Sriwijaya Agustus 2016 low
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
32<br />
DISCOVER - CITY<br />
POSO<br />
Teks & Foto: DIAN TRIASARI<br />
BERADA DI PADANG SEPE, LEMBAH BADA, DESA KOLORI,<br />
KECAMATAN LORE BARAT, KABUPATEN POSO, SULAWESI TENGAH, KITA AKAN DIAJAK<br />
MELIHAT SEBUAH KEAJAIBAN ALAM BERUPA PATUNG MEGALITIKUM.<br />
pATUNG ITU bernama Patung Palindo, dengan<br />
tinggi sekitar empat meter. Patung ini dipercaya<br />
menjadi kekuatan dari penduduk Desa Kolori dan<br />
merupakan peninggalan nenek moyang mereka. Menurut<br />
beberapa sumber, keberadaan patung-patung megalitukum<br />
di Padang Sepe diperkirakan telah berumur sekitar 3000SM-<br />
1300SM dan Patung Palindo merupakan yang terbesar,<br />
mempunyai arti sang penghibur tidak bermulut. Senyum<br />
pada patung bukan karena ada mulutnya tapi karena<br />
hidungnya yang maju sehingga membuat bayangan senyum<br />
dibawah hidungnya.<br />
Patung ini menghadap ke utara, yang berarti arah datangnya<br />
nenek moyang Suku Bada, sedangkan posisinya yang agak<br />
miring dipercaya pada masa lalu akibat serangan orang-orang<br />
Toraja yang ingin memindahkan patung. Mereka menganggap<br />
Patung Palindo merupakan sumber kekuatan orang Bada, lalu<br />
berusaha memutar patung tapi tidak berhasil.<br />
Ketika berada di Padang Sepe, kita akan terbawa suasana<br />
seperti sedang memasuki mesin waktu di jaman batu. Lokasi<br />
Patung Palindo di tengah padang rumput nan hijau menjadi<br />
pesona alam yang ada membuat siapapun akan senang<br />
berlama-lama di sini. Berdasarkan informasi sejarah, agama<br />
masyarakat Suku Bada dimasa lalu yaitu menganut aliran<br />
kepercayaan animisme. Sehingga keberadaan Patung Palindo<br />
dianggapnya sebagai Raja Dewa yang disembah, dengan<br />
melakukan berbagai upacara adat yang dipersembahkan<br />
untuk dewa-dewa yang mereka percaya.<br />
TIPS<br />
Padang Sepe juga menjadi lokasi beberapa bangunan rumah<br />
adat Suku Bada yang sengaja dibangun oleh penduduk<br />
setempat untuk mendukung informasi bagi wisatawan yang<br />
datang. Rumah adat ini terbuat dari pondasi tiang kayu bonati,<br />
berdinding bambu dan beratapkan ijuk yang diatasnya diberi<br />
ukiran kepala dan kepala kerbau. Rumah tradisional ini<br />
bernama Tambi, yang desainnya diambil dari warisan nenek<br />
moyang Suku Bada yang mendiami Lembah Bada. Bangunan<br />
ini sudah jarang ditemukan, karena masyarakatnya sudah<br />
mendirikan rumah modern dan bisa kita jumpai di Padang<br />
Sepe, Lembah Bada, dimana terdapatnya Patung Palindo.<br />
EDISI 66 | AGUSTUS <strong>2016</strong> |