30.04.2017 Views

EDISI 18 isuuu

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

:: WISATA<br />

Ikon Petualang Alam Liar:<br />

Gunung Parang<br />

Cartenznya Purwakarta<br />

| Ikon petualang alam liar Indonesia Cahyo<br />

Alkantana menyebut Gunung Parang sebagai Puncak Cartenznya<br />

Purwakarta. Puncak Cartenz berada di ketinggian 4080<br />

mdpl di Pegunungan Jayawijaya, Papua dan dikenal bersalju<br />

“Jadi pertama saya dengar Gunung Parang, kalau di petualangan<br />

rock climbing adalah seperti Cartenz-nya (Purwakarta).<br />

Sangat spektakuler karena ketinggiannya 500 hinggaa 600<br />

meter,” kata Cahyo ditemui di area Gunung Parang, Kampung<br />

Cihuni Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru Kabupaten<br />

Purwakarta, beberapa waktu lalu.<br />

Menurutnya, Gunung Parang dengan ketinggian total<br />

980 meter di atas permukaan laut (mdpl), dinding tebingnya<br />

sangat representatif karena batuannya kokoh sehingga<br />

tidak ada fenomena batu roboh. Karenanya, cocok digunakan<br />

petualangan via verrata atau memanjat tebing gunung dengan<br />

tangga. “Jadi ini sangat adventurer. Ada operatornya dan bisa<br />

memanjat hingga ketinggian 300 meter hingga 900 meter.<br />

Anak SD kelas 5 hingga orang tua tapi sehat bisa naik,” kata<br />

Cahyo seperti dilansir tribunjabar.co.id<br />

Selain Indonesia, via verrata juga ada di Kinabalu Malaysia.<br />

Hanya saja, Gunung Parang menurutnya sangat representatif<br />

karena di Kinabalu, akses menuju track memanjat<br />

cukup sulit.<br />

“Disini anda tinggal<br />

parkir, jalan lima menit<br />

langsung bisa manjat.<br />

Apalagi, Gunung Parang<br />

berada di Purwakarta ini ada<br />

di tengah-tengah Jakarta<br />

dan Bandung,” kata dia yang<br />

membuka pertama kali Gua<br />

Pindul, di Kabupaten Gunung<br />

Kidul Yogyakarta itu.<br />

Ia menambahkan,wisata<br />

petualangan via verrata<br />

termasuk wisata petualangan<br />

khusus dan rata-rata diminati<br />

wisatawan asing. Meski representatif,<br />

perlu standarisasi<br />

untuk keamanan.<br />

“Untuk beraktifitas<br />

spesial interest tourism harus ada pendekatan safety. Harus<br />

bersertifikat dari Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP).<br />

Guidenya enggak bisa sembarangan asal bisa manjat saja,” ujar<br />

Cahyo.<br />

Soal pengembangan wisata ke depan, Cahyo menambahkan<br />

para pengelola termasuk pemerintah harus memanfaatkan<br />

istilah “memancing di kolam tetangga”. “Jakarta itu<br />

tempatnya para ekspatriat dan banyak wisatawan datang ke<br />

Bandung. Karena Purwakarta berada di tengah Bandung dan<br />

Jakarta, maka itu harus dimanfaatkan,” ujar Cahyo. ***<br />

Edukasi<br />

<br />

Demokrasi<br />

<br />

Birokrasi Tanpa Korupsi<br />

PURWAKARTA<br />

<strong>EDISI</strong> <strong>18</strong> | Tahun II: MEI 2017 53

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!