi seperti CB,<br />

MCB dan fuse adalah mendistribusikan daya listrik<br />

yang dipasok dari catu daya utama PLN melalui<br />

dua busbar utama yaitu busbar utama I (BHA,<br />

BHB, BHC) dan busbar utama II (BHD, BHE,<br />

BHF), yang dibagi dalam tiga kelompok beban<br />

yaitu kelompok A pada Train A dipasok oleh<br />

BHT01, kelompok B pada Train B dipasok oleh<br />

BHT02 dan kelompok C pada Train C dipasok oleh<br />

BHT03, sedangkan apabila catu daya utama<br />

mengalami gangguan sehingga tidak dapat<br />

memasok daya listrik maka genset akan<br />

membangkitkan daya listrik dan<br />

12<br />

mendistribusikannya melalui busbar darurat (BNA,<br />

BNB, BNC). [1]<br />

Menurut hipotesa penulis, kegagalan fungsi<br />

Komponen, Struktur dan Sistem (KSS) yang<br />

terdapat pada masing-masing panel tersebut, akan<br />

terjadi sejalan dengan umur pemakaian RSG-GAS<br />

dengan kecepatan yang beragam, walaupun KSS<br />

dirancang dan dikonstruksi dengan menggunakan<br />

komponen-komponen yang telah memenuhi standar<br />

instalasi nuklir serta kriteria keselamatan tinggi.<br />

Salah satu faktor penyebabnya adalah pengaruh<br />

kondisi lingkungan. Proses penuaan ini akan<br />

menimbulkan degradasi KSS dan efek<br />

penurunannya berdampak pada degradasi fungsi<br />

atau kegagalan sistem.<br />

Tujuan penelitian ini adalah untuk<br />

memahami mekanisme degradasi KSS dengan cara<br />

melakukan pengujian KSS panel busbar utama I<br />

BHA/BHB/BHC menggunakan infrared<br />

thermography tipe Thermo Tracer TH9100 PM<br />

VI/PW VI dan hasilnya digunakan sebagai bahan<br />

referensi dalam melaksanakan kegiatan preventive<br />

dan predictive maintenance pada sistem kelistrikan<br />

gedung RSG-GAS.<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007


II. TEORI DASAR<br />

2.1 Metoda Non Destructive Testing Non-<br />

Contact Infrared (NDT NC-IR)<br />

Teknologi infrared thermography merupakan<br />

salah satu peralatan teknologi Non Destructive<br />

Testing Non-Contact yang dapat digunakan untuk<br />

kegiatan preventive maintenance, predictive<br />

maintenance, quality control, safety control, testing<br />

& commissioning atau NDT of materials evaluation<br />

dan memungkinkan pengukuran temperatur dari<br />

jarak tertentu tanpa menyentuh obyek yang diukur<br />

secara scaning serta mendeteksi perubahan<br />

temperatur hingga 0,1<br />

o C, sehingga mampu<br />

mengkondisikan material komponen yang<br />

mengalami perubahan. Dengan demikian metoda<br />

ini sangat efisien dan efektif untuk kegiatan<br />

inspeksi pada komponen, peralatan maupun<br />

instalasi listrik yang sedang beroperasi pada sistem<br />

kelistrikan gedung RSG-GAS, sehingga dapat<br />

diketahui kerusakannya secara dini. Prinsip kerja<br />

teknologi ini adalah dengan mengukur pancaran<br />

energi panas suatu bahan atau komponen kemudian<br />

mengkonversikannya menjadi suatu peta<br />

temperatur bahan atau komponen tersebut. Dengan<br />

mengetahui perbedaan peta temperatur dari bahan<br />

atau komponen yang diuji secara dini, akurat dan<br />

cepat maka dapat diketahui kondisi penyimpangan<br />

yang terjadi pada KSS panel Busbar Utama I<br />

BHA/BHB/BHC sistem kelistrikan gedung RSG-<br />

GAS.<br />

2.2 Pengukuran Dengan Metoda Non<br />

Destructive Testing Non-Contact<br />

Berdasarkan ilmu fisika, semua materi/benda<br />

yang mempunyai suhu di atas nol absolute (0 K<br />

atau -273 o C) memancarkan sinar radiasi, sehingga<br />

metoda infrared thermography dengan<br />

kemampuannya untuk mendeteksi perubahan<br />

temperatur hingga 0,1 o C akan lebih efisien dan<br />

efektif dalam mendeteksi dan melokalisasi daerah<br />

cacat dengan cara melihat langsung peta temperatur<br />

(temperature image) yang diperoleh.<br />

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam<br />

melaksanakan pengukuran dengan menggunakan<br />

metoda infrared thermography antara lain: [2]<br />

1. Obyek permukaan sebagai target<br />

2. Media transmisi antara obyek target<br />

dengan instrumen<br />

3. Instrumen<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

2.2.1 Obyek permukaan sebagai target<br />

Obyek permukaan sebagai target kondisinya<br />

harus langsung terlihat secara visual dan<br />

mempunyai pancaran radiasi pada range 0,75 µm<br />

sampai dengan 100 µm. Hal ini sesuai dengan<br />

spektrum pancaran radiasi infrared, tetapi dalam<br />

pelaksanaannya obyek atau target yang sering<br />

ditemukan berada pada range 0,75 µm sampai<br />

dengan 20 µm. Permukaan obyek yang dapat<br />

diperiksa dengan menggunakan metoda infrared ini<br />

dapat berbentuk single layer atau multi layer,<br />

namun pada prinsipnya permukaan yang diperiksa<br />

tetap secara langsung terlihat, hanya dalam<br />

pengolahan data pada mekanisme perpindahan<br />

panas menggunakan pendekatan kondisi multi<br />

layer. Dalam pengolahan datanya, metoda yang<br />

digunakan dapat berbentuk single layer maupun<br />

multi layer, sebagai berikut: [2]<br />

Kondisi single layer<br />

Berdasarkan pendekatan hukum Fourier’s, [2]<br />

jumlah panas yang dirambatkan melalui dinding<br />

permukaan material pada kondisi single layer dapat<br />

dihitung dengan persamaan:<br />

q ⎧⎛<br />

dt ⎞⎫<br />

= - k ⎨⎜<br />

⎟⎬<br />

A ⎩⎝<br />

dx ⎠⎭<br />

⎪⎧<br />

⎛<br />

= k ⎨<br />

⎪⎩<br />

⎜<br />

⎝<br />

⎧⎛<br />

= k ⎨ ⎜<br />

⎩⎝<br />

( T1<br />

- T2<br />

)<br />

( X - X )<br />

2<br />

1<br />

( )<br />

( ) ⎭ ⎬⎫<br />

T1<br />

- T2<br />

⎞<br />

⎟<br />

∆X<br />

dengan:<br />

q/A = aliran panas per area<br />

T1 = temperatur dalam<br />

T2 = temperatur luar<br />

∆X = tebal dinding<br />

k = konduktivitas termal<br />

X<br />

X<br />

⎞⎪⎫<br />

⎟<br />

⎟⎬<br />

..........................(1)<br />

⎠⎪⎭<br />

⎠<br />

T<br />

k<br />

∆X<br />

q/<br />

T<br />

Gambar 1. Prinsip single layer [2]<br />

13


Kondisi multi layer<br />

Jumlah panas yang dirambatkan melalui<br />

dinding permukaan material pada kondisi multi<br />

layer, berdasarkan pendekatan hukum Fourier’s, [2]<br />

dihitung dengan persamaan:<br />

q<br />

A<br />

( T − T ) + ( T − T )<br />

1 2 3 4<br />

= ........... (2)<br />

⎪⎧<br />

⎛ ∆X12<br />

⎞ ⎛ ∆X<br />

23 ⎞ ⎛ ∆X<br />

34 ⎞⎪⎫<br />

⎨ ⎜ ⎟ + ⎜ ⎟⎬<br />

⎪⎩<br />

⎜<br />

k ⎟ +<br />

⎜<br />

12 k ⎟ ⎜<br />

23 k ⎟<br />

⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ 34 ⎠⎪⎭<br />

dengan:<br />

q/A = aliran panas per area<br />

T1 = temperatur dalam<br />

T2 = temperatur luar pada lapisan pertama<br />

T3 = temperatur luar pada lapisan ke dua<br />

T4 = temperatur luar<br />

∆X12 = ketebalan dinding material<br />

∆X23 = ketebalan dinding isolasi bagian dalam<br />

∆X34 = ketebalan dinding isolasi bagian luar<br />

k12 = konduktivitas panas untuk X12<br />

k23 = konduktivitas panas untuk X23<br />

k34 = konduktivitas panas untuk X34<br />

2.2.2 Media transmisi antara obyek target<br />

dengan instrumen<br />

Media transmisi antara obyek yang akan<br />

diperiksa dengan instrumen yang digunakan adalah<br />

bukan media yang vacum atau loss energy, jadi<br />

merupakan media normal bisa dingin ataupun<br />

panas, namun ada beberapa hal yang harus<br />

diperhatikan pada media transmisi tersebut, yaitu<br />

perihal kondisi waktu. Sebagai contoh pengambilan<br />

gambar temperatur pada tengah hari dengan kondisi<br />

14<br />

T1 T<br />

1 2 3 4<br />

k12 k23 k34<br />

T<br />

∆X ∆X ∆X3<br />

A B<br />

TA<br />

TB<br />

Gambar 2. Prinsip multi layer [2]<br />

q/<br />

L<br />

T<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

pancaran matahari cukup kuat adalah tidak baik, hal<br />

ini akibat refleksi pancaran sinar matahari cukup<br />

tinggi sehingga memberikan gambar temperatur<br />

yang lain. Oleh karena itu, pemeriksaan pada<br />

malam hari merupakan waktu pelaksanaan yang<br />

paling tepat.<br />

Pelaksanaan pemeriksaan dengan metoda<br />

infrared untuk siang hari (pagi atau sore) dan<br />

malam hari juga perlu memperhatikan kondisi<br />

kecepatan angin, dimana kecepatan angin akan<br />

memberikan perubahan pancaran radiasi dari<br />

permukaan obyek, sehingga sangat mempengaruhi<br />

hasil evaluasi terutama jika berhadapan dengan<br />

obyek elektrikal. Menurut Herbet Kaplan, [2] untuk<br />

lingkungan di luar ruangan, kecepatan angin sangat<br />

mempengaruhi kondisi obyek yang diperiksa<br />

(kecepatan angin ≥ 9 m/s atau setara dengan 18<br />

knot) penggunaan metoda infrared sudah tidak<br />

layak digunakan, dengan demikian temperatur<br />

sebenarnya (TS) dapat dihitung dengan<br />

persamaan: [2]<br />

T x FK<br />

T(sebenarny a) = rise (kecepatan angin) ......(3)<br />

Tabel 1. Faktor Koreksi terhadap kecepatan angin [2]<br />

Kecepatan Angin<br />

Faktor Koreksi<br />

(m/s)<br />

< 1 1.00<br />

2 1.36<br />

3 1.64<br />

4 1.86<br />

5 2.06<br />

6 2.23<br />

7 2.40<br />

8 2.54<br />

≥ 9 Tidak direkomendasikan<br />

III. TATA KERJA<br />

Sebelum melakukan kegiatan diagnosis<br />

penuaan panel busbar utama I BHA/BHB/BHC,<br />

dilakukan pemasangan komponen-komponen NDT<br />

Non-Contact IR yang terdiri atas lensa, filter,<br />

viewfinder, memory card, baterai, dan lain<br />

sebagainya, kemudian men-setting MRT (minimum<br />

resolvable temperature) atau MRTD (minimum<br />

resolvable temperature deference), dan IFOV<br />

(instantaneous filed of view) yang meliputi MTF<br />

(modulus transfer method) dan SRM (slit response<br />

method) berupa speed of response, frame repetition<br />

rate, temperatur ambient, humidity, emissivity<br />

permukaan obyek, dan kecepatan angin.<br />

Setelah dilakukan pemasangan dan setting<br />

variable-variabel tersebut, langkah selanjutnya<br />

adalah identifikasi permukaan obyek dan<br />

melakukan scan permukaan obyek dengan kamera<br />

infrared. Pada saat melaksanakan scan, perhatikan<br />

fokus kamera, intensitas matahari (jika dilakukan<br />

pada siang hari). Permukaan obyek yang<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007


mengalami anomali diberi identifikasi dan dicatat<br />

sebagai data thermal image dan visual image. Datadata<br />

yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa dan<br />

dievaluasi dengan menggunakan program<br />

thermogram. Ilustrasi pemeriksaan dengan metoda<br />

infrared thermography seperti ditunjukkan pada<br />

Gambar 4.<br />

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Prinsip kerja infrared thermography tipe<br />

Thermo Tracer TH9100PM VI/PW VI pada<br />

hakekatnya adalah mendeteksi dan mengukur<br />

gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh<br />

material dan di-scan melalui lensa dan filter khusus<br />

yang dideteksi menjadi thermal image (peta<br />

temperatur gradien) yang kemudian dapat dilihat<br />

pada monitor atau viewfinder dan langsung direkam<br />

sekaligus diukur temperaturnya. Hasil pemeriksaan<br />

dengan menggunakan infrared thermography ini<br />

berupa gradien thermal image, dan prediksi<br />

terjadinya kegagalan material akibat panas berlebih<br />

(overheating) pada lokasi materi yang diukur. Hasil<br />

pemeriksaan KSS panel Busbar Utama I<br />

BHA/BHB/BHC sistem kelistrikan gedung RSG-<br />

GAS seperti ditunjukkan pada Gambar 4 sampai<br />

dengan Gambar 12.<br />

Hasil scanning pada Gambar 4 menunjukkan<br />

timbulnya overheating pada konektor fuse dan<br />

MCB yang besarnya antara 45 o C sampai dengan<br />

50 o C, sehingga bagian tersebut perlu dilakukan<br />

pengecekan, pengencangan atau penggantian<br />

terhadap konektor kabelnya.<br />

Hasil scanning pada Gambar 5 dan Gambar<br />

6 tidak terdapat overheating berlebih pada CB<br />

walaupun suhu yang terukur besarnya antara 32 o C<br />

Fluida<br />

temperatur kamar<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

sampai dengan 40 o C, sehingga bagian tersebut<br />

dapat dikatakan dalam kondisi normal namun<br />

demikian perlu dilakukan pengecekan,<br />

pengencangan atau penggantian terhadap konektor<br />

kabelnya.<br />

Hasil scanning pada Gambar 7 dan Gambar<br />

8 terdapat overheating pada fuse bagian tengah<br />

yang besarnya antara 95 o C sampai dengan 100 o C,<br />

sehingga bagian tersebut perlu segera dilakukan<br />

pengecekan dan pengencangan pada bagian<br />

konektornya atau penggantian fuse. Fuse pada<br />

panel BHB ini harus mendapat perhatian karena<br />

jika panasnya terus berlanjut dapat merusak bagianbagian<br />

fuse dan panel tersebut.<br />

Hasil scanning pada Gambar 9, overheating<br />

pada fuse sebelah kanan dan tengah mencapai suhu<br />

60 o C sampai dengan 70 o C. Fuse panel BHB ini<br />

harus mendapat perhatian jika panasnya terus<br />

berlanjut dapat merusak fuse dan panel tersebut,<br />

sedangkan pada Gambar 10, overheating pada<br />

kabel fuse sebelah kanan mencapai suhu 90 o C<br />

sampai 100 o C, sehingga bagian tersebut perlu<br />

dilakukan pengecekan dan penggantian kabel<br />

konektor.<br />

Hasil scanning pada Gambar 11 terdapat<br />

overheating pada kabel fuse dimana suhunya antara<br />

75 °C sampai dengan 80 °C. Kabel fuse pada panel<br />

BHC ini harus mendapat perhatian karena jika<br />

panasnya terus berlanjut dapat merusak bagianbagian<br />

fuse dan panel tersebut, sedangkan pada<br />

Gambar 12 terdapat overheating pada fuse sebelah<br />

kanan yang suhunya antara 65 °C sampai dengan<br />

70 °C, sehingga bagian tersebut perlu segera<br />

dilakukan pengecekan atau penggantian kabel<br />

konektor.<br />

Panas infra merah<br />

Gambar 3. Ilustrasi pemeriksaan dengan infrared thermography<br />

Dinding target<br />

Gambar 3. Ilustrasi pemeriksaan dengan infrared thermography<br />

Media<br />

Instrumen<br />

15


Objek : Panel Busbar Utama I BHA<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : Tembaga<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo Tracer<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Objek : Sistem Kontrol<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : Tembaga<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Gambar 4. Hasil analisis KSS panel Busbar Utama I BHA<br />

Camera Thermo Tracer<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

16<br />

Gambar 5. Hasil analisis KSS panel Sistem Kontrol Busbar Utama I BH<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007


Objek : Busbar BHA<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : Plat Tembaga<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind<br />

Velocity<br />

: 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo Tracer<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Objek : Fuse panel BHB<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind<br />

Velocity<br />

: 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo Tracer<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007<br />

Gambar 6. Hasil analisis KSS Busbar Utama I BHA<br />

Gambar 7. Hasil analisis KSS panel Busbar Utama I BHB<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

17


18<br />

Objek : Fuse panel BHB<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Tracer<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Objek : Fuse panel BHB<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Tracer<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Gambar 8. Hasil analisis KSS panel BHB<br />

Gambar 9. Hasil analisis KSS panel BHB<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007


Objek : Kabel fuse panel BHC<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind<br />

Velocity<br />

: 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Tracer<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Objek : Kabel fuse panel BHC<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo Tracer<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007<br />

Gambar 10. Hasil analisis KSS busbar panel BHC<br />

Gambar 11. Hasil analisis KSS panel BHC<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

19


Objek : Fuse panel BHB<br />

Lokasi : Ruang 501<br />

Section : -<br />

Material : -<br />

Background<br />

Temp.<br />

: 25 oC Reference<br />

Temp.<br />

: 39,7 oC Hummidity : 80 % RH<br />

Wind Velocity : 0 ... 3 m/s<br />

Distance : 1,0 ... m<br />

Emisivity : 0,90<br />

IR Image :<br />

Camera Thermo<br />

TH9100PMVI/PWVI<br />

Tracer<br />

Date : 5 Maret 2007<br />

Hasil scanning pada Gambar 11 terdapat<br />

overheating pada kabel fuse dimana suhunya antara<br />

75 °C sampai dengan 80 °C. Kabel fuse pada panel<br />

BHC ini harus mendapat perhatian karena jika<br />

panasnya terus berlanjut dapat merusak bagianbagian<br />

fuse dan panel tersebut, sedangkan pada<br />

Gambar 12 terdapat overheating pada fuse sebelah<br />

kanan yang suhunya antara 65 °C sampai dengan<br />

70 °C, sehingga bagian tersebut perlu segera<br />

dilakukan pengecekan atau penggantian kabel<br />

konektor.<br />

V. KESIMPULAN<br />

Hasil pemeriksaan KSS sistem kelistrikan<br />

gedung RSG-GAS pada panel Busbar Utama I<br />

BHA/BHB/BHC dengan menggunakan infrared<br />

thermography tipe Thermo Tracer TH9100PM<br />

VI/PW VI menunjukkan bahwa beberapa komponen<br />

panel BHA/BHB/BHC mengalami overheating<br />

seperti terlihat pada temperature image yang<br />

diperoleh. Kondisi tersebut harus segera<br />

ditindaklanjuti dalam bentuk pengecekan,<br />

pengencangan dan penggantian agar resiko yang<br />

lebih buruk seperti resiko kebakaran dapat<br />

dihindari.<br />

20<br />

Gambar 12. Hasil analisis KSS panel BHC<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Sigma Epsilon ISSN 0853-9103<br />

1. Interatom, GmBH, Electrical Safety<br />

Analysis Report of MPR-30<br />

2. TO’AT NUR SALAM, Infrared<br />

Thermography Non Destructive<br />

Testing Non Contact, Diklat NDT<br />

<strong>Batan</strong> Jakarta, Juli 2004<br />

3. ARNOLD, In: Nondestructive<br />

Inspection and Quality Control, edited<br />

by Howard E.Boyer, (1976) 105-156<br />

4. M. DHANDANG P., dkk, Dokumen<br />

Manajemen Penuaan RSG-GAS,<br />

P2TRR <strong>Batan</strong>, 2003<br />

5. R. HIMAWAN, Diagnosis Penuaan<br />

Komponen PLTN, SIGMA EPSILON<br />

Buletin Ilmiah Teknologi Keselamatan<br />

Nuklir, Vol. 8 No. 3 Agustus 2004<br />

6. M. DHANDANG P, Pendekatan<br />

Untuk Manajemen Penuaan RSG-<br />

GAS, SIGMA EPSILON Buletin<br />

Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir,<br />

Vol. 8 No. 3 Agustus 2004<br />

Vol. 11 No. 2 Mei 2007

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!