You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Pemko Latih Warga<br />
Sistem Komando Tanggap<br />
Darurat Bencana<br />
Sekda Jamu<br />
Forum Warek PTKIN<br />
1<br />
WARTA KOTA<br />
<strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/TAHUN VI/<strong>2017</strong><br />
Semangat Perubahan<br />
Kerja Sama Sister City<br />
dan Bantuan Hibah<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
2<br />
REDAKSI<br />
Kutipan<br />
Pro Insani<br />
Prinsip<br />
Oleh: Prof. Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag<br />
Kecenderungan manusia yang tidak sabar dan jauh dari sikap bijak<br />
adalah membinasakan karakter kebaikan yang dimiliki hanya karena<br />
sebuah prinsip yang tidak terpenuhi, gagal ekonomi, gagal politik, gagal<br />
cita-cita dan gagal apapun jangan membuat sirna kebajikan yang ada<br />
- Salam kreatif menuju rumah masa depan! -<br />
Jika sudah menjadi sister<br />
city, tentu lebih banyak hal<br />
yang bisa dikerjasamakan<br />
kedua kota mulai dari<br />
bidang lingkungan hingga<br />
pendidikan. Bentuk<br />
kerjasamanya juga akan<br />
bisa lebih intens dan fokus.<br />
Saya siap menjembatani<br />
dan mempersiapkan segala<br />
dokumen atau berkas kerja<br />
sama sister city antara kotakota<br />
di Jepang dan Banda<br />
Aceh<br />
Ir. Bahagia, DiplSE<br />
Sekdakota Banda Aceh<br />
3<br />
6-7<br />
12-13<br />
Pentingnya Belajar Agar<br />
Memahami Perbedaan<br />
Bersama Pangdam,<br />
Illiza Bahas Pembebasan Lahan<br />
Pembangunan Underpass<br />
Pemko Gelar<br />
Sosialisasikan Perubahan<br />
Kebijakan DAK Fisik<br />
REDAKSI<br />
PENERBIT Bagian Humas Sekretariat Daerah <strong>Kota</strong> Banda Aceh | PEMBINA Walikota Banda Aceh -<br />
Wakil Walikota Banda Aceh | PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Daerah <strong>Kota</strong> Banda Aceh | PENGA-<br />
RAH M. Nurdin, S.Sos | PEMIMPIN REDAKSI Dody Haikal | REDAKTUR PELAKSANA Evi Marlina |<br />
REDAKTUR Mahdi Andela - Hayatullah Pasee | KONSULTASI HUKUM Azmi, SH | REPORTER Hafid<br />
Junaidi- Afrizal Meukek - Abi Qanita | STAF REDAKSI Aulia Rachmana Putra - Syamsul Bahri, Yudhi<br />
Risman | FOTOGRAFER Irwansyah Putra S.Sos - Surya Mardiansyah-Tuwahed Lambada - Kikin |<br />
LAYOUTER Mulyadi | Diterbitkan berdasarkan keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 55 Tahun<br />
2011, Tanggal 28 Februari 2011<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
KHAZANAH<br />
Pentingnya Belajar Agar<br />
Memahami Perbedaan<br />
Oleh: Lutfi Sarif Hidayat<br />
(Direktur Lembaga Pembelajaran & Pengamalan Al-Quran (LPPQ) Darud Dakwah)<br />
Melihat fenomena adanya<br />
perbedaan di tengahtengah<br />
umat dalam<br />
memahami nash-nash<br />
sehingga berdampak pada perbedaan<br />
dalam mengamalkan masalah-masalah<br />
cabang ajaran Islam, maka dibutuhkan<br />
penyikapan yang benar. Sikap paling utama<br />
adalah saling memahami, menghargai dan<br />
menghormati perbedaan tersebut selama<br />
masih dalam koridor perbedaan syar’i.<br />
Bentuk menghargai, memahami dan<br />
menghormati ini bisa ditunjukkan dengan<br />
sikap tidak saling menyalahkan dan tidak<br />
eksklusif semisal harus shalat dengan<br />
imam yang sependapat, atau bahkan tidak<br />
mau mendengarkan ceramah dari merekamereka<br />
yang dinilai berbeda dalam<br />
madzhab atau pendapat.<br />
Penyikapan berikutnya adalah<br />
menjadi dorongan bagi semuanya untuk<br />
terus belajar. Karena tidak dipungkiri,<br />
ajaran Islam sangatlah luas dan ilmu-ilmu<br />
Islam (syar’i) sangat mungkin tersebar<br />
ke banyak tempat dan ulama, sehingga<br />
saling melengkapi. Selain itu kemampuan<br />
keilmuan yang berbeda jauh dengan para<br />
ulama-ulama yang terbukti dengan karyakaryanya.<br />
Pertanyaan sederhana, apakah sudah<br />
menguasi bahasa Arab, ilmu ushul fiqh,<br />
ulumul Quran, ulumul hadits, ilmu tafsir<br />
dan ilmu-ilmu lainnya yang menjadi syarat<br />
mutlak dimiliki dalam memahami nashnash<br />
syar’i?. Atau pertanyaan lain, sudah<br />
berapakah hadits yang dihafal?<br />
Al-Imam Ahmad bin Hanbal pernah<br />
mengatakan, bahwa seorang mujtahid<br />
harus hafal dan menguasai minimal 500<br />
ribu hadis. Dan jika membaca kitab-kitab<br />
hadis yang ada, ternyata kitab-kitab hadis<br />
tidak hanya seperti yang umumnya orang<br />
kenal, yaitu kutubus sittah atau kutubut<br />
tis’ah. Tercatat dalam khazanah keilmuan<br />
Islam, terdapat banyak sekali kitabkitab<br />
hadits yang di susun para ulama.<br />
Sehingga jika dijumlahkan bisa ratusan<br />
bahkan jutaan hadits yang ada, terlepas<br />
dari perbedaan status hadis menurut para<br />
ulama.<br />
Lalu berapa yang sudah dihafal?<br />
Oleh karena itu, sudah bukan zamannya<br />
menyalahkan jika berbeda pendapat,<br />
kecuali jika memang sudah masuk dalam<br />
penyimpangan dan lainnya. Itu pun harus<br />
dengan cara penyikapan yang benar<br />
sesuai Islam. Selain itu juga sudah tidak<br />
waktunya untuk membentur-benturkan<br />
antara ulama satu dengan ulama lain,<br />
misal membenturkan antara Al-Imam<br />
Asy-Syafi’i dengan Al-Imam Bukhari.<br />
Atau yang sering terjadi membenturkan<br />
pendapat ulama fiqh satu dengan hadits<br />
shahih, sehingga seakan ulama tersebut<br />
tidak mengikuti hadits shahih. Tentu ini<br />
adalah sikap berlebihan dan gegabah.<br />
Sebab, ulama-ulama fiqh pada zaman<br />
terdahulu, semisal Al-Imam Abu Hanifah,<br />
Al-Imam Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i<br />
mereka menerima hadits melalui jalur<br />
masing-masing, yang kadang antara satu<br />
imam dengan imam lainnya berbeda<br />
dalam menemukan hadits. Dan ini tentu<br />
berdampak kepada perbedaan pendapat.<br />
Para ulama fiqh dulu pun banyak yang<br />
mempunyai kitab-kitab hadits sendiri<br />
yang dijadikan sebagai pegangan mereka,<br />
semisal Al-Imam Malik dengan Al-<br />
Muwatha, Al-Imam Asy-Syafi’i dengan<br />
Musnad Asy-Syafi’i, Al-Imam Ahmad<br />
dengan Musnad Ahmad-nya dan lain<br />
sebagainya.<br />
Oleh karena itu, tidak perlu<br />
membenturkan antara pendapat satu<br />
imam dengan Shahih Bukhari misalkan.<br />
Karena ulama-ulama fiqh bertanggung<br />
jawab terhadap pendapat mereka dengan<br />
hujjah dan pemahaman terhadap nashnash<br />
masing- masing. Dan jika diamati<br />
dari tahun wafat para ulama-ulama<br />
3<br />
fiqh ataupun ulama-ulama hadits, maka<br />
akan bisa disimpulkan bahwa perbedaan<br />
masa juga sangat menentukan perbedaan<br />
dalam menerima hadits Nabi Muhammad<br />
shalallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
Al-ImamAbu Hanifah wafat sekitar tahun<br />
150 H, Al-Imam Malik wafat sekitar tahun<br />
179 H, Al-Imam Asy-Syafi’i wafat sekitar<br />
tahun 204 H, Al-Imam Ahmad wafat sekitar<br />
tahun 241 H, Al-Imam Bukhari wafat sekitar<br />
tahun 256 H, Al-Imam Muslim wafat sekitar<br />
tahun 261 H, Al-Imam Ibnu Majah wafat<br />
sekitar tahun 273 H, Al-Imam Abu Dawud<br />
wafat sekitar tahun 275 H, Al-Imam Tirmidzi<br />
wafat sekitar tahun 279 H, Al-Imam An-<br />
Nasa’i wafat sekitar tahun 303 H, Al-Imam<br />
Daruqutni wafat sekitar tahun 385 H dan Al-<br />
Imam Ibnu Hibban wafat sekitar tahun 478<br />
H.<br />
Kemudian jika membaca tentang<br />
sejarah khazanah keilmuan Islam, ulamaulama<br />
fiqh khususnya tidak hanya pendiri<br />
empat madzhab sebagaimana yang orang<br />
kenal. Masih banyak ulama-ulama ahli fiqh<br />
selain pendiri empat madzhab. Hanya saja<br />
memang kitab-kitab, murid-murid serta<br />
jalur keilmuan hingga sampai sekarang yang<br />
terkodifikasi dengan lengkap adalah empat<br />
madzhab. Mereka di antaranya Al-Imam<br />
Hasan Al-Bashri (w. 110 H), Al-Imam Sufyan<br />
Ats-Tsauri (w. 161 H), Al-Imam Al-Auza’i (w.<br />
157 H), Al-Imam Al-Laits bin Saad (w. 175<br />
H), Al-Imam Sufyan bin Uyainah (w. 198 H),<br />
Al-Imam Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H), Al-<br />
Imam Abu Tsaur (w. 246 H), Al-Imam Ibnu<br />
Jarir At-Thabari (w. 310 H).<br />
Bahkan sebelum masa ulama-ulama ada<br />
masa sahabat/sahabiyah Nabi Muhammad<br />
shalallahu ‘alaihi wa sallam yang dari<br />
mereka juga banyak menjadi seorang ahli<br />
ilmu. Mereka diantaranya adalah Umar bin<br />
Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas’ud,<br />
‘Aisyah, Zaid, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abu<br />
bakar, Utsman, Ummu Salamah, Anas, Abu<br />
Said, Abu Hurairah, Abdullah bin Amr, Ibnu<br />
Zubair, Abu Musa, Jabir, Muadz bin Jabal,<br />
Saad bin Abi Waqqash, Salman, Abu ad-<br />
Darda’, Hasan, Husain, Ubay bin Kaab, Abu<br />
Ayyub, Asma’, Zaid bin Arqam, Tsauban dan<br />
Buraidah ridhwanullahi ‘alaihim.<br />
Oleh karena itu, benarlah dalam<br />
menyikapi perbedaan serta terus belajar<br />
hingga menjadi seorang muslim yang<br />
layak menjadi penghuni syurga Allah<br />
ta’ala. Wallahu a’lam bi ash-shawab.<br />
(Sumber: Republika)<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
4<br />
LAPORAN UTAMA<br />
Kerja Sama Sister City<br />
dan Bantuan Hibah<br />
Konsul Muda di Konsulat<br />
Jenderal Jepang yang<br />
berkedudukan di<br />
Medan Daiki Yokoyama<br />
berkunjung ke Balai<br />
<strong>Kota</strong> Banda Aceh, Rabu<br />
(29/3/<strong>2017</strong>). Ia disambut<br />
Sekdako Banda Aceh<br />
Bahagia bersama sejumlah<br />
Kepala SKPK dan Kabag<br />
terkait di lingkungan<br />
Setdako Banda Aceh.<br />
Membuka pembicaraan,<br />
Yokoyama menyebutkan<br />
kedatangannya<br />
ke Banda Aceh untuk<br />
menjajaki hubungan kerja<br />
sama sister city antara beberapa<br />
ko ta di Jepang dan Banda Aceh. Selain<br />
itu, ia juga menjelaskan skema<br />
bantuan ekonomi dari Jepang berupa<br />
bantuan dana hibah.<br />
“Saya kemari untuk mencari<br />
informasi terkait potensi Banda Aceh<br />
yang berhubungan dengan tawaran<br />
kerja sama sister city dan bantuan<br />
hibah dari Pemerintah Jepang. Tugas<br />
saya mempromosikan informasi<br />
daerah-daerah di Indonesia kepada<br />
masyarakat Jepang. Kami juga<br />
menampilkan informasi mengenai<br />
Aceh di website kami dalam bahasa<br />
Jepang,” tuturnya.<br />
Menurutnya, semakin banyak terjadi<br />
people exchange maka sema kin<br />
bagus hubungan antar Indonesia dan<br />
Jepang. “Kebijakan sister city sangat<br />
bagus untuk meningkatkan hubungan<br />
ini. Sejak menjalin hubungan diplomatik<br />
pada 1958, beberapa kota antar<br />
kedua negara sudah menjalin kerja<br />
sama sister city, salah satunya Medan<br />
dan Ichikawa.”<br />
Masih menurut Yokoyama, salah<br />
satu kota yang mungkin cocok untuk<br />
menjadi sister city-nya Banda Aceh<br />
yakni Mano Town yang terletak<br />
di Sado Island dalam Prefektur<br />
Niigata. Mano Town merupakan daerah<br />
pesisir dan maju sektor pariwisatanya.<br />
“Jika sudah menjadi sister<br />
city, tentu lebih banyak hal yang<br />
bisa dikerjasamakan kedua kota<br />
mulai dari bidang lingkungan hingga<br />
pendidikan. Bentuk kerjasamanya<br />
juga akan bisa lebih intens dan<br />
fokus. Saya siap menjembatani dan<br />
mempersiapkan segala dokumen<br />
atau berkas kerja sama sister<br />
city antara kota-kota di Jepang dan<br />
Banda Aceh,” ungkapnya lagi.<br />
Sementara terkait bantuan dana<br />
hibah dari Pemerintah Jepang, Yokoyama<br />
menyebutkan setiap tahunnya<br />
Konsulat Jenderal Jepang di Medan<br />
dijatah empat proyek yang masingmasing<br />
bernilai maksimal Rp 1<br />
miliar. “Penerima bantuan hibah ini<br />
bisa pemerintah, yayasan, asosiasi,<br />
lembaga pendidikan atau lembaga<br />
lainnya yang berbadan hukum.”<br />
Target programnya antara lain<br />
menyangkut layanan kesehatan dan<br />
pen didikan dasar, pengentasan kemiskinan,<br />
penanggulangan pengungsi,<br />
dan perlindungan manusia dari<br />
kekerasan. “Termasuk proyek<br />
fisik seperti pembangunan gedung<br />
sekolah, pusat rehab Narkoba, pengadaan<br />
mobil Damkar dan ambulans,<br />
fasilitas air bersih dan<br />
irigasi.”<br />
“Nanti akan saya kirim via<br />
email informasi lengkapnya plus<br />
sejumlah formulir terkait bantuan<br />
dana hibah ini. Prosesnya cepat,<br />
setelah proposal diterima, langsung<br />
kami ajukan ke Tokyo,” pungkasnya<br />
seraya menyebut para pihak juga<br />
dapat mengakses informasi detail<br />
via website resmi mereka di http://<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
LAPORAN UTAMA 5<br />
Foto: dok. humas<br />
Sekdako Banda Aceh Bahagia, menyambut Konsul Muda di Konsulat Jenderal Jepang yang berkedudukan<br />
di Medan Daiki Yokoyama berkunjung ke Balai <strong>Kota</strong> Banda Aceh, Rabu (29/3/<strong>2017</strong>).<br />
www.medan.id.emb-japan.go.jp.<br />
Sementara itu, Sekda Bahagia<br />
me nyambut baik tawaran yang disam<br />
paikan oleh Yokoyama. “Kerja<br />
sama sister city akan memberi keuntungan<br />
bagi kedua belah pihak.<br />
Banda Aceh juga telah beberapa kali<br />
menjalin kerja sama serupa dengan<br />
beberapa kota di dunia seperti<br />
Apeldoorn-Belanda dan Samarkand-<br />
Uzbekistan.”<br />
“Kami sangat tertarik dengan<br />
tawaran ini, dan akan segera kita kaji<br />
bersama pihak terkait, kota mana yang<br />
cocok dengan Banda Aceh untuk kerja<br />
sama sister city. Adapun sektor kerja<br />
sama yang kita anggap penting antara<br />
lain sektor air bersih, transportasi, dan<br />
konsep pembangunan berbasis green/<br />
smart city,” sebutnya.<br />
Hingga kini, sambung Sek da, Banda<br />
Aceh juga masih men jalin kerja sama<br />
dengan <strong>Kota</strong> Higashi matsushima-<br />
Jepang. “Khusus nya dalam bidang<br />
kebencana an meng ingat kedua kota<br />
pernah sama-sama luluh lantak akibat<br />
tsunami dan juga bidang pemberdayaan<br />
ekonomi masyarakat.”<br />
Terkait dengan bantuan dana<br />
hibah, Sekda mengatakan, pihaknya<br />
akan memilah terlebih dahulu program<br />
apa saja yang cocok dan dapat<br />
memenuhi skema yang telah<br />
ditentukan. “Banyak sekali program<br />
yang ditawarkan, nanti akan kami<br />
pilih mana yang cocok. Semoga kerja<br />
sama kita nantinya dapat berjalan<br />
dengan baik,” pungkas Sekda.<br />
Sister city (<strong>Kota</strong> kembar atau kota<br />
bersaudara) adalah konsep penggandengan<br />
dua kota yang ber beda<br />
lokasi dan administrasi po litik dengan<br />
tujuan menjalin hubungan budaya<br />
dan kontak sosial antarpenduduk.<br />
Hafid Junaidi<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
6 INFO KOTA<br />
Bersama Pangdam, Illiza<br />
Bahas Pembebasan Lahan<br />
Pembangunan Underpass<br />
Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal bahas underpass bersama Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Tatang Sulaiman<br />
Foto: dok. humas<br />
Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE bertandang ke Markas<br />
Kodam Iskandar Muda di jalan Sri Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Senin<br />
(20/3/<strong>2017</strong>).<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
INFO KOTA<br />
7<br />
Illiza yang datang bersama Sekdakota Banda Aceh Ir<br />
Bahagia DiplSE, Faisal dari Balai Besar Pelaksanaan<br />
Jalan Kementerian PU dan sejumlah pejabat SKPD<br />
jajaran Pemko diterima langsung oleh Pangdam<br />
Iskandar Muda, Mayjen TNI Tatang Sulaiman bersama<br />
Asisten Logistik IM, Kapendam IM, Kazidam IM dan Wakil<br />
Asisten Teritorial Kasdam IM. Hadir juga Dandim 0101/BS<br />
Letkol Inf Mahesa Fitriadi SAP.<br />
Illiza menyampaikan maksud kedatangannya untuk<br />
meminta izin lahan milik TNI AD yang digunakan<br />
untuk pembangunan Underpass Beurawe yang saat<br />
ini sedang dikerjakan. Lahan milik Kodam Iskandar<br />
Muda merupakan lahan yang terkena dampak<br />
dari pembangunan Underpass di jalan T Iskandar<br />
menuju Jalan T Hamzah.<br />
“Sebelumnya sudah kita komunikasikan soal<br />
lahan ini dan Pemko telah menyurati pihak Kodam.<br />
Lahan di sekitar asrama TNI Kuta Alam terkena<br />
dampak dari pembangunan ini. Kedatangan kami<br />
ingin membahas ini dengan Bapak Pangdam,” ujar<br />
Illiza.<br />
Lanjut Illiza, pembangunan Underpass direncanakan<br />
akan dipacu pengerjaannya mengingat pada<br />
Bulan Mei nanti Banda Aceh merupakan tuan rumah<br />
dari penyelenggaraan Pekan Nasional Kontak Tani<br />
Nelayan Andalan (PENAS KTNA).<br />
“Ada 50 ribu tamu dari seluruh Indonesia<br />
yang akan datang ke Banda Aceh saat event ini<br />
berlangsung dan direncanakan akan dibuka oleh<br />
Presiden Joko Widodo,” ungkap Illiza.<br />
Karenanya, Illiza berharap pihak Kodam dan<br />
Pemko secepat mungkin dapat membebaskan<br />
lahan tersebut agar pembangunan Underpass bisa<br />
dipacu dan lalu lintas saat event PENAS KTNA tidak<br />
terkendala.<br />
Sementara itu, Mayjen Tatang Sulaiman<br />
menyampaikan bahwa surat dari Pemko terkait<br />
permohonan pembebasan lahan tersebut telah<br />
difollow up ke KASAD.<br />
“Intinya Kasad telah merespon dan memerintahkan<br />
untuk ditelaah sesuai dengan prosedur.<br />
Dalam beberapa hari ini tim dari Mabes TNI<br />
akan turun untuk mengecek dan memverifikasi.<br />
Diharapkan akan selesai dalam seminggu,” ungkap<br />
Tatang Sulaiman. Afrzal Meukek<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
8<br />
GALERI FOTO<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
GALERI FOTO 9<br />
Walikota Banda Aceh<br />
Illiza Sa’aduddin Djamal<br />
bersama para SKPK<br />
terkait meninjau perbaikan<br />
pipa PDAM di<br />
lahan pembangunan fly<br />
over simpang Surabaya<br />
Banda Aceh.<br />
Foto: dok. humas<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
10 INFO KOTA<br />
Pemko Latih Warga<br />
Sistem Komando Tanggap<br />
Darurat Bencana<br />
Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal membuka<br />
Workshop dan Pelatihan Sistem Komando Tanggap Darurat<br />
Bencana yang digelar selama tiga hari di Auditorium RRI<br />
Banda Aceh, Senin (20/3/<strong>2017</strong>). Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh Illiza<br />
Sa’aduddin Djamal membuka Workshop dan Pelatihan Sistem<br />
Komando Tanggap Darurat Bencana yang digelar selama tiga<br />
hari di Auditorium RRI Banda Aceh, Senin (20/3/<strong>2017</strong>).<br />
Acara yang digagas PT HM<br />
Sampoerna Tbk bersama<br />
Disaster Management<br />
In stitute of Indonesia-<br />
Ak si Cepat Tanggap (DMII-ACT),<br />
Badan Nasional Penanggulangan<br />
Bencana (BNPD), dan Pemko Banda<br />
Aceh ini diikuti oleh puluhan peserta<br />
perwakilan dari masyarakat dan instansi<br />
pemerintah.<br />
Dalam sambutannya, Illiza<br />
menyampaikan rasa syukur dan terima<br />
kasihnya kepada para pihak yang<br />
telah memfasilitasi kegiatan ini yang<br />
menurutnya sangat penting dalam<br />
rangka mewujudkan Banda Aceh<br />
sebagai resilient city (kota tangguh).<br />
“Gempa bumi dan tsunami 2004<br />
menjadi pembelajaran berharga bagi<br />
kita semua. Bencana tidak bisa<br />
dihindari, kita hanya bisa mengurangi<br />
dampaknya. Karena itu, pelatihan<br />
sistem komando ini sangat penting<br />
agar kita dapat menguasai SOP dan<br />
tindak lanjut penanggulangan bencana<br />
di lapangan sehingga lebih terkoordinir<br />
dan terarah.”<br />
Illiza mengharapkan agar hubungan<br />
kerja sama Sampoerna dan ACT dengan<br />
Pemko Banda Aceh terus berlanjut di<br />
masa-masa mendatang. Ia juga berharap<br />
agar hasil workshop dan pelatihan<br />
ini lebih optimal, perlu juga diadakan<br />
simulasi penanggulangan bencana<br />
dengan melibatkan semua komponen<br />
kota seperti PMI, SAR, RAPI dan TNI/<br />
Polri serta masyarakat umum.<br />
“Selain mempersiapkan diri dan<br />
sistem dalam menghadapi bencana,<br />
yang tak boleh dilupakan adalah<br />
mempersiapkan iman dan akidah kita.<br />
Sehingga ketika ujian itu datang maka<br />
akan selamat dengan kalimat syahadat.<br />
Semoga masyarakat kita mampu<br />
menjadi masyarakat yang mandiri<br />
serta tangguh di dunia dan akhirat,”<br />
pungkasnya.<br />
Di tempat yang sama, Wahyu<br />
Novyan Manager DMII-ACT menyebutkan<br />
program bertujuan untuk<br />
membangun Banda Aceh menjadi<br />
kota tangguh bencana. “Mengingat<br />
pembelajaran dari bencana 2004<br />
lalu, kita ingin dan berharap di masa<br />
depan kota ini dapat lebih tangguh<br />
dalam menghadapi bencana.”<br />
“Banda Aceh merupakan kota<br />
ketiga yang kami kunjungi dari<br />
enam kota di Indonesia. Road show<br />
sebelumnya telah dilangsungkan di<br />
<strong>Kota</strong> Bukittinggi dan Bengkulu. Selain<br />
workshop dan pelatihan selama tiga<br />
hari, pada hari terakhir nanti kami<br />
juga merencanakan penanaman<br />
pohon di Banda Aceh,” katanya.<br />
Hal senada diungkapkan Bonar<br />
Sitohang yang mewakili PT HM<br />
Sampoerna Tbk. Menurutnya, Sistem<br />
Komando Tanggap Darurat Bencana<br />
dibangun agar dapat terwujudnya<br />
kota yang tangguh bencana dengan<br />
meminimalisir impact negatif dari<br />
bencana itu sendiri.<br />
Ia juga menyebutkan sebagai<br />
perusahaan komersil, Sampoerna juga<br />
ingin berkontribusi dalam kehidupan<br />
sosial di Banda Aceh. “Sebelumnya<br />
kami juga telah berpartisipasi dalam<br />
bidang pendidikan yakni penyaluran<br />
beasiswa. Dan kami berharap ke depan<br />
hubungan dekat antara Sampoerna dan<br />
Pemko Banda Aceh terutama dalam<br />
program-program sosial dapat terus<br />
berlanjut,” ujarnya. Hafid Junaidi<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
INFO KOTA<br />
11<br />
Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal<br />
menerima bingkisan dari Bonar Sitohang yang<br />
mewakili PT HM Sampoerna Tbk<br />
Foto: dok. humas<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
12 INFO KOTA<br />
Pemko Gelar Sosialisasikan<br />
Perubahan Kebijakan DAK Fisik<br />
Pada Tahun Anggaran <strong>2017</strong> ini, banyak terjadi perubahan kebijakan<br />
pada pengelolaan transfer ke daerah dan dana Desa, termasuk juga<br />
perubahan kebijakan pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK),<br />
diantaranya perubahan postur DAK dalam APBN dan menekanisme<br />
penyaluran. Karenanya, Pemerintah <strong>Kota</strong> Banda Aceh bekerjasama<br />
dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia menggelar<br />
sosialisasi kebijakan pengelolaan dana alokasi khusus fisik di<br />
lingkungan Pemko Banda Aceh. Kegiatan ini dibuka oleh Sekdakota<br />
Banda Aceh, Ir Bahagia DiplSE, Kamis (16/3/<strong>2017</strong>) di Aula Lantai<br />
IV, Balaikota Banda Aceh.<br />
Kata Sekda, sebagaimana<br />
diketahui, Dana Alokasi<br />
Khusus (DAK), adalah<br />
alokasi dari Anggaran<br />
Pendapatan dan Belanja Negara<br />
kepada Provinsi/Kabupaten/<strong>Kota</strong><br />
tertentu dengan tujuan mendanai<br />
kegiatan khusus yang merupakan<br />
urasan Pemerintahan Daerah dan<br />
sesuai dengan prioritas Nasional.<br />
“DAK termasuk Dana Per imbangan,<br />
disamping Dana Alokasi<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
INFO KOTA<br />
13<br />
Sekdakota Banda Aceh,<br />
Ir Bahagia DiplSE membuka<br />
sosialisasi kebijakan<br />
pengelolaan dana alokasi<br />
khusus fisik di lingkungan<br />
Pemko Banda Aceh, Kamis<br />
(16/3/<strong>2017</strong>) di Aula Lantai<br />
IV, Balaikota Banda Aceh.<br />
Foto: dok. humas<br />
Umum (DAU). Alokasi DAK<br />
dilak sanakan seiring dengan pelak<br />
sanaan otonomi darah sejak<br />
adanya Undang-undang Nomor 25<br />
Tahun 1999 Tentang Perimbangan<br />
Keuangan Pusat dan Daerah<br />
sebagaimana diubah dengan<br />
Undang-undang Nomor 33 Tahun<br />
2004 Tentang Perimbangan Keuangan<br />
Antara Pemerintah Pu sat<br />
dan Pemerintah Daerah,” ungkapnya.<br />
Terkait dengan adanya sejumlah<br />
perubahan kebijakan, Bahagia meminta<br />
kepada seluruh peserta yang<br />
terdiri dari para Kepala SKPD<br />
jajaran Pemko yang mengelola<br />
dana DAK, agar dapat mengikuti<br />
sosialisasi dengan sebaik-baiknya.<br />
“Sehingga perubahan kebijakan<br />
pengelolaan Dana Alokasi Khusus<br />
akan dapat diketahui, dan nantinya<br />
dapat diimplementasikan. Apabila<br />
ada hal-hal yang mengganjal atau<br />
belum dipahami, jangan sung kan<br />
untuk ditanyakan ke pada narasumber<br />
kita dari Kemen teri an,”<br />
pin ta Sekda.<br />
Sementara itu, Ketua panitia<br />
pelaksana yang juga Sekretaris<br />
Badan Pengelolaan Keuangan<br />
<strong>Kota</strong> (BPKK) Banda Aceh, Tarmizi<br />
menyampaikan maksud sosialisasi<br />
digelar adalah sebagai informasi<br />
kepada seluruh Kepala SKPD khusus<br />
nya pengelola keuangan, Badan<br />
Perencana dan SKPD pengelola<br />
DAK mengingat adanya perubahan<br />
pada postur DAK dalam APBN dan<br />
juga perubahan mekanisme penyaluran<br />
dan penyampaian laporan<br />
nya.<br />
“Tujuan kita untuk mendorong<br />
semua stakeholder lebih meningkatkan<br />
perhatian dan kinerja dalam<br />
merealisasikan kegitan yang di<br />
danai DAK,” tambahnya.<br />
Kegiatan ini berlangsung sehari<br />
di Aula lantai IV Balaikota<br />
Banda Aceh dan menghadirkan<br />
dua pemateri dari Kementerian<br />
Ke uangan RI, yakni Beny Trias Oktara<br />
dan Surya Horizonta. Afrizal<br />
Meukek<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
14<br />
APRESIASI<br />
Sekda Jamu<br />
Forum Warek PTKIN<br />
Pemerintah <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />
menggelar jamuan makan<br />
malam bagi delegasi Forum<br />
Wakil Rektor/Wakil Ketua<br />
<strong>III</strong> Bidang Kemahasiswaan<br />
dan Kerjasama Perguruan<br />
Tinggi Keagamaan Islam<br />
Negeri (PTKIN) se-Indonesia,<br />
Rabu (15/3/<strong>2017</strong>) di Pendopo<br />
Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh.<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
Kehadiran para Wakil Rektor<br />
PTKIN se-Indonesia ke<br />
Banda Aceh dalam rangka<br />
persiapan penyelenggaraan<br />
Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni,<br />
dan Riset (PIONIR) bagi mahasiwa<br />
PTKIN. PIONIR V<strong>III</strong> tersebut direncanakan<br />
akan diselenggarakan di<br />
UIN Ar-Raniry pada 26 April-1 Mei<br />
mendatang.<br />
Dari jajaran Pemko Banda Aceh<br />
hadir Sekretaris Daerah Bahagia<br />
bersama para Asisten dan Kabag di<br />
limgkungan Setdako Banda Aceh serta<br />
sejumlah Kepala SKPK. Sementara<br />
tamu undangan yang hadir antara<br />
lain Ketua Forum Warek PTKIN Agus<br />
Maimun, Rektor UIN Ar-Raniry Farid<br />
Wajdi dan para Warek UIN, IAIN, dan<br />
STAIN se-Indonesia.<br />
Dalam sambutannya, Sekda<br />
Bahagia mengucapkan terima kasih<br />
karena telah memilih <strong>Kota</strong> Banda<br />
Aceh sebagai tuan rumah bagi acara<br />
pertemuan Wakil Rektor <strong>III</strong> UIN, IAIN<br />
dan STAIN se-Indonesia. “Merupakan<br />
suatu kehormatan dan kebanggaan<br />
bagi kami menerima dan menjamu<br />
kedatangan bapak-ibu sekalian pada<br />
malam hari ini.”<br />
Ia mengharapkan pertemuan<br />
para wakil rektor ini dapat menjadi<br />
wadah saling sharing informasi terhadap<br />
berbagai potensi dan peluang
APRESIASI<br />
15<br />
Pemerintah <strong>Kota</strong> Banda Aceh berfoto bersama dengan delegasi Forum<br />
Wakil Rektor/Wakil Ketua <strong>III</strong> Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama<br />
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia, Rabu<br />
(15/3/<strong>2017</strong>) di Pendopo Wali <strong>Kota</strong> Banda Aceh<br />
Foto: dok. humas<br />
untuk meningkatkan kualitas dan<br />
kapasitas bersama khususnya di bidang<br />
pendidikan. “Kami juga sangat<br />
mengharapkan masukan dan saran<br />
dari Bapak-Ibu sekalian untuk menjadikan<br />
kota ini ke arah yang lebih<br />
baik lagi,” katanya.<br />
Sekda memaparkan, sejak 2012<br />
<strong>Kota</strong> Banda Aceh telah mencanangkan<br />
visi “Model <strong>Kota</strong> Madani” -suatu<br />
konsep pembangunan menyeluruh<br />
yang bernafaskan nilai-nilai Islam.<br />
Perjalanan untuk menemukan<br />
bentuk sempurna dari konsep yang<br />
digagas ini tak dapat dipungkiri menemukan<br />
banyak kekurangan dan<br />
rintangan. “Oleh karena itu kami<br />
akan terus belajar, dan kami berharap<br />
lembaga pendidikan, kajian dan riset<br />
Islam agar dapat ikut mengambil<br />
peran, serta memberi masukan dalam<br />
mengisi proses ini.”<br />
Tak ketinggalan, ia juga mengajak<br />
para tamu dari seluruh Indonesia<br />
tersebut untuk menjajal perjalanan<br />
wisata di Banda Aceh. “Bapak-<br />
Ibu dapat mengunjungi Museum<br />
Tsunami Aceh yang kami bangun<br />
sebagai bentuk pendokumentasian<br />
bencana. Ada pula Kapal PLTD Apung<br />
yang terdampar sejauh 18 KM dari<br />
laut setelah dihantam Tsunami dan<br />
sejumlah tempat menarik lainnya<br />
yang patut untuk dikunjungi.”<br />
“Mudah-mudahan Bapak-Ibu sekalian<br />
memiliki kesempatan un tuk<br />
mengunjungi dan menikmati berbagai<br />
kekhasan di kota kami. Akhir<br />
kata, sekali lagi kami ucapkan terima<br />
kasih atas kunjungannya dan<br />
selamat menikmati keramah-tamahan<br />
warga kota kami dengan segala<br />
kelebihan dan kekurangannya,” pungkas<br />
Sekda.<br />
Selain disuguhi beragam makanan<br />
khas Aceh, para tamu undangan juga<br />
dihibur dengan penampilan Tari<br />
Rapai Geleng yang dibawakan dengan<br />
apik oleh Sanggar Cit Ka Geunta.<br />
Hafid Junaidi<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong>
16<br />
Mengenal Caraka<br />
Banda Aceh<br />
Meskipun perkembangan<br />
informasi dan teknologi<br />
tumbuh sangat cepat,<br />
namun kegiatan surat<br />
menyurat secara manual<br />
sepertinya masih<br />
memegang peranan yang<br />
sangat penting dalam<br />
komunikasi, baik itu<br />
untuk kepentingan pribadi<br />
maupun kelembagaan.<br />
Salah satu alasan mengapa<br />
kemudian surat masih tetap<br />
dipergunakan, mekipun<br />
kota-kota besar telah banyak<br />
melakukan pola komunikasi dengan<br />
online, dikarenakan pentingnya<br />
dokumentasi atau bukti untuk setiap<br />
kegiatan organisasi, khususnya<br />
di pemerintahan. Di samping<br />
memang masih ada hal-hal yang<br />
menjadi kelemahan tersendiri jika<br />
menggunakan komunikasi secara<br />
online.<br />
Berbicara surat menyurat maka<br />
hal itu tidak terlepas dari peran pihakpihak<br />
yang bertugas mengantar surat<br />
sehingga sampai pada tujuannya.<br />
Di Pemerintahan mereka disebut<br />
Caraka.<br />
Menurut Kamus Besar Bahasa<br />
Indonesia Caraka adalah messenger<br />
yaitu nama yang diberikan kepada<br />
pegawai tertentu dari bank dan<br />
lembaga perantara; fungsi utamanya<br />
adalah untuk mengumpulkan cek,<br />
warkat-warkat dan wesel yang<br />
tidak dikeluarkan oleh lembaga<br />
kliring untuk individu, pialang dan<br />
perusahaan, seperti wesel terima dan<br />
WARTA KOTA <strong>EDISI</strong> <strong>III</strong>/<strong>2017</strong><br />
wesel yang dilampiri oleh saham atau<br />
obligasi; penagihan yang dilakukan<br />
oleh caraka seringkali dikenal dengan<br />
pengambilan langsung; sin. kurir.<br />
Di lingkungan Pemerintah <strong>Kota</strong><br />
Banda Aceh sendiri setidaknya ada<br />
tiga orang yang bertugas sebagai<br />
Caraka, yang setiap harinya bertugas<br />
mengantarkan surat-surat yang<br />
jumlahnya berkisar puluhan hingga<br />
ratusan lembar.<br />
Diantara tiga caraka yang bertugas<br />
di Bagian Umum Sekretariat Daerah<br />
<strong>Kota</strong> Banda Aceh adalah Rajuaimin<br />
atau biasa dipanggil bang Raju. Dia<br />
adalah Caraka paling Senior, yang telah<br />
bertugas mengantar surat-surat di<br />
lingkungan Pemko Banda Aceh sejak<br />
tahun 2004 silam.<br />
“Kalau diangkat menjadi Pegawai<br />
Negeri pada tahun 2007 di bagian<br />
umum yang bertugas antar-antar surat.<br />
Sebelumnya dari 2004 juga honor di<br />
bagian umum, tugasnya juga antarantar<br />
surat,”ujar Raju.<br />
Ia mengaku tugas mengantar<br />
surat-surat yang<br />
terkadang<br />
mencapai 60-70<br />
lembar<br />
setiap hari sudah<br />
sangat<br />
dinikmatinya. Suratsurat<br />
yang diantar<br />
pun katanya tidak<br />
pernah terlambat,<br />
kecuali untuk suratsurat<br />
yang memang<br />
boleh ditunda untuk<br />
diantar.<br />
“Dari pagi sampai<br />
sore antar surat, tapi<br />
kalau memang tidak<br />
terlalu mendesak dan<br />
waktu sudah sore, maka<br />
saya antar besoknya,”lanjut<br />
dia.<br />
Surat yang diantar beragam, mulai<br />
untuk Walikota, Wakil Walikota, Sekda,<br />
PROFIL<br />
para asisten serta kantor-kantor<br />
SKPD-SKPD dilingkup kota Banda<br />
Aceh.<br />
“Kebetulan saya kalau untuk<br />
SKPD hanya yang dekat-dekat dengan<br />
Balai <strong>Kota</strong> saja, sedangkan kalau jauhjauh<br />
ada dua caraka lagi,”tambahnya.<br />
Tidak jarang juga kata Raju<br />
ada surat-surat yang harus diantar<br />
secepatnya, karena sifatnya penting<br />
dan mendesak, namun hal itu<br />
menurut Raju menjadi rutinitasnya.<br />
Tiga Caraka<br />
Kasubbag Umum Sekretariat<br />
Pimpinan dan Staf Ahli, Dedy Rezika,<br />
S.STP. menyebutkan tidak kurang<br />
dari 60 sampai 70 surat yang masuk<br />
atau diantarkan dalam satu harinya.<br />
Untuk membantu hal itu pihaknya,<br />
kata Dedy punya tiga orang Caraka,<br />
masing-masing Raju, Mahdi dan Dedi.<br />
“Tapi ada juga surat-surat yang<br />
tidak harus diantar karena sifatnya<br />
hanya undangan dan tembusan.<br />
Misalnya ada surat yang dikirimkan<br />
ke Satpol PP, sementara ke kita hanya<br />
tembusan,”ujarnya.<br />
Sementara untuk surat-surat<br />
kepada pihak ketiga seperti perusahaan<br />
yang tidak diketahui alamatnya, diakui<br />
dedy pihakakan mengirimkannya<br />
melalui PT Pos. Abi Qanita