11.12.2012 Views

Majalah CARE, Edisi Februari 2010 - Al-Azhar Peduli

Majalah CARE, Edisi Februari 2010 - Al-Azhar Peduli

Majalah CARE, Edisi Februari 2010 - Al-Azhar Peduli

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Inspiring<br />

Oleh:<br />

Abdurahman Gayo<br />

Wakil Direktur<br />

LAZ <strong>Al</strong>-<strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> Ummat<br />

Obat<br />

Hati yang<br />

Gersang<br />

Abu Hurairah ra bercerita, seseorang<br />

melaporkan kepada Rasulullah saw,<br />

tentang kegersangan qalbu yang<br />

dialaminya. Nabi, menegaskan, “Bila engkau<br />

mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah<br />

orang-orang miskin dan cintai anak yatim.”<br />

(H.R. Ahmad). Saya mengutip hadits ini,<br />

ingat akan kegelisahan hidup seorang<br />

teman. Perasaan serba kurang, padahal ia<br />

telah berada dalam standar hidup cukup<br />

mampu. Memiliki rumah ukuran besar dan<br />

satu mobil. Lantas, mengapa ia masih juga<br />

gelisah?<br />

Saya menyarankan dia untuk<br />

menaikan zakat, infak, sedekah, dan<br />

kepedulian lainnya yang dilandasi tujuan<br />

membahagiakan fakir, miskin, dan yatim<br />

sebagai ekspresi dari jiwa syukur atas<br />

anugerah kenikmatan <strong>Al</strong>lah. Syukur adalah<br />

aktivitas yang lahir dari keyakinan, bahwa<br />

harta yang dimilikinya, titipan <strong>Al</strong>lah yang<br />

harus dipergunakan secara proporsional<br />

sesuai yang dikehendaki-Nya.<br />

Konon Nabi Ibrahimm as, tidak bersedia<br />

makan kecuali jika ada beberapa tamu yang<br />

ikut serta makan bersama di mejanya. Suatu<br />

ketika terjadi, tidak seorang tamu pun yang<br />

datang ke rumahnya, padahal ia sudah<br />

merasa lapar. Ibrahim pun pergi keluar,<br />

untuk mencari seseorang yang bersedia<br />

diajak makan bersamanya. Akhirnya di<br />

tepi hutan, ia bertemu seorang yang telah<br />

berusia lanjut.<br />

Ibrahim pun mengundangnya untuk<br />

makan. Di tengah perjalan, Ibrahim as<br />

bertanya kepada lelaki tua itu mengenai<br />

agama yang dianutnya. Si lelaki tua itu pun<br />

menjawab, bahwa ia seorang yang tidak<br />

beragama (atheist). Mendengar hal ini<br />

Ibrahim menjadi marah dan membatalkan<br />

undangan makannya kepada si lelaki tua.<br />

Namun, tak lama setelah itu Ibrahim as<br />

mendengar suara dari atas, ”Wahai Ibrahim,<br />

Kami bersabar atasnya selama tujuh puluh<br />

tahun meskipun ia tidak beriman (kepada<br />

Kami), namun engkau tidak dapat bersabar<br />

atasnya meskipun hanya tujuh menit saja?”.<br />

Mendengar itu, Ibrahim as pun sadar, lalu<br />

ia segera menyusul lelaki tua itu untuk<br />

kembali ke rumahnya untuk makan malam<br />

bersamanya.<br />

Rasulullah saw bersabda, ”Seseorang<br />

yang melewati malamnya dengan perut<br />

kenyang sedangkan tetangganya menderita<br />

lapar, berarti ia tidak pernah beriman<br />

kepadaku. Pada Hari Kiamat <strong>Al</strong>lah tidak<br />

akan memandang penduduk suatu negeri<br />

yang salah satu warganya kelaparan.”<br />

Ketika seorang miskin mati kelaparan,<br />

itu terjadi bukan karena Tuhan tidak<br />

memperhatikannya. Tetapi karena kita<br />

enggan memberikan kepada orang itu<br />

sesuatu yang dibutuhkannya. Lantaran ada<br />

bisik rasa selalu kekurangan dalam hati<br />

kita. Sehingga kita lebih takut rugi jika<br />

memberi. Padahal, seperti wasiat Rasulullah,<br />

memberi dan mencintai fakir miskin, obat<br />

mujarab menjernihkan dan menenangkan<br />

hati dan jiwa. Wallahu’alam.<br />

18<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>CARE</strong>, E <strong>Edisi</strong> <strong>Februari</strong> <strong>2010</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!