Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
:: SOROT<br />
Lingkaran Komplotan<br />
Pengemplang Utang<br />
Triliunan BLBI<br />
KEJAKSAAN Agung (Kejagung) sebelumnya<br />
menetapkan 19 orang sebagai<br />
tersangka dalam kasus dugaan korupsi<br />
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia<br />
(BLBI), namun enam orang di antaranya<br />
dihentikan penyidikan.<br />
Jurnal Kriminologi Volume 5 Nomor<br />
1 Februari 2009 Universitas Indonesia<br />
menyebutkan para pelaku BLBI<br />
dan pidana yang mereka terima.<br />
Kasus BLBI terjadi saat krisis moneter<br />
terjadi di Indonesia pada 1997—<br />
1998. Sejumlah bank memiliki saldo<br />
negatif akhirnya mengajukan permohonan<br />
likuiditas kepada BI saat itu, namun<br />
akhirnya diselewengkan.<br />
Total dana yang dikucurkan mencapai<br />
Rp144,53 triliun untuk sedikitnya<br />
48 bank. Pada Januari 1998, Badan<br />
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)<br />
dibentuk untuk menagih kewajiban para<br />
obligor.<br />
Ada enam orang yang dihentikan<br />
penyidikan saat Kejagung merilis Surat<br />
Perintah Penghentian Penyidikan (SP3);<br />
tujuh orang divonis di bawah 5 tahun penjara;<br />
tiga orang dihukum di atas 5 tahun<br />
penjara; serta tiga vonis seumur hidup.<br />
Mereka yang mendapatkan SP3<br />
adalah Kaharudin Ongko; Leonard Tanubrata;<br />
Leo Ardyanto; Sjamsul Nursalim;<br />
Hokianto; dan Jean Ronald Pea.<br />
Pelaku yang mendapatkan vonis<br />
di bawah 5 tahun penjara adalah Hendrawan<br />
Haryono; Setiawan Haryono;<br />
Samadikun Hartono; Hendri Sunardyo;<br />
Jemy Sutjiwan; Supari Dhirjo Prawiro;<br />
serta Soemeri.<br />
Vonis 5 tahun penjara dijatuhkan<br />
pada David Nusa Wijaya; Eko Adi Putranto;<br />
dan Sherny Konjongian. Sedangkan<br />
hukuman seumur hidup adalah Hendra<br />
Raharja; Bambang Sutrisno; serta Adrian<br />
Kiki Ariawan.<br />
“Kasus Samadikun merupakan kasus<br />
penyalahgunaan BLBI yang tergolong kelas<br />
berat,” demikian jurnal tersebut seperti<br />
dikutip CNNIndonesia.com, Selasa (25/4).<br />
“Samadikun Hartono merupakan salah satu<br />
kasus yang menjadi sorotan publik.”<br />
Kejagung sebelumnya menetapkan<br />
tersangka Samadikun karena ada kerugian<br />
negara mencapai Rp169,47 miliar.<br />
Pada pengadilan tingkat pertama,<br />
pengusaha itu justru dibebaskan dari<br />
segala tuduhan, namun kasasi MA menghukumnya<br />
4 tahun penjara pada 2003.<br />
Namun Samadikun berhasil ‘kabur’<br />
ke luar negeri sampai akhirnya ditangkap<br />
di Shanghai, China pada 14 April 2016.<br />
Ia berhasil ditangkap oleh tim<br />
gabungan dari Badan Intelijen Negara,<br />
Polri, Kementerian Luar Negeri, Bea<br />
Cukai, dan Kejaksaan Agung. (asa)<br />
Sri Mulyani: Kejar Obligor BLBI<br />
MENTERI Keuangan Sri Mulyani mendukung<br />
upaya pemerintah mengejar pihak-pihak<br />
yang berkewajiban (obligor)<br />
dalam menerima Bantuan Likuiditas Bank<br />
Indonesia (BLBI) pada krisis ekonomi<br />
1998/1999 silam. “Pada dasarnya, kewajiban<br />
yang belum dipenuhi, ya harus dikejar<br />
dan disertai bunga. Karena, ini kejadian<br />
sejak 20 tahun lalu,” tegas dia di Kompleks<br />
Istana Kepresidenan.<br />
Kendati demikian, Sri Mulyani<br />
mengaku, tidak ingat nilai piutang yang<br />
masih dikejar. Namun, pemerintah sudah<br />
menyerahkan daftar piutang tersebut kepada<br />
Kejaksaan, Kepolisian, dan Interpol.<br />
Bahkan, hingga kini, pemerintah<br />
masih memiliki dan mengumpulkan data<br />
mengenai BLBI dan status yang belum terpenuhi.<br />
Selama ini, Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi (KPK) juga selalu dipasok informasi<br />
terbaru sesuai kebutuhan.<br />
“Selama ini, kami sampaikan itu<br />
masalah law enforcement (penegakan<br />
hukum). Hal yang sudah di luar niat baik<br />
mereka (obligor),” tuturnya.<br />
Adapun, salah satu yang belum melunasi<br />
utang, yaitu terpidana kasus BLBI<br />
Samadikun Hartono. Ia baru menyerahkan<br />
uang sebesar Rp21 miliar kepada Kejaksaan<br />
Agung. Padahal, Mahkamah Agung<br />
(MA) memvonis pemilik Bank Modern<br />
tersebut harus membayar pengganti kerugian<br />
negara senilai Rp169 miliar.<br />
Selama beberapa tahun, Samadikun<br />
melarikan diri. Ia ditangkap Badan Intelijen<br />
Negara (BIN) ketika hendak menyaksikan<br />
balapan Formula 1 yang digelar di<br />
Shanghai, China.<br />
Pemilik Bank Modern itu kabur mengangkut<br />
uang negara sebesar Rp169,4<br />
miyar yang bersumber dari BLBI. Sebagai<br />
obligor BLBI yang telah menyelewengkan<br />
dana talangan, Samadikun kemudian divonis<br />
empat tahun penjara. Namun, ia kabur,<br />
kemudian jadi buronan sejak 2003.<br />
Kemarin, KPK menetapkan mantan<br />
Kepala Badan Penyehatan Perbankan Nasional<br />
(BPPN) Syafruddin Temenggung<br />
sebagai tersangka perkara korupsi penerbitan<br />
Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI<br />
(bir)<br />
8 Edukasi Demokrasi Birokrasi Tanpa Korupsi<br />
<strong>EDISI</strong> <strong>18</strong> | Tahun II: MEI 2017